Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pernapasan adalah salah satu sistem penting dalam tubuh manusia karena saat
bernapas tubuh manusia menghirup oksigen yang sangat berfungsi sebagai gas kehidupan
pada sel dan membuang karbondioksida yang merupakan zat sisa metabolisme. Oleh karena
itu, gangguan apapun yang terjadi pada sistem ini akan berpengaruh secara sistemik pada
sistem-sistem tubuh lainnya. Terdapat banyak gangguan yang berkemungkinan terjadi pada
system pernapasan, diantaranya yaitu Pneumotoraks dan Hemotoraks.

Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura.
Sedangkan Hemotoraks adalah terdapatnya darah dalam rongga pleura. (Price & Wilson,
1995). Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, gas, cairan ataupun darah,
karena paru-paru membutuhkan pleura agar dapat leluasa mengembang terhadap rongga
dada. Sehingga jika terdapat benda asing pada pleura ini akan mengakibatkan paru-paru akan
sulit berelaksasi dirongga dada dan mengalami kesulitan untuk mendapatkan asupan oksigen
yang cukup bagi tubuh.

Insiden pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya yang acak penyebabnya.


Namun diketahui berdasarkan penelitian Seaton dkk. Menyebutkan bahwa pria lebih banyak
mengidap pneumotoraks daripada wanita dengan perbandingan 5:1 dan sekitar 81% kasus
pneumotoraks berada pada rentang umur dibawah 45 tahun. Di Olmested Country,
Minessota, Amerika, Melton et al melakukan penelitian selama 25 tahun (tahun 1950-1974)
pada pasien yang terdiagnosa pneumotoraks , didapatkan 75 pasien karena trauma, 102 pasien
karena iatrogenic dan sisanya 141 pasien karena pneumotoraks spontan (terjadi tiba-tiba
tanpa ada penyebab). Pada kasus pneumotoraks spontan didapatkan angka insidensi yaitu 7,4-
8,6/100.000 pertahun untuk pria dan 1,2/100.000 pertahun untuk wanita. (loddenkemper,
2003)

Sedangkan untuk Hemotoraks sangat jarang terjadi untuk etiologi spontan karena
kebanyakan kasus terdapatnya darah pada rongga pleura diakibatkan oleh cedera atau trauma
pada dada kecuali ada komplikasi lainnya. Menurut epidemiologinya, angka kejadian
hemotoraks terkait trauma atau cedera di Amerika Serikat adalah sebanyak 300.000 kasus
pertahun.
2

Berdasarkan prevalensi dan angka kejadian yang cukup tinggi untuk pneumotoraks dan
hemotoraks inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk mengangkatnya menjadi suatu
makalah, sehingga akan ditemui konsep mendalam dan asuhan keperawatan mengenai
gangguan system pernapasan ini.

B. Batasan masalah
1. Apa anatomi fisiologi pneumotoraks dan hematotoraks?
2. Apa itu pengertian pneumothoraks dan hematotoraks?
3. Apa etiologi pneumothoraks dan hematotoraks?
4. Apa klasifikasi pneumothoraks dan hematotoraks?
5. Bagaimana patofisiologi pneumothoraks dan hematotoraks?
6. Bagaimana WOC pneumothoraks dan hematotoraks?
7. Apa manifestasi klinis pneumothoraks dan hematotoraks?
8. Apa komplikasi pneumothoraks dan hematotoraks?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pneumothoraks dan hematotoraks?
10. Bagaimana penatalaksanaan penyakit pneumothoraks dan hematotoraks?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks dan hematotoraks?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
1) Mengetahui anatomi fisiologi pneumotoraks dan hematotoraks
2) Mengetahui pengertian pneumothoraks dan hematotoraks
3) Mengetahui etiologi pneumothoraks dan hematotoraks
4) Mengetahui klasifikasi pneumothoraks dan hematotoraks
5) Mengetahui patofisiologi pneumothoraks dan hematotoraks
6) Mengetahui WOC pneumothoraks dan hematotoraks
7) Mengetahui manifestasi klinis pneumothoraks dan hematotoraks
8) Mengetahui komplikasi pneumothoraks dan hematotoraks
9) Mengetahui pemeriksaan diagnostik pneumothoraks dan hematotoraks
10) Mengetahui penatalaksanaan penyakit pneumothoraks dan hematotoraks
11) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks dan hematotoraks
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui tentang pneumothoraks dan hematotoraks dan mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks dan hematotoraks.
3

D. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi fisiologi pneumotoraks dan hematotoraks
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian pneumothoraks dan hematotoraks
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi pneumothoraks dan hematotoraks
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi pneumothoraks dan hematotoraks
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi pneumothoraks dan hematotoraks
6. Mahasiswa dapat mengetahui WOC pneumothoraks dan hematotoraks
7. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis pneumothoraks dan hematotoraks
8. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi pneumothoraks dan hematotoraks
9. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pneumothoraks dan
hematotoraks
10. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan penyakit pneumothoraks dan
hematotoraks
11. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks dan
hematotoraks
4

BAB ll
TINJAUAN TEORI
A. Konsep anatomi fisiologi
1. Pleura
Bagian terluar paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin, yaitu pleura yang juga
meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma

2. Fisiologi pleura
Lapisan pada paru-paru manusia itu ada 2 yaitu pleura bagian parietalis dan
lapisan yang kita sebut viseralis. Lapisan viseralis ini menempel bagian dalam pada
paru-paru dan parietalis menempel pada dinding toraks,fungsi dari pleura itu sebagai
bantalan untuk kedua paru-paru sehingga kedua paru-paru tersebut dapat
mengembang dengan leluasa. Didalam lapisan pleura tersebut terdapat cairan atau
fluid yang berfungsi untuk mempermudah mengembang mengempisnya paru-paru.
kandungan cairan dalam pleura tersebut hampir sama dengan plasma,mengaandung
glukosa tetapi mengandung albumin yang agak lebih tinggi dibandingkan didalam
plasma dan juga mengandung asam bikarbonat lebih sehingga ph nya lebih basah.
Sumber cairan dari pleura tersebut itu berasal dari kapiler dengan tekanan hidrostatik
yang akan mendorong plasma menuju lapisan pleura melewati jaringan interstisial
kemudian kalau berlebihan cairan pada pleura tersebut maka akan kembali ke kapiler
dengan diperantarai oleh sistem limfatikus,sehingga cairan yang masuk sama dengan
cairan yang di absorbsi.
Fungsi pleura yang lain adalah untuk proses yang kita sebut sebagai proses
respirasi,proses respirasi ini kita akan membahas tekanan yang terdapat di paru-paru
dan didalam pleura .tekanan pada pulmonal itu adalah 760 sedangkan pada pleura
normalnya 756 pada saat istirahat, dengan demikian bahwa perbedaan antara tekanan
dipulmonal dan tekanan di intrapleura itu 4mm hg atau yang kita kenal dengan
5

tekanan transpulmonal yaitu tekanan selalu ada waktu inspirasi maupun ekspirasi dan
nilainya selalu 4mm hg. mengapa tekanan intrapulmonal selalu lebih rendah dari
tekanan pulmonal yaitu 4mm hg bedanya,adalah fungsinya untuk pleura itu sebagai
suction sehingga berfungsi untuk menarik paru-paru tetap mengembang pada saat
yang sama jaringan elastin itu akan menarik berlawanan arah dengan fungsi dari
pleura tersebut karena ia elastin maka dia akan kembali seperti semula.
Didalam jaringan pari-paru ada alveolus dan didalamnya ada tegangan
permukaan dan lapisan disitu ada kandungan air,seperti yang kita tahu sifat dari pada
air adalah bersatu dari ujung ke ujung.seperti daun talas yang kita letakkan air maka
dia akan berusaha untuk menyatu hal inilah yang menyebabkan jaringan paru-paru
berusaha melawan tarikan tekanan pleura tersebut.
Apa yang terjadi jika tekanan transpulmonal yang terdapat dalam paru-paru tersebut
hilang, misalkan pleura tertusuk pisau maka kan tekanan diluar adalah 760 tekanan di
intrapleura adalah 756 otomatis dari tekanan tinggi akan masuk ke tekanan yang lebih
rendah sehingga akan menyebabkan hilangnya tekanan negatif tersebut .kalau tekanan
negatif disini hilang maka akan menyebabkan alveolus ini akan kolaps yang kita sebut
sebagai pneumothoraks.
B. Definisi
1. pneumothoraks
Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga pleura
(Harrison, 2000). Luka tembus dada merupakan penyebab umum dari pneumotoraks yang
menyebabkan pengumpulan udara dalam ruang potensial. Pneumotoraks adalah cedera
dada hebat yang disebabkan karena adanya udara yang keluar dari paru kedalam ruang
pleura (Brunner & Suddart, 2010).

Pada pneumotoraks udara atau gas terakumulasi antara pleura parietal dan viseral.
Banyaknya udara yang terjebak dalam ruangan intrapleura menentukan tingkat kolaps
paru. Pneumotoraks diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya yaitu traumatik, spontan,
dan terapeutik (Harrison, 2000).

2. Hematotoraks
Hemotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi pada rongga pleura
yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi terpenting
perembesan darah berkumpul dikantong pleura tidak bisa diserap oleh pleura (Muttaqin,
6

2008). Hemotoraks yaitu trauma pada rongga toraks yang berakibat pendarahan (Patrick,
2002). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.

C. Etiologi
1. pneumothoraks
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative dari pada tekanan intrabrokhial,
sehingga paru-paru akan berkembang mengikuti dinding toraks dan udara dari luar yang
tekanannya nol akan masuk ke bronkus hingga sampai alveoli. Saat ekspirasi, dinding
dada menekan rongga dada sehingga tekanan intra pleura akan lebih tinggi dari tekanan di
alveolus ataupun dibronkus sehingga udara ditekan keluar melalui bronkus. Tekanan
intra bronchial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan inrabronkhial akan
lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin, mengedan karena pada keadaan ini glottis
menutup. Apabila dibagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah,
bronchus atau alveolus itu akan pecah atau robek.

Pneumotoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara
melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkhus.
Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bulla yang
disebut granulomatous fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab sering
terjadinya pneumotoraks karena bulla tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi
empiema.

2. Hematohoraks
Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah
intercostal atau arteri mammaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau cedera
tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebrata torakal juga dapat menyebabkan hemotoraks.
Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi. Penyebab
paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Dapat juga terjadi pada pasien yang
memiliki:
 Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
 Kanker paru-paru atau pleura.
 Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-paru
 Operasi jantung
 Tuberkulosis
7

 Sebuah cacat pembekuan darah


 Trauma tumpul dada
Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc dalam
rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemik
atau pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan cedera benda
tumpul. Kehilangan darah dapat menyebabkan hipoksia.

D. Klasifikasi
1. Pneumothoraks
Pneumotoraks diklasifikasikan sesuai dengan terapeutik. (Harrison, 2000)
a. Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks traumatik adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma,
baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding
dada maupun paru.
Berdasarkan kejadiannya pneumotoraks traumatik dibagi 2 jenis yaitu :
1). Pneumotoraks Traumatik bukan Iatrogenik, adalah pneumotoraks yang terjadi
karena jejas pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup, barotrauma.
2). Pneumotoraks Traumatik Iatrogenik, adalah pneumotoraks yang terjadi akibat
komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis ini dibedakan menjadi 2 yaitu :

 Pneumotoraks traumatik Iatogenik Aksidental, adalah pneumotoraks yang


terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi tindakan
tersebut, misalnya pada tindakan parenthesis dada, biopsi dada, biopsi pleura,
biopsy transbronkial, biopsi/aspirasi paru perkutaneus, kanulasi vena sentral,
barotrauma (ventilasi mekanik).
 Pneumotoraks Traumatik Iatrogenik Artifisial, adalah pneumotoraks yang
sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara ke dalam rongga pleura melalui
jarum dengan suatu alat Maxwell box. Biasanya untuk terapi tuberkulosis atau
untuk menilai permukaan paru.
b. Pneumotoraks Spontan
Pneumotoraks spontan adalah pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba dan tak
terduga dengan atau tanpa penyakit paru-paru yang mendasarinya. Pneumotoraks
akan terjadi apabila ada hubungan antara bronkus atau alveolus dengan rongga pleura,
sehingga udara dapat masuk ke rongga pleura melalui kerusakan yang ada,
8

menyebabkan pneumotoraks terbuka, tertutup, dan tekanan.Pneumotoraks spontan


terbagi 2 yaitu :
1). Pneumotoraks Spontan Primer
Pneumotoraks spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong udara dekat
pleura viseralis.Penelitian secara patologis membuktikan bahwa pasien pneumotoraks
spontan yang parunya direseksi tampak adanya satu atau dua ruang berisi udara dalam
bentuk bleb dan bulla.Bulla merupakan suatu kantong yang dibatasi sebagian oleh
pleura fibrotikyang menebal.

2). Pneumotoraks Spontan Sekunder


Pneumotoraks spontan sekunder terjadi karena pecahnya bleb viseralis atau bulla
subpleura dan sering berhubungan dengan penyakit paru yang
mendasarinya.Patogenesis pneumototaks spontan sekunder umumnya terjadi akibat
komplikasi penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), asma, fibrosis kistik,
tuberculosis paru, penyakit-penyakit paru lainnya.
 Pneumotoraks Terbuka, yaitu terjadi akibat adanya hubungan terbuka antara
rongga pleura dan bronkus dengan lingkungan luar. Terjadi karena luka terbuka
pada dinding dada sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar melalui luka
tersebut.
 Pneumotoraks Tertutup, yaitu rongga pleura tertutup dan tidak berhubungan
dengan lingkungan luar. Udara yang dulunya ada di rongga pleura (tekanan
positif) karena direasorpsi dan tidak ada hubungan lagi dengan lingkungan luar
maka tekanan udara di rongga pleura menjadi negatif. Tetapi paru belum bisa
berkembang penuh. Sehingga masih ada rongga pleura yang tampak meskipun
tekanannya sudah normal.
 Pneumotoraks Ventil, terjadi selama melakukan ventilasi mekanis atau upaya
resusitatif. Tekanan pleura positif bersifat mengancam jiwa karena ventilasi sangat
menurun dan juga karena tekanan positif diteruskan ke mediastinum, yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena kejantung dan turunnya curah
jantung.
2. Hematothoraks
Hemothoraks dapat diklasifikasikan: (LWW, 2011)
a. Hemotoraks Spontan
Oleh kerena primer ( rupture blep), sekunder (Infeksi keganasan).
9

b. Hemotoraks yang didapat


Oleh karena iatrogenic, barotrauma, trauma.

E. Patofisiologi
1. Pneumothoraks
Pneumothorax dapat disebabkan oleh trauma dada yang dapat mengakibatkan
kebocoran /tusukan /laserasi pleura viseral. Sehingga paru-paru kolaps sebagian /
komplit berhubungan dengan udara /cairan masuk ke dalam ruang pleura. Volume
diruang pleura menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan intra
toraks. Jika peningkatan tekanan tekanan intra toraks terjadi, maka distres pernafasan
dan gangguan pertukaran gas dan menimbulkan tekanan pada mediastinum yang
dapat mencetuskan gangguan jantung dan sirkulasi sistemik.
2. Hemathotoraks
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru
atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau
atau peluru menembus paru-paru. Mengakibatkan pecahnya membran serosa yang
melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan
masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40%
dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, pecahnya usus sehingga perdarahan intra
alvepler, kolaps terjadi perdarahan. Arteri dan kapiler, kapiler kecil, sehingga tekanan
perifer pembuluh darah paru naik, aliran daran menurun. Hb menurun, anemia, syok
hipovolemik, sesak nafas, takipnea, sianosis, takikardi,.
10

F. WOC
1. Pneumothoraks

Kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya
pleura. Robekan ini akan berhubungan dengan bronkus
Tekanan intrabrokhial meningkat

Pelebaran alveoli dan pecahnya septa alveoli

Membentuk bulla, kemudian pecah menembus pleura

Terjadi hubungan langsung antara rongga pleura dengan udara lain

Tekanan positif intra pleura menurun

Gangguan ventilasi: pengembangan paru tidak normal

Tanda dan gejala: Terpasang bullow


Tanda dan gejala:
drainase/WSD
- Sesak napas
- mual,
- Napas cuping
- BB turun
hidung Tanda-tanda:
- Tidak bisa
- RR diatas 20x
Klien terlihat makan akibat
- Irama nafas tidak
menahan nyeri, sesak
teratur Respon nyeri, - intake nutrisi
adanya luka pasca
pemasangan bullow
Pola nafas tidak drainase Perubahan pemenuhan
efektif nutrisi kurang dari
kebutuhan.
Nyeri
Intervensi:

- Kaji kualitas, frekuensi Intervensi:


dan kedalaman Intervensi:
pernapasan.
- Kaji kebiasaan makan
- Posisikan pasien - Kaji skala nyeri
(semifowler) - Anjurkan klien makan
- Observasi TTV - Ajarkan tekhnik relaksasi
dalam porsi kecil tapi
- Kolaborasi dengan
penggunaan analgesik
11

2. Hemathotoraks

Pendarahan jaringan interstitium.


Pendarahan intraalveolar, kolaps arteri dan
kapiler-kapiler kecil, hingga tahanan
perifer pembuluh darah paru meningkat.

Reabsorpsi darah oleh pleura tidak


memadai/ tidak optimal

Akumulasi darah di kantong pleura

Gangguan ventilasi: pengembangan


paru tidak optimal, gangguan difusi, Keluhan sistemis, mual,
distribusi, dan transportasi oksigen intake nutrisi tidak adekuat,
malaise, kelemahan, dan
keletihan fisik, kecemasan,

Terpasang bullow
Tanda-tandanya: Tanda:
drainase / WSD
- Sesak - mual,
napas - BB turun
Tanda-tanda: - sesak
- Napas
cuping Klien terlihat
hidung menahan nyeri,
Respon nyeri, adanya
Defisit nutrisi
luka pasca
Pola nafas pemasangan bullow
tidak efektif drainase Intervensi:

- Kaji kebiasaan
Intervensi: Nyeri makan
a. - Anjurkan klien
- Kaji Intervensi: makan dalam
kualitas,
frekuensi - Kaji skala nyeri
dan - Ajarkan tekhnik
kedalaman relaksasi
pernapasan - Kolaborasi dengan
.
12

G. Manifestasi klinis
1. Pneumothoraks
a. Pneumothoraks Tertutup
- Nyeri tajam saat ekspirasi terutama pada paru yang sakit.
- Peningkatan frekuensi napas
- Kecemasan meningkat
- Produksi keringat berlebihan
- Penurunan tekanan darah
- Takikardi
- Inspeksi dan palpasi: penurunan sampai hilangnya pergerakan dada pada sisi
yang sakit.
- Perkusi: hiperresonan pada sisi sakit
- Auskultasi: penurunan suara napas.
- Berat badan menurun
- Nafsu makan berkurang
b. Pneumothoraks spontan
Napas pendek dan timbul secara tiba-tiba tanpa ada trauma dari paru.
c. Pneumothoraks Ventil
- Inspeksi dan sesak napas berat, penurunan pergerakan dada.
- Perkusi: hiperresonan pada sisi sakit
- Auskultasi: penurunan suara napas.
d. Pneumothoraks Terbuka
- Terlihat ada luka terbuka dan suara mengisap di tempat luka.
- Perkusi: hiperresonan pada sisi sakit
- Auskultasi: penurunan suara napas.
2. Hematothoraks
- Gangguan pengembangan dada
- Perubahan kedalaman pernapasan
- Sesak napas mendadak
- Nyeri dada
- Perkusi dada pekak
- Perdarahan nyata (massif)
13

- Sianosis
- Hipoksia
- Takikardi
- Hipotensi

H. Komplikasi
Atelektasis, infeksi, edema pulmonary, emboli paru, efusi pleura, empiema, emfisema,
penebalan pleura.

I. Pemeriksaan diagnostik
1. Pneumothoraks
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pneumotoraks akan tampak hitam, rata, dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps
tidak membentuk garis, tetapi berbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru.
Adakalanya paru yang mengalami kolaps tersebut, hanya tampak seperti massa
yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas
sekali. Besarnya kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak
napas yang dikeluhkan. Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila ada
pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar
telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intrapleura yang tinggi.
b. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen harus diukur biasanya normal kecuali adanya penyakit paru.
c. Ultrasonografi atau CT
Keduanya lebih baik dari poto toraks dalam mendeteksi pneumotoraks kecil dan
biasanya digunakan setelah biopsi perkutan.
2. Hematothoraks
- Perkusi memperlihatkan bunyi napas yang samar dan saat auskultasi bunyi napas
berkurang atau tidak ada di sisi yang diserang.
- Torasentesis menghasilkan darah atau cairan serosanguinosa
- Sinar-X dada menunjukkan cairan pleural dengan atau tanpa pergeseran
mediastinal.
- Analisis gas darah arterial bias mendokumentasikan gagal respiratorik.
14

- Kadar hemoglobin bisa turun, tergantung pada darah yang hilang.


J. penatalaksanaan
1. Pneumothoraks

Penatalaksanaan pneumotoraks bergantung pada jenis pneumotoraks yang dialaminya,


derajat kolaps, berat ringannya gejala, penyakit dasar, dan penyulit yang terjadi saat
melaksanakan pengobatan yang meliputi tindakan dekompresi yaitu membuat hubungan
antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan cara : (PDIPDI, 2009)

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah negatif. Hal ini
disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara lainnya adalah
melakukan penusukan ke rongga pleura memakai transfusion set.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil :
 Penggunaan pipa Water Sealed Drainage (WSD).
Pipa khusus (kateter toraks) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pen), memasukkan pipa
plastik (kateter toraks) dapat juga dillakukan melalui celah yang dibuat dengan
bantuan insisi kulit dari sela iga ke-4 pada garis aksila tengah atau pada garis
aksila belakang.Selain itu, dapat pula melalui sela iga ke-2 dari garis klavikula
tengah.Selanjutnya ujung selang plastic di dada dan pipa kaca WSD di
hubungkan melalui pipa plastic lainnya.Posisis ujung pipa kaca yang berada di
botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara
dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.
 Pengisapan Kontinu (continuous suction)
Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura tetaap positif.
Pengisapan dilakukan dengan cara memberi tekanan negative sebesar 10-20
cm H2O. Tujuannya adalah agar paru cepat mengembang dan segera terjadi
perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.
 Pencabutan Drain
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah
negatif kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditututp dengan
cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang
penuh, drain dapat dicabut.
15

c. Tindakan Bedah
Pembukaan dinding toraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang
menyebabkan terjadinya pneumotoraks, lalu lubang tersebut dijahit.
d. Pada pembedahan, jika dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak dapat mengembang, maka dapat dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
Pembedahan paru kembali bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada
fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat
dipertahankan kembali.
2. Hematothoraks
- Pasang selang dada yang dihubungkan dengan system WSD
- Transfuse darah dengan transfusi autolog dengan menggunakan alat autotransfusi
atau dengan transfuse analog transfuse whole blood
- Tindakan terhadap syok
- Oksigen tambahan
16

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
Tanggal Pengkajian : Tanggal masuk :
Ruang kelas : Nomor gerister :
Diangnosa medis :

A. Identitas klien
Yang berisi tentang Nama, jenis kelamin, usia/tanggal lahir, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
B. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang dirasakan klien pneumotoraks dan hematotoraks adalah
nyeri pada dada dan gangguan bernafas
C. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama metode PQRST, paliatif atau
provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien misalnya nyeri dada dan gangguan
bernafas , quality atau kualits (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R)
yaitu nyeri menjalar kemana, safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan time (T) yaitu sejak kapan klien
merasakan nyeri tersebut
D. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama atau pernah dirawat
sebelumnya alergi terhadap obat, makanan tertentu, pengobatan terakhir, pengalaman
pembedahan.
E. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan dengan
penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi pengkajian apakah pasien pernah
mengalami alergi atau penyakit keturunan.
17

F. Riwayat pola kebiasaan

NO POLA KEBUTUHAN POLA KEBIASAAN


DASAR MANUSIA
1. KEBUTUHAN Klien yang mengalami gangguan
OKSIGENISASI
pneumothoraks dan hematotoraks biasanya
mengalami sesak nafas, nyeri pada daerah
dada, dan batuk.
2. KEBUTUHAN NUTRISI Porsi yang dihabiskan, keluhan, dan biasanya
DAN CAIRAN
klien menglami perubahan pola makanan saat
sakit, Berat badan menurun, Nafsu makan
menurun

3. KEBUTUHAN Mengakaji kebiasaan eliminasi (jumlah, warna,


ELIMINASI
apakah ada gangguan). Dan pada pasien
mengalami pneumothoraks dan hemathotoraks
biasanya tidak mengalami gangguan
pemenuhan kebutuhan eliminasi.
4. KEBUTUHAN Kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam
ISTIRAHAT DAN TIDUR
sehari, bagaimana perubahannya setelah sakit,
dan biasanya klien sering terbangun dan susah
tidur karena nyeri didaerah dada, gangguan
sesak nafas.

5. KEBUTUHAN Apakah ada pembatas aktifitas dan mobilisasi,


AKTIVITAS/MOBILISASI
apa bila terasa. Dan biasanya pada pasien
pneumothotraks dan hemathotoraks mengalami
gangguan aktivitas .

6. KEBUTUHAN RASA Pada pasien pneumothoraks dan hemathoraks


NYAMAN biasanya mengalami gangguan rasa nyaman
18

7. KEBUTUHAN Mandi, kebersihan badan, gigi dan mulut,


PERSONAL HYGIENE rambut, kuku dan pakaian. Dan biasanya klien
yang mengalami Filariasis mengalami
gangguan dalam proses pemenuhan personal
hygiene nya
Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

G. Pengakajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi, Olfaksi)


1. Pemeriksaan Fisik Umum
Biasanya keadaan umum klien baik atau compos mentis(CM) akan berubah sesuai
tingkatan gangguan yang melibatkan klien mengeluh lemah
2. Sistem Pengelihatan
Biasanya penglihatan pada klien tidak terganggu
3. Sistem Pendengaran
Biasanya klien tidak terdapat masalah pada pendengaran dan keseimbangan
4. System Pernafasan
Biasanya klien pneumothoraks dan hemathotoraks sesak nafas, nyeri, batuk-batuk,
pengembangan paru tidak simetris, pada perkusi ditemukan adanya suara nafas
tambahan, ronhki, Takipnea, bradipnea, penggunaan otot bantu pernapasan ,
pernafasan cuping hidung
5. System Hidung/Penciuman
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan penciuman
6. System Pengecapan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan pengecapan
7. System kardiovaskuler
Biasanya pada klien pneumothoraks dan hemathotoraks nyeri dada meningkat
karena pernafasan dan batuk, takikardi, lemah, pucat, Hb turun/normal, hipotensi
8. System Abdomen/pencernaan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan pencernaan

9. System Muskuloskeletal
Biasanya pasien kemampuan sendi terbatas, ada luka bekas tusukan benda tajam,
terdapat kelemahan, kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi
subkutan.
10. System persyarafan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan persyarafan
19

11. System perkemihan


Biasanya pasien tidak mengalami gangguan perkemihan
12. System endokrin
Biasanya pasien mengalami peningkatan metabolisme, kelemahan.
H. Riwayat Psikososial dan Spritual
1. Riwayat psikologis
Yaitu meliputi prilaku klien, perasaan, dan emosi yg dialami penderita sehubungan
dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2. Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,
pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-fakto ralergen dll.
3. Riwayat spiritual
Yaitu kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah, apakah sering atau tidak.
20

I. Analisa Data
Data Senjang Etiologi Masalah

Gejala dan tanda mayor Berhubungandengan : Pola nafas tidak


Data Subjektif:  Deprasi pusat efektif
pernafasan
 dispnea
 Hambatan upaya
Data Objektif : nafas (mis. Nyeri
saat benafas,
 penggunaan otot bantu
kelemahan otot
pernapasan
pernafasan)
 fase ekspirasi memanjang
 Deformitas dinding
 pola nafas abnormal (miss.
dada
Takipnea, bradipnea,
 Deformitas tulang
heperventilasi, kussmaul, cheyne-
dada
stokes
 Gangguan
Gejala dan tanda minor :
neuromuskular
Data Subjektif :  Gangguan
neurologis
 ortopnea
(miss.elektroensefal
Data Objektif : ogram [EEG]
positif, cedera
 pernafasan pursed-lip
kepala, gangguan
 pernafasan cuping hidung kejang)
 Imaturitas
 diameter thoraks anterior-posterior
neurologis
meningkat  Penurunan energi
 Obesitas
 ventilasi semenit menurun
 Posisi tubuh yang
 kapasitas vital menurun menghambat
ekspansi paru
 tekanan ekspirasi menurun
 Sindrom
 tekanan inspirasi menurun hipoventilasi
 Kerusakan inervasi
 ekskursi dada berubah
diafragma
(kerusakan saraf C5
ke arah atas)
 Cedera pada medula
spinalis efek agen
farmakologis
 kecemasan

Gejala dan tanda mayor  agen pencedera Nyeri akut


Data Subjektif : fisiologis (mis.
 mengeluh nyeri Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
Data Objektif :
21

 tempak meringis  agen pencedera


 bersikap protektif (mis. Waspada, kimiawi (mis.
posisi menghindari nyeri) Terbakar, bahan
 gelisah kimia iritan)
 frekuensi nadi meningkat  agen pencedera
 sulit tidur fisik (miss. Abses,
Gejala dan tanda minor amputasi, terbakar,
Data Subjektif : terpotong,
 (tidak tersedia) menganggkat berat,
Data Objektif : prosedur operasi,
 Tekanan darah meningkat trauma, latihan
 Pola nafas berubah
fisik berlebihan
 Nafsu makan berubah
 Proses berfikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendriri
 diaforesis

Gejala dan tanda mayor  Ketidakmampuan Defisit nutrisi


Data Subjektif : menelan makanan
 (tidak tersedia)  Ketidakmampuan
Data Objektif : mencerna makanan
 Berat badan menurun minimal  Ketidakmampuan
10% dibawah rentang ideal mengabsorbsi
Gejala dan Data minor nutrien
Data Subjektif :  Peningkatan
 Cepat kenyang setelah makan kebutuhan
 Kram/nyeri abdomen metabolisme
 Nafsu makan menurun  Faktor ekonomi
Data Objektif : (mis. Finansial
 Bising usus hiperaktif tidak mencukupi)
 Otot pengunyah lemah  Faktor psikologis
 Otot menelan lemah (mis. Stres,
 Membran mukosa pucat keengganan untuk
 Sariawan makan
 Serum albumin turun
22

 Rsmbut rontok berlebihan


 Diare
23

J. rencanaan Keperawatan

N DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL


O TUJUAN / KRITERIA INTERVENSI
HASIL (NOC) KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan


asuhan NIC: Monitoring pernafasan
keperawatan selama …x 24
berhubungan dengan hambatan
jam, diharapkan pasien mampu 1. Pucat dan sianosis
upaya napas 1. Pantau adanya pucat dan
menunjukkan menunjukan aliran
sianosis setiap 2 jam
oksigen tidak
NOC: status pernafasan adekuat
2. Pantau
Dipertahankan pada skala : 2. Perubahan kecepatan
kecepatan,irama,dan
irama kedalaman
kedalamaman nafas setiap
Dipertahankan pada : pernapasan
2 jam atau sesuai keadaan
merupakan tanda
1. Sangat berat pasien
peringatan dini dari
2. Berat
kesulitan pernapasan
3. Cukup berat
yang akan datang
4. Ringan
3. Kerja pernapasan
5. Tidak ada 3. Pantau penggunaan otot
sangat meningkat
bantu
Dengan kriteria hasil ketika terjadi
pernapasan,kesimetrisan
penurunan ekspansi
- Penggunaan otot bantu dada,dan ekspansi dada
paru. Pergerakan
setiap 2 jam atau sesuai
24

nafas 1/2/3/4/5 keadaan pasien udara dalam paru-


- Suara nafas tambahan paru semakin lebih
1/2/3/4/5 sulit,sehingga
- Restraksi dinding dada pernapasan
1/2/3/4/5 menyertakan
- Dispnea saat istirahat penggunaan otot
1/2/3/4/5 assesoris untuk
- Dispnea saat latihan meningkatkan aliran

1/2/3/4/5 udara untuk

- Orthopnea 1/2/3/4/5 memfasilitasi

- Pengembangan pernapasan efektif

1/2/3/4/5 4. Menanyakan faktor


pencetus dan faktor yang 4. Mengetahui faktor
- dinding dada tidak
mengurangi seasak jika yang dapat
simetris 1/2/3/4/5
keadaan memungkinkan mengurangi seasak
- Gangguan ekspirasi
yang bertguna untuk
1/2/3/4/5
membuat rencana
intervensi untuk
mencegah atau
5. Kaji adanya sputum mengelolah episode
meliputi kesulitan bernapas
jumlah,warna,kosistensi,da
n bau jika memungkinkan 5. Ini mungkin menjadi
indikasi
25

penyebabnya
perubahan pola
pernapasan
6. Auskultasi suara napas
tambahan setiap 2 hari atau 6. Adanya suara

stiap 2jam atau sesuai tambahan

keadaan pasien mengindikasikan


adanya hambatan
dijalan napas
baik,sekret maupun
penyempitan jalan
napas
7. Ajakanan klien teknik
perrnapasan dengan bibir 7. Pernapasan dengan
dan batuk efektif tiap 2jam bibir mendorong
jika keadaan pasien pasien untuk
memungkinkan bernapas lebih
lambat dan lebih
dalam serta
mengurangi dispnea
selama aktivitas

NIC : Manajemen nyeri


2. Nyeri akut berhubungan dengan
agen pencederara fisik
26

Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Agar kita tahu


keperawatan selama …x 24 koprehensif yang meliputi dimana letak nyeri
dan seberapa
jam, diharapkan pasien mampu lokasi,karakteristik,onset atau
sakitnyeri yang
menunjukkan durasi,frekuensi kualitas, dirasakan
intensitas atau beratnya nyeri
NOC: Kontrol nyeri
dan faktor pencetus
Dipertahankan pada skala :
2. Pastikan perawatan 2. Agar obat pemberian
Dipertahannkan pada : analgesik bagi pasien analgesiknya
dilakukan dengan terkontrol dengan
1. Tidak pernah pemantauan yang ketat baik
menunjukkan
3. Dukung istirahat/tidur yang 3. Agar nyeri pasien
2. Jarang menunjukan adekuat untuk membantu cepat berkurang
3. Kadang-kadang penurunan nyeri
menunjukan
4. Dorong pasien untuk 4. Untuk melatih
4. Sering menunjukan
memonitor nyeri dan pasien agar dapar
5. Secara konsisten menangani nyeri dengan mengontrol nyerinya
menunjukkan tepat tanpa bantuan orang
lain
Dengan kriteria hasil : 5. Agar jika pasien
5. Dorong pasien untuk merasa nyeri dia
- Mengenali kapan menggunakan obat-obatan dapat menggunakan
penurun nyeri yang adekuat obat-obat penurun
terjadi nyeri 1/2/3/4/5
nyeri agar nyeri nya
- Menggambarkan dapat teratasi
faktor penyebab
27

1/2/3/4/5 6. Supaya agar nyri


- Menggunakan pada pasien dapat
6. Gunakan tindakan teratasi
tindakan pengontrol nyeri sebelum
penguranangan (nyeri) nyeri bertambah berat 7. Supaya jika pasien
tanpa analgesic merasa nyeri dia
7. Ajarkan prinsip-prinsip dapat menggunakan
1/2/3/4/5
manajemen nyeri manajemen nyeri
- Menggunakan agar nyeri nya dapat
analgesik yang berkurang

direkoendasikan
1/2/3/4/5
- Mengenali apa yang
terkait dengan gejala
nyeri 1/2/3/4/5

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien NIC: manajemen nutrisi 1. Agar nutrisi pada pasien
dapat terjaga
28

1. Tentukan status gizi pasien


dan kemampuan pasien
Setelah dilakukan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan
keperawatan selama …x 24 2. Supaya kita mengetahui
gizi apakah pasien ada alergi
jam, diharapkan pasien mampu
2. Identifikasi adanya alergi pada makanan atau tidak
menunjukkan
atau intoleransi makanan
3. Agar pasien mengetahui
NOC: status nutrisi yang dimiliki pasien kebutuhan nutrisi pada
3. Instruksikan pasien dirinya
Dipertahankan pada skala :
mengenai kebutuhan nutrisi
4. Supaya mengetahui
Dipertahannkan pada : jumlah kalori dan nutrisi
4. Tentukan jumlah kalori dan yang dibutuhkan pasien
1. Sangat menyimpang
jenis nutrisi yang
dari rentan normal
dibutuhkan untuk 5. Agar mengetahui jumlah
2. Banyak menyimpang
memenuhi persyaratan gizi intake dan output kalori
dari retang normal pada pasien
5. Anjurkan pasien untuk
3. Cukup menyimpang
memantau kalori dan intake
6. Supaya diet pasienn
dari rentang normal
makanan terjaga
4. Sedikit menyimpang
6. Atur diet yang diperlukan
dari rentang normal 7. Agar makanan yang
5. Tidak menyipang dari dimakan tetap bersih dan
7. Ciptakan lingkungan yang tidak menimbulkan
rentang normal penyakit
optimal pada saat

Dengan kriteria hasil mengkonsumsi makan


29

- Asupan gizi 1/2/3/4/5


- Asupan makanan
1/2/3/4/5
- Asupan cairan
1/2/3/4/5
- Energi 1/2/3/4/5
- Rasio berat
badan/tinggi badan
1/2/3/4/5
- Hidrasi 1/2/3/4/5
30
31

BAB lV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga pleura. Luka
tembus dada merupakan penyebab umum dari pneumotoraks yang menyebabkan
pengumpulan udara dalam ruang potensial. Pneumotoraks adalah cedera dada hebat yang
disebabkan karena adanya udara yang keluar dari paru kedalam ruang pleura.
Pneumotoraks adalah merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga
pleura. Pneumotorak terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu pneumotoraks terbuka,
pneumotoraks tertutup, dan pneumotoraks tension. Pada pneumotoraks udara atau gas
terakumulasi antara pleura parietal dan viseral. Banyaknya udara yang terjebak dalam
ruangan intrapleura menentukan tingkat kolaps paru.
Hemotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi pada rongga pleura
yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi terpenting
perembesan darah berkumpul dikantong pleura tidak bisa diserap oleh pleura. Hemotoraks
yaitu trauma pada rongga toraks yang berakibat pendarahan.

B. Saran
Mahasiswa diharapkan untuk daat menerapkan ilmu mengenai asuhan keperawtaan pada
pasien dengan pneumothoraks dan hematotoraks dan mempersiapkan diri dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien .
32

DAFTAR PUSTAKA

Amita, R.A., 2012. Pneumothoraks.referat.makassar. bagian radiologi fakultas kedokteran


Universitas muhammadiyah Makassar

Engram, Barbara.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC

Robbins, et al.2007.Buku Ajar Patologi.Jakarta:EGC

Brunner & Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Jakarta:EGC

Muttaqin, A. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan: Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Doenges, ME dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


& Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Hisyam,Barmawi., dan Budiono, Eko., 2010. Pneumothoraks spontan. In sudoyo AW,


Setiyohadi B, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Edisi ke-3, internal publising
FK UI. Hal.,: internal publising FK UI hal.2339-2346 (jakarta 2009)

Anda mungkin juga menyukai