BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pernapasan adalah salah satu sistem penting dalam tubuh manusia karena saat
bernapas tubuh manusia menghirup oksigen yang sangat berfungsi sebagai gas kehidupan
pada sel dan membuang karbondioksida yang merupakan zat sisa metabolisme. Oleh karena
itu, gangguan apapun yang terjadi pada sistem ini akan berpengaruh secara sistemik pada
sistem-sistem tubuh lainnya. Terdapat banyak gangguan yang berkemungkinan terjadi pada
system pernapasan, diantaranya yaitu Pneumotoraks dan Hemotoraks.
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura.
Sedangkan Hemotoraks adalah terdapatnya darah dalam rongga pleura. (Price & Wilson,
1995). Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, gas, cairan ataupun darah,
karena paru-paru membutuhkan pleura agar dapat leluasa mengembang terhadap rongga
dada. Sehingga jika terdapat benda asing pada pleura ini akan mengakibatkan paru-paru akan
sulit berelaksasi dirongga dada dan mengalami kesulitan untuk mendapatkan asupan oksigen
yang cukup bagi tubuh.
Sedangkan untuk Hemotoraks sangat jarang terjadi untuk etiologi spontan karena
kebanyakan kasus terdapatnya darah pada rongga pleura diakibatkan oleh cedera atau trauma
pada dada kecuali ada komplikasi lainnya. Menurut epidemiologinya, angka kejadian
hemotoraks terkait trauma atau cedera di Amerika Serikat adalah sebanyak 300.000 kasus
pertahun.
2
Berdasarkan prevalensi dan angka kejadian yang cukup tinggi untuk pneumotoraks dan
hemotoraks inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk mengangkatnya menjadi suatu
makalah, sehingga akan ditemui konsep mendalam dan asuhan keperawatan mengenai
gangguan system pernapasan ini.
B. Batasan masalah
1. Apa anatomi fisiologi pneumotoraks dan hematotoraks?
2. Apa itu pengertian pneumothoraks dan hematotoraks?
3. Apa etiologi pneumothoraks dan hematotoraks?
4. Apa klasifikasi pneumothoraks dan hematotoraks?
5. Bagaimana patofisiologi pneumothoraks dan hematotoraks?
6. Bagaimana WOC pneumothoraks dan hematotoraks?
7. Apa manifestasi klinis pneumothoraks dan hematotoraks?
8. Apa komplikasi pneumothoraks dan hematotoraks?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pneumothoraks dan hematotoraks?
10. Bagaimana penatalaksanaan penyakit pneumothoraks dan hematotoraks?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks dan hematotoraks?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
1) Mengetahui anatomi fisiologi pneumotoraks dan hematotoraks
2) Mengetahui pengertian pneumothoraks dan hematotoraks
3) Mengetahui etiologi pneumothoraks dan hematotoraks
4) Mengetahui klasifikasi pneumothoraks dan hematotoraks
5) Mengetahui patofisiologi pneumothoraks dan hematotoraks
6) Mengetahui WOC pneumothoraks dan hematotoraks
7) Mengetahui manifestasi klinis pneumothoraks dan hematotoraks
8) Mengetahui komplikasi pneumothoraks dan hematotoraks
9) Mengetahui pemeriksaan diagnostik pneumothoraks dan hematotoraks
10) Mengetahui penatalaksanaan penyakit pneumothoraks dan hematotoraks
11) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks dan hematotoraks
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mengetahui tentang pneumothoraks dan hematotoraks dan mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks dan hematotoraks.
3
D. Manfaat penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui anatomi fisiologi pneumotoraks dan hematotoraks
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian pneumothoraks dan hematotoraks
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi pneumothoraks dan hematotoraks
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi pneumothoraks dan hematotoraks
5. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi pneumothoraks dan hematotoraks
6. Mahasiswa dapat mengetahui WOC pneumothoraks dan hematotoraks
7. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis pneumothoraks dan hematotoraks
8. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi pneumothoraks dan hematotoraks
9. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pneumothoraks dan
hematotoraks
10. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan penyakit pneumothoraks dan
hematotoraks
11. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pneumothoraks dan
hematotoraks
4
BAB ll
TINJAUAN TEORI
A. Konsep anatomi fisiologi
1. Pleura
Bagian terluar paru-paru dikelilingi oleh membran halus, licin, yaitu pleura yang juga
meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma
2. Fisiologi pleura
Lapisan pada paru-paru manusia itu ada 2 yaitu pleura bagian parietalis dan
lapisan yang kita sebut viseralis. Lapisan viseralis ini menempel bagian dalam pada
paru-paru dan parietalis menempel pada dinding toraks,fungsi dari pleura itu sebagai
bantalan untuk kedua paru-paru sehingga kedua paru-paru tersebut dapat
mengembang dengan leluasa. Didalam lapisan pleura tersebut terdapat cairan atau
fluid yang berfungsi untuk mempermudah mengembang mengempisnya paru-paru.
kandungan cairan dalam pleura tersebut hampir sama dengan plasma,mengaandung
glukosa tetapi mengandung albumin yang agak lebih tinggi dibandingkan didalam
plasma dan juga mengandung asam bikarbonat lebih sehingga ph nya lebih basah.
Sumber cairan dari pleura tersebut itu berasal dari kapiler dengan tekanan hidrostatik
yang akan mendorong plasma menuju lapisan pleura melewati jaringan interstisial
kemudian kalau berlebihan cairan pada pleura tersebut maka akan kembali ke kapiler
dengan diperantarai oleh sistem limfatikus,sehingga cairan yang masuk sama dengan
cairan yang di absorbsi.
Fungsi pleura yang lain adalah untuk proses yang kita sebut sebagai proses
respirasi,proses respirasi ini kita akan membahas tekanan yang terdapat di paru-paru
dan didalam pleura .tekanan pada pulmonal itu adalah 760 sedangkan pada pleura
normalnya 756 pada saat istirahat, dengan demikian bahwa perbedaan antara tekanan
dipulmonal dan tekanan di intrapleura itu 4mm hg atau yang kita kenal dengan
5
tekanan transpulmonal yaitu tekanan selalu ada waktu inspirasi maupun ekspirasi dan
nilainya selalu 4mm hg. mengapa tekanan intrapulmonal selalu lebih rendah dari
tekanan pulmonal yaitu 4mm hg bedanya,adalah fungsinya untuk pleura itu sebagai
suction sehingga berfungsi untuk menarik paru-paru tetap mengembang pada saat
yang sama jaringan elastin itu akan menarik berlawanan arah dengan fungsi dari
pleura tersebut karena ia elastin maka dia akan kembali seperti semula.
Didalam jaringan pari-paru ada alveolus dan didalamnya ada tegangan
permukaan dan lapisan disitu ada kandungan air,seperti yang kita tahu sifat dari pada
air adalah bersatu dari ujung ke ujung.seperti daun talas yang kita letakkan air maka
dia akan berusaha untuk menyatu hal inilah yang menyebabkan jaringan paru-paru
berusaha melawan tarikan tekanan pleura tersebut.
Apa yang terjadi jika tekanan transpulmonal yang terdapat dalam paru-paru tersebut
hilang, misalkan pleura tertusuk pisau maka kan tekanan diluar adalah 760 tekanan di
intrapleura adalah 756 otomatis dari tekanan tinggi akan masuk ke tekanan yang lebih
rendah sehingga akan menyebabkan hilangnya tekanan negatif tersebut .kalau tekanan
negatif disini hilang maka akan menyebabkan alveolus ini akan kolaps yang kita sebut
sebagai pneumothoraks.
B. Definisi
1. pneumothoraks
Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga pleura
(Harrison, 2000). Luka tembus dada merupakan penyebab umum dari pneumotoraks yang
menyebabkan pengumpulan udara dalam ruang potensial. Pneumotoraks adalah cedera
dada hebat yang disebabkan karena adanya udara yang keluar dari paru kedalam ruang
pleura (Brunner & Suddart, 2010).
Pada pneumotoraks udara atau gas terakumulasi antara pleura parietal dan viseral.
Banyaknya udara yang terjebak dalam ruangan intrapleura menentukan tingkat kolaps
paru. Pneumotoraks diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya yaitu traumatik, spontan,
dan terapeutik (Harrison, 2000).
2. Hematotoraks
Hemotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi pada rongga pleura
yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi terpenting
perembesan darah berkumpul dikantong pleura tidak bisa diserap oleh pleura (Muttaqin,
6
2008). Hemotoraks yaitu trauma pada rongga toraks yang berakibat pendarahan (Patrick,
2002). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.
C. Etiologi
1. pneumothoraks
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative dari pada tekanan intrabrokhial,
sehingga paru-paru akan berkembang mengikuti dinding toraks dan udara dari luar yang
tekanannya nol akan masuk ke bronkus hingga sampai alveoli. Saat ekspirasi, dinding
dada menekan rongga dada sehingga tekanan intra pleura akan lebih tinggi dari tekanan di
alveolus ataupun dibronkus sehingga udara ditekan keluar melalui bronkus. Tekanan
intra bronchial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan inrabronkhial akan
lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin, mengedan karena pada keadaan ini glottis
menutup. Apabila dibagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah,
bronchus atau alveolus itu akan pecah atau robek.
Pneumotoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara
melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkhus.
Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bulla yang
disebut granulomatous fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab sering
terjadinya pneumotoraks karena bulla tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi
empiema.
2. Hematohoraks
Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah
intercostal atau arteri mammaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau cedera
tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebrata torakal juga dapat menyebabkan hemotoraks.
Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi. Penyebab
paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Dapat juga terjadi pada pasien yang
memiliki:
Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
Kanker paru-paru atau pleura.
Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-paru
Operasi jantung
Tuberkulosis
7
D. Klasifikasi
1. Pneumothoraks
Pneumotoraks diklasifikasikan sesuai dengan terapeutik. (Harrison, 2000)
a. Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks traumatik adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma,
baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding
dada maupun paru.
Berdasarkan kejadiannya pneumotoraks traumatik dibagi 2 jenis yaitu :
1). Pneumotoraks Traumatik bukan Iatrogenik, adalah pneumotoraks yang terjadi
karena jejas pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup, barotrauma.
2). Pneumotoraks Traumatik Iatrogenik, adalah pneumotoraks yang terjadi akibat
komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
E. Patofisiologi
1. Pneumothoraks
Pneumothorax dapat disebabkan oleh trauma dada yang dapat mengakibatkan
kebocoran /tusukan /laserasi pleura viseral. Sehingga paru-paru kolaps sebagian /
komplit berhubungan dengan udara /cairan masuk ke dalam ruang pleura. Volume
diruang pleura menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan intra
toraks. Jika peningkatan tekanan tekanan intra toraks terjadi, maka distres pernafasan
dan gangguan pertukaran gas dan menimbulkan tekanan pada mediastinum yang
dapat mencetuskan gangguan jantung dan sirkulasi sistemik.
2. Hemathotoraks
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru
atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau
atau peluru menembus paru-paru. Mengakibatkan pecahnya membran serosa yang
melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan
masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40%
dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, pecahnya usus sehingga perdarahan intra
alvepler, kolaps terjadi perdarahan. Arteri dan kapiler, kapiler kecil, sehingga tekanan
perifer pembuluh darah paru naik, aliran daran menurun. Hb menurun, anemia, syok
hipovolemik, sesak nafas, takipnea, sianosis, takikardi,.
10
F. WOC
1. Pneumothoraks
Kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya
pleura. Robekan ini akan berhubungan dengan bronkus
Tekanan intrabrokhial meningkat
2. Hemathotoraks
Terpasang bullow
Tanda-tandanya: Tanda:
drainase / WSD
- Sesak - mual,
napas - BB turun
Tanda-tanda: - sesak
- Napas
cuping Klien terlihat
hidung menahan nyeri,
Respon nyeri, adanya
Defisit nutrisi
luka pasca
Pola nafas pemasangan bullow
tidak efektif drainase Intervensi:
- Kaji kebiasaan
Intervensi: Nyeri makan
a. - Anjurkan klien
- Kaji Intervensi: makan dalam
kualitas,
frekuensi - Kaji skala nyeri
dan - Ajarkan tekhnik
kedalaman relaksasi
pernapasan - Kolaborasi dengan
.
12
G. Manifestasi klinis
1. Pneumothoraks
a. Pneumothoraks Tertutup
- Nyeri tajam saat ekspirasi terutama pada paru yang sakit.
- Peningkatan frekuensi napas
- Kecemasan meningkat
- Produksi keringat berlebihan
- Penurunan tekanan darah
- Takikardi
- Inspeksi dan palpasi: penurunan sampai hilangnya pergerakan dada pada sisi
yang sakit.
- Perkusi: hiperresonan pada sisi sakit
- Auskultasi: penurunan suara napas.
- Berat badan menurun
- Nafsu makan berkurang
b. Pneumothoraks spontan
Napas pendek dan timbul secara tiba-tiba tanpa ada trauma dari paru.
c. Pneumothoraks Ventil
- Inspeksi dan sesak napas berat, penurunan pergerakan dada.
- Perkusi: hiperresonan pada sisi sakit
- Auskultasi: penurunan suara napas.
d. Pneumothoraks Terbuka
- Terlihat ada luka terbuka dan suara mengisap di tempat luka.
- Perkusi: hiperresonan pada sisi sakit
- Auskultasi: penurunan suara napas.
2. Hematothoraks
- Gangguan pengembangan dada
- Perubahan kedalaman pernapasan
- Sesak napas mendadak
- Nyeri dada
- Perkusi dada pekak
- Perdarahan nyata (massif)
13
- Sianosis
- Hipoksia
- Takikardi
- Hipotensi
H. Komplikasi
Atelektasis, infeksi, edema pulmonary, emboli paru, efusi pleura, empiema, emfisema,
penebalan pleura.
I. Pemeriksaan diagnostik
1. Pneumothoraks
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pneumotoraks akan tampak hitam, rata, dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps
tidak membentuk garis, tetapi berbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru.
Adakalanya paru yang mengalami kolaps tersebut, hanya tampak seperti massa
yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas
sekali. Besarnya kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak
napas yang dikeluhkan. Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila ada
pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar
telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intrapleura yang tinggi.
b. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen harus diukur biasanya normal kecuali adanya penyakit paru.
c. Ultrasonografi atau CT
Keduanya lebih baik dari poto toraks dalam mendeteksi pneumotoraks kecil dan
biasanya digunakan setelah biopsi perkutan.
2. Hematothoraks
- Perkusi memperlihatkan bunyi napas yang samar dan saat auskultasi bunyi napas
berkurang atau tidak ada di sisi yang diserang.
- Torasentesis menghasilkan darah atau cairan serosanguinosa
- Sinar-X dada menunjukkan cairan pleural dengan atau tanpa pergeseran
mediastinal.
- Analisis gas darah arterial bias mendokumentasikan gagal respiratorik.
14
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah negatif. Hal ini
disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara lainnya adalah
melakukan penusukan ke rongga pleura memakai transfusion set.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil :
Penggunaan pipa Water Sealed Drainage (WSD).
Pipa khusus (kateter toraks) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pen), memasukkan pipa
plastik (kateter toraks) dapat juga dillakukan melalui celah yang dibuat dengan
bantuan insisi kulit dari sela iga ke-4 pada garis aksila tengah atau pada garis
aksila belakang.Selain itu, dapat pula melalui sela iga ke-2 dari garis klavikula
tengah.Selanjutnya ujung selang plastic di dada dan pipa kaca WSD di
hubungkan melalui pipa plastic lainnya.Posisis ujung pipa kaca yang berada di
botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara
dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.
Pengisapan Kontinu (continuous suction)
Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura tetaap positif.
Pengisapan dilakukan dengan cara memberi tekanan negative sebesar 10-20
cm H2O. Tujuannya adalah agar paru cepat mengembang dan segera terjadi
perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.
Pencabutan Drain
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah
negatif kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditututp dengan
cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang
penuh, drain dapat dicabut.
15
c. Tindakan Bedah
Pembukaan dinding toraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang
menyebabkan terjadinya pneumotoraks, lalu lubang tersebut dijahit.
d. Pada pembedahan, jika dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak dapat mengembang, maka dapat dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
Pembedahan paru kembali bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada
fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat
dipertahankan kembali.
2. Hematothoraks
- Pasang selang dada yang dihubungkan dengan system WSD
- Transfuse darah dengan transfusi autolog dengan menggunakan alat autotransfusi
atau dengan transfuse analog transfuse whole blood
- Tindakan terhadap syok
- Oksigen tambahan
16
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
Tanggal Pengkajian : Tanggal masuk :
Ruang kelas : Nomor gerister :
Diangnosa medis :
A. Identitas klien
Yang berisi tentang Nama, jenis kelamin, usia/tanggal lahir, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
B. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang dirasakan klien pneumotoraks dan hematotoraks adalah
nyeri pada dada dan gangguan bernafas
C. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama metode PQRST, paliatif atau
provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien misalnya nyeri dada dan gangguan
bernafas , quality atau kualits (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R)
yaitu nyeri menjalar kemana, safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan time (T) yaitu sejak kapan klien
merasakan nyeri tersebut
D. Riwayat kesehatan dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama atau pernah dirawat
sebelumnya alergi terhadap obat, makanan tertentu, pengobatan terakhir, pengalaman
pembedahan.
E. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan dengan
penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi pengkajian apakah pasien pernah
mengalami alergi atau penyakit keturunan.
17
9. System Muskuloskeletal
Biasanya pasien kemampuan sendi terbatas, ada luka bekas tusukan benda tajam,
terdapat kelemahan, kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi
subkutan.
10. System persyarafan
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan persyarafan
19
I. Analisa Data
Data Senjang Etiologi Masalah
J. rencanaan Keperawatan
penyebabnya
perubahan pola
pernapasan
6. Auskultasi suara napas
tambahan setiap 2 hari atau 6. Adanya suara
direkoendasikan
1/2/3/4/5
- Mengenali apa yang
terkait dengan gejala
nyeri 1/2/3/4/5
BAB lV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga pleura. Luka
tembus dada merupakan penyebab umum dari pneumotoraks yang menyebabkan
pengumpulan udara dalam ruang potensial. Pneumotoraks adalah cedera dada hebat yang
disebabkan karena adanya udara yang keluar dari paru kedalam ruang pleura.
Pneumotoraks adalah merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga
pleura. Pneumotorak terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu pneumotoraks terbuka,
pneumotoraks tertutup, dan pneumotoraks tension. Pada pneumotoraks udara atau gas
terakumulasi antara pleura parietal dan viseral. Banyaknya udara yang terjebak dalam
ruangan intrapleura menentukan tingkat kolaps paru.
Hemotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi pada rongga pleura
yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi terpenting
perembesan darah berkumpul dikantong pleura tidak bisa diserap oleh pleura. Hemotoraks
yaitu trauma pada rongga toraks yang berakibat pendarahan.
B. Saran
Mahasiswa diharapkan untuk daat menerapkan ilmu mengenai asuhan keperawtaan pada
pasien dengan pneumothoraks dan hematotoraks dan mempersiapkan diri dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien .
32
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan: Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika