Anda di halaman 1dari 18

http://thelostamasta.blogspot.com/2012/05/laporan-pendahuluan-kebutuhan-dasar.

html

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KEBUTUHAN PEMENUHAN OKSIGEN
DI RUANG PARU RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA
TANGGAL 23 NOPEMBER – 25 NOPEMBER 2018

OLEH:
SYARIF HIDAYATULLAH, S. Kep
NIM. 18.31.1210

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
2018 – 2019

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR
DI RUANG PARU RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA
TANGGAL 23 NOPEMBER – 25 NOPEMBER 2018

OLEH:
SYARIF HIDAYATULLAH, S. Kep

NIM. 18.31.1210

Banjarmasin, 25 Nopember 2018


Mengetahui,

Preseptor Akademik PreseptorKlinik


Ns. Ria Anggara Hamba,S.Kep, MM Noerliana, S.Kep,Ns

GANGGUAN KEBUTUHAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
I. Definisi Oksigenasi
1.1. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh. Oksigenasi
juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O2) ke dalam paru
dengan alat khusus.
Tujuan pemberian oksigenasi:
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen
yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress
pada miokardium. Beberapa metode pemberian oksigen:
a. Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya
sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut
pola pernafasan pasien.
b. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan
dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan
pasien.

NILAI-NILAI NORMAL
Parameter Nilai normal
Tidal Volume (TV) 500 cc

Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml

Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml

Volume Residu 1200 ml

Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml

Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml

Kapasitas Vital 4600 ml

Kapasitas Total Paru 5800 ml

1.2. faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan
jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-
kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap
diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada
lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin
tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit
paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya
pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem
pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu
contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi
sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen
di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Sianosis dapat ditandai dengan
warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan
oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat
sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia
hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang
hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

7. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama
jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut
dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha
inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan jalan napas yang
terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan
tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya
suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).
1.3. Fisiologi Pernapasan
1. Struktur Sistem Pernafasan
a. Saluran pernafasan atas
Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang
dihirup. Terdiri dari :hidung, faring, laring, epiglottis
b. Saluran Pernafasan bawah
Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukuosa cilliary,
memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea, bronchus, paru.
Pernafasan eksternal mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2 dan CO2
antara lingkungan eksternal, dan sel tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung
dalam 3 langkah, yaitu:
a. Ventilasi Pulmoner.
Udara bergantian masuk keluar paru-paru melalui proses ventilasi sehingga
terjadi proses pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus.
b. Pertukaran gas alveolar.
Setelah oksigen masuk alveolus, proses pernafasan berikutnya adalah difusi
oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah proses
pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi rendah. Proses ini
berlangsung di alveolus dan membrane kapiler.
c. Transpor oksigen dan karbondioksida.
Pada proses ini oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan
karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru-paru.
 Transpor O2.
Normalnya, sebagian oksigen (97%) berikatan lemah dengan hemoglobin dan
diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk Oksihemoglobin (HbO2), sisanya
terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh Ventilasi (jumlah O2 yang
masuk ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas dara
yang dibawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma, jumlah
Hemoglobin (Hb), dan ikatan O2 dengan Hb.
 Transpor CO2.
Karbondioksida hasil metabolisme terus menerus diankut menuju paru-paru
melalui 3 cara: sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah
merah dalam bentuk bikarbonat (HCO3-), sebanyak 23% karbondioksida
berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin (HbCO2),
Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dalam bentuk
asam karbonat.

Pernafasan internal atau pernafasan jaringan mengacu pada proses metabolisme


intrasel yang berlangsung dalam mitrokondria, yang menggunakan O2 dan menhasilkan
CO2 selama proses penyerapan energi molekul nutrient. Pada proses ini darah yang
banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler
sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel
jaringan. Seperti dari kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif
mengikuti penurunan gradient tekanan parsial.
1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi

1.  Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi
ke jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia :
a. gangguan pernafasan
b. gangguan peredaran darah
c. gangguan sistem metabolism
d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa
CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan rata
– rata dan kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala :
a. pusing
b. nyeri kepala
c. henti jantung
d. koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh),
sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi
sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari
beberapa obat.
Tanda dan gejala:
a. napas pendek
b. nyeri dada
c. sakit kepala ringan
d. pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam,
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif, dan overdosis
obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.
Fisiologis :
a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b. pada anak-anak yang sedang tidur
c. pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis :
a. gagal jantung
b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
5. Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan
sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha.
Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

II. Rencana asuhan Keperawatan klien dengan gangguan oksigenasi


2.1 Pengkajian Keperawatan
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan format
nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab
II.1.1 Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan
klien meminta  bantuan pelayanan seperti :
1) Fungsi kardiopulmoner saat normal
2) Fungsi respirasi dan sirkulasi saat mengalami perubahan atau gangguan
3) Pengukuran penggunaan O2 secara optimal
Kaji :
a) Masalah-masalah respirasi
b) Rasionalisasi penyakit/masalah respirasi
c) Adanya batuk dan penanganan
d) Kebiasaan merokok
e) Nyeri
f) Masalah kardiovaskuler
g) Faktor resiko yang memperlambat
h) Rasionalisasi penggunaan medikasi
i) Stressor yang dialami
j) Status/kondisi kesehatan
Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
a. Rasionalisasi hipertensi :sakit jantung atau cerebro vaskuler asadent
b. Merokok
c. Obesitas
d. Diet tinggi lemak
e. Meningkatnya kolesterol
Anamnese riwayat kesehatan
Masalah bernafas:
a. Nyeri dada
b. Dypsnoe
c. Hipoventilasi
d. Batuk
e. Hiperventilasi
f. Cyanosis
Riwayat psikososial
a. Kebiasaan merokok
b. Riwayat tumbuh kembang
c. Tanggapan terhadap penyakit
d. Alkohol
Faktor resiko
a. Obesitas
1) Gangguan syaraf (CVA).
II.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena
tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
II.1.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.Meliputi
pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.
II.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau sudah
sering mengalami gangguan pola tidur.
II.1.5 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara :
1. Inspeksi
Menggunakan indra penglihatan, Observasi dari head to toe (kepala sampai
kaki) meliputi :
a. Kulit
b. Warna membrane mukosa
c. Keadaan umum
d. Tingkat kesadaran
e. Keadekuatan sistem sirkulasi
f. Pola nafas
g. Gerakan dinding dada
h. Bentuk thorax
i. Tipe pernafasan (brot, kussmaul)
j. Gerakan otai pernafasan
2. Palpasi
Menggunakan indra peraba, meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat
di jangkau tangan.
Misal : suhu, kelembapan, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa
edema, krepitasi dan sensasi.
a) Palpasi ringan
Dengan menggunakan telapak tangan dan tangan sejajar dengan kulit
tekan hati-hati dengan kedalaman 1-2 cm gerakan bantalan jari dengan
gerakan memutar.
b) Palpasi dalam
Palpasi tangan tunggal dengan sisi telapak tangan pada kulit dengan tangan
menekan ke bawah, bantalan jari di tekan 4 - 5 cm.
3. Perkusi
Meliputi pengetukan permukaan tubuh untuk menghasilkan bunyi yang akan
membantu dalam penentuan densitas, lokasi, ukuran dan posisi struktur di
bawahnya.
a. Perkusi langsung (segera)
Permukaan tubuh ditekuk dengan satu jari atau lebih pada satu lengan.
b. Perkusi tidak langsung (perantara)
Jari tengah pada satu tangan (fleksimer) hipertensi dalam tulang distal jari
ditempelkan berlawanan dengan permukaan tubuh.
c. Hasil perkusi
1. Timpani
Intensitas keras, bunyi nada tinggi, lamanya sedang, setara dengan bunyi
dram.
2. Hiperresonansi
Intensitas sangat keras, bunyi dengan nada sangat rendah, lamanya sangat
singkat setara dengan bunyi dentuman.
3. Resonansi
Intensitas sedang, bunyi nada rendah, lamanya panjang setara dengan
gaung.
4. Pekak
Intensitas lembut, bunyi nada tinggi, lamanya sedang.
5. Bunyi datar
Intensitas halus, bunyi nada tinggi, lamanya singkat.
4. Auskultasi
Tindakan mendengarkan bunyi yang di timbulkan oleh bermacam-macam organ
dan jaringan dalam tubuh, instrument yang digunakan untuk auskultasi adalah
stetoskop.
a. Bunyi nafas normal
1) Bronchial
Bunyi keras, nada tinggi dengan gaung atau kualitas
2) Bronkovasikuler
Bunyi sedang dengan nada sedang, mempunyai kualitas redam
3) Vasikuler
Bunyi yang dihasilkan nada rendah, halus, respirasi lebih keras dan lebih
tinggi dari ekspirasi
b. Bunyi nafas menyimpang
1) Fine crackles
Bunyi tidak terus menerus terdegar bunyi ledakan mirip dengan gesekan
rambut dekat telinga
2) Coarse crackles
Bunyi tidak terus merus, bunyi ledakan keras dengan kualitas gelembung,
mirip gelembung soda karbonat
3) Ronchi
Bunyi keras, tinggi, kualitas mendengkur terus menerus mirip gesekan 2
balon
4) Mengi
Bunyi berkualitas musik, nada tinggi terus menerus
II.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


 Sekresi kental/berlebihan akibat infeksi, fibrosis Ketidakefektifan
kistik atau influenza bersihan jalan
 Imobilitas statis sekresi dan batuk tidak efektif nafas
 Sumbatan jalan nafas karena benda asing

  Ansietas Ketidakefektifan
 Posisi tubuh pola nafas
 Deformitas dinding dada
 Keletihan
 Hiperventilasi
 Sindrom hipoventilasi
 Gangguan muskuloskeletal
 Kerusakan neurologis
 Imaturitas neurologis
 Disfungsi neuromuskuler
 Obesitas
 Nyeri
 Keletihan otot pernafasan
  Perubahan membran alveolar – kapiler Gangguan
 Ventilasi perfusi pertukaran gas

II.3 Diagnosa Keperawatan
II.3.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
II.3.2 Ketidakefektifan pola nafas
II.3.3 Gangguan pertukaran gas
II.4 Nursing Care Planning (NCP)

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1 Ketidakef Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x 24 jam Airway suction


ektifan diharapkan pasien tidak mengalami insomnia dengan kriteria 1. Pastikan kebutuhan oral/trakeal suctioning
bersihan hasil : 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
jalan nafas Indikator IR ER 3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
4. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
- Mendemonstrasikan batuk 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
efektif dan suara nafas yang suction nasotrakeal
bersih, tidak ada sianosis dan 6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
dipsnea(mampu mengeluarkan 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter
sputum, mampu bernafas dikeluarkan dan nasotrakeal.
dengan mudah, tidak ada pursed 8. Monitor status oksigen pasien
lips) 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
- Menunjukkan jalan nafas yang 10. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
paten menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2,dll
- Mampu mengidentifikasi dan Airway management
mencegah faktor yang dapt 11. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
menghambat jalan nafas 12. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
13. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh indikator
14. Pasang mayo bila perlu
berikut
15. Auskultasi suara nafas,
1. gangguan ekstrem
16. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
2. berat
17. Berikan bronkodilator bila perlu
3. sedang
18. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
4. ringan
19. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
5. tidak mengalami gangguan
20. Monitor respirasi dan status O2
2 Ketidakef Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...X24 jam Airway management
ektifan diharapkan pasien tidak mengalami deprivasi tidur dengan 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
pola nafas kriteria hasil : 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Indikator IR ER 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
- Suara nafas bersih 5. Auskultasi suara nafas,
- tidak ada siaonsis 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- dispnea 7. Berikan bronkodilator bila perlu
- menunjukan jalan nafas yang 8. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
paten (tidak merasa tercekik, 9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
irama nafas 10. Monitor respirasi dan status O2
- frekuensi pernafasan dalam Oxigent therapy
rentang normal 1. Bersihkan mulut, hidung, dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
- tidak ada suara nafas
3. Atur peralatan oksigenasi
abnormal) dan TTV dalam
4. Pertahankan posisi pasien
rentang normal 5. Observasi adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh indikator Vital Sign Monitoring
berikut 1. Monitor TD, Nadi, suhu, dan RR
1. gangguan ekstrem 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
2. berat 3. Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
3. sedang 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
4. ringan 5. Monitor TD, nadi, RR sebelum, selama dan sesudah aktifitas
5. tidak mengalami gangguan 6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor suara paru
8. Monitor pola pernafasan abnormal
9. Monitor pola pernafasan abnormal
10. Monitor suhu, kelembapan dan warna kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad (nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik
13. Identifikasi penyebab perubahan dari perubahan vital sign
3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x 24 jam 1. Manajemen Energi : Mengatur penggunaan energy untuk
Gangguan diharapkan pasien dapat meningkatkan tidur dengan kriteria mengatasi atau mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi
pertukaran hasil Pasien akan : 2. Manajemen LingkunganKenyamanan: Memanipulasi lingkungan
gas Indikator IR ER sekitar pasien untuk meningkatkan kenyamanan optimal
3. Peningkatan Tidur : Memfasilitasi siklus tidur-bangun yang teratur
- Mendemontrasikan peningkatan
ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
- Memelihara kebersihan paru –
paru dan bebas dari tanda –
tanda distress pernafasan.
- Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dipsnea (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed
lip)
- Tanda tanda vital dalam rentang
normal

Menunjukkan Tidur, yang dibuktikan oleh indikator


berikut
1. gangguan ekstrem
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak mengalami gangguan

II.5 Implementasi Keperawatan


DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. 2007. Jakarta : EGC

International, NANDA.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


2013. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai