Anda di halaman 1dari 8

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091

VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

HUBUNGAN PENERAPAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL


(MAKP) DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG KELIMUTU, RUANG
KOMODO, DAN RUANG ANGGREK RSUD PROF. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG

Yulita Lobo1, Elisabeth Herwanti2, Akto Yudowaluyo3


Program Studi Ners Universitas Citra Bangsa
e-mail: julitalobo04@yahoo.com

ABSTRAK
Metode Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebuah sistem keperawatan yang terdiri
dari struktur, proses, dan nilai-nilai profesional yang mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut. Penerapan
MAKP secara tepat dapat meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja perawat. Tujuan
Penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan penerapan MAKP Dengan Kinerja Perawat Di
Ruang Kelimutu, Ruang Komodo, Dan Ruang Anggrek RSUD PROF. Dr. W. Z. Johannes
Kupang. Desain Penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
responden sebanyak 51 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Instrumen yang digunakan ialah kuesioner dan lembar studi dokumentasi.
Analisa data yang digunakan ialah bivariat dengan uji statistik spearman rho. Hasil Penelitian
didapatkan penerapan MAKP menurut responden berada pada kategori kurang yaitu 51,9% dan
kinerja perawat berada pada kategori kurang yaitu 53,6%. Berdasarkan uji statistik didapatkan
nilai p=0,000. Kesimpulan ada hubungan antara penerapan MAKP dengan kinerja perawat.
Oleh karena itu disarankan adanya peningkatan penerapan MAKP melalui pelatihan dan
evaluasi yang berkesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional.

Kata Kunci : Metode Asuhan Keperawatan Profesional, Kinerja.

ABSTRACT
Professional nursing care method is a nursing system consisting of structure, process,
and professional values that regulates the appropriately of nursing care including the
environment that can support the appropriately of nursing care. Appropriate implementation of
professional nursing care will improve the quality of service and performance of nurses. The
purpose of this study identified the relations of professional nursing care method
implementation with the performance of nurse in Kelimutu, Komodo, and Anggrek Ward of
Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Hospital. The research Design was correlation with cross
sectional approach. The number of respondents were 51 people. Sampling in this research used
purposive sampling technique. The instruments used are questionnaires and documentation
study sheets. Data analysis used is bivariate with spearman rho statistic test. The result of the
research obtained by the respondent about the professional nursing care method
implementation in the less category that was 51,9% and the nurse's performance in the less
category that was 53,6%. Based on statistical test obtained score p = 0,000. Conclusion there
was a relationship between the implementation of professional nursing care method with the
performance of nurse. Therefore, it’s suggested to improve the implementation of Professional
Nursing Care Method through continuous training, supervision and evaluation to enhancement
the knowledge and skill of nurse in providing professional nursing care.

126
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

Keywords: Professional Nursing Care Method, Performance.

PENDAHULUAN Pembagian kerja pada perawat akan tampak


pada sistem penerapan pemberian asuhan
Kualitas pelayanan keperawatan keperawatan (2).
merupakan salah satu aspek penting yang Keliat (2005) mengemukakan bahwa
berpengaruh terhadap mutu pelayanan rumah penerapan MAKP secara tepat akan
sakit. Sebagaimana yang dikemukakan oleh berdampak pada kinerja perawat yang
Aditama (2003) keberhasilan rumah sakit kemudian dapat berdampak pula pada
dalam menyelenggarakan pelayanan peningkatan angka pemanfaatan tempat tidur
kesehatan yang bermutu dipengaruhi oleh rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR)
banyak faktor diantaranya manajemen rumah dan indikator mutu ruangan serta penurunan
sakit, manajemen keuangan, prasarana dan angka rata-rata lama hari seorang pasien
sarana serta sumber daya manusia salah dirawat atau disebut juga dengan Average
satunya tenaga perawat, karena selain Length Of Stay (AVLOS) dan angka rata-rata
jumlahnya yang dominan (40%-50% dari jumlah hari tempat tidur tidak ditempati dari
seluruh tenaga yang ada), perawat saat diisi hingga saat terisi berikutnya atau
memberikan pelayanan 24 jam sehari selama Turn Over Interval (TOI) yang merupakan
tujuh hari dalam seminggu serta mempunyai indikator mutu pelayanan rumah sakit yang
kontak langsung dengan pasien. Untuk itu, baik dan berdampak pada kinerja perawat (3).
perawat memerlukan suatu sistem yang Berdasarkan Keputusan Menteri
terpadu dalam menjalankan praktik Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
(1)
keperawatan . HK.02.03 / I / 0765/2015 Tentang: Penetapan
Sistem keperawatan terdiri dari Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. W. Z.
struktur, proses, dan nilai-nilai profesional Johannes Kupang Sebagai Rumah Sakit
yang mengatur pemberian asuhan Pendidikan dan merupakan RS rujukan dari
keperawatan termasuk lingkungan yang dapat rumah sakit kabupaten yang ada di NTT.
menopang pemberian asuhan keperawatan Menurut salah satu perawat yang di
tersebut. Pedoman sistem tersebut dikenal wawancarai pada survey awal, semua ruangan
dengan Sistem Metode Asuhan Keperawatan di RS ini telah menerapkan sistem MAKP
Profesional (MAKP). Mc Laughin, Thomas, dengan metode Tim. Diakui metode ini telah
dan Barterm (1995) dalam Nursalam (2015), lama diterapkan tetapi belum ada evaluasi
memaparkan bahwa metode yang umum tentang penerapan MAKP. Sejauh ini yang di
digunakan di rumah sakit adalah asuhan evaluasi hanyalah kinerja perawat di ruangan.
keperawatan total, keperawatan tim, dan Perawat di Ruang Kelimutu berjumlah 20
keperawatan primer (2). orang dengan jenjang pendidikan 1 orang
Kinerja perawat merupakan tolok ukur Ners dan 19 orang DIII Keperawatan, Perawat
dari kualitas pelayanan suatu rumah sakit. Ruang Komodo berjumlah 22 orang dengan
Kinerja dipengaruhi oleh variabel individu, jenjang pendidikan 4 orang Ners dan 18 orang
variabel psikologis dan variabel organisasi. DIII Keperawatan, Perawat Ruang Anggrek
Variabel individu meliputi kemampuan dan berjumlah 17 orang dengan jenjang
ketrampilan, variabel psikologis terdiri dari pendidikan 2 orang Ners dan 15 orang DIII
persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi. Keperawatan. Masing-masing ruangan
Variabel organisasi diantaranya adalah sumber mempunyai 2 Ketua Tim. Ketua tim telah
daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan ditetapkan oleh pihak manajemen
desain pekerjaan. Struktur organisasi dalam keperawatan dan telah mendapat SK. Satu
pelayanan kesehatan dapat terlihat dari Ketua Tim membawahi 3 Perawat. 1 Perawat
pembagian kerja tenaga kesehatan. bertanggung jawab terhadap ± 5 orang pasien.

127
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

Pada pelaksanaan MAKP berdasarkan Dari data tersebut terihat bahwa data
observasi peneliti ketika mengikuti praktik BOR RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
kebutuhan dasar di salah satu ruangan di berada di limit terendah berdasarkan standar
RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, yang ditetapkan oleh Depkes RI (2005)
semua perawat ikut mengambil bagian dalam sehingga perlu diwaspadai. Angka BOR yang
mendokumentasikan askep. Ketua tim rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan
bertugas untuk membuat perencanaaan dan fasilitas perawatan rumah sakit oleh
perawat pelaksana bertugas untuk melakukan masyarakat (4). Data AVLOS menunjukkan
tindakan keperawatan. Setiap perawat bahwa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
pelaksana mempunyai tugas yang telah Kupang belum efisien dalam memberikan
dibagikan oleh ketua tim pada saat timbang pelayanan kesehatan atau belum mampu
terima. Jika ada tindakan yang sulit untuk memenuhi standar yang ditetapkan Depkes
dilakukan, maka ketua tim akan mengambil RI (2005). Terjadi peningkatan pada data TOI
alih sambil menjelaskan prosedurnya kepada sehingga RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
perawat pelaksana. Jika ada tindakan yang Kupang telah melewati standar yang
harus dikonsultasikan dengan profesi lain, ditetapkan Depkes RI (2005). Semakin besar
maka ketua tim sendiri atau dengan delegasi angka TOI menunjukkan efisiensi
ketua tim perawat akan menghubungi profesi penggunaan tempat tidur semakin buruk.
yang dimaksud untuk berkonsultasi. Dari Sedangkan pada data BTO terlihat ada
gambaran singkat penerapan MAKP ini penurunan frekuensi pemakaian tempat tidur
penulis berpendapat bahwa RSUD Prof. Dr. pada satu satuan waktu (4).
W. Z. Johannes Kupang telah menerapkan Data tersebut jika diabaikan dapat
MAKP tim dengan baik, tetapi apakah berdampak langsung pada penurunan mutu
penerapan MAKP yang baik ini mampu pelayanan rumah sakit dan buruknya kinerja
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit? perawat. Sehingga salah satu solusi yang
Hal ini perlu di lihat dengan membandingkan dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan
data BOR RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes MAKP secara tepat. Sesuai dengan teori yang
Kupang. dikemukakan oleh Keliat (2005) penerapan
Berikut adalah gambaran mutu MAKP secara tepat dapat meningkatkan mutu
pelayanan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes pelayanan rumah sakit dan kinerja perawat (3).
Kupang tahun 2014-2015. Tujuan Penelitian ini adalah
mengidentifikasi hubungan penerapan MAKP
Tabel 1.Indikator Mutu RSUD Prof. Dr. W. Z. Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Kelimutu,
Johannes Kupang tahun 2014-2015 Ruang Komodo, Dan Ruang Anggrek RSUD
Tahun Standa PROF. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Indikato r
N
r Depkes METODE PENELITIAN
o 2014 2015
Mutu RI
(2005) Penelitian ini merupakan jenis
62,6 60,5 penelitian korelasional dengan pendekatan
1. BOR 60-85% cross sectional untuk mengetahui hubungan
% %
penerapan Metode Asuhan Keperawatan
2. AVLOS 5 hari 5 hari 6-9 hari Profesional (MAKP) dengan kinerja perawat
yang dilakukan dengan cara menilai
3. TOI 3 hari 4 hari 1-3 hari penerapan MAKP menggunakankuesioner
47 41 40-50 oleh Nursalam (2015) dan kinerja perawat
4. BTO dengan menggunakan lembar studi
kali kali kali
Sumber: Instalasi Rekam Medis RSUD Prof. dokumentasi oleh Depkes RI (1995).
Dr. W. Z. Johannes Kupang Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Perawat Ruang

128
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

Kelimutu, Ruang Komodo dan Ruang yang terdiri dari struktur, proses, dan nilai-
Anggrek Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang nilai profesional yang mengatur pemberian
yang sesuai dengan kriteria inklusi Kriteria asuhan keperawatan termasuk lingkungan
inklusi yang digunakan dalam penelitian ini, yang dapat menopang pemberian asuhan
yakni: keperawatan tersebut (5).
1. Perawat Ruang Kelimutu, Ruang Menurut Hoffart & Woods (1996) dalam
Komodo dan Ruang Anggrek yang aktif Sitorus (2011) terdapat lima subsistem dari
bekerja minimal 1 tahun. penerapan MAKP yaitu pengembangan nilai-
2. Bersedia menjadi responden dan nilai profesional, hubungan profesional,
menandatangani informed consent. metode pemberian asuhan keperawatan,
3. Pendidikan minimal DIII Keperawatan. pendekatan manajemen, serta sistem
4. Pasien Yang sudah dirawat 3 hari. kompensasi dan penghargaan (5). Menurut
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu Nursalam (2015), terdapat tiga indikator
perawat Ruang Kelimutu, Ruang Komodo dan penerapan MAKP diantaranya model asuhan
Ruang Anggrek yang sedang cuti. Dari semua keperawatan yang digunakan, efektivitas dan
perawat Perawat Ruang Kelimutu, Ruang efisiensi model asuhan keperawatan,
Komodo dan Ruang Anggrek Prof. Dr. W. Z. pelaksanaan model asuhan keperawatan.
Johannes Kupang yang masuk dalam kriteria Elemen-elemen tersebut merupakan hal
eksklusi ada 8 orang. Sehingga didapatkan penting dalam penerapan MAKP, karena bila
total sampel untuk penelitian ini adalah 51 dilakukan dengan baik hasilnya dapat
orang. dirasakan oleh klien maupun perawat itu
Teknik pengambilan sampel yang sendiri (2). Hasil penelitian M. Afandi (2008),
digunakan adalah purposive sampling dimana di ruang Dahlia RSUD Djojonegoro
dalam penentuan sampel terdapat Temanggung, disebutkan bahwa semua
pertimbangan tertentu sesuai dengan yang komponen yang diterapkan di ruang MAKP
dikehendaki peneliti. hasilnya diatas 80% (6). Hasil pemaparan
Instrumen yang digunakan dalam tersebut dapat diasumsikan bahwa seluruh staf
penelitian ini adalah Kuesioner penerapan mempunyai profesionalitas yang tinggi dalam
MAKP oleh Nursalam (2015) yeng terdiri dari memberikan layanan perawatan.
14 pernyataan dan Studi Dokumentasi kinerja Menurut peneliti terdapat
perawat oleh Depkes RI (1995) yang terdiri ketidaksesuaian antara teori dengan hasil
dari 25 pernyataan. penelitian dimana komponen MAKP telah
diterapkan yaitu adanya pengembangan nilai-
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai profesional, hubungan profesional,
1. Penerapan MAKP metode pemberian asuhan keperawatan, dan
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan pendekatan manajemen, namun hasilnya
Penerapan MAKP sebagian responden berpendapat bahwa
penerapan MAKP berada dalam kategori
kurang. Hal ini disebabkan karena dari ketiga
indikator yang ada, 1 indikator yakni
efektivitas dan efisiensi model asuhan
keperawatan hasilnya kurang dari nilai rata-
rata. Hal ini dibuktikan dengan kuesioner
penerapan MAKP yang mempunyai skor
Tabel 2menunjukkan bahwa dari 51
terendah yaitu pada pernyataan tentang model
responden didapatkan penerapan Metode
yang digunakan saat ini menyulitkan dan
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
memberikan baban kerja berat bagi perawat
menurut responden berada dalam kategori
serta metode saat ini mendapat kritikan dari
Kurang yaitu sebanyak 27 responden (51,9%).
pasien.
Metode Asuhan Keperawatan
Profesional adalah sebuah sistem keperawatan

129
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

Sedangkan 2 (dua) indikator lainnya mempunyai kinerja baik dan 28 responden


memperoleh hasil yang baik yaitu pada model (53,6%) mempunyai kinerja kurang.
asuhan keperawatan dan pelaksanaan asuhan Menurut Nursalam (2015) kinerja
keperawatan. Dimana dapat diasumsikan perawat merupakan tolok ukur dari kualitas
bahwa sebagian besar responden memahami pelayanan suatu rumah sakit. Kinerja
model asuhan keperawatan yang diterapkan dipengaruhi oleh variabel individu, variabel
dan telah terlaksana komunikasi yang adekuat psikologis dan variabel organisasi (2). Variabel
antara perawat dengan tim kesehatan lainnya. individu meliputi kemampuan dan
Hasil penelitian ini didukung oleh ketrampilan, variabel psikologis terdiri dari
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari persepsi, sikap, kepribadian dan motivasi.
(2012) tentang hubungan pelaksanaan MPKP Variabel organisasi diantaranya adalah sumber
metode penugasan perawat primer dengan daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan
kepuasan pasien di Ruang Cendrawasih desain pekerjaan. Struktur organisasi dalam
RSUD Wangaya Denpasar dimana hasil pelayanan kesehatan dapat terlihat dari
penelitian menunjukkan hubungan pembagian kerja tenaga kesehatan.
pelaksanaan MPKP metode penugasan Pembagian kerja pada perawat akan tampak
perawat primer kurang baik, yaitu sebanyak pada sistem penerapan pemberian asuhan
36 orang (64%) dan menyatakan penerapan keperawatan.
MPKP baik sebanyak 20 orang (36%) (7). Penulis berpendapat bahwa adanya
Hasil penelitian yang telah dilakukan kesesuaian teori yaitu ketika variabel individu
oleh Rohmiyati tentang studi fenomologi: dalam hal ini yaitu kemampuan dan
pengalaman perawat dalam menerapkan keterampilan perawat kurang maka kinerja
MPKP di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. perawat pun berada dalam kategori kurang.
Amino Gondhohutomo Semarang, didapatkan Hal ini dibuktikan dengan point tindakan yang
kendala dalam penerapan MPKP adalah mendapat skor terendah dimana dari hasil
kurangnya tenaga perawat, dukungan observasi dokumen, perawat belum mampu
manajemen yang kurang, kurang supervisi, atau kurang terampil dalam
kurang motivasi, belum adanya mendokumentasikan tindakan berdasarkan
reward/penghargaan, kurangnya perencanaaan yang dibuat, perawat dinilai
fasilitas/sarana-prasarana untuk terlaksananya kurang dalam mendokumentasikan respon
kegiatan di ruang MPKP (8). Berdasarkan hasil pasien, terkadang perawat tidak
penelitian tersebut maka penulis berpendapat mendokumentasikan follow up, dan
bahwa untuk meningkatkan mutu penerapan pengawasan pasca pemberian tindakan.
MAKP, pihak rumah sakit dipandang perlu Pendokumentasian yang benar seharusnya
mengatasi berbagai jenis kendala dalam sistematis, valid, dan dapat dipertanggung-
penerapan MAKP. jawabkan karena dokumentasi perawat
mempunyai fungsi untuk menghindari
2. Kinerja Perawat kesalahan, tumpang tindih, dan
Tabel 3. Karakteristik Responden berdasarkan ketidaklengkapan informasi dalam asuhan
Kinerja Perawat keperawatan, dengan pendokumentasian yang
benar juga untuk membina koordinasi yang
baik dan dinamis antara sesama perawat atau
pihak lain melalui komunikasi tulisan,
meningkatkan efisiensi dan efiktivitas tenaga
keperawatan, terjaminnya kualitas asuhan
keperawatan, perawat mendapat perlindungan
dalam hukum juga sebagai data otentik bagi
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 51 penelitian.
responden didapatkan 23 responden (46,4%) Jika menggunakan standar Depkes RI
(1995) maka kinerja perawat dinilai kurang

130
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

dari nilai yang diharapkan yaitu > 80%. pelatihan, kelompok kontrol menunjukan
Penulis berpendapat bahwa diperlukan adanya kinerja yang lebih baik (9).
kontrol secara berjenjang mulai dari kepala
ruangan yaitu dengan melakukan kontrol KESIMPULAN
terhadap penulisan dokumentasi, hingga ke
pihak manajemen keperawatan yaitu dengan 1. Penerapan metode asuhan keperawatan
melakukan evaluasi yang berkesinambungan profesional di Ruang Kelimutu, Ruang
dan bimbingan tentang standar prosedur Komodo, dan Ruang Anggrek RSUD
operasional kinerja perawat agar perawat Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang berada
memahami job description yang jelas untuk dalam kategori kurang (51,9%).
menghindari tumpang tindih dalam pekerjaan 2. Kinerja Perawat di Ruang Kelimutu,
serta dapat mewujudkan kinerja perawat yang Ruang Komodo, dan Ruang Anggrek
baik. RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
berada dalam kategori kurang (53,6%).
3. Hubungan Penerapan MAKP dengan 3. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi
Kinerja Perawat Spearman Rho didapatkan hasil p=0,000
Berdasarkan hasil uji statistik korelasi dengan α=0,05 dimana p<α dengan nilai
Spearman Rho didapatkan hasil p=0,000 r=0,961 berarti ada hubungan antara
dengan α=0,05 dimana p<α dengan nilai Penerapan MAKP dengan kinerja
r=0,961 yang menunjukan hubungan sangat perawat.
kuat, maka H1 diterima yang berarti ada
hubungan antara Penerapan MAKP dan DAFTAR PUSTAKA
Kinerja Perawat di ruang Kelimutu, Komodo
1. Aditama, T , Y. 2003. Manajemen
dan Anggrek RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes
Administrasi Rumah Sakit, UI Press,
Kupang.
Jakarta.
Menurut teori yang dikemukakan
2. Nursalam. 2015. Manajemen
Keliat (2005), penerapan MAKP secara tepat
Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik
dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah
Keperawatan Profesional. Surabaya:
sakit dan kinerja perawat (3). Berdasarkan hasil
Salemba Medika.
penelitian didapatkan menurut sebagian
3. Keliat, Budi Ana. 2005. Modul MPKP
responden penerapan MAKP berada dalam
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Fakultas
kategori kurang begitupun dengan kinerja
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
perawat. Dengan demikian penulis
4. Departemen Kesehatan RI, 1995.
beranggapan bahwa adanya kesesuaian teori
Instrumen Evaluasi Penerapan Standar
yang dikemukakan yaitu ketika MAKP
Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit.
mampu diterapkan dengan baik, maka kinerja
Jakarta: Dirjen Pelayanan Medik,
perawat pun akan baik. Begitu juga
Direktorat Rumah Sakit Umum dan
sebaliknya, jika penerapan MAKP kurang
Pendidikan
maka kinerja perawat pun akan berkurang.
5. Sitorus Ratna, 2006. Model Praktik
Penulis berpendapat bahwa perlu
Keperawatan Profesional di Rumah
adanya sebuah pelatihan bagi perawat dalam
Sakit: Penataan Struktur & Proses
pelaksanaan MAKP untuk meningkatkan
(sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan
kinerja perawat. Seperti penelitian yang
di Ruang Rawat. Jakarta : EGC
dilakukan oleh Suratmi (2012) tentang
pengaruh pelatihan Metode Asuhan 6. Afandi. 2008. Evaluasi Pengembangan
Keperawatan Profesional (MAKP) tim MPKP di RSUD Djodjonegoro
terhadap penerapan MAKP di RSUD Dr. Temanggung.
Soegiri Lamongan yaitu ada perbedaan http://journal.umy.ac.id/artikel/download.
penerapan MAKP tim, kinerja perawat dan Diunduh tanggal 28 Juli 2017.
kepuasan kerja perawat setelah diberikan

131
CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL p-ISSN : 2621-4091
VOLUME 3 NOMOR 2, SEPTEMBER 2019 e-ISSN : 2580-9784

7. Wulandari. 2012. Hubungan dalam Menerapkan MPKP di RSJD Dr.


Pelaksanaan MPKP Metode Penugasan Amino Gondhohutomo Semarang.
Perawat Primer Modifikasi dengan http://eprints.undip.ac.id.14822/4/artikel_
Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang MPKP. Diunduh tanggal 28 Juli 2017.
Cendrawasih RSUD Wangaya Denpasar. 9. Suratmi. 2012. Pengaruh Pelatihan
http://ojs.unud.ac.id. Diunduh tanggal 29 Metode Asuhan Keperawatan
Juli 2017. Profesional (MAKP) Tim terhadap
8. Rohmiyati, Ana. 2009. Studi penerapan MAKP Tim di RSUD Dr.
Fenomologi: Pengalaman Perawat

132

Anda mungkin juga menyukai