Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN DEMAM THYPOID

A. LANDASAN TEORI MEDIS

1. Pengertian

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan

infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan

minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang

yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim

dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis,

( Syaifullah Noer, 1996 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut

juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus

abdominalis (.Seoparman, 1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-

gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella

type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan

minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada

saluran cerna, dan gangguan kesadaran.

Kesimpulannya yaitu, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus

halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat

menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

1
2. Etiologi

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, basil gram negative,

bergerak dengan rambut getar, tyidak berspora. Mempunyai

sekurangnya 4 macam antigen, yaitu antigen O (somatik), H (flagela), Vi,

dan protein membrane hialin. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua

sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid

dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam

typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air

kemih selama lebih dari 1 tahun.

3. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,

yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman

salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan

melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan

dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan

yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat

melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman

akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus

halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan

limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan

mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini

kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan

2
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung

empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid

disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian

eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan

penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada

patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus

halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya

merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada

jaringan yang meradang.

4. Manifestasi Klinik

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal berupa rasa tidak enak badan.

a. Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan

malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri

kepala, anorexia dan mual, batuk, epistaksis, obstipasi / diare,

perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam,

bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),

hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran (apatis, somnolen).

5. Komplikasi

a. Komplikasi intestinal

1. Perdarahan usus

2. Perporasi usus

3
3. Ilius paralitik

b. Komplikasi extra intestinal

1. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

2. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan

syndroma uremia hemolitik.

3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis,

kolesistitis.

5. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan

perinepritis.

6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis

dan arthritis.

7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,

polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma

katatonia.

6. Penatalaksanaan

a. Perawatan.

1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari

untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.

2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya

tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

b. Diet.

1. Diet yang sesuai ,tinggi kalori dan tinggi protein serta tidak

mengandung banyak serat.

2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

4
3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi

TIM.

4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari

demam selama 7 hari.

c. Obat-obatan.

1. Klorampenikol

2. Tiampenikol

3. Kotrimoxazol

4. Amoxilin dan ampicillin

7. Pencegahan

a. Cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau

mempersiapkan makanan

b. Hindari minum susu mentah (yang belum disterilisasi)

c. Hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih

d. Hindari makanan pedas

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah

pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid

terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya

leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam

typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-

batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun

tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu

5
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam

typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat

tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,

tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan

terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah

tergantung dari beberapa faktor :

1. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan

laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik

dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah

yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat

bakteremia berlangsung.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada

minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.

Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat

menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.

4. Pengobatan dengan obat anti mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat

anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat

dan hasil biakan mungkin negatif.

6
d. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella

thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat

pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada

uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah

di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan

adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.

Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau

aglutinin yaitu :

1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal

dari tubuh kuman).

2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal

dari flagel kuman).

3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal

dari simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin

besar klien menderita typhoid.

Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :

a. Faktor yang berhubungan dengan anak :

1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan

antibodi.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru

dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan

mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang

dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat

7
menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia

dan karsinoma lanjut.

4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan

obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.

5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat

tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan

antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.

6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi

dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat

meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan

sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun

perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer

aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang

mempunyai nilai diagnostik.

7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella

sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang

positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.

8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer

aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi

dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang

pernah tertular salmonella di masa lalu.

b. Faktor-faktor Teknis

1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat

mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi

aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi

aglutinasi pada spesies yang lain.

2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan

mempengaruhi hasil uji widal.

8
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada

penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi

antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari

suspensi dari strain lain

9. Prognosis

Umumnya baik bila pasien cepat berobat. Prognosis kurang baik bila

terdapat gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia atau febris

kontinu, penurunan kesadaran, komplikasi berat seperti dehidrasi,

asidosis, perforasi usus dan gizi buruk.

Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum,

derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat

dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak 2,6 % dan

pada orang dewasa 7,4 % rata-rata 5,7 % (Juwono Rachmat, 1996).

10. Tumbuh kembang anak pada usia 6-12 tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai

organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar,

ukuran atau dimensi tingkat sel.

Pertumbuhan BB 2-4 kg/tahun dan pada anak wanita sudah mulai

mengembangkan cirri sex sekundernya.

Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan

fungsi termasuk perubahan social dan emosi.

a. Motorik kasar :

1. Loncat tali

2. Badminton

3. Memukul

9
4. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan

berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan

keleluasan

b. Motorik halus :

1. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata

dan tangan

2. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit,

membuat model dan bermain alat musik

c. Kognitif :

1. Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan

situasi

2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternative

dalam pemecahan masalah

3. Dapat memberikan cara kerja dan melacak urutan

kejadian kembali sejak awal

4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan

yang akan dating

d. Bahasa :

1. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternative

dalam pemecahan masalah

3. Dapat memberikan cara kerja dan melacak urutan

kejadian kembali sejak awal

4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan

yang akan datang

11. Dampak hospitalisasi

10
Hospitalisasi atau sakit dan di rawat di RS bagi anak atau keluarga

dapat meninggalkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek

stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan

penyakit dan pengobatan

Penyebab anak stress meliputi :

a. Psikososial

Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan

perubahan peran

b. Fisiologis

Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri

c. Lingkungan asing

Kebiasaan sehari-hari berubah

d. Pemberian obat kimia

Reaksi anak saat di rawat di RS usia sekolahy (6 – 12 tahun)

a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman

sebayanya

b. Dampak mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi

terhadap rasa nyeri

c. Selalu ingin tahu alasan tindakan

d. Berusaha independen dan produktif

Reaksi orang tua

a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,

pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak

b. Ftrustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan

pengobatan serta tidak familiernya peraturan rumah sakit

11
ALUR PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM DEMAM THYPOID

Kuman mengeluarkan Salmonella thyposa Pada lambung


endotoksin
Mengkontaminasi Peningkatan HCL
Proses inflamasi pada jaringan makanan dan air lambung
tempat kuman berkembang biak
dalam usus halus Masuk ke saluran Merangsang N. Vagus
pencernaan
Merangsang Merangsang CTZ di
pengeluaran/sintesis zat Sebagian kuman hipotalamus
pirinogen oleh leukosit dan pada dimusnahkan di lambung
jaringan yang meradang Mual/muntah Output yang
Sebagian mencapai usus berlebihan
Mencapai hipotalamus halus dan jaringan Rasa tidak enak pada
lymphoid mulut
Resiko tinggi
Reaksi penigkatan suhu tubuh ketidakseimbangan
Kuman masuk ke dalam Kurang nafsu volume cairan dan
aliran darah dan mencapai makan/anoreksia elektrolit
Hipertermi
sel-sel retikulo endoteal
organ visera (bakteremia Nutrisi kurang dari
I) kebutuhan tubuh

Kuman dilepaskan ke

12
peredaran darah Energy berkurang
(bakteremia II)
Kelemahan fisik
Kuman masuk ke
jaringan/organ tubuh Intoleransi
terutama limpa dan hati aktifitas

13
B. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Faktor presipitasi dari demam typoid adalah disebabkan oleh

makanan yang tercemar oleh salmonella typhosa dan salmonella

paratyphoid A, B, dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan,

lalat dan feses serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur.

Faktor predisposisinya adalah minuman mentah, makan makanan

yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah

makan dari WC dan menyiapkan makanan.

Riwayat keperawatan dan kaji adanya gejala dan tanda

meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah

kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, dan penurunan kesadaran.

2. Diagnosa keperawatan

a. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit b/d

hipertermi dan muntah.

 Tujuan :

Ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi

 Kriteria hasil :
Membran mukosa normal, bibir lembab, TTV dalam batas normal, tanda-
tanda dehidrasi tidak ada
Intervensi Rasional
1. Monitor TTV 1. Merupakan indicator secara dini

tentang hipovolemia

2. Monitor intake dan output 2. Menurunkan output dan

dan konsentrasi urine konsentrasi urine akan

meningkatkan kepekaan/endapan

sebagai salah satu kesan adanya

14
dehidrasi dan membutuhkan

3. Beri cairan sedikit demi peningkatan cairan

sedikit tapi sering 3. Untuk meminimalkan hilangnya

cairan

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake

makanan yang tidak adekuat

 Tujuan :

Nutrisi terpenuhi

 Kriteria hasil :
Nafsu makan bertambah, BB stabil/ideal, peristaltic usus normal, nilai
laboratorium normal, konjungtiva dan membrane mukosa tidak pucat
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi anak 1. Memberikan gambaran tentang

status nutrisi dari anak

2. Kaji makanan yang disukai 2. Dapat membantu untuk

dan tidak disukai oleh anak memenuhi kebutuhan nutrisi dari

3. Anjurkan kepada orang tua anak

untuk memberikan makanan 3. Dengan makan sedikit demi

sedikit demi sedikit tapi sedikit tapi sering dapat

sering. memenuhi nutrisi dari anak

4. Berikan makanan sesuai secara bertahap

dengan diet yang diberikan / 4. Diet yang sesuai dapat

tidak merangsang muntah membantu proses penyembuhan

5. Timbang BB tiap hari dan pemenuhan nutrisi

5. Memberikan informasi tentang

6. Pertahankan kebersihan kebutuhan diet/keefektifan

mulut anak. terapi

7. Jelaskan pentingnya intake 6. Mulut yang bersih dapat

15
nutrisi yang adekuat meningkatkan nafsu makan anak

8. Kolaborasi dengan ahli gizi 7. untuk mempercepat proses

dalam pemberian diit penyembuhan penyakit.

imsalnya cairan jernih 8. Memungkinkan saluran usus

berubah menjadi makanan untuk memastikan kembali

yang dihancurkan, rendah proses pencernaan. Protein perlu

sisa, protein tinggi, tinggi untuk penyembuhan integritas

kalori dan rendah serat jaringan. Rendah serat

9. Kolaborasi dengan dokter menurunkan respon peristaltic

dalam pemberian obat terhadap makanan.

antimietik 9. Antimietik untuk membantu

mengurangi atau menghilangkan

gejala mual dan muntah


c. Hipertermi b/d proses infeksi salmonella typhi

 Tujuan :

Hipertermi teratasi

 Kriteria hasil :
Suhu, nadi, pernapasan dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Observasi suhu tubuh anak 1. Memantau status kondisi dari

anak dan perkembangan dari

2. Anjurkan keluarga untuk penyakit

membatasi aktifitas anak 2. Dengan melakukan pembatasan

aktifitas dapat mengurangi

3. Beri kompres air hangat resiko terjadinya komplikasi

4. Anjurkan keluarga untuk lebih lanjut

memakaikan pakaian yang 3. Membantu menurunkan suhu

dapat menyerap tubuh

16
keringat(pakaian tipis) 4. Membantu agar anak merasa

5. Kolaborasi dengan dokter nyaman

dalam pemberian obat

antipiretik

5. antipiretik yang membantu untuk

menurunkan panas

d. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik

 Tujuan :

Dapat beraktifitas secara mandiri

 Kriteria hasil :
Mampu melakukan aktifitas, bergerak dan menunjukan peningkatan
kekuatan otot
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat aktifitas anak 1. Memberikan gambaran tentang

keadaan umum anak

2. Berikan lingkungan yang 2. Lingkungan yang tenang dan

tenang dan batasi nyaman dapat membantu anak

pengunjung untuk lebih tenang dan rileks

3. Bantu penuhi kebutuhan 3. Dapat memenuhi kebutuhan anak

sehari-hari anak

4. Bantu anak mobilisasi 4. Untuk mencegah terjadinya

secara bertahap dekubitus


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM THYPOID

DI RUANGAN CHANDRA RUMAH SAKIT TK III

Dr. J.A. LATUMETTEN AMBON

A. Pengkajian

1. Tgl/jam masuk RS : 02-08-2010/15.00 Wit

17
2. Tgl/jam pengkajian : 03-08-2010/14.00 Wit

3. Ruangan : Chandra

4. No. Register :-

5. Dx. Medis : Demam Thypoid

I. Data biografi

a. Identitas anak

 Nama : a/ L

 Nama panggilan : a/ L

 Tgl lahir / umur : 09-07-2010/ 4 Tahun

 Jenis kelamin : Perempuan

 Agama : Islam

 Suku / bangsa : Maluku/Indonesia

 Pendidikan :-

 Bahasa yang digunakan :-

b. Identitas orang tua

Ibu Ayah

 Nama : Ny. J Tn. R

 Usia : 27 Tahun 30 Tahun

 Pendidikan : SMA SMA

 Pekerjaan : Buruh Bangunan Buruh Bangunan

 Agama : Islam Islam

 Suku / bangsa :Maluku/Indonesia Maluku/Indonesia

 Alamat rumah : Kebun Cengkeh Kebun Cengkeh

 Sumber biaya : Orang tua (ibu dan ayah)

18
II. Riwayat kesehatan sekarang

a. Keluhan saat pengkajian : Orang tua mengatakan

badan anaknya panas

b. Keluhan yang menyertai : Orang tua mengatakan

anaknya muntah 2x , kurang nafsu makan, badan anaknya lemas,

rewel.

c. Riwayat keluhan utama

 Factor pencetus : Infeksi oleh salmonella thypi

 Sifat keluhan : Panas yang naik-turun

 Lokasi penyebaran : Seluruh tubuh

 Hal-hal yang memberatkan : Ketika suhu suhu ruangan

panas

 Hal-hal yang meringankan : Ibu kompres dengan air hangat

 Catatan kronologis :

Pada tanggal 02-08-2010 ibu pasien mengatakan anaknya

mulai terlihat lemas, kemudian pada pukul 23.00 wit suhu

tubuh anaknya semakin tinggi. kemudian pada keesokan

harinya oleh ibu pasien dibawa ke RST Ambon, di bagian UGD.

Pasien di periksa oleh dr.Rostine, berdasarkan hasil

pemeriksaan ditemukan pasien panas, batuk, pilek, dan

muntah 3 kali. keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos

mentis.

 Suhu badan (aksila) : 39 0C

 Nadi : 102 x/mnt

 Respirasi : 28 x/mnt

 BB : 10 kg

Pengobatan yang diberikan :

 IVFD RL 36 tetes/mnt mikro

19
 Norages ½ ampul drip bila panas

 Goforan 200 mg /IV/8 jam

 Sanmol Syrup 3x1 sendok teh

Setelah itu pasien dibawa ke Ruangan Chandra untuk

mendapatkan perawatan lanjutan

III. Riwayat kesehatan masa lalu

a. Riwayat kehamilan dan kelahiran

 Antenatal

1. Kesehatan ibu waktu hamil

 Hiperemesis gravidarum : tidak ada

 Perdarahan pervagina : tidak ada perdarahan

 Anemia : tidak ada anemia

 Penyakit infeksi : tidak ada penyakit infeksi

 Pre eklampsia / eklampsia : tidak ada

 Gangguan kesehatan : tidak ada

2. Pemeriksaan kehamilan

 Teratur : teratur ± 3x

 Diperiksa oleh : tenaga kesehatan

( bidan )

 Tempat pemeriksaan : puskesmas

 Imunisasi TT : 2 kali (usia kehamilan

5 bulan dan 8 bulan)

3. Riwayat pengobatan selama kehamilan

 Vitamin penambah darah (tablet Fe)

 Masa natal

20
 Usia kehamilan saat kelahiran : 9 bulan 9 hari

 Cara persalinan : normal

 Di bantu oleh : tenaga kesehatan ( bidan )

 Pengobatan yang di dapat : ibu tidak tahu/lupa

 Kondisi kesehatan : baik

 Neonatal

 Catatan congenital : tidak ada

 Icterus : tidak ada ikterus

 Kejang : tidak ada kejang

 Paralisis : tidak ada paralisis

 Perdarahan : tidak ada perdarahan

 Trauma persalinan : tidak terjadi trauma

persalinan

 Penurunan BB : tidak ada

 Pemberian minuman ASI / PASI : pemberian ASI

b. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

 Pertumbuhan BB

BB lahir : 3,2 kg

Usia 1 tahun : 8 kg

Usia 3 tahun : 10 kg

Usia 4 tahun : 12 kg

BB saat ini : 10 kg (BB turun 2 kg dari 12

kg menjadi 10 kg

 Pertumbuhan gigi : baik

 Perkembangan bahasa : anak sudah dapat

berkomunikasi

21
 Perkembangan motorik : anak sudah dapat

berinteraksi secara mandiri dengan lingkungan sekitar.

 Perkembangan sensorik : anak telah mampu mengerti

tentang apa yang ditanyakan.

c. Penyakit yang pernah diderita : batuk, pilek, panas

d. Riwayat operasi/pembedahan : tidak ada riwayat

pembedahan

e. Riwayat alergi : tidak ada riwayat alergi

f. Kecelakaan : tidak ada


g. Riwayat imunisasi
Reaksi
Pemberian ke
No Jenis Usia Pemberian setelah
berapa
imunisasi
1 BCG 2 minggu Pertama Panas

2 DPT 2 bulan & 9 bulan Pertama & Panas

3 Hepatitis 2 bulan kedua panas

4 Polio 2 bulan & 9 bulan Pertama -

5 Campak 9 bulan Pertama & Panas

kedua

pertama

IV. Riwayat kesehatan keluarga

a. Genogram 3 generasi

22
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal serumah

H&S : Hidup dan sehat

X : Meninggal

b. Riwayat penyakit

Anggota
Saudara
Riwayat penyakit Orang tua keluarga
kandung
lain
 Penyakit yang pernah Tidak ada Tidak ada Tidak ada

diderita Tidak ada Tidak ada Tidak ada

23
 Penyakit yang sedang

diderita

c. Koping keluarga

 ibu pasien nampak cemas dengan kondisi anaknya

 ibu pasien yakin bahwa anaknya akan segera sembuh

d. Sistem nilai kepercayaan

 agama yang dianut adalah agama islam dan ibunya percaya

sepenuhnya kepada Tuhan

V. Riwayat kesehatan lingkungan

a. Resiko bahaya kecelakaan yang mungkin terjadi di :

 Rumah : dekat dengan jalan raya

 Lingkungan rumah : tidak ada

b. Polusi : ada

c. Tempat bermain : di sekitar lingkungan rumah

B. Pemeriksaan fisik

1. Penampilan umum

 Keadaan umum : lemah

 Tingkat kesadaran : compos mentis

 BB : 10 kg

 TB : 95 cm

a. Kepala

 Bentuk : simetris kiri-kanan

 Besar / kecil : tidak ada tanda-tanda

hidrosefalus

 Tulang tengkorak : tidak ada kelainan

24
b. Rambut

 Distribusi : merata

 Warna : hitam

 Tekstur : halus

 kuantitas : banyak

c. Muka

 Bentuk : simetris kiri-kanan

 Paralisis : tidak ada paralisis

 Oedema : tidak ada oedema

 Ekspresi wajah : menangis

 Wajah tampak kemerahan

d. Mata

 Bola mata : simetris kiri-kanan

 Gerakan bola mata : normal

 Kelopak mata

 Oedema kelopak mata bawah : tidak ada oedema kelopak

mata bawah

 Tanda radang : tidak ada tanda radang

 Pendarahan : tidak ada pendarahan

 Konjungtiva

 Warna : pucat

 Peradangan : tidak ada peradangan

 Secret : tidak ada secret

 Keluar air mata : tidak keluar air mata

 Sclera : tidak ikterus

e. Mulut

25
1. Bibir

 Warna : merah muda

 Kelembaban : lembab

 Lessi : tidak ada lessi

 Ulkus : tidak ada ulkus

 Massa : tidak ada massa

 Kelainan : tidak ada kelainan

2. Membran mukosa

 Warna : pucat

 Kelembaban : lembab

 Luka : tidak ada luka

 Lessi : tidak ada lessi

 Massa : tidak ada massa

3. Gigi

 Warna : putih

 Jumlah : 20 buah

 Jarak : merata

 Karang gigi : tidak ada karang gigi

 Bengkak : tidak ada bengkak

 Pendarahan : tidak ada pendarahan

4. Lidah : kotor (ada bintik-bintik putih)

f. Hidung

 Bentuk : simetris kiri-kanan

 Gerakan cuping hidung : tidak ada gerakan cuping hidung

 Septum : tidak ada septum

 Pembauan : normal

 Pendarahan : tidak ada pendarahan

g. Telinga

26
1. Daun telinga

 Kelainan congenital : tidak ada kelainan kongenital

 Oedema : tidak ada oedema

2. Tes pendengaran : baik dengan cara memanggil

namanya

h. Leher

 Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk

 Pembengkakan : tidak ada pembengkakan

 Kelenjar limfe : tidak ada kelainan

 Kelenjar tiroid : tidak ada kelainan

 Arteri carotis : teraba jelas

 Vena jugularis : teraba jelas

i. Dada

 Bentuk : simetris kiri-kanan

 Pertumbuhan buah dada : belum ada

 Pembengkakan : tidak ada pembengkakan

 Bunyi napas : normal ( vesikuler )

 Batuk : tidak ada Batuk

 Sputum : tidak ada sputum

 Sesak napas : tidak sesak napas

 Respirasi : 28 x/mnt dengan inspeksi gerakan

kembang-kempisnya dada

j. Abdomen

 Bentuk : simetris

 Nyeri tekan dan nyeri lepas : tidak ada nyeri tekan dan nyeri

lepas

 Pembesaran limfe : tidak pembesaran limfe

 Pembesaran ginjal : tidak ada pembesaran ginjal

27
k. Ekstremitas atas dan bawah

 Bentuk : simetris/tidak ada kelainan

 Kekuatan menggenggam : baik

 Aktifitas di bantu : ya, di bantu oleh orang tua

 Terpasang IVFD RL 36 tetes/mnt mikro pada ekstremitas kanan

atas

l. Genitalia : tidak dikaji

m. Anus : tidak dikaji

n. Kulit

 Kelainan : tidak ada kelainan pada kulit

 Tekstur : halus

 Turgor : baik

 Suhu : panas

 Luka : tidak ada luka

 Lessi : tidak ada lessi

o. Kuku

 Warna : merah muda

 Bentuk : simetris

2. Pola kebiasaan sehari-hari

Pola aktifitas Sebelum sakit Saat sakit


 ASI & susu buatan Ada, susu formula -

Waktu pemberian Tidak menentu -

Jenis susu buatan Susu bubuk -

Adakah kesulitan Tidak ada -

 Makanan padat

Jenis makanan padat Nasi putih -

Waktu pemberian Pagi, siang, malam -

28
 Pola makan & minum

Frekuensi makan 3x sehari 3x sehari

Jenis makanan Nasi, ikan Nasi, bubur, ikan,

Makanan yang bubur sayur

disenangi Tidak ada Nasi dan bubur

Alergi makanan Disuapi/kadang makan Tidak ada

Kebiasaan makan sendiri Disuapi

Waktu makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam

Porsi yang dihabiskan 1 porsi 6 sendok makan

Penggunaan alat makan Piring, sendok, dan gelas Piring, sendok, dan

dan minum gelas

Keluhan Tidak ada Kurang nafsu makan,

di bantu

Frekuensi minum 6-8 gelas/hari 6-8 gelas/hari

Jenis minuman Air putih Air putih

Jumlah minum / hari 1500-2000ml 1500-2000ml

Keluhan Tidak ada Tidak ada

 Pola tidur

Waktu tidur siang 1 jam ± 30 menit

Waktu tidur malam 8-9 jam 4-5 jam

Keluhan Tidak ada Tidak ada

Kebiasaan menjelang Tidak ada Tidak ada

tidur

 Pola kebersihan diri



Mandi 2x sehari 1x (di lap)

Frekuensi Memakai sabun Tidak memakai sabun

Sabun Dibantu ibunya Dibantu ibunya

Bantuan

29

Oral hygiene 2x sehari Belum

Frekuensi Pagi dan sore -

Waktu

 Pola eliminasi

BAB 1x sehari Belum

Frekuensi Kuning kecoklatan -

Warna Khas -

Bau Lunak -

Konsistensi Tidak ada -

Keluhan

BAK 4-6x sehari 2x sehari

Frekuensi Kuning Kuning

Warna Pesing Pesing

Bau Tidak ada Tidak ada

Keluhan Tidak Tidak

Kebiasaan ngompol

 Kebiasaan lain Tidak ada Tidak ada

Mengisap jari Tidak ada Tidak ada

Mengigit kuku Tidak ada Tidak ada

Mempermainkan

genital

3. Pola aktifitas sehari-hari

Sebelum Saat sakit


No Aktifitas sakit Keterangan
Skor Skor
1. Mandi 0 1

2. Berpakaian & 1 1

3. Berdandan 0 0

30
4. Mobilisasi di tempat 0 1

5. tidur 0 1

6. Makan 0 -

7. Minum - -

8. Naik tangga - -

9. Belanja - -

10. Masak 0 1

11. Merapikan rumah 0 0

12. Berjalan - -

Duduk

Olahraga

 Skor aktifitas Keterangan :

 Mandi 0 = Mandiri

 Berpakaian & Berdandan 1 = Dibantu sebagian

 Makan 2 = Perlu bantuan orang lain

 Minum 3 = Perlu bantuan orang lain

 Berjalan dan alat

4 = Ketergantungan

4. TTV

Suhu badan (aksila) : 39 0C

Nadi : 102 x/mnt

Respirasi : 28 x/mnt

5. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium (Tgl 02-08-2010)



Hb : 10,6 gr%

LED : 20-40 mm/jam

31

leucosit : 4200 mm3

widal : Sal. P. T. BH CH positif 1/320

Sal. P. T. BH AH positif 1/160

6. Terapi saat pengkajian

 IVFD RL 36 tetes/mnt mikro

 Norages ½ ampul drip bila panas

 Goforan 200 mg /IV/8 jam

 Sanmol Syrup 3x1 sendok teh

C. Klasifikasi Data

Data subjektif : orang tua mengatakan

32
 badan anaknya panas

 anaknya muntah 2x

 Kurang nafsu makan

 Makanan yang dihabiskan 6 sendok makan

 badan anaknya lemas

 Rewel

Data objektif :

 KU lemah

 suhu badan (aksila) : 39 0C

 BB turun 2 kg dari 12 kg menjadi 10 kg

 Widal :

 Sal. P. T. BH CH positif 1/320

 Sal. P. T. BH AH positif 1/160

 Mandi Dibantu ibunya

 Kebiasaan makan Disuapi

 Membran mukosa pucat

 Lidah kotor (ada bintik-bintik putih)

 Aktifitas di bantu oleh orang tua

 Ekspresi wajah menangis

 Wajah tampak kemerahan

 Konjungtiva pucat

 Suhu kulit panas

 Terpasang IVFD RL 36 tetes/mnt mikro pada ekstremitas kanan

atas

 Skor aktifitas : 1

D. Analisa data

33
No Data Etiologi Masalah
1. Data subjektif orang tua mengatakan : Proses infeksi Hipertermi

 badan anaknya panas salmonella

 Rewel thypi

Data objektif :

 suhu badan (aksila): 39 0C

 Suhu kulit panas

 Ekspresi wajah menangis

 Wajah tampak kemerahan

2. Data subjektif orang tua mengatakan : Perubahan

 anaknya muntah 2x Intake nutrisi kurang

 Kurang nafsu makan makanan yang dari kebutuhan

 Makanan yang dihabiskan 6 sendok tidak adekuat; tubuh

makan muntah dan

Data objektif : anoreksia

 KU lemah

 BB turun 2 kg dari 12 kg menjadi 10

kg

 Widal :

 Sal. P. T. BH CH positif 1/320

 Sal. P. T. BH AH positif 1/160

 Membran mukosa pucat

 Lidah kotor (ada bintik-bintik putih)

 Konjungtiva pucat

3. Intoleransi

Data subjektif orang tua mengatakan : aktifitas

34
 Badan anaknya lemas Kelemahan

Data objektif : fisik

 KU lemah

 Kebiasaan makan Disuapi

 Kebiasaan makan Disuapi

 Aktifitas di bantu oleh orang tua

 Terpasang IVFD RL 36 tetes/mnt

mikro pada ekstremitas kanan atas

 Skor aktifitas : 1

E. Perumusan diagnosa keperawatan

1. Hipertermi b/d Proses infeksi salmonella thypi yang ditandai dengan :

Data subjektif orang tua mengatakan :

 badan anaknya panas

 Rewel

Data objektif :

 suhu badan (aksila): 39 0C

 Suhu kulit panas

 Ekspresi wajah menangis

 Wajah tampak kemerahan

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake makanan

yang tidak adekuat; muntah dan anoreksia yang ditandai dengan :

Data subjektif orang tua mengatakan :

 anaknya muntah 2x

 Kurang nafsu makan

35
 Makanan yang dihabiskan 6 sendok makan

Data objektif :

 KU lemah

 BB turun 2 kg dari 12 kg menjadi 10 kg

 Widal :

 Sal. P. T. BH CH positif 1/320

 Sal. P. T. BH AH positif 1/160

 Membran mukosa pucat

 Lidah kotor (ada bintik-bintik putih)

 Konjungtiva pucat

3. Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan fisik yang ditandai dengan :

Data subjektif orang tua mengatakan :

 Badan anaknya lemas

Data objektif :

 KU lemah

 Kebiasaan makan Disuapi

 Kebiasaan makan Disuapi

 Aktifitas di bantu oleh orang tua

 Terpasang IVFD RL 36 tetes/mnt mikro pada ekstremitas kanan

atas

 Skor aktifitas : 1

36
F. Prioritas masalah

1. Hipertermi b/d Proses infeksi salmonella thypi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake makanan

yang tidak adekuat; muntah dan anoreksia

3. Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan fisik

37
4. Nursing care planning
Nama : a/ L Ruangan : Chandra
Umur : 4 Tahun Kamar No. : kamar 1
Jenis kelamin : Perempuan Dx medis : Demam Thypoid
Perencanaan
No Diagnosa keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Hipertermi b/d Proses infeksi Setelah dilakuka 1. Observasi suhu tubuh 1. Memantau status kondisi

salmonella thypi yang ditandai tindakan pasien dari anak dan

dengan : keperawatan perkembangan dari

Data subjektif orang tua selama 1x 5 jam 2. Anjurkan keluarga penyakit

mengatakan : diharapkan untuk membatasi 2. Dengan melakukan

 badan anaknya panas Hipertermi aktifitas anak pembatasan aktifitas

 Rewel teratasi dengan dapat mengurangi

Data objektif : kriteria : 3. Beri kompres dengan resiko terjadinya

 suhu badan(aksila) : 39 0C  Suhu badan air hangat komplikasi lebih lanjut

 Suhu kulit panas anak kembali 3. dengan kompres air

 Ekspresi wajah menangis normal 4. Anjurkan keluarga hangat maka akan

 Wajah tampak kemerahan untuk memakaikan berpengaruh pada

pakaian yang dapat hipotalamus sebagai

menyerap pengatur suhu tubuh

keringat(pakaian tipis) sehingga dapat membantu


38
menurunkan suhu tubuh

4. Membantu agar anak

5. Kolaborasi dengan merasa nyaman

2. dokter dalam 5. antipiretik yang

Setelah dilakuka pemberian obat membantu untuk

Perubahan nutrisi kurang dari tindakan antipiretik menurunkan panas

kebutuhan tubuh b/d Intake keperawatan 1. Kaji status nutrisi anak 1. Memberikan gambaran

makanan yang tidak adekuat; selama 1x 3 jam tentang status nutrisi

muntah dan anoreksia yang diharapkan dari anak

ditandai dengan : Kebutuhan 2. Kaji makanan yang 2. Dapat membantu untuk

Data subjektif orang tua nutrisi terpenuhi disukai dan tidak memenuhi kebutuhan

mengatakan : dengan kriteria : disukai oleh anak nutrisi dari anak

 anaknya muntah 2x  Nafsu makan 3. Anjurkan kepada orang 3. Dengan makan sedikit

 Kurang nafsu makan membaik tua untuk memberikan demi sedikit tapi sering

 Makanan yang dihabiskan 6  BB meningkat makanan sedikit demi dapat memenuhi nutrisi

sendok makan  Makanan yang sedikit tapi sering dari anak secara

Data objektif : dihabiskan 1 dalam keadaan hangat. bertahap

 KU lemah porsi 4. Kolaborasi dengan ahli

 BB turun 2 kg dari 12 kg  KU membaik gizi dalam penentuan 4. Diet yang sesuai dapat
39
menjadi 10 kg diet membantu proses

 Widal : penyembuhan dan

 Sal. P. T. BH CH positif pemenuhan nutrisi

1/320 5. Kolaborasi dengan 5. Antimietik untuk

 Sal. P. T. BH AH positif dokter dalam membantu mengurangi

1/160 pemberian obat atau menghilangkan

3.  Membran mukosa pucat antimietik gejala mual dan muntah

 Lidah kotor (ada bintik-bintik Setelah dilakuka

putih) tindakan

 Konjungtiva pucat keperawatan

selama 1x 2 jam 1. Memberikan gambaran

diharapkan 1. Kaji tingkat aktifitas tentang keadaan umum

Intoleransi aktifitas b/d Aktifitas anak anak

Kelemahan fisik yang ditandai kembali normal 2. Lingkungan yang tenang

dengan : dengan kriteria : 2. Berikan lingkungan dan nyaman dapat

Data subjektif orang tua  Skala yang tenang dan batasi membantu anak untuk

mengatakan : aktifitas 0 / pengunjung lebih tenang dan rileks

 Badan anaknya lemas mandiri 3. Dapat memenuhi

Data objektif : 3. Bantu penuhi kebutuhan anak


40
 KU lemah kebutuhan sehari-hari

 Kebiasaan makan Disuapi anak

 Kebiasaan makan Disuapi

 Aktifitas di bantu oleh orang

tua

 Terpasang IVFD RL 36

tetes/mnt mikro pada

ekstremitas kanan atas

 Skor aktifitas : 1

41
5. Implementasi dan Evaluasi

Nama : a/ L Ruangan : Chandra


Umur : 4 Tahun Kamar No. : kamar 1
Jenis kelamin : Perempuan Dx medis : Demam Thypoid
D Hari,Ta Implementasi Evaluasi

x nggal/J

am
1. Selasa, 1. Mengukur suhu tubuh, nadi dan Selasa,3 agustus 2010

3 pernapasan pasien Jam 19.20 wit

agustus Hasilnya

2010/ja S : 39 0C S : Orang tua mengatakan :

m 14.15 N: 102 x/mnt  Badan anak masih hangat

wit R : 28 x/mnt

2. Menganjurkan orang tua untuk O:

membatasi aktifitas anak dengan  Suhu tubuh sedikit

jam tidak melarang anaknya untuk menurun

14.20 banyak bergerak  S : 38,3 0C

wit Hasilnya

orang tua mengerti dan melarang A : Peningkatan suhu tubuh

anaknya untuk banyak bergerak teratasi sebagian

3. Memberikan kompres air hangat

pada anak selama 3 menit P : Intervensi 1-5 dilanjutkan

jam Hasilnya 1. Observasi suhu tubuh pasien

14.30 Suhu badan anak masih hangat 2. Anjurkan keluarga untuk

wit 4. Memakaikan anak baju yang tipis membatasi aktifitas anak

Hasilnya 3. Beri kompres dengan air

Anak memakai baju yang tipis dan hangat

42
jam suhu badannya masih hangat 4. Anjurkan keluarga untuk

14.45 5. Memberikan obat Norages ½ ampul memakaikan pakaian yang

wit drip dapat menyerap

Memberikan Sanmol Syrup 1 keringat(pakaian tipis)

sendok teh pada anak 5. Kolaborasi dengan dokter

jam Hasilnya dalam pemberian obat

15.00 Anak sudah minum obat dengan antipiretik

wit baik

Memberikan obat Goforan 2 ml

secara bolus

2. Hasilnya

jam Anak sudah minum obat dengan

15.10 baik

wit 1. Menanyakan pola nutrisi anak dari

orang tua anak Selasa,3 agustus 2010

Hasilnya Jam 19.35 wit

Orang tua mengatakan : S : Orang tua mengatakan :

Selasa,  Sehari pasien makan 3x sehari  Anaknya tidak muntah

3  Pasien tidak suka mengkonsumsi  Anaknya masih kurang

agustus sayuran nafsu makan

2010/  Pasien lebih suka mengkonsumsi O:

Jam makanan yang manis-manis  Makanan yang dihabiskan ½

17.45 2. Menanyakan makanan yang disukai porsi makan sekitar 10

Wit dan yang tidak disukai sendok makan

Hasilnya  KU masih lemah

Orang tua mengatakan :  S : 38,3 0C

43
 Anaknya paling suka

Jam mengkonsumsi makanan ringan A : Kebutuhan nutrisi teratasi

17.50 (snack), susu ultra dan bubur sebagian

Wit  Anaknya tidak suka

mengkonsumsi sayuran dan P : Intervensi 1-4 dilanjutkan

telur 1. Kaji status nutrisi anak

3. Memberikan makanan sesuai dengan 2. Kaji makanan yang disukai

diet dan tidak disukai oleh anak

Hasilnya 3. Anjurkan kepada orang tua

Makanan yang disajikan adalah untuk memberikan makanan

Jam bubur, sayur, ikan sedikit demi sedikit tapi

18.00 4. Memberitahu orang tua untuk sering dalam keadaan

Wit memberikan makan kepada anaknya hangat.

3. dengan teknik sedikit demi sedikit 4. Kolaborasi dengan ahli gizi

Jam Hasilnya dalam penentuan diet

18.10 Orang tua mengerti dan segera

Wit melaksanakannya

1. Mengkaji tingkat aktifitas anak

dengan cara memantau aktifitas Selasa,3 agustus 2010

yang dilakukan anak Jam 19.45 wit

Selasa, Hasilnya S : Orang tua mengatakan :

3  Aktifitas di bantu oleh orang  Badan anaknya masih

agustus tua tampak lemas

2010/  Skor aktifitas 1 O:

Jam  KU masih lemah

44
18.15 2. Menciptakan suasana yang nyaman  Aktifitas dibantu oleh

Wit dengan cara mengajak anak orang tua

bercanda  Skor aktifitas 1

Jam Hasilnya A : Intoleransi aktifitas belum

18.10 Anak kurang merespon terhadap teratasi

Wit apa yang dilakukan oleh perawat

P : Intervensi 1-3 dilanjutkan

3. Menganjurkan kepada orang tua 1. Kaji tingkat aktifitas anak

untuk membantu memenuhi 2. Berikan lingkungan yang

Jam aktifitas dan kebutuhan anaknya tenang dan batasi

18.15 seperti membantu menyuapi makan, pengunjung

Wit membantu ke kamar mandi, 3. Bantu penuhi kebutuhan

berpakaian dan lain-lain sehari-hari anak

Hasilnya

Orang tua mengerti apa yang

disampaikan

CATATAN PERKEMBANGAN

45
Hari/tg DX. keperawatan S O A P I E R

l/jam
Rabu, 4 Peningkatan suhu Rabu , 4 agustus 2010

Agustus tubuh b/d proses Jam 07.00 wit

2010, inflamasi S : orang tua mengatakan

Jam salmonella thypi  Anaknya tidak panas lagi

07.00

wit O:

 Suhu badan (aksila) 360C

A : Peningkatan suhu tubuh teratasi

P : Intervensi dihentikan

I:-

E:

 Suhu tubuh anak normal (360C)

 Pasien rencana pulang

R:-

Perubahan nutrisi Rabu , 4 agustus 2010

Rabu , 4 kurang dari Jam 07.30 wit

46
agustus kebutuhan tubuh S : Orang tua mengatakan

2010 b/d intake  Nafsu makan mulai meningkat

Jam makanan yang  Frekuensi meningkat (4x sehari)

07.30 tidak adekuat ;

wit muntah dan O:

anoreksia  Makanan dihabiskan ¾ porsi

A : kebutuhan nutrisi teratasi sebagian

P : intervensi 1-4 dilanjutkan

1. Kaji status nutrisi anak

2. Berikan makanan dalam keadaan hangat

I:

1. Menanyakan kembali pola nutrisi, keadaan

umum dan kebiasaan anak pada orang tua

Jam Hasilnya

07.30  Nafsu makan mulai meningkat

wit  Frekuensi makan juga meningkat

 KU mulai membaik

2. Memberikan makanan kepada anak dalam

keadaan hangat dan memberitahu kembali

orang tua untuk memberikan makanan kepada

Jam anaknya dengan sedikit demi sedikit

07.30 Hasilnya

wit  Makanan diberikan dalam keadaan hangat

47
E:

 Nafsu makan mulai meningkat

 Frekuensi makan juga meningkat

 KU mulai membaik

R:-

Rabu , 4 agustus 2010

Intoleransi Jam 08.00 wit

aktivitas b/d S : orang tua mengatakan

kelemahan fisik  Aktivitas anaknya mulai kembali seperti

Rabu , 4 biasanya

agustus O:

2010  Ku mulai membaik

Jam  Skala aktivitas 1

08.00 A : Intoleransi aktivitas teratasi sebagian

wit P : intervensi 1-2 dilanjutkan

1. Kaji tingkat aktifitas anak

2. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi

pengunjung

I:

1. Mengkaji tingkat aktivitas anak dengan

memantau aktivitas yang dilakukan anak

48
Hasilnya

Jam  Aktivitas masih di bantu orang tua

08.10  Skor aktivitas 1

wit 2. Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan

cara mengajak untuk bercanda

Hasilnya

 Anak memulai merespons ajakan perawat

Jam E:

08.20  KU mulai membaik

wit  Skor aktivitas

 Pasien berencana pulang

R:-

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arief, dkk. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga.

Jilid 2. FKUI. Jakarta : media Aesculapius.

Suriadi, SKp, MSN & Rita Yulianni, SKp, M.Psi. (2006). Asuhan

keperawatan pada anak. Edisi 2. Jakarta.ISBN 979-95115-4-2.

49
Suriadi, dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, CV. Sagung,

Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

50

Anda mungkin juga menyukai