Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ratu Nadia khirunnisa: 171220074
Tatu Choiru Nufus : 171220092
Dila Sri Lestiani : 171220075
KELAS PBA 6 C
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pastinya tidak akan lepas dari sebuah permasalahan yang mungkin dapat
diatasi ataupun yang sulit diatasi. Pada umumnya, alternatif yang digunakan untuk
menyelesaikan sebuah permaslahan dengan membicarakannya dengan keluarga, guru, teman,
dan ahli agama. Namun tidak semua orang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan
kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang efektif untuk mengatasi masalah individu
tersebut.
Seperti terdapat dalam perkembangan sejarah, bahwa bimbingan dan konseling pada
awalnya hanya terbatas pada bimbingan jabatan misalnya, “job selection, job placemet” dan
“job training”. Dengan cara ini, efisiensi dalam pekerjaan dapat tercapai dan penepatan orang
sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya, sehingga kesulitan-kesulitan atau
persoalan-persoalan yang berhubungan denganpekerjaan dapat dihindarkan.
Kenyataan menyatakan bahwa sejahtera tidaknya seseorang tidak semata-mata
bergantung kepada tepat tidaknya ia menduduki dalam jabatan itu, atau juga tidak bergantung
pada segi pendidikannya, tetapi juga bergantung pada keadaan pribadi dan individu yang
bersangkutan. Banyak masalah yang timbul karena diri pribadi dan individu yang bersangkutan.
Oleh karena itu, muncul lah bimbingan yang tertuju pada keadaan pribadi seseorang, sehingga
timbul lah “personal guidance”. Dengan demikian, di samping bimbingan dalam segi jabatan
(vocational guidance) dan bimbingan dalam segi pendidikan dan pengajaran (educational
guidance), dikenal adanya bimbingan pribadi (personal guidance).
Oleh karena itu, secara teoritis, dapat dibedakan adanya bermacam-macam bimbingan dan
konseling. Akan tetapi, secara praktis sangat sulit atau boleh dikatakan tidak memungkinkan
untuk memisahkan antara satu dan yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa macam-macam bimbingan dan konseling
2. Apa saja teknik-teknik bimbingan dan konseling?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam bimbingan dan konseling
2. Untuk megetahui teknik-teknik bimbingan dan konseling
BAB II
PEMBAHASAN
1 W.s. winkel. Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan.( Media Abadi, Yogyakarta:2018) Hal: 125
2 Samsul yusuf dan A. Juntika nur ihsan. Landasan bimbingan dan konseling(Media Abadi, Jakarta:2018) hal: 11
c. Bantuan dalam memilih progaram setudi yang sesuai, memilih kegiatan kegiatan non
akademik yang menunjang usaha belajar dan memilih progaram setudi lanjutan ditingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
d. Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual, bakat khusus, arah
minat, serta cita-cita hidup dan pengumpulan data tentang program program sutudi di
perguruan tinggi dalam bentuk brosur-brosur, buku-buku pedoman, kliping iklan disurat
kabar, dan sebagainya.
e. Bantuan dalam hal mengatasi kesulitan kesulitan belajar, seperti kurang mampu
menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan
ulangan, kurang dapat berkonsentrasi, kurang mengetahui cara belajar yang tepat
diberbagai bidang setudi, menghadapi keadan di rumah yang mempersulit belajar secara
rutin dan dll.
f. Bantuan dalam hal membantu kelompok-kelompok belajar dan mengatur kegiatan
kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif 3
2. Bimbingan Sosial Pribadi
Bimbingan sosial pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam
memecahkan masalah masalah sosial priadi. Yang tergolong dalam masalh masalah sosial pribadi
adalah masalah hubungan dengan sesama teman denaga dosen, serta staf, pemahaman sifat dan
kemampuan diri, penyesuain diri dengan linmgkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka
tinggal, dan penyelesaian konflik.
Bimbingan sosial pribadi diarah kan untuk mememantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalh dirinya bimbingan ini
merupakan layanan yang mengarah kan apda pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalan yanag di alami oleh
individu.
Bimbingan sosial pribadi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif,
interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sistem pemahaman dir idan sikap –sikap yang
positif, serta keterampilan-ketermpilan sosial pribadi yang tepat. 4
3 W.s. winkel. Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan.(Media Abadi, Yogyakarta:2018) Hal: 126-127
4 Samsul yusuf dan A. Juntika nur ihsan. Landasan bimbingan dan konseling(Media Abadi, Yogyakarta:2018) hal: 11
“Hai orang-orang yang beriman,janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan
jangan pula wanita-wanita mengolok-olok wanita yang lain karena boleh jadi wanita yang
diperolok-olok lebih baik dari wanita yang mengolok-olok dan janganlah kamu mencela dirimu
sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar yang buruk, seburuk-buruk
panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
yang dzalim”. (Q.S. al-hujurat:11)
Unsur-unsur dalam bimbingan sosial pribadi adalah :
a. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui siwa remaja dan
mahasiwa antara lain tentang konflik batin yang dapat timbul dan cara-cara bergaul yang
baik
b. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini yang semakin berkembang kearah
masyarakat modern , antra lain apa ciri-ciri kehidupan modern, dan apa makna ilmu
pengetahuan serta teknologi bagi kehidupan masyarakat
c. Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami oleh kebanyakan siwa
dan masiswa misal mengadpi orang tua yang taraf kehidupanya lebih rendah dari anak-
anaknya
d. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa, misalnya sifat sifat
kepribadian yang tampak dalam tingkah laku latar belakang keluaraga dan keadaan
kesehatan.
3. Bimbingan Karir
Bimbingan karir yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan,
pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti : pemahaman terhadap jabatan dan
tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan,
perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan dan pemecahan masalah-masalah
karir yang dihadapi.
Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu
sebagai bagian integral dari program pendidikan. Bimbingan karir terkait dengan perkembangan
kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan individu dalam mewujudkan konsep dari
yang positif, memahami proses pengambilan keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam
keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus
menerus berubah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir merupakan upaya bantuan
terhadap individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya,
mengembangkan masa depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupannya yang diharapkan.
Lebih lanjut dengan layanan bimbingan karir individu mampu membentuk dan mengambil
keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya sehingga mereka
mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.
4. Bimbingan Keluarga
Bimbingan keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai
pemimpin/anggota keluarga agar mereka mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis,
memberdayakan diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma
keluarga, serta berperan/berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan yang bahagia.
Seiring dengan berkembangnya iklim kehidupan yang semakin kompleks dan sasaran
bantuan yang semakin beragam, maka dewasa ini telah terjadi pergeseran orientasi bimbingan,
yaitu dari yang bersifat klinis (clinical approach) menjadi perkembangan (developmental
approach). Bimbingan perkembangan ini bersifat edukatif, pengembangan dan outrech. Edukatif ,
karena titik berat layanan bimbingan ditekankan pada pencegahan dan pengembangan, bukan
korektif atau terapeutik, walaupun layanan tersebut juga tidak diabaikan, pengembangan, karena
titik sentral sasaran bimbingan adalah perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian individu
denagan strategi/upaya pokoknya memberikan kemudahan perkembangan melalui perekayasaan
lingkungan perkembangan. Outrech, karena target populasi layanan bimbingan tidak terbatas
pada individu yang bermasalah, tetapi semua aspek kepribadianya dalam semua konteks
kehidupanya (masalah, target intervensi, setting metode, dan lama waktu layanan). Teknik
bimbingan yang digunakan meliputi teknik-teknik pembelajaran, pertukaran informasi, bermain
peran, tutorial, dan konseling (muro and kottman, 1995:5).
Bimbingan perkembangan dilingkungan pendidikan merupakan pemberibatuan kepada
seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahmi
dirinya(potensi dan tugas-tugas perkembanganya), dan memahami lingkunganya sehingga
mereka mampu mengarahkan diri, menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap
terhadap norma yang berlaku atau tuntutan lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan kerja yang akan dimasukinya kelak. Melalui pemberian layanan bimbingan mereka
diharapkan dapat menjadi lebih produktif, dapat menikmati kesejarahteraan hidupnya, dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti kepada keluarga, sekolah, lembaga tempat mereka bekerja
kelak, serta masyarakat pada umumnya.
B. Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
Yang dimaksud teknik Bimbingan dan konseling disini adalah cara- cara tertentu yang
digunakan oleh seorang konselor dalam proses Bimbingan dan konseling untuk membantu klien
agar perkembang potensinya serta mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan
kondisi-kondisi lingkungannya yakni nilai-nilai sosial, budaya, dan agama.
Dalam proses Bimbingan dan konseling, penguasaan teknik konseling merupakan kunci
keberhasilan untuk mencapai tujuan Bimbingan dan konseling. Seorang konselor yang efektif
harus mampu merespon kline secara baik dan benar sesuai keadaan kline saat itu, baik berupa
pertanyaan-pertanyaan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang dan mendorong
sehingga kline terbuka untuk mnyatakan secara bebas perasaan, pikiran dan pengelamannya
(Sopyan,S. Wilis, 2004:157).
1. Persiapan konseling
Pada tahap ini ada 3 hal yang harus dilakukan oleh konselor untuk memulai proses konseling
yaitu:
1) Teknik Rapport
Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan
bersama. Tujuan utama teknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konsoler dengan
klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Implementasi
teknik rappot dalam konseling adalah: (1) pemberian salam dengan benar (2) menetapkan topik
pembicaraan yang sesuai. (3) susunan ruang konseling yang menyenangkan, (4) sikap yang
ditandai dengan: kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasian klien dan
kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.
2) Prilaku Attending
Attending merupakan upay konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk prilaku
kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Prilau attending yang baik akan dapat meningkatkan
harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dab akrab dan mempermudah ekspresi suasana
klien dengan bebas. Wajah prilaku attending dalam proses konseling misalnya: (1)kepala
mengangguk pertanda setuju atas pernyataan klien, (2) ekspresi wajah tenang, ceria dan senyum,
(3) posisi tubuh agak condong ke arah klien, jarak duduk konselor dan klien agak dekat, duduk
akrab berhadapan dan berdampingan, (4) melakukan variasi isyarat gerakan tangan secara
spontan untuk memperjelas ucapan (pernyataan konselor), (5) mendengarkan secara aktif dan
penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menunggu saat kesempatan
bereaksi) perhatian terarah ke klien (lawan bicara)
Wujuud prilaku attending yang tidak baik adalah: (1) kepala kaku, (2) wajah kaku (tegang),
ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat ketika klien berbicara mata melotot,
(3) posisi tubuh tegak kaku,bersandar, miring jarak duduk dengan klien agak jauh, duduk kurang
akrab dan berpaling,(4) memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam guna
memberi kesempatan berpikir dan berbicara (5) perhatiian terpecah, mudah buyar oleh gangguan
dari luar.5
3) Empati
Empati sangat erat kaitannya dengan attending, secara umum, empati dapat diartikan
sebagai kemampuan konselor untuk dapat merasakan dan menempatkan dirinya di posisi klien.
Hal ini akan terlihat jelas dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh konselor (lihat kembali subbab
attending).
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh konselor sebelum merenspons pernyataan
klien. Pertama konselor harus mengobservasi tingkah lakunya. Terutama konselor harus
memerhatikan postur klien dan ekspresi wajahnya. Konselor harus mendengarkan hati-hati apa
yang dikatakan oleh klien. Dan yang lebih penting adalah konselor harus dapat memahami
perasaan yang diekspresikan oleh klien.
Contoh: Klien : Saya merasa sedih sekali karena setiap pria yang menikahi saya selalu
memutuskan untuk menceraikan saya. Konselor : ehmm… saya dapat memahami perasaan Anda
saat ini…
4) Refleksi
Secara lebih sederhana, refleksi dapat didefinisikan sebagai upaya konselor memperoleh
informasi lebih mendalam tentang apa yang dirasakan oleh klien dengan cara memantulkan
kembali perasaan, pikiran, dan pengalam klien. Dalam hal ini, seorang konselor dituntut untuk
menjadi pendengar yang aktif, hal senada juga diungkapkan oleh Bolton (2003) yang mengatakan
bahwa mendengar adalah lebih dari hanya mendengar saja. Lebih khusus ia mengatakan dalam
proses mendengarkan terdapat unsur menyimak, yang berarti konselor harus memerhatikan
sungguh-sungguh pesan yang disampaikan oleh klien.
5) Eksplorasi
5. Tohirin, Bimbingan dan Konseling.di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2011),
hlm 323-327
Adalah suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran
klien. Hal ini penting, karena kebanyakan klien menyimpan rahasia batin, menutup atau tidak
mampu mengemukakan pendapatnya dengan terus terang.
Teknik eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan,
dan terancam. Sebagaimana refleksi, eksplorasi ada tiga jenis:
a. Eksplorasi perasaan
b. Eksplorasi pengalaman
c. Eksplorasi pikiran.
6 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling (Kencana Prenada Media Group, Jakarta:2011), hal 92-96
Yaitu bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dijawab dengan singkat oleh klien seperti
“ya” atau “tidak”. Pertanyaan tertutup dapat dimulai dengan kata-kata berikut: apakah,
adakah… Adapun tujuannya adalah: (1) untuk mengumpulkan informasi; (2) untuk
menjernihkan atau memperjelas sesuatu; (3) menghentikan omongan klien yang melantur
atau menyimpang jauh.
Upaya utama seorang konselor adalah agar kliennya selalu terlibat dalam pembicaraan
dan membuka dirinya (self-disclosing) pada konselor, dorongan ini di ucapkan dengan kata-
kata singkat seperti oh… ya… terus… lalu…. Dan… tujuannya adalah membuat klien
semakin semangat untuk menyampaikan masalahnya dan mengarahkan pembicaraan agar
mencapai sasaran dan tujuan konseling.
10) Interpretasi
Konselor harus memiliki kemampuan ini agar dapat mengajak klien berpartisipasi secara
penuh dalam proses konseling. Inti dari tujuan tersebut adalah agar klien bersedia melakukan
sesuatu, misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor, atau
mengkhayalkan sesuatu.
Hasil percakapan antara konselor dank lien hendaknya disimpulkan sementara oleh
konselor untuk memberikan gambaran kilas balik (feedback) atas hal-hal yang telah di
bicarakan sehingga klien dapat menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap,
meningkatkan kualitas diskusi, dan mempertajam atau memperjelas focus pada wawancara
konseling.
14) Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menentang klien untuk melihat adanya
diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dan bahasa badan (perbuatan), ide awal
dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.
Adapun tujuan teknik ini adalah untuk: (1) mendorong klien mengadakan penelitian diri
secara jujur; (2) meningkatkan potensi klien; (3)membawa klien kepada kesadaran adanya
diskrepansi, konflik, atau kontradiksi dalam diri.
Adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara
dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas.
Sehingga komunikasi dan partisipasi meningkat dan proses konseling berjalan efektif.
17) Diam
Dalam proses konseling, adakalanya seorang konselor perlu untuk bersikap diam.
Adapun alasan konselor melakukan hal ini dapat dikarenakan konselor yang menunggu klien
berpikir, bentuk protes karena klien bicara dengan berbelit-belit atau menunjang perilaku
attending dan empati sehingga klien bebas bicara. Diam di sini bukan berarti tidak ada
kmnumkasi akan melainkan tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal,
diam itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat dengan dorongan minimal.
Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian nasihat. Jika
konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa konselor tidak
mengetahui hal itu. Akan tetapi, jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan
agar klien tetap mengusahakannya.
21) Merencanakan
Tahap perencanaan di sini maksudnya adalah membicarakan kepada klien hal-hal apa
yang akan menjadi program atau aksi nyata dari hasil konseling. Tujuannya adalah
menjadikan klien produktif setelah mengikuti konseling.
22) Menyimpulkan
7 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling (Kencana Prenada Media Group, Jakarta:2011), hal : 96-103
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan siswa dan mahasiswa dapat dibedakan tiga bidang yang bagi mereka
penting yaitu bidang studi akademik, bidang perkembangan kepribadianya yang menyangkut
dirinya sendiri serta hubunganya dengan orang lain, bidang perencanan masa depan yang
menyangkut jabatan yang akan dipangku kelak. Dilihat dari masalah individu, ada empat jenis
bimbingan yaitu bimbingan akademik, bimbingan sosial pribadi, bimbingan karir dan bimbingan
keluarga.
Yang dimaksud teknik Bimbingan dan konseling disini adalah cara- cara tertentu yang
digunakan oleh seorang konselor dalam proses Bimbingan dan konseling untuk membantu klien
agar perkembang potensinya serta mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan
kondisi-kondisi lingkungannya yakni nilai-nilai sosial, budaya, dan agama.
Dalam proses Bimbingan dan konseling, penguasaan teknik konseling merupakan kunci
keberhasilan untuk mencapai tujuan Bimbingan dan konseling. Seorang konselor yang efektif
harus mampu merespon kline secara baik dan benar sesuai keadaan kline saat itu, baik berupa
pertanyaan-pertanyaan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang dan mendorong
sehingga kline terbuka untuk mnyatakan secara bebas perasaan, pikiran dan pengelamannya