Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK
2019/20120
Oleh Kelompok 3 :
SUMENEP
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Bahasa
Indonesia dengan lancar.
Harapan penulis bahwa tugas besar ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Ejaan Bahasa
Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tugas besar ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang penulis miliki. Tegur sapa dari pembaca akan penulis terima
dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnakan tugas besar ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia sudah lahir sejak dulu dan sudah dipergunakan oleh
masyrakat Indonesia sebelum kemerdekaan. Bahkan jauh sebelum itu. Tetapi
Bahasa Indonesia secara resmi digunakan atau disahkan yaitu pada tahun
1928. Tepat pada 28 Oktober 1928, ketika sumpah pemuda diikrarkan,
Bahasa Indonesia menjadi resmi sebagai Bahasa Nasional Indonesia.
Sebelum menjadi bahasa yang baik dan memilki ejaan yang baik dan
benar, bahasa Indonesia mengalami beberapa kali perubahan system ejaan.
Dimulai dari Ejaan Van Ophuysen pada 1901 menjadi Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi pada tahun 1947 hingga menghasilkan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan pada tahun 1972 yang mana dipergunakan
hingga saat ini oleh seluruh masyrakat Indonesia.
4
5) Bagaimana cara pemakaian huruf ejaan ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. Pengertian.
Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-
menulis yang distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek,
yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf
dan penyusunan abjad.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan fenotis
merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan
huruf, serta mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa
(diagram).
6
2. 3. Sejarah Ejaan di Indonesia.
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Pembaharuan
7
patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak pernah
diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah
disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan
huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah ini.
Selain itu, gabungan vokal (diftong) ai, au, dan oi, ditulis berdasarkan
pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.
Pada awal Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) yang
sekarang menjadi Pusat Bahasa kembali menyusun Ejaan Baru Bahasa
Indonesia. Namun, hasil perubahan ini juga tetap banyak mendapat
pertentangan dari berbagai pihak sehingga gagal kembali.
8
Malaysia. Ejaan ini tidak memiliki banyak perbedaan dengan EYD kecuali
pada perincian-perincian kaidah saja.
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain
c. Huruf asing: ‘z,’ ‘y,’ dan ‘f’ disahkan menjadi ejaan bahasa Indonesia. Hal
ini disebabkan pemakaian yang sangat produktif.
d. Huruf ‘e’ tidak dibedakan pepet atau bukan, alasannya tidak banyak kata
yang berpasangan dengan variasi huruf ‘e’ yang menimbulkan salah
pengertian.
9
Bahasa Indonesia yang Disempurkan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah.
10
itu, dibentuklah tim untuk menyempurnakan ejaan tersebut. Pada tahun 1972
ejaan itu selesai dan pemakaiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 16 Agustus 1972 dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD).
Jenis huruf dan nama yang digunakan dalam sistem EYD ialah sebagai
berikut:
11
EYD menggunakan 26 huruf dan setiap huruf melambangkan fonem
tertentu.ke-26 huruf ini dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu vocal dan
konsonan.
Vokal
Konsonan
12
Diftong
Persukuan
13
Nama Diri
Nama orang badan hukum,dan nama diri diri lain yang sudah lazim
disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan kecuali bila ada pertimbangan
khusus.Misalnya: Universitas Negeri Medan, Institut Teknologi Bandung,
S.Soebardi.
Huruf Kapital
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan
petikan langsung. Misalnya: Anak saya sedang bermain di halaman.
2. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh: Allah, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
3. Nama gelar kehormatan dan keagamaan yang diikuti nama orang beserta
unsur nama jabatan dan pangkat.Misalnya:Mahaputra
Yamin, Raden Ajeng Kartini, Nabi Ibrahim, Presiden Megawati, Jenderal
Sutjipto, Haji Agus Salim
4. Nama orang, nama bangsa, suku bangsa, bahasa, dan nama tahun, bulan,
hari, hari raya, peristiwa sejarah, serta nama-nama
geografi.Misalnya:Hariyati Wijaya, suku Jawa
14
5. Unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dokumen
resmi, serta nama buku, majalah, dan surat
kabar.Contoh:Republik Indonesia
6. Unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan, dan nama kekerabatan yang
dipakai sebagai sapaan. Contoh:S. (sarjana sastra)
Sehubungan dengan penulisan karya tulis, judul karya tulis, baik yang
berupa laporan, makalah, skripsi, disertasi, kertas kerja, maupun jenis karya
tulis yang lain, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital. Selain itu, huruf kapital
seluruhnya juga digunakan dalam penulisan hal-hal berikut:
judul grafik, tabel, bagan, peta, gambar, berikut judul daftarnya masing-
masing;
judul lampiran.
Dalam hubungan itu, judul-judul subbab atau bagian bab huruf pertama
setiap unsurnya juga ditulis dengan huruf kapital, kecuali yang berupa kata
depan dan partikel seperti, dengan, dan, di, untuk, pada, kepada, yang, dalam,
dan sebagai.
Huruf Miring
Huruf miring (dalam cetakan) atau tanda garis bawah (pada tulisan
tangan/ketikan) digunakan untuk menandai judul buku, nama majalah, dan
surat kabar yang dipakai dalam kalimat.
15
Contoh: Masalah itu sudah dibahas Sutan Takdir Alisjabana dalam
bukunya yang berjudul Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan itu, judul artikel, judul syair, judul karangan dalam
sebuah buku (bunga rampai), dan judul karangan atau naskah yang belum
diterbitkan, penulisannya tidak menggunakan huruf miring, tetapi
menggunakan tanda petik sebelum dan sesudahnya. Dengan kata lain,
penulisan judul-judul itu diapit dengat tanda petik.
16
2. 7. Pemakaian Kata Ejaan Bahasa Indonesia.
Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. “Contoh: pagar, rumah, tanah,
sedang.”
kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain,
kata dasar adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih
besar. Contohnya adalah makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum,
langkah, pindah, dan lain – lain.
Kata turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata
yang telah beruba bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata
tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks),
sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks). Contohnya adalah menanam,
berlari, tertinggal, dan lain – lain.
3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan
dan akhiran maka kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh:penyalahgunaan,
memberitahukan, diserahterimakan, mempertanggungjawabkan.
17
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,maka
gabungan itu ditulis serangkai. Contoh: pancasila, nonaktif, antarkota,
inkonvensional, amoral, subpokok ,multilateral transmigrasi, infrastruktur,
swadaya, tunanetra,dan kolonialisme
Gabungan kata atau yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
Gabungan kata lain yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat
ditulis serangkai. Unsur terikat yang dimaksud, misalnya, pasca-, antar-,
panca-, nara-, dan pramu-. Beberapa contoh penulisannya dapat diperhatikan
di bawah ini.
pasca- pascaperang pasca
perang
18
antar- antarkota antar
kota
Kata bilangan yang berasal dari bahasa Sanskerta juga dipandang sebagai
unsur yang terikat. Oleh karena itu, penulisannya pun harus diserangkaikan
dengan unsur yang menyertainya. Misalnya:
tri- tridarma tri
darma
Dalam penulisan unsur terikat perlu dipahami bahwa unsur terikat tertentu
apabila dirangkaikan dengan unsur lain yang berhuruf kapital harus diberi
tanda hubung di antara kedua unsur itu. Misalnya:
19
harus ditulis secara lengkap, tidak menggunakan angka dua. Misalnya, macam-
macam.
Seperti halnya bentuk ulang yang lain, bentuk ulang yang mengalami
perubahan fonem pun unsur-unsurnya yang diulang ditulis seluruhnya dengan
disertai tanda hubung di antara keduanya. Jadi, unsur yang diulang itu tidak
ditulis dengan menggunakan angka dua ataupun ditulis tanpa menggunakan
tanda hubung. Misalnya:
Baku Tidak Baku
Baku Tidak Baku
20
Jika di dan ke berupa awalan maka ditulis serangkai dengan kata dasarnya,
seperti kata dikelola dan ketujuh.
Singkatan Pelafalannya
SMP [es-em-pe]
UGM [u-ge-em]
Singkatan Pelafalannya
Singkatan yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, dalam kenyataan
berbahasa, sering ditulis dengan disertai tanda titik pada masing-masing
hurufnya, seperti yang terdapat pada contoh berikut.
21
Dalam pemakaian dan penulisannya, singkatan lambang berbeda
dengan singkatan lain. Perbedaan itu tidak hanya terletak pada cara
penulisannya, tetapi juga penandaannya. Dalam hal ini, penulisan dan
penandaan singkatan lambang pada umumnya disesuaikan dengan peraturan
internasional karena pemakaiannya pun bersifat internasional. Secara umum,
singkatan lambang tidal diikuti tanda titik. Misalnya:
Akronim lain yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, seperti
halnya singkatan yang berupa gabungan huruf awal, seluruhnya ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
22
Berasarkan taraf integrasinya unsure serapan dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
23
Perbedaan dengan ejaan sebelumnya
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967),
antara lain:
3. Awalan “di-” dan kata berikutnya “dalam” tulis dibedakan. Preposisi “di”
dalam contoh di rumah, di ladang, tulisan dipisahkan oleh spasi, sementara
“yang” dibeli atau dimakan dalam seri ditulis dengan kata-kata yang
mengikuti.
24
Menulis angka dan nomor simbol.
Sebelumnya “oe” sudah menjadi “u” saat Ejaan Van Ophuijsen diganti
dengan Republik Spelling. Jadi sebelum EYD, “oe” tidak digunakan. Untuk
penjelasan lebih lanjut tentang menulis tanda baca, menulis dapat dilihat pada
tanda baca EYD yang tepat.
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia, banyak hal yang harus dilihat dan
dipahami. Karena begitu rumit dan banyak jika dilihat dari segi huruf, kata,
kalimat, tanda baca baik dalam pemakaian, penulisan dan pelafalannya. Huruf
memiliki banyak cara penulisan dan pemakaian, seperti abjad yang merupakan
vocal dan konsona, diftong, persukuan, dan nama diri. Sedangkan
penulisannya, digunakan pada huruf capital dan huruf miring. Demikian juga
kata, memilki kaidah pemakaian yang diatur dalam ejaan bahasa Indonesia.
Seperti, kata dasar, turunan, gabungan, kata ganti, singkatan dan akronim.
Untuk penulisan huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, perlu
digunakan tanda baca. Tanda baca memiliki peran penting dan itu sudah diatur
dalam ejaan bahasa Indonesia.
25
BAB III
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
https://duniakampus7.blogspot.com/2014/03/pengertian-ejaan-bahasa-
indonesia.html?m=1 (di akses pada tanggal 15 maret 2020)
27