Anda di halaman 1dari 5

IMAN MENEMBUS BATAS LOGIKA MANUSIA

Nasibku adalah tanggung jawabku. Aku tidak ingin menyalahkan siapapun dengan
keadaanku. Aku telah menikah dengan mas Wiryo yang telah ku cintai sejak SMA dahulu.
Aku sangat mencintainya, begitu pula dia juga sangat mencintaiku. Selepas kami menikah
ada banyak warga yang menyayangkan keputusan ku menikah setelah wisuda. Saudara ku
juga banyak yang tidak setuju aku menikah dengannya.Mas Wiryo dia adalah seorang petani
di kampung ku. Dia sama sekali belum memiliki pengalaman bekerja di kota. Ayah dan
ibunya melarangnya bekerja di kota karena kedua orang tuanya sudah berumur dan mas
Wiryo harus membantu kedua orang tua nya untuk bekerja di rumah. Modal kami menikah
adalah cinta dan nekat. Bagaimana dengan uang? Pernikahan kami sederhana jika
dibandingkan dengan pernikahan orang-orang masa kini. Acara pernikahan kami hanya akad,
pengajian dan sewa soud system. Tetangga tak henti-hentinya mencibir keputusan ku ini
“Fitri habis kuliah bukannya kerja malah menikah, nggak kasihan ya sama orang tua nya,
sudah menyekolahkan tinggi-tinggi bukannya cari kerja malah menikah”. Hal yang
menyakitkan bagiku, namun sangat wajar ku dengar di telingaku. Di zaman yang milenial ini
wanita sarjana mana yang mau menikah dengan petani, lulusan SMA pula, gaji juga tak pasti,
panen 3 bulan sekali, apakah hidup sehari-hari akan tercukupi? Lalu bagaimana dengan
kehidupan di kemudian hari?

Jawaban yang sangat mudah adalah Allah yang akan mmembantu. Ketika cinta
sudah ada di depan mata, ada pilihan untuk menjadikannya suci lalu untuk apa ditunda apalgi
memilih pacaran, walau banyak tetangga yang memaki, terancam tak direstui tetapi niat suci
harus kita jalani. Cobaanpun tidak ingin lama-lama menjauh dari rumah tangga kami. Aku
sudah melamar pekerjaan dii daerah ku dan ternyata 1 bulan berlalu tak kunjung
mendapatkan panggilan kerja, padahal kebutuhan sudah semakin banyak. Akhirnya aku
berdiskusi dengan mas Wiryo “Kalau kamu mau bekerja di daerah ini emang harus berani
suap dek”. Aku sangat antipati dengan suap-menyuap, namun di daerah ku menyuap agar
mendapatkan pekerjaan adalah tradisi yang turun temurun hingga kini, yang kaya makin
kaya yang miskin siapa peduli. “Mas, Aku bkeja di kota saja ya?”. Mas wiryo kemudian
diam sejenak lalu berkata “Dari awal dulu aku sudah berkata bahwa aku tidak akan
menghalangi mu mengejar cita-cita mu, aku tidak akan mengahalangi mu mengejar mimpimu
dan aku tidak ingin menjadi beban dalam hidupmu”. Seketika aku teringat masa-masa dulu
pada saat kita berjauhan aku menempuh studi di luar kota tepatnya di semarang. Dia selalu
mendukungku pada saat kuliah, memotivasi ku saat aku sudah mulai lemah dan tak sanggup
melanjutkan kuliah.

Kuliah di keperawatan memang memerlukan usaha yang luar biasa. Kuliah pagi
hinngga sore dan malam lanjut mengerjakan tugas dan mas Wiryo menemani ku melalui
Whats app.“Kalau aku di semarang kamu bagaimana mas?” “Aku akan menyusulmu dek jika
ada kesempatan. Aku akan mengantarkanmu sampai stasiun ya dek maaf sudah membuat
dunia mu menjadi terbalik begini, kamu yang merantau dan aku yang di rumah”. Kata Mas
Wiryo. Waktu Mas Wiryo berkata begitu hatiku terasa sakit sekali rasanya aku bersalah
sebagai istri harus meninggalkannya sendiri di kampung.Ternyata hanya karena uang dapat
memisahkan cinta kami, hanya karena uang dapat membalikkan dunia kami. Rasanya aku
sangat benci dengan keadaan ini. Aku yang dulunya sang juara kelas tak ada bedanya dengan
sampah masyarakat, menyusahkan suami ku menyusahan keluarga ku, teriris hatiku tak dapat
kerja di kota ku sendiri. Katanya roda itu berputar tetapi kenapa kehidupan ku begini-begini
saja. Aku terus mengumpat dalam hati di dalam kereta hingga aku tiba di semarang dan
berjalan mendang-nendang kaleng hingga mengenai seorang ibu tua. Seketika aku kaget dan
meminta maaf “Maaf ya bu saya tidak sengaja”. Kemudian aku berkenalan dengan beliau
namanya ibu Mirah. Ibu Mirah sudah sekian lama hidup menggelandang di jalanan jika panas
kepanasan dan jika hujan kehujanan. Dia tidak memiliki sanak saudara, katanya saudaranya
jauh dan sudah tidak mengetahui alamat saudaranya dan anaknya pergi meninggalkannya.

Hati ku lalu tersentak mendengar perkataan bu Mirah, berat sekali ternyata ujian
hidup bu Mirah. Aku kasihan kepada bu Mirah. Aku mengantarkan bu Mirah ke panti wreda
yang ada di semarang. Dalam hatiku berkata “Hidup tidak memang tidak mudah Fitri, Nabi
Muhammad pun banyak ujiannya bahkan mungkin apa yang kamu rasakan hanya sebagian
kecil yang Nabi Muhammad rasakan” aku langsung mencari masjid di dekat panti aku lalu
meangis sejadi-jadinya dan mulai menerima semua keadaan ku serta takdirku. Aku kembali
ke kosan yang dulu pernah ku tinggali waktu semasa kuliah.

Sebagai alumni salah satu universitas terbesar di Indonesia beban itu amat sangat
menghantui ku, tetapi aku bisa apa ketika aku tak mungkin dapat bekerja sebagai perawat.
Mimpi hanya lah mimpi yang kini sudah menjadi masa lalu. Aku tidak bisa menjadi perawat
karena aku tidak dapat melanjutkan profesi ners. Seorang perawat tidak cukup hanya sarjana
namun ia juga harus melanjutkan profesi Ners. Setelah profesi ners ada tahap uji kompetensi
dan jika lulus baru mendapatkan STR. Lalu mengapa aku tidak melanjutkan profesi saja?
Aku kuliah dengan beasiswa dari Negara, jika aku lulus sarjana tepat waktu maka aku
langsung bisa melanjutkan profesi ners dengan beasiswa juga namun jika tidak maka profesi
ners harus dengan biaya sendiri. Aku memilih untuk tidkk melanjutkan pendidikan, bukan
karena aku tidak mau, hanya saja aku tidak ingin membuat orang tua ku bersusah payah lagi
demi aku. Meskipun aku tidak dapat bekerja sebagai perawat aku mencoba melamar
pekerjaan di beberapa perusahaan yang bonafit, ternyata belum ada satupun yang nyantol
kemudian aku mencoba melamar pekerjaan di spa. Karena dasarku keperawatan jadi aku
dierima di spa tersebut.

Aku menjadi pegawai kontrak selama satu tahun. Sebulan aku bekerja selama 26 hari
dan sehari bekerja selama 9 jam.Meskipun aku tidak menjadi perawat setidaknya aku dapat
bermanfaat dengan menjadi terapis spa di sini. Aku jadi ingat di kala dulu aku wawancara ke
perusahaan ataupun instansi mana pun pasti mereka bertanya”Kenapa tidak bekerja sesuai
bidang saja?”. Perawat oh perawat kamu memang sangat mulia kamu adalah cita-cita dan
pekerjaan yang dapat dibanggakan tetapi sayang aku tak dapat menyentuhmu. Kujalani hari
demi hari sebagai terapis spa meninggalkan suami dan keluarga tercinta ku di kampung.
Teman-teman ku pun merendahkan ku karena gajiku tidak sesuai UMR “Fitri lulusan salah
satu Universitas ternama di Indonesia dengan predikat cumlaude menjadi seorang terapis
spa?” tanyanya. Aku hanya bisa terseyum karena ini pilihan ku dan aku tetap terus menjadi
terapis spa tanpa rasa malu.

Setahun berlalu kontrak menjadi terapis spa pun sudah berkhir. Selama aku bekerja
aku menabung dan aku mendapatkan uang sekitar 10 juta di kala itu. Aku kemudian
memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Di kampung halaman ku sewa menyewa
lahan dan bangunan namun tak semahal di semarang jadi aku berfikir untuk membuka spa di
kampung halaman ku. Modal yang ku keluarkan kurang lebih 5 juta dan sisanya menjadi
simpanan ku. Aku merintis usaha ku. Pada hari pertama aku membuka studio aku
menggunakan strategi diskon sehingga banyak yang datang waktu itu. Awalnya pendapatan
saya masih kecil hanya mampu menabung sedikit kemudian lama-lama usaha saya sudah
semakin terkenal dan pendapatan semakin banyak. Aku kemudian mulai belajar mengenai
perawatan tubuh dan kecantikan yang lain. Aku belajar make-up. Awalnya aku suka
mendandani teman-teman dan saudara ku. Kemudian suami ku menngusulkan untuk aku
dapat menerima twaran menjadi MUA dan aku sudah membukanya. Suami ku, Dia adalah
petani yang luar biasa. Betapa sabarnya ia menungguku dari awal aku kuliah hingga 4 tahun
aku menempuh pendidikan selama kuliah dan kami akhirnya menikah. Menikah dengan
kesederhanaan dan banyak keterbatasan. Dikarenakan aku yang bekerja selama setahun
waktu aku bekerja di luar kota kami belum memiliki momongan. Suami ku orang yang rajin
dia selalu memberi kebebasan kepada ku untuk terus berusaha.

Dahulu teman ku berkata “Kalau cuma Sarjana keperawatan tanpa profesi kamu mau
jadi apa ? Kalau kamu menikah sama Wiryo bagaimana masa depan mu? Seorang lulusan
Universitas ternama bergelar cumlaude. Apakah kamu yakin memberikan masa depanmu
padanya?”. Tetangga ku dahulu juga berkata “ Kalau tidak menyuap apa mungkin Fitri dapat
bekerja.” Seolah-olah semua dapat dibeli dengan uang termasuk pekerjaan. Pertanyaan orang-
orang yang dahulu menghantui siang dan malam ku. Pertanyaan yang jika difikir hanya
dengan logika manusia tidak akan cukup. Allah-lah yang mengatur dibalik perjuangan ku,
Ayah, Ibu dan Mas Wiryo, ada do’a-do’a yang terselip di malam-malam yang hening ketika
orang lain tidur dan bahkan di kala itu Ayah sempat terpengaruh dengan orang lain agar tak
menyetujui pernikahan kami. Do’a ku dan Mas Wiryo diijabah oleh Allah, usaha kami tak
sia-sia.

Dulu aku juga sempat putus asa karena tak kunjung memiliki pekerjaan dan menyesal
dengan jalan yang kupili, tetapi Allah selalu memberi harapan dan tanda-tanda kekuasaannya
bahwa aku bukanlah orang yang paling menderita aku masih diberi kesehatan dan banyak
rizki dan salah satunya adalah teman. Teman yang mengajakku ke kajian-kajian Islam
mengajarkan tentang kebaikan. Sekarang aku percaya roda dapat berputar. Roda itu akan
berputar jika kita mengayuhnya, mengusahakan agar roda itu dapat berputar. Aku sudah
membuktikan kepada semua orang bahwa tanpa suap-menyuap aku bisa bekerja, hidup dan
sukses. Pendidikan yang memberi jarak kepada ku dan Mas Wiryo sekarang sudah kami
taklukan. Harta yang memberi jarak kepada kami sudah kami lampaui. Sekarang yang perlu
kami tempuh adalah perjuangan untuk mendapatkan buah hati dan kami yakin kepada Allah
berkat do’a, usaha dan berbuat baik akan menghantarkan kami menuju keberkahan. Allah
yang membantuku menembus batas dan hal-hal yang tak mungkin bisa difikir oleh logika
manusia.
Saya Ismaya Dwi Safitri, mahasiswa keperawatan Universitas Diponegoro. Nomor wa
saya:083843867555, IG: ismayads. Owner of: IG @ idsmakeup, @idskosmetik, alamat kos:
Jalan ngesrep timur III nomor 35, Kec. Banyumanik, Kota Semarang. Tempat tanggal lahir:
Bora, 16 Maret 1997. Suka menulis.

Anda mungkin juga menyukai