Anda di halaman 1dari 4

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

ANTROPOLOGI HUKUM
A. MANFAAT MEMPELAJARI ANTROPOLOGI HUKUM

Kemanfaatan antropologi hukum tidak saja dapat dilihat dari segi kebutuhan teoritis tetapi juga
dari segi kebutuhan praktis. Bagi kebutuhan teoritis ialah dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan dan peningkatan mutu berpikir ilmiah. Dan bagi kebutuhan praktis ialah dalam rangka
pembangunan hukum, pembentukan peraturan hukum, penegakan dan penerapan hukum dan
keadilan bagi kehudupan masyarakat.

1. Manfaat bagi teoritisi

Para teoritisi yang dimaksud ialah para ilmuan dan mahasiswa ilmu-ilmu sosial, terutama para
sarjana dan calon sarjana ilmu hukum dan ilmu antropologi hukum. Dan juga termasuk dalam
golongan ini ialah para tenaga peneliti ilmiah hukum, para dosen, asisten, staf pengajar dan
mahasiswa yang lebih banyak berpikir dan berperilaku sebagai pengamat (toeschouwer) terhadap
kehidupan hukum sebagai gejala masyarakat.
Menurut P. J Bohannan termasuk dalam golongan teeoritis ini adalah mereka yang titik
perhatiannya pada segi intelektual dan filosofis dari hukum, yang berusaha untuk dapat memahami
lebih jauh hal-hal sebagai berikut:

a. Tentang pengertian hukum pada masyarakat sederhana (pedesaan) apabila dibandingkan


dengan pengertian hukum pada masyarakat modern
b. Tentang cara bagaimana masyarakat mempertahankan nilai-nilai dasar atau bagaimana jika
mereka mengadakan perubahan atas nilai-nilai dasar itu
c. Tentang perbedaan-perbedaan pendapat dan pandangan masyarakat (bangsa-bangsa) yang
tentang apa yang seharusya dan sepatutnya mereka lakukan
d. Tentang masyarakay (bangsa) yang mana yang masih kuat mempertahankan berlakunya
nilai-nilai budaya (hukum) yang ideologis eksplisit, dan masyarakat yang mana yang tidak
kuat lagi mempertahankannya
e. Tentang masyarakat (bangsa) yang mana yang mempunyai norma-norma perilaku hukum
yang sudah tinggi dengan tuntutan yang tinggi dan yang mana tuntutannya tidak begitu
tinggi

Jadi titik tolak perhatian bagi para teoritisi mengarah kepada latar belakang pandangan hidup
masyarakat bersangkutan, dan bagaimana cara para anggota masyarakat berperilaku dalam
memelihara lembaga-lembaga hukum atau pranata-pranata hukum mereka.
Dengan mengatahui hal-hal yang diatas, akan memudahkan pembuatan kesimpulan dan
pemberian saran-saran yang baik untuk memperbaiki, atau untuk mengadakan perubahan terhadap
aturan-aturan hukum yang bersangkutan.
2. Manfaat Bagi Praktisi Hukum

Termasuk dalam golongan ini seperti para pembentuk hukum, yaitu para anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, para pelaksana hukum yaitu para pejabat instasi pemerintahan, para penegak
hukum, yaitu polisi, jaksa, hakim, termasuk advokat atau pengacara dan para tersangka, penggugat
dan terguga, para saksi dalam suatu perkara, dan lainnya di sekitar ruang lingkup hukum praktis di
semua tingkatan.
Golongan praktisi hukum ini membutuhkan bekal pengetahuan antropologi hukum, dalam
mereka menghadapi dan memecahkan masalah hukum praktis, yang kesemuanya itu melibatkan
berbagai manusia dan berbagai perilaku budaya hukumnya. Bukan saja perilaku budaya sesuai
dengan tugas dan peranannya sebagai pejabat tetapi juga perilaku budaya, sifat watak,dan latar
belakang yang memengaruhinya.

3. Manfaat Bagi Praktisi Politik

Termasuk dalam golongan ini adalah seperti pejabat instansi pemerintahan, para anggota Dewan
Perwakilan Rakyat di semua tingkatan, para anggota lembaga musyawarah desa, para anggota dan
pengurus partai organisasi politik, kader-kader partai organisasi dan sebagainya.
Manfaat antropologi hukum bagi para praktisi ialah sebagai tolak ukur sejauh mana para praktisi
itu berperilaku politik dan berperilaku hukum. Dengan mengetahui dan memahami objek studi
antropologi hukum dan menyadari bahwa aturan-aturan hukum dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
umum itu adalah tidak lain adalah perilaku manusia, dimana hukum itu adalah akibat perilaku
politik manusia, dimana hukum itu adalah akibat perilaku politik manusia, maka para praktisi
politik akan menyadari dalam ruang lingkup politik yang bagaimana mereka berada.

4. Manfaat Bagi Pergaulan Masyarakat

Dalam hal ini antropologi hukum akan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang suatu
golongan masyarakat, misalnya dengan menerangkan tentang susunan masyarakat, hukum adat, dan
adat istiadatnya, sifat watak perilaku orang-orangnya, cara berkenalan, cara berbicara, cara
berunding atau bermusyawarah, cara menyelesaikan kasus perselisihan dan sebagainya.

B. METODE PENDEKATAN

Menurut penulis cara ilmiahnya dapat dilakukan dengan pendekatan historis, normatif-
eksploratif, deskriptif perilaku (behavior), dan studi kasus

1. Metode Historis

Cara pendekatan dengan metode historis yang dimaksud ialah mempelajari perilaku manusia dan
budaya hukumnya dengan kacamata sejarah. Dimana perkembangan manusia dan hukumnya
berlaku secara evolusi, artinya berkembang dengan lambat dan berangsur-angsur. Apabila
perkembangan hidup manusia itu berlaku secara evolusi, maka begitu pula hukum yang lahir dari
padanya dan hukum yang mengaturnya berubah dan berkembang secara evolusi.

2. Metode Normatif-Eksploratif

Cara pendekatan dengan metode Normatif-eksploratif yang dimaksud ialah mempelajari


manusia dan budaya hukumnya dengan bertitik tolak pada norma-norma (kaidah-kaidah) hukum
yang sudah ada, baik dalam bentuk kelembagaan maupun dalam bentuk perilaku. Jadi terlebih
dahulu dilakukan penjajakan (eksploratif) terhadap norma-norma hukumnya yang ideal, yang
dikehendaki berlaku.
Jadi untuk dapat memahami perilaku manusia yang berkaitan dengan hukum, maka yang
pertama yang harus dilakukan ialah penjajakan ideologis terhadap norma-norma hukum, sehingga
memudahkan untuk menemukan jalur pengamatan terhadap perilaku hukum itu.

3. Metode Deskriptif Perilaku

Pendekatan antropologi hukum dengan metode deskriptif perilaku ialah dengan cara mempelajari
perilaku manusia dan budaya hukumnya, dengan melukiskan situasi hukum yang nyata. Cara ilmiah
ini menyampingkan norma-norma hukum yang ideal, yang dicitakan berlaku, tertulis atau tidak
tertulis, sehingga ia merupakan kebalikan dari metode normatif-eksploratif.
Penggunaan metode deskriptif akan menjadi lebih sempurna apabila ia juga didampingi metode
kasus, yaitu dengan terjun ke lapangan,, dengan mengadakan pertemuan pribadi dan bergaul dengan
penduduk setempat, melihat dan mengamati, berbicara bertatap muka dengan para informan.

4. Metode Studi Kasus

Cara pendekatan antropologi hukum dengan metode studi kasus, yang dimaksud ialah
mempelajari kasus-kasus peristiwa hukum yang terjadi, terutama kasus-kasus perselisihan. Studi
kasus ini sifatnya induktif, artinya dari berbagai kasus yang dapat dikumpulkan, kemudian data-
datanya di analisis secara khusus lalu dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan yang umum.

5. MASYARAKAT SEDERHANA

1. Menurut Robert Redflied bahwa masyarakat sederhana adalah kecil, terasing, sangat
terintegrasi, bersifat konsensus dengan solidaritas kelompok yang tinggi dan pembagian
kerja yang sederhana
2. Menurut Philosof zaman pencerahan mengatakan bahwa masyarakat sederhana
merupakan cermin dalam keadaan alamiah sebelum terbentuknya pemerintah tipe awal
dari institusi masa kini

Masyarakat sederhana merupakan masyarakat yang tidak rumit. Keterikatan emosional antara
masyarakat sangat tinggi sehingga tercipta kerukunan dan interaksi sosial yang sangat tinggi.
Masyarakat sederhana memiliki tingkat religiusitas yang sangat tinggi, hal ini karena factor
kebiasaan masyarakat sederhana yang sering dijumpai di lingkungan pedesaan yang sehari-
seharinya tidak lepas dari kegiatan keagamaan.
Tingkat interaksi sosial juga yang sangat tinggi dipengaruhi oleh factor masyarakat sederhana
yang bisa dikategorikan sebagai masyarakat yang tumbuh dan berkembang di dalam suatu wilayah
yang cukup sempit. Selain itu, kegiatan masyarakat sederhana di pedesaan sangat membentuk
kepribadian gotong royong masyarakat. Karena mengutamakan asas kekeluargaan, masyarakat
sederhana sulit unrtuk mengerjakan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.

Ciri – Ciri Masyarakat Sederhana

1. Ikatan keluarga dan masyarakatnya sangat kuat


2. Organisasi sosial berdasarkan tradisi turun menurun
3. Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan gaib
4. Tidak memiliki lembaga-lembaga khusus, seperti lembaga pendidikan
5. Hukum yang berlaku tidak tertulis
6. Sebagian besar produksi hanya untuk keperluan keluarga sendiri atau untuk pasaran dalam
skala kecil
7. Kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan secara gotong royong.

Anda mungkin juga menyukai