Anda di halaman 1dari 16

Tugas Mata Kuliah

Bahan Bangunan

Nama : Darren Widianata


Kelas : A
NIM : 051-18-028
“Fondasi bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada suatu
bangunan. Karena fondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh beban
yang berada di atasnya dan gaya– gaya dari luar". Fondasi merupakan
bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban menuju lapisan
tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang terjadi
baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban rencana
harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini adalah
tanah yang ada di bawah struktur tersebut.”

Dibawah ini merupakan contoh-contoh gambar fondasi pada beberapa


konstruksi, seperti dibawah ini:

 Gedung
Berikut adalah jenis-jenis pondasi :

 1. Pondasi telapak/umpak

 Pondasi telapak merupakan jenis pondasi sederhana yang telah


digunakan oleh masyarakat indonesia sejak zaman dulu. Pondasi ini
terbuat dari batuan padas atau keras yang digali oleh masyarakat
setempat di daerah-daerah tertentu, bahkan tak jarang yang
menggunakanbatu padas bekas reruntuhan candi.
 Sistem kerja pondasi ini menerapkan sistem tanam. Jadi pondasi
telapak ini menahan kolom yang tertanam di dalamnya sehingga
tidak masuk dalam tanah. Seperti halnya ketika kita menggunakan
sebuah ganjalan yang pipih atau ganjalan yang lebih lebar untuk
standar motor ketika di tempatkan pada tanah yang lembek.
 2. Pondasi Batu Kali (untuk Bangunan Sederhana 1-2 lantai)

 Tidak seperti pondasi telapak, Pondasi batu kali akan ditanam dalam
tanah untuk mendapatkan daya dukung tanah yg lebih baik dari
permukaan dan menjadi satu set dengan sloof sehingga
menghasilkan suatu kekakuan struktur.
 Pondasi batu kali terdiri dari batu kali dan perekat yang berupa
campuran pasir dan semen. Biasanya campuran agregat untuk
merekatkan batu kali ini menggunakan perbangingan 1 : 3 karena
batu kali akan selalu menerima rembesan air yang berasal dari
tanah. Sehingga membutuhkan campuran yang lebih kuat menahan
rembesan.
 3. Pondasi Tapak/Setempat/foot plat

 Pondasi tapak merupakan pondasi yang banyak digunakan oleh


masyarakat Indonesia ketika mendirikan sebuah bangunan.
Terutama bangunan bertingkat serta bangunan yang berdiri di atas
tanah lembek. Untuk di Bali, biasanya diambil kedalaman dari 1,5 – 3
meter. Konsepnya adalah menyebarkan seluruh beban ke tanah
melalui kaki kolom yang berupa pelat beton dengan tebal berkisar
antara 15 – 25 cm dan luasan yang menyesuaikan dengan daya
dukung tanah dan beban yang diteruskan kolom.

 Jalan Raya
Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai


tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi
perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah
lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang
mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang
berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika
tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat
lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan
atas :
• Lapisan tanah dasar, tanah galian.
• Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
• Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai
berikut :
• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu
lintas.
• Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar
air.
• Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan
sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan
pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.

1.2.3. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)

Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas


lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
• Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda
ke tanah dasar.
• Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
• Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar
naik ke lapis pondasi atas.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat
(akibat lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal
pelaksanaan pekerjaan.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama
hujan.

1.2.4. Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di


antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
• Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
• Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet
sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan
beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume
pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

1.2.5. LapisanPermukaan (Surface Course)

Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung


dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
• Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
• Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan
(lapis aus).
• Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak
meresap ke lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
• Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga
dapat dipikul oleh lapisan di bawahnya.
Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis
aus (wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis
permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk
memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus
tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

 Rel Kereta Api


1. FORMATION LAYER

Formation layer merupakan perkerjaan pemadatan tanah sebagai


pondasi trek rel KA. Formation layer ini dipersiapkan sebagai tempat
ditaburkannya lapisan ballast. Lapisan ini berupa campuran tanah,
pasir, dan lempung yang diatur tingkat kepadatan dan kelembapan
airnya. Pada Negara-negara maju yang lintasan KA-nya sangat
padat, ditambahkan lapisan Geotextile di bawah formation layer.
Geotextile adalah material semacam kain yang bersifat permeable
yang terbuat dari polipropilena atau polyester yang berguna untuk
memperlancar drainase dari atas ke bawah (subgrade ke subsoil),
dan sekaligus memperkuat formation layer.

2. SUB-BALLAST DAN BALLAST

Lapisan ini disebut pula sebagai Tack Bed, karena fungsinya sebagai
tempat pembaringan trek rel KA. Lapisan Ballast merupakan suatu
lapisan berupa batu-batu berukuran kecil yang ditaburkan di bawah
trek rel, tepatnya di bawah, samping, dan sekitar bantalan rel
(sleepers). Bahkan terkadang dijumpai bantalan rel yang “tenggelam”
tertutup lapisan ballast, sehingga hanya terlihat batang relnya saja.
Fungsi lapisan ballast adalah:

1. untuk meredam getaran trek rel saat rangkaian KA melintas,


2. menyebarkan axle load dari trek rel ke lapisan landasan di
bawahnya, sehingga trek rel tidak ambles,
3. menjaga trek rel agar tetap berada di tempatnya,
4. sebagai lapisan yang mudah direlokasi untuk menyesuaikan dan
meratakan ketinggian trek rel (Levelling),
5. memperlancar proses drainase air hujan,
6. mencegah tumbuhnya rumput yang dapat mengganggu drainase air
hujan.
Ballast yang ditabur biasanya adalah batu kricak (bebatuan yang
dihancurkan menjadi ukuran yang kecil) dengan diameter sekitar 28-
50 mm dengan sudut yang tajam (bentuknya tidak bulat). Ukuran
partikel ballast yang terlalu kecil akan mengurangi kemampuan
drainase, dan ukuran yang terlalu besar akan mengurangi
kemampuannya dalam mentransfer axle load saat rangkaian KA
melintas. Dipilih yang sudutnya tajam untuk mencegah timbulnya
rongga-rongga di dalam taburan ballast, sehingga lapisan ballast
tersebut susunannya menjadi lebih rapat.
Ballast ditaburkan dalam dua tahap. Pertama saat sebelum perakitan
trek rel, yakni ditaburkan diatas formation layer dan menjadi track bed
atau “kasur” bagi bantalan rel, agar bantalan tidak bersentuhan
langsung dengan lapisan tanah. Karena jika bantalan langsung
bersentuhan dengan tanah (formation layer) bisa-bisa bantalan
tersebut akan ambles, karena axle load yang diterima bantalan
langsung menekan frontal ke bawah karena ketiadaan ballast untuk
menyebarkan axle load. Kedua ketika trek rel selesai dirakit, untuk
menambah ketinggian lapisan ballast hingga setinggi bantalan,
mengisi rongga-rongga antarbantalan, dan di sekitar bantalan itu
sendiri. Ballast juga ditabur disisi samping bantalan hingga jarak
minimal 50cm dengan kemiringan (slope) tertentu sehingga
membentuk “bahu” ballast yang berfungsi menahan gerakan lateral
dari trek rel.Padakasus tertentu, sebelum ballast, ditaburkan terlebih
dahulu lapisan sub-ballast, yang berupa batu kricak yang berukuran
lebih kecil. Fungsinya untuk memperkuat lapisan ballast, meredam
getaran saat rangkaian KA lewat, dan sekaligus menahan resapan air
dari lapisan blanket dan subgrade di bawahnya agar tidak merembes
ke lapisan ballast.

Ketebalan lapisan ballast minimal 150 mm hingga 500 mm, karena


jika kurang dari 150 mm menyebabkan mesin pecok ballast (Plasser
and Theurer Tamping Machine) justru akan menyentuh formation
layer yang berupa tanah, sehingga bercampurlah ballast dengan
tanah, yang akan mengurangi elastisitas ballast dalam menahan trek
rel dan mengurangi kemampuan drainasenya.Secara periodik,
dilakukan perawatan terhadap lapisan ballast dengan dibersihkan
dari lumpur dan debu yang mengotorinya, dipecok, atau bahkan
diganti dengan yang baru. Untuk itu, dilakukan perawatan dengan
mesin khusus yang diproduksi oleh Plasser and Theurer Austria. Di
Indonesia ada mesin pemecok ballast (Ballast Tamping Machine)
untuk mengembalikan ballast yang telah bergeser ke tempatnya
semula, sekaligus merapatkan lapisan ballast di bawah bantalan agar
bantalan tidak bersinggungan langsung dengan tanah.

 Bendungan

a.  Badan bendungan (body of dams)

Adalah tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penghalang air.


Bendungan umumnya memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan
struktur lain seperti pintu air atau tanggul digunakan untuk mengelola atau
mencegah aliran air ke dalam daerah tanah yang spesifik. Kekuatan air
memberikan listrik yang disimpan dalam pompa air dan ini dimanfaatkan
untuk menyediakan listrik bagi jutaan konsumen.

b.      Pondasi (foundation)

Adalah bagian dari bendungan yang berfungsi untuk menjaga


kokohnya bendungan.

c.       Pintu air (gates)


Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di
saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu
air adalah :

a.       Daun pintu (gate leaf)


Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat
digerakkan untuk membuka , mengatur dan menutup aliran air.

b.       Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)


Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam
beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai
dengan yang direncanakan.

c.    Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan
untuk menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan
muatan dari pintu air ke dalam konstruksi beton.
d.    Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka
dan ditutup dengan mudah.

d.   Bangunan pelimpah (spill way)

               Adalah bangunan beserta intalasinya untuk mengalirkan air banjir


yang masuk ke dalam waduk agar tidak membahayakan keamanan
bendungan. Bagian-bagian penting daribangunan pelimpah :

1)     Saluran pengarah dan pengatur aliran (controle structures)


Digunakan untuk mengarahkan dan mengatur aliran air agar
kecepatan alirannya kecil tetapi debit airnya besar.

2)     Saluran pengangkut debit air (saluran peluncur, chute,


discharge carrier, flood way)
Makin tinggi bendungan, makin besar perbedaan antara permukaan air
tertinggi di dalam waduk dengan permukaan air sungai di sebelah hilir
bendungan. Apabila kemiringan saluran pengangkut debit air dibuat kecil,
maka ukurannya akan sangat panjang dan berakibat bangunan menjadi
mahal. Oleh karena itu, kemiringannya terpaksa dibuat besar, dengan
sendirinya disesuaikan dengan keadaan topografi setempat.
3)     Bangunan peredam energy (energy dissipator)
Digunakan untuk menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi
energi air agar tidak merusak tebing, jembatan, jalan, bangunan dan
instalasi lain di sebelah hilir bangunan pelimpah.

e.       Kanal (canal)

Digunakan untuk menampung limpahan air ketika curah hujan tinggi.

f.        Reservoir

Digunakan untuk menampung/menerima limpahan air dari


bendungan.

g.      Stilling basin

Memiliki fungsi yang sama dengan energy dissipater.

 Landasan Terbang
“Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia /
penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah
bandar udara yg berstatus bandar udara internasional ditempatkan petugas
bea dan cukai. Di indonesia bandar udara yang berstatus bandar udara
internasional antara lain Polonia (Medan), Soekarno-Hatta (Cengkareng),
Djuanda (Surabaya), Sepinggan (Balikpapan), Hasanuddin (Makassar) dan
masih banyak lagi.”

 Irigasi

Bangunan Bendung

Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan


muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat
dialirkan kesaluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan
menentukan luas daerah yang diairi (command area). Bendung gerak
adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk
mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran
kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai
untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.

Bangunan Pengambilan

Banguan pengambilan adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai yang


menalirkan air sungai kedalam jaringan irigasi. Dalam keadaan
demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah
yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.

Bangunan Pembilas atau Penguras

Bangunan pembilas adalah bangunan dengan pintu yang dioperasikan


dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila
diperlukan. Untuk mengurangi tingginya biaya, banguanan ini dapat
digabung dengan bangunan pelimpah.

Kantong Lumpur

Kantong lumpur adalah bagian potongan melintang saluran yang


diperbesar untuk memperlambat aliran dan memberikan waktu bagi
sedimen untuk mengendap. Kapasitas pengangkutan sedimen kantong
lumpur harus lebih rendah daripada yang dimiliki oleh jaringan saluran
irigasi.

Bangunan Bagi

Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran primer dan


sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran
antara dua saluran atau lebih.

Siphon

Siphon adalah bagian bendung yang dipakai untuk mengalirkan air


irigasi dengan menggunakan gravitasi di bawah saluran pembuang,
cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga dipakai untuk
melewatkan air dibawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-
bangunan yang lain. Sipon merupakan saluran tertutup yang
direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan sangat
dipengaruhi oleh tinggi tekanan.

Talang

Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat diatas saluran


lainnya, saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah.
Aliran didalam talang adalah aliran bebas.

Gorong-Gorong

Gorong-gorong dipasang ditempat-tempat dimana saluran lewat


dibawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuangan
lewat  di bawah saluran. Aliran didalam gorong-gorong umumnya aliran
bebas.

Talud

Talud dipasang di sepanjang sungai yang berfungsi sebagai penjaga


stabilitas tanah pinggiran sungai.

Pengukur Ketinggian

Aliran akan di ukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran


jaringan primer dan dibangunan sadap sekunder maupun tersier.
Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran atas bebas (free
overflow) dan alat ukur  aliran bawah (underflow). Beberapa alat ukur
yang dipakai untuk mengatur aliran air.
Tempat Cuci

Tempat yang berfungsi untuk mencuci barang- barang rumah tangga


yang biasanya terletak di pinggir sungai.

Tempat Mandi Hewan

Tempat yang berfungsi untuk membersihkan hewan- hewan ternak,


seperti sapi, kerbau, dll

Saluran Primer

Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringa utama ke
saluran sekunder dan petak- petak tersier. Batas ujung saluran primer
adalah angunan bagi yang terakhir.

Bangunan Terjunan

Bangunan yang berfungsi untuk menurunkan muka air (dan tinggi


energy) dipusatkan di satu tempat. Bangunan ini bias memiliki terjun
tegak atau terjun miring. Jika perbedaan tinggi energy mencapai
beberapa meter maka konstruksi got miring dipertimbangkan.

Anda mungkin juga menyukai