PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (KIA), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indicator status kesehatan
masyarakat. Dewasaini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara
ASEAN lainnya. Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI), AKI 228/100.000
Kelahiran Hidup, AKB 34/1000 Kelahiran hidup, AKN 19/1000 Kelahiran Hidup, AKABA
44/1000 Kelahiran Hidup.
Dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak Indonesia, sistim pencacatan
dan pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain sebagai alat untuk
memantau kesehatan ibu dan bayi, bayi baru lahir, bayi dan balita, juga untuk membuat
perencanaan ditahun-tahun berikutnya, dengan melaksanakan berbagai program KIA.
Agar pelaksanaan program KIA, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA
tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat kabupaten atau kota. Peningkata mutu
program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja.
Untuk ibu, besarnya cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus
menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja
tersebut yang paling rawan.
Selain itu untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi
tersebut serta meningkatkan mutu pelayanan program KIA, Bidan harus dapat membangun
kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program lintas sector dan mitra lainnya serta
dapat bekerjasama dengan masyarakat. Masyarakat dapat dibina dalam proses tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan PWS KIA ?
2. Apa yang dimaksud Kohort Ibu, Bayi, dan Balita ?
3. Bagaimana pengelolaan PWS KIA ?
4. Bagaimana cara Pengumpulan Data PWS ?
5. Apa Indikator Pemantaun ?
6. Bagaimana Pelaksanaan PWS ?
7. Bagaimana Pemantauan dan Pelaporan ?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Organisasi Manajemen Pelayanan Kebidanan ?
2. Untuk mengetahui hal yang terkait mengenai PWS KIA.
3. Untuk mengetahui hal yang terkait mengenai Kohort Ibu, Bayi dan Balita
4. Untuk mengetahui tentang Pemantauan dab Pelaporan
PWS KIA ada!alah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah
kerja secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa
dengan cakupan pelayanan KIA yang masih rendah.
Program KIA yang dimaksud meliputi: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi,
dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
lanjut.
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus menerus di setiap wilayah
kerja.
b. Tujuan Khusus
1) Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
2) Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indicator KIA secara teratur
(bulanan) dan terus menerus.
3) Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
4) Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indicator KIA terhadap target yang
ditetapkan.
5) Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara
intensif berdasarkan besarnya kesenjangan
6) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan
yang potensian untuk digunakan.
7) Meningkatkan peran apparat setempat dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi
sumber daya.
8) Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan KIA.
B. Kohort,ibu, bayi, dan balita
1. Pengertian Kohort Ibu
Kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin, serta
keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana
informasi pada saat ini lebih difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa
adanya duplikasi informasi
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) adalah cakupan ibu bersalin yang
mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang dimiliki kompetensi
kebidanan disuatu wialyah kerja dan kurun waktu tertentu.
Rumus perhitungan = Jumlah K4 x 100 %
Sasaran ibu bersalin
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3) adalah cakupan pelayanan kepada
ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3
kali, dengan distribusi waktu :
6 jam sd hari ke 3 (KF1)
Hari ke 4 sd hari ke 28 (KF2)
Hari ke 29 sd hari ke 42 (KF4)
Setelah bersalin di suatu wilaya kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumusan perhitungan = Jumlah KF3 x 100 %
Sasaran ibu nifas
6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN lengkap) adalah cakupan neonatus
yang mendapat pelayanan sesuai standart paling sedikit 3x dengan distribusi waktu 1 x
pada 6-48 jam , 1x pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 x pada hari ke 8-hari ke 28 setelah
lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang diguanakan = Jumlah KN lengkap x 100 %
Sasaran bayi
7. Deteksi factor resiko dan komplikasi oleh masyarakat adaalah cakupan ibuhamil dengan
factor resiko atau komplikasi yang di temukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat
serta dirujuk ke tenagsa kesehatan di suatu wilayah kerjapada kurun waktu tertentu.
Indicator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung
upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin dan nifas.
Rumus = Jumlah ibu hamil factor resiko oleh masyarakat x 100 %
Sasaran ibu hamil resiko
8. Deteksi factor resiko dan komplikasi oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu hamil
dengan factor resiko atau komplikasi yang di temukan oleh bidan atau nakes lainnya.
Rumus = Jumlah bumil factor resiko oleh nakes x 100%
Sasaran ibu hamil risiko
10. Cakupan penaganan komplikasi neonatus adalah cakupan neonatus dengan komplikasi
yang ditangani secara definitive oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang tertentu. Penaganan
definitive adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang
yang pelaporannya dihitung 1x pada masa neonatus.
Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat
hasilnya hidup atau mati.
Rumus perhitungan = Jumlah neonatus dengan komplikasi x 100%
15% x Jumlah sasaran bayi
11. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 harin – 12 bulan (kunjungan bayi) adalah cakupan
bayi yang mendapat pelayanan paripurna minimal 4x yaitu :
1 x pada umur 29 hari – 2 bulan
1 x pada umur 3 – 5 bulan
1 x pada umur 6 – 8 bulan
1 x pada umur 9 – 11 bulan
Sesuai standar disuatu wialayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang digunakan =
∑ Bayi yang memproleh 4 x pelayanan kesehatan sesuai standar x 100 %
Jumlah seluruh sasaran bayi disuatu wialayah kerja dalam 1 tahun
12. Cakupan pelayanan Balita (12 – 59 bulan ) adalah cakupan anak balita ( 12 – 59 bulan )
yang memproleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8
x setahun, pemantauan perkembangan minimal 2x setahun, pemebrian vitamin A 2x
setahun.
Rumus yang diguanakan =
Jumlah anak balita yang memproleh pelayanan sesuai standar x 100%
Jumlah seluruh anak balita di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
13. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS adalah
cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke puskesmas dan mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Rumur yang digunaka =
∑ Balita sakit yang memproleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS x 100 %
Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke puskesmas disuatu wilayah kerja
dalam 1 tahun
14. Cakupan peserta KB aktif adalah cakupan peserta KB yang baru dan lama yang masih
aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi dibandingkan dengan jumlah pasangan usia
subur disuatu wilayah kerja pada waktu tertentu.
Rumus yang digunakan = Jumlah peserta KB aktif x 100 %
Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA yaitu:
1) Akses pelayanan antenatal (cakupan 1)
Merupakan alat untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat .
Dengan Rumus : JUmlah kunjungan baru ibu hamil (KI) x 100 %
Jumlah sasaran ibu hamiln dalam 1 tahun
2) Cakupan ibu hamil (cakupan K4)
Menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah serta
menggambarkan kemampuan manajemen/kelangsungan program KIA.
Dengan Rumus :
Jumlah kunjungan ibu hamil (cakupan K4) x 100 %
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
JIKA: pencapaian K1 kurang dari 80% dan pencapaian K4 kurang dari 70% Menunjukan :
A. KESIMPULAN
Pemantauan wilayah setempat kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) adalah alat
menegemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara
terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang yang cepat dan tepat. Program
KIA yang dimaksud meliputi: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir,bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi dan balita.
Kohort merupakan sumber data pelayanan ibu, bayi, dan balita yang terkait pada
keadaan/resikoyang dipunyai ibu, bayi dan balita yang diorganisir sedemikian rupa yang
pengkoleksiannya melibatkan kader dan dukun bayi diwilayah setiap bulan.
B. SARAN
Untuk tenaga kesehatan khususnya seorang bidan, alangkah baiknya untuk melakukan
pemantauan pelayanan kebidanan didaerah kerjanya baik dengan menggunakan PWS
KIA maupun pendataan sasaran, agar dapat mengetahui keadaan wilayah kerja baik yang
berkaitan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan,keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan
balita.
Untuk masyarakat sendiri bias melakukan pendataan dengan adanya pemantauan dari
tenaga kesehatan terutama bagi masyarakat yang ditunjuk menjadi kader begitu juga
dukun bayi.