Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA II

Laporan IV
PENGUAT TRANSISTOR BERTINGKAT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Praktikum Rangkaian Elektronika II
semester 3

PEMBIMBING :
Nurotul Auliya,ST,MT

Penyusun:
JTD 2D
Absen 17
REVA RIKAT ASIH 1841160019

TEKNIK ELEKTRO
JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
1. Capaian Pembelajaran
1) Mengetahui prinsip analisis DC dan AC pada transistor bertingkat
2) Mengetahui nilai penguatan pada kopling RC pada transistor bertingkat
3) Mengetahui perbedaan fasa input dan output setiap tahap pada penguat.

2. Alat dan Komponen yang Digunakan


1) Modul praktikum : 1 buah
2) Digital Multimeter : 1 buah
3) Analog Multimeter : 1 buah
4) Osiloskop : 1 buah
5) Generator Fungsi : 1 buah
6) Power Supply : 1 buah
7) Kabel penghubung : Secukupnya

3. Teori Dasar
1) Penguat Kelas A

Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya setengah dari tagangan
VCC penguat. Untuk bekerja penguat kelas A memerlukan bias awal yang
menyebabkan penguat dalam kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal ini
maka penguat kelas A menjadi penguat dengan efisiensi terendah namun dengan
tingkat distorsi (cacat sinyal) terkecil.

Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah sistem bias pembagi tegangan
dan sistem bias umpan balik kolektor. Melalui perhitungan tegangan bias yang
tepat maka kita akan mendapatkan titik kerja transistor tepat pada setengah dari
tegangan VCC penguat. Penguat kelas A cocok dipakai pada penguat awal (pre
amplifier) karena mempunyai distorsi yang kecil.

Contoh dari penguat class A adalah adalah rangkaian dasar common emiter (CE)


transistor. Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di
titik tertentu yang ada pada garis bebannya. Sedemikian rupa sehingga titik Q ini
berada tepat di tengah garis beban kurva VCE-IC dari rangkaian penguat tersebut
dan sebut saja titik ini titik A. Gambar berikut adalah contoh
rangkaian common emitor dengan transistor NPN Q1.

Garis beban pada penguat ini ditentukan oleh resistor Rc dan Re dari rumus VCC =
VCE + IcRc + IeRe. Jika Ie = Ic maka dapat disederhanakan menjadi VCC = VCE +
Ic (Rc+Re). Selanjutnya pembaca dapat menggambar garis beban rangkaian ini dari
rumus tersebut. Sedangkan resistor Ra dan Rb dipasang untuk menentukan arus
bias. Pembaca dapat menentukan sendiri besar resistor-resistor pada rangkaian
tersebut dengan pertama menetapkan berapa besar arus Ib yang memotong titik Q.

Besar arus Ib biasanya tercantum pada datasheet transistor yang digunakan. Besar
penguatan sinyal AC dapat dihitung dengan teori analisa rangkaian sinyal AC.
Analisa rangkaian AC adalah dengan menghubung singkat setiap komponen
kapasitor C dan secara imajiner menyambungkan VCC ke ground. Dengan cara ini
rangkaian gambar-1dapat dirangkai menjadi seperti gambar-3. Resistor Ra dan
Rc dihubungkan ke ground dan semua kapasitor dihubung singkat.

Dengan adanya kapasitor Ce, nilai Re pada analisa sinyal AC menjadi tidak berarti.
Pembaca dapat mencari lebih lanjut literatur yang membahas penguatan transistor
untuk mengetahui bagaimana perhitungan nilai penguatan transistor secara
detail. Penguatan didefenisikan dengan Vout/Vin = rc/ re`, dimana rc adalah resistansi
Rc paralel dengan beban RL (pada penguat akhir, RL adalah speaker 8 Ohm) dan
re` adalah resistansi penguatan transitor. Nilai re` dapat dihitung dari rumus r e` =
hfe/hie yang datanya juga ada di datasheet transistor. Gambar-4 menunjukkan
ilustrasi penguatan sinyal input serta proyeksinya menjadi sinyal output terhadap
garis kurva x-y rumus penguatan vout = (rc/re) Vin.

Ciri khas dari penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada daerah
aktif. Penguat tipe class A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat fidelitas
yang tinggi. Asalkan sinyal masih bekerja di daerah aktif, bentuk sinyal
keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun penguat kelas A ini
memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% – 50%. Ini tidak lain karena
titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak ada sinyal input (atau
ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif dengan arus
bias konstan. Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar dari sumber
catu daya terbuang menjadi panas. Karena ini juga transistor penguat kelas A
perlu ditambah dengan pendingin ekstra seperti heatsink yang lebih besar.

            Penguat Kelas A menguatkan seluruh daur masukan sehingga


keluarannya merupakan salinan asli yang diperbesar amplitudonya, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 12.2. Penguat kelas ini umumnya digunakan sebagai
penguat sinyal kecil. Penguat jenis ini tidak terlalu efisien, dengan efisiensi
maksimum 50%. Bila digunakan untuk sinyal-sinyal kecil, rugi-rugi daya yang
terjadi juga kecil sehingga dapat diterima. Dalam penguat Kelas A, unsur
penguatnya diberi prategangan sedemikian sehingga rangkaian itu selalu
menghantar dan dioperasikan pada bagian yang linear pada lengkungan
karakteristik penguat. Karena peralatan itu selalu menghantar meskipun tidak ada
masukan, terdapat daya yang terbuang, dan hal itulah yang menyebabkan
efisiensinya rendah.

Pencinta audio (audiophile) percaya bahwa penguat audio Kelas A memberikan


mutu suara yang tinggi karena bekerja pada kawasan linear dan lebih menyukai
menggunakan tabung elektron ketimbang transistor.

Titik beban transistor pada penguat kelas A diletakkan di antara titik A dan B,
biasanya untuk menghasilkan kinerja yang baik maka titik beban diletakkan tepat
di tengah-tengah garis beban. Hal ini memiliki maksud agar sinyal keluaran akan
memiliki bentuk sinyal yang simetri antara siklus negatif dan positif. Supaya
diperoleh titik beban yang tepat ditengah, maka V CE dirancang supaya sama besar
dengan VCC/2. Untuk menghasilkan ini, maka  IB dirancang supaya menghasilkan
ICRC sama dengan VCC/2. Penguat kelas A dapat diwujudkan dengan rangkaian
seperti Gambar 3 berikut.

Penguat kelas A dirancang untuk menguatkan sinyal-sinyal kecil. Sedangkan


kekurangan dari penguat jenis ini adalah ketika tidak ada sinyal masukan, maka
transistor akan tetap mengkonsumsi arus listrik.

2) Langkah analisis AC dan DC pada transistor bertingkat


Analisis AC atau sering disebut dengan analisa sinyal kecil pada penguat adalah
analisa penguat sinyal kecil, dengan memblok sinyal DC yaitu dengan memberikan
kapasitor Coupling pada sinyal input dan sinyal output.
Pendekatan yang dilakukan untuk analisis AC untuk frekuensi passband adalah
semua kapasitor coupling dan bypass dianggap sebagai hubung singkat, selanjutnya
semua sumber tegangan DC dapat dianggap seolah-oleh terhubung dengan ground.
Kapasitor untuk analisis AC dianggap sebagai hubung singkat, kapasitor akan
berfungsi dengan baik apabila reaktansi kapasitif Xc < 0,1 R, sehingga untuk
rangkaian RC yang dipasang secara seri, memiliki impedansi .

Gambar 1. Rangkaian Kapasitor Kopling


Karena impedansi kapasitor berbanding terbalik dengan frekuensi f, kapasitor
digunakan untuk memblokir tegangan DC dan menyalurkan tegangan AC.
Saat frekuensi tinggi, kapasitansi kapasitif lebih kecil daripada resistansi, sehingga
hamper semua tegangan AC yang melewati kapasitor akan diteruskan melalui beban
resistor, sehingga kapasitor jenis ini disebut kapasitor kopling, yang berguna untuk
menghubungkan sinyal AC melalui resistor ke penguat tanpa mengganggu titik kerja
Q DC pada tegangan kerja transistor.
Karena tegangan DC berfrekuensi nol, reaktansi kapasitor kopling tidak terbatas
pada frekuensi nol. Sehingga kita gunakan 2 pendekatan kapasitor :
1. Untuk analisis DC, kapasitor dalam keadaan terhubung buka.
2. Untuk analisis AC, kapasitor dalam keadaan terhubung singkat.
Rangkaian DC

Gambar 2. (a) Rangkaian bias Basis DC (b) Penguat basis terbiaskan

Gambar (a), tegangan basis DC adalah 0,7 V. Karena 30 V jauh lebih besar daripada 0,7V
maka:

Sehingga titik kerja Q terletak pada 3mA dan 15 V


Gambar b, dua buah komponen kapasitor ditambahkan pada rangkaian bias basis untuk
membangun suatu penguat:
1. Kapasitor kopling menguhubungkan sumber AC dengan basis. Karena kapasitor
kopling terhubung buka untuk DC, arus basis tetap sama jika rangkaian dengan atau
tanpa kepasitor dan sumber AC.
2. Kapasitor kopling menghubungkan kolektor dan resistor beban 100 KΩ. karena
kapasitor kopling terhubung buka untuk DC, tegangan kolektor DC tetap sama jika
rangkaian dengan atau tanpa kapasitor dan resistansi beban dari perubahan titik kerja
Q.
3) Metode Kopling RC pada Transistor
.      Penguat RC

1.      1     Rangkaian dasar

1.      2     Prinsip Kerja

Metode RC coupling menggunakan konfigurasi rangkaian RC untuk


menghubungkan output penguat dengan input penguat berikutnya.Pada
rangkaian diatas metode RC coupling ditunjukan oleh konfigurasi R1,C1 dan R2.
Fungsi R1 sebagai beban untuk penguat pertama. C1 berfungsi untuk menahan
tegangan DC dari penguat pertama dan untuk melewatkan sinyal AC dari penguat
pertama ke penguat berikutnya. R2 berfungsi sebagai penentu impedansi input
pada penguat kedua. Konfiguarasi ini dapat mengisolasi bias tegangan DC antar
penguat sehingga tidak saling mempengaruhi. Metode RC coupling ini
merupakan solusi dari masalah yang timbul dari direct coupling. metode RC
coupling ini perlu diperhatikan penentuan nilai C yang digunakan karena nilai
reaktansi akan mempengaruhi faktor pelemahan sinyal dan distorsi sinyal bila
tidak tepat nilainya.
Umpan balik positif terjadi hanya jika tegangan makan kembali di fase dengan
sinyal input asli.Kondisi ini dapat dicapai dengan dua cara:
1.      Wien Bridge Oscillator-360 ° atau 0 ° fasa pergeseran oleh amplifier dan 0 °
atau 360 ° fase pergeseran oleh rangkaian umpan balik Salah satu cara
mendapatkan pergeseran fasa dari 360 º adalah dengan menggunakan dua tahap
amplifier, setiap pergeseran fasa pemberian 180 º, atau menggunakan
noninverting penguat menggunakan Op Amp. Dalam hal ini, sinyal masukantidak
menghasilkan pergeseran fasa lebih lanjut. Ini adalah prinsip dasar dari sebuah
osilator jembatan Wien.
2.      Phase Shift RC Oscillator- 180 ° fasa pergeseran oleh amplifier dan
tambahan pergeseran 180 ° fasa olehrangkaian umpan balik sini kita bisa
mengambil bagian dari output dan menyebarkannya melalui jaringan pergeseran
fasa (sirkuit Komentar) memberikan tambahan pergeseran fasa180 º. Jadi, kita
mendapatkan pergeseran fasa total 180 º + 180 º = 360 º sebagai sinyal melewati
penguat dan jaringan pergeseran fasa. Ini adalah prinsip dasar osilator
pergeseran fasa RC.

1.      3     Karakteristik Penguat RC

Dalam suatu kaskade penguat-penguat, tegangan sinyal keluaran dari


tingkat berikutnya dengan satu rangkaian, yang dinamakan rangkaian
penggandeng (kopling). Rangkaian ini menggandeng sinyal AC dari keluaran
tingkat pertama kemasukan dari tingkat berikutnya dan tidak menggandengkan
tegangan DC dari tingkat pertama dengan masukan pada tingkat berikutnya.
Untuk penguatan tegangan frekuensi audio, gandengan antar tingkat ini
dilaksanakan oleh suatu rangkaian RC atau dengan suatu transformator (trafo).
Suatu penguat bertingkat yang gandengan antar tingkatnya diberikan oleh suatu
rangkaian RC dinamakan penguat gandeng RC. Suatu penguat transistor ragam
CE di gandeng RC dua tingkat. Susunan kaskade dari tingkat transistor-emiter
umum (CE) dapat dilihat gambar berikut:
Perubahan perolehan penguat menurut frekuensi dinamakan karakteristik
tanggapan frekuensi dari penguat. Untuk penguat gandengan
RC  karakteristiknya dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1.      Batas frekuensi dimana perolehan penguat kira-kira tetap dan dinamakan
daerah frekuensi tengah,
2.      Daerah frekuensi, dibawah batas frekuensi tengah, dimana perolehan turn
dengan berkurangnya frekuensi dan dinamakan daerah frekuensi rendah,
3.      Batas frekuensi, diatas batas frekuensi tengah, dimana perolehan turun
dengan naiknya frekuensi dan dinamakan daerah frekuensi tinggi dari penguat.
Dalam karakteristik tanggapan dari penguat dapat didefenisikan dua frekuensi,
yang dinamakan frekuensi-frekuensi setengah daya. Dinamakan demikian karena
perolehan daya dari penguat pada frekuensi ini sama dengan setengah harga
frekuensi tengah.

4) Aplikasi penguat dengan kopling RC


1. Penguat Tanpa Tala Bertingkat
Untuk menguatkan sinyal dari suatu antena atau dari suatu mikrofon ke
tingkatdaya yang mampu menggerakkan pengeras suara biasanya memerlukan
beberapatahap penguatan. Untuk mendapatkan penguatan tegangan atau arus
yang cukup besar, dapat memerlukan beberapa tahap. Secara umum, tiga
tahap: tahapmasukan, tahap penguatan, dan tahap keluaran diperlukan.Tiga hal
penting berikut:

1.Memilih impedansimasukan yang sesuai untuk penguat itu sedhingga


tidakmembebani sumber dengansinyal kecil (antena ataumikrofon).
Impedansimasukannya harus besar.
2. Memberikan penguatan yang cukup.
3.Menyepadankan impedansi keluaran penguat dengan beban. Hal
ituumumnya dapat dipenuhi dengan impedansi keluaran yang kecil.

Masing-masing hal itu dapat dilaksanakan dengan cara yang berlainan dan
denganmenggunakan lebih dari satu tingkat penguatan, bergantung kepada
penggunaannya.

4. Prosedur Percobaan
A. Teori
1. Dengan menggunakan prinsip analisis DC, hitung nilai tegangan setiap
titik tes rangkaian Gambar 4.1 masing-masing transistor! Lengkapi Tabel
4.1
2. Dengan menggunakan prinsip analisis AC, hitung besar penguatan
masing-masing transistor pada rangkaian Gambar 4.1! Lengkapi Tabel 4.2!

B. Simulasi dan Praktik


1. Hubungkan rangkaian seperti pada gambar 4.1. Generator fungsi off, S1
terbuka, S2 terbuka. Volume control (potensiometer R1) diset minimum.

2. Set power supply 9 V, tutup S1 tegangan supply akan mengalir ke


rangkaian.
3. Dengan kondisi S1 Close, S2 Close, ukurlah tegangan pada titik uji 1-6
terhadap ground.
4. Catat hasilnya pada Tabel 4.1
5. Nyalakan generator fungsi. Set frekuensi generator 1 kHz dengan tegangan
awal 50mVpp.
6. Hubungkan osiloskop ke kolektor Q2 (tes point 5). Secara perlahan set
volume control dan function generator sampai diperoleh sinyal output
tanpa distorsi.
7. Amati bentuk sinyal input (test point 4) dan output transistor kedua (tes
point 5) pada osiloskop. Lengkapi Tabel 4.2, simpan gambar keluaran
osiloskop, lampirkan di laporan praktikum.
8. Amati bentuk sinyal input (tes point 1) dan output transistor pertama (tes
point 2) pada osiloskop. Lengkapi Tabel 4.2, simpan gambar keluaran
osiloskop, lampirkan di laporan praktikum.

5. Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Analisis DC
Tegangan
Teo Simulasi Praktik
(V)
ri
Tes Point
1 2,6 V
2 4,3 V
3 2,1 V
4 1,3 V
5 5V
6 1V

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Analisis


Hasil
Teor Simulas Prakti
Percobaan
i i k
Parameter
Vin (Vpp) 2,93 V
Tegangan Input
Vout1 (Vpp)
3,41 V
Tegangan Output Transistor 1
Vout2 (Vpp)
7,13 V
Tegangan Output Transistor 2
Av1
1,16 V
Penguatan Transistor 1
Av2
2,27 V
Penguatan Transistor 2
Avt

Total Penguatan Transistor 0,77 V


Bertingkat
()
191,880
Beda Fasa Vin1 dan Vout1
()
3,880
Beda Fasa Vin2 dan Vout2
()
2,520
Beda Fasa Vin1 dan Vout2

6. Analisis Hasil Percobaan


a) Besar penguatan pada masing-masing transistor
b) Besar penguatan pada transistor bertingkat
c) Kurva kerja (Ic terhadap VCE) masing-masing transistor (teori, simulasi,
praktik)

7. Kesimpulan
Disamping menentukan hal tersebut pemilihan transistor juga meruapakan hal yang penting,
karena data karakteristik dari sebuah transistor-lah yang akan mempengaruhi nilai-
nilai dari resistor pada rangkaian. Besarnya penguatan dapat dihitung dengan
membandingkan tegangan keluaran (Vout) dengan tegangan masukan (Vin)

8. Referensi
⮚ https://arhild.wordpress.com/2012/01/07/penguat-kelas-a/
⮚ https://docplayer.info/30811592-Bab-vii-analisa-dc-pada-transistor.html
⮚ http://dedyprastyo-pend-fisika.blogspot.com/2012/11/penguat-rc.html
⮚ https://www.academia.edu/12178563/Copling_pada_Transistor_and_Konfigur
asi_Transisitor
⮚ https://www.academia.edu/6889904/penguat_gandeng_RC

Anda mungkin juga menyukai