Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan DPSP di Pelbagai Negara

SALAH satu yang khas dan baru dalam Konstitusi Republik lrlandia Tahun 1937 ialah adanya ketentuan
mengenai Directive Principles of State Policy (DPSP). Konstitusi ini dapat dikatakan merupakan salah satu
pelopor gagasan konstitusionalisasi kebijakan ekonomi dan sosial dalam perumusan undang-undang
dasar. Konstitusi lrlandia yang dikenal sebagai the Constitution of Independent
Ireland147inimulaiberlaku sejak 29 Desember 1937 sebagai hasil perjuangan kemerdekaan penuh
bangsa lrlandia dari dominasi dan pengaruh Inggris. Keberhasilan bangsa lrlandia, terutama dalam
menyusun konstitusi baru ini banyak memberi inspirasi bagi kebangkitan semangat kemerdekaan di
berbagai negara koloni lnggris di Asia dan Afrika. Karena itu, banyak negara yang mengikuti model
konstitusi lrlandia ini dengan mengadopsikan ide perumusan Directive Principles of State Policy dalam
teks undangundang dasar.

Sebelum berlakunya Konstitusi Tahun 1937 itu, di lrlandia sudah ada Konstitusi Tahun 1922 yang dikenal
sebaga'i The Irish Free State Constitution atau biasa disebut Konstitusi 1922 sajal‘e. Penyusunan dan
pemberlakuan konstitusi 1922 mi merupakan tindak lanjut perjanjian antara Inggris dan lrlandia (Anglo-
Irish Treaty) yang ditandatangani oleh kedua belah pihak pada bulan Desember 1922. Perumusan
konstitusi ini dirancang oleh suatu komite yang diketuai oleh Michel Collins dengan James McNeil]
sebagai anggota yang kemudian diangkat oleh Kerajaan lnggris menjadi GubernurJenderal kedua di
lrlandia (Irish Free State). Namun, dalam Konstitusi 1922 mi, belum ada ketentuan mengenai DPSP.
Prinsip-prinsip haluan negara

ini baru dikembangkan dan dimuat kemudian dalam Konstitusi Tahun 1937 yang menandai
kemerdekaan penuh lrlandia dari kerajaan lnggris.

Directive Pn’nclples dalam Konstitusi Republik lrlandia Tahun 1937 itu berisi prinsip-prinsip yang harus
dijadikan rujukan bagi setiap penyelengv gara negara dalam merumuskan berbagai kebijakan
kenegaraan dan pemerintahan yang bersifat operasional. Kurang lebih, lsinya mirip dengan pengertian
kita dengan prinst-prinsip dan garis-garis besar haluan negara seperti yang dikenal selama inl. Haluan-
haluan negara Itu ada yang terdapat dalam perumusan undang-undang dasar, ada yang dituangkan
dalam bentuk ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan ada pula yang dirumuskan
tersendiri sebagai pedoman kerja dalam bentuk Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Sifat normatif pemmusan DPSP itu difungsikan sebagai pedoman moral konstitusl yang tidak
dimaksudkan untuk dipakai atau ditegakkan d1 pengadilan unruk kepentingan orang per orang. Namun,
untuk kepentingan menjaga agar kebijakan negara dan pemerintahan berjalan di bawah rujukan
konstitusi, Mahkamah Agung (High Court) Republik lrlandia” diberl kewenangan untuk melakukan
penilaian konstitusional atau constitutional review terhadap undang-undang yang berisi
kebijakankebijakan yang dipandang bertentangan itu. Apabila suatu undang-undang bertentangan
dengan undang-undang dasar, Mahkamah Agung berwenang menyatakannya bertentangan dengan
konstitusi dan tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat untuk umum.

Dalam Konstitusi lrlandia 1937 itu, ketentuan mengenai prinsipprinsip pedoman haluan negara atau
DPSP itu dimuat dalam Pasal 45 dengan judul Directive Principles of Social Policy. lsinya memuat
prinsipprinsip pokok mengenai kebijakan sosial dan ekonomi yang harus dijadikan pegangan atau
pedoman bagi cabang kekuasaan legislatif dalam merumuskan kebijakan pemerintahan negara melalui
legislasi. Secara garis besar, Pasal 45 Konstitusi lrlandia itu memuat ketentuan bahwa:

0 justice and charity must inform national institutions.

0 The free market and private property must be regulated in the

interests of the common good.

0 The state must prevent a destructive concentration of essential

commodities in the hands of a few.

° The state should ensure ejj7ciency in private industry and protect the

public against economic exploitation.

' Everyone has the right to an adequate occupation.


' The state must supplement private industry where necessary.

Anda mungkin juga menyukai