Oleh :
Kelompok 6
Kelas 3C
TAHUN 2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim,
kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu cara mereka adalah anak tumagarahita. Anank
tunagrahita adalah kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata yang ditandai
oleh keterbatasan intelegensi dan tidak cakapan dalam nteraksi sosial. Anak tuna grahita atau
dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar
untuk mengikuti program pendidikan disekolah biasa secara klasikal.
Namun walaupun begitu anak tuna grahita juga memiliki hak yang sama dengan anak normal
lainnya. Salah satu hak itu adalah mendapatkan pendidikan. Karena selain memiliki hambata
intelektual, mereka juga masih memilikipotensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal tersebut diatur
dalam UUD 45 pasal 31 ayat 1, yang menyatakan bahwa “tiap-tiap warga Negara berhak
mendapatkan pendidikan”. Hal tersebut lebih diperjelaas lagi dalam UU No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 5 ayat 2, dan pasal 33 ayat 1, menyatkan
bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emsinal, mental, dan atau sosial berhak
memperoleh pendidikkan khusus. Oleh karena itu sangat diperlukan pendidikan khusus bagi
anak tunagrahita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Anak Tunagrahita ?
2. Apa saja Karakteristik anak Tunagrahita ?
3. Apa saja klasifikasi anak Tunagrahita ?
4. Apa Etologi Anak Tunagrahita ?
5. Apa saja Defisit Anak Tunagrahita ?
6. Apa dampak Anak Tunagrahita ?
7. Apa saja Interverensi atau pendidikan anak Tunagrahita ?
8. Apa strategi penyusunan Kurikulum Pendidikan anak Tunagrahita ?
9. Apa saja jenis-jenis implasi pendidikan / terapi yang dibutuhkan anak Tunagrahita ?
10. Apa peran bimbingan konseling bagi anak tunagrahita ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Anak Tunagrahita
2. Mengetahui Klasifikasi Anak Tunagrahita
3. Mengetahui Karakteristik Anak Tunagrahita
4. Mengtahui Etologi Anak Tungrahita
5. Mengetahuia Defisit Anak Tunagrahita
6. Mengetahuia Dampak Anak Tunagrahita
7. Mengetahui Interverensi Atau Pendidikan Anak Tunagrahita
8. Mengetahui Strategi Penyusunan Kurikulum Pendidikan Anak Tunagrahita
9. Mengetahui Jenis-jenis Implasi Pendidikan/Terapi Yang dibutuhkan Anak Tunagrahita
10. Mengetahui Peran Bimbingan Konseling Anak Tunagrahita
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengertian diatas, dapat kita katakan bahwa anak tunagrahita adalah
suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh
keterbatasan intelegensi serta ketidak cakapan terhadap komunitasi sosial. Anak
tunagrahita juga sering dikenal dengan istilah keterbelakangan mental disebabkan
keterbatasan kecerdasannya yang mengakibatkan anak tunagrahita ini sulit untuk
mengikuti pendidikan disekolah biasa. Oleh karena itu, anak tunagrahita ini sangat
membutuhkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anak tersebut. Tunagrahita bukan
merupakan anak yang mengalami penyakit,melainkan anak yang memeliki kelainan
karana penyimpangan, baik dari segi fisik,mental,intelektual,emosi,sikap, maupun perilaku
secara segnifikan. Tunagrahita merupakan kondisi perkembangan kecerdasan seorang
anak yang mengalami hambatan sehingga ia tidak mencapai tahap perkembangannya
secara optimal.
Dari penelitian tersebut dapat dikelompokan menjadi anak tunagrahita mampu didik,
anak tunagrahita mampu latih dan tunagrahita mampu rawat.
1. Anak tunagrahita mampu didik IQ 68-52 adalah anak tunagrhita yang tidak mampu
mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masi memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan memalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan
yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik, antara lain:
a). Membaca, menulis, mengejar dan menghitung
b). Menyesuaikan diri dan tidak mengantungkan diri pada orang lain.
c). Keterampilan sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari.
2. anak tunagrahita mampu latih IQ 51-56 adalah anak tunagrahita yang memiliki
kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program
yang diperuntukan bagi anak tunagrahita mampu didik. Oleh kerana itu beberapa
kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan yaitu:
a. belajara mengurus diri sendiri, misalanya makan, pakain, tidur, atau mandi sendiri.
3. anak tunagrahita mempu rawat IQ 39-25 adalah anak tunagrahita yang memilki
kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi.
Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangant membutuhkan orang lain. Dengan kata
lain anak tunagrahita mampu rawat adalah tunagrhita yang membutuhkan perawatan
sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang
lain ( patton, 1991).
Penilaian yang laindari klasifikasi anak tunagrahita yang dalam hal ini dituturkan
oleh sklala binet dan sklala weschler. Dalam skala tersebut dijelaskan bahwa ada tiga hal
sebagai berikut.
1. Tunagrahita ringan
Tunagrahita ringan disebut juga maron atau debil. Menurut skala binet, kelompok ini
memiliki IQ antara 68-52, sedangkan menurut skala weschler (WISC) memiliki IQ
antara 69-55. Anak tunagrahita ringan masih dapat belajar membaca, menulis, dan
berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan didikan yang baik, akan dapat
memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.
2. Tungrahita sedang
Tunagrahita sedang disebut juga imbesil, kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada skala
binet dan 54-40 menurut skala weschler(WISC). Anak tunagrahita sedang sangat sulit
untuk belajar secara akademik, seperti belajar menulis, membaca dan berhitung,
secara sosial, misalnya menulis namanya sendiri. (makan, minum, mandi, memakai
baju).
Berikut ini adalah pengklasifikasian anak tungrahita untuk keperluan
pembelajaran
Menurut american Association on mental Retardation dalam spesial education in
ontario School.
Educhable
Terainable
Terperosok kedalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau bermain
bersama anak yang lebih mudah darinya.
Kehidupan penghayatan terbatas. Mereka juga tidak mampu menyatakan rasa bangga atau
kagum. Mereka mempunyai kepribadian yang kurang dinamis. Mudah goyah, kurang
menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga mudah tersugesti atau di pengaruhi
sehingga jarang dari mereka mudah terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti
mencuri,merusak dan pelanggaran seksual.
Anak berkebutuhan khusus yang dalam hal ini kita kupas adalah anak tunagrahita yang
nyatanya disability anak tunagrahita semakin meluas dan bervariasi, karena alasan sebagai
berikut.
b) Tujuan pendidikanya
1. Dapat berdiri sendiri
a. Mempertahankan satu macam pekerjaan tertentu
b. Dapat menggunakan atau megatur penghasilan secara fungsional
c. Mereka ini dapat melebur pada masyarakat, kerja secara terbuka
2. Berdiri sendiri dengan pengawasan
a. Pertahankan satu macam perkerjaan
b. Tidak dapat mengatur/menggunakan penghsilanya
c. Mereka dapat bekerja di bengkel kerja
3. Menolong diri sendiri
a. Secara fundamental
b. Tidak menggangu
c. Mereka dapat tinggal dalam keluarga atau instansi
c) Anak tunagrahita dalam masyarakat
Kelas khusus atau sekolah khusus anak tunagrahita tidak menghasilkan
keuntungan akademis apapun bilamana kurang diberikan latihan untuk sosialisai
namun masyarakat secara keseluruhan menaru harapan rendah pada anak-anak ini
dan sekaligus menghambat kemajuan meraka. Kebanyakan studi menujukan
bahwa bilamana anak tunagrahita gagal dalam pekerjaan,hal ini bukan karena
ketidakmampuan meraka menghasilkan atau menyelesaikan suatu tugas, tetapi
interkasi sosial di antar meraka.
d) Anak tunagrahita dan penyesuain sosial
Komponen penyesuain sosial mencakup penyesuain dalm aktivitas sehidupan
sehari-hari (sebagai contoh: merawat diri sendiri, menata di dalam rumah dan
keterampilan untuk hidup sendiri), penyesuain di dalam keluarga (meliputi:
komunikasi, kontribusi, dan partisipasi dalam keluarga), penyesuain dalam
pekerjaan (meliputi: sikap terhadap tipe pekerjaan dan penyesuain dalam
pekerjaan). Dan penyesuain dalam kehidupan senggang dan kehidupan sosial
mereka (mencakup : partisipasi dalam aktivitas kelompok, mempunyai teman dan
mengikuti kehidupan sosial).
Pada dasarnya tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh anak tunagrahita tidak
berbeda dengan tujuan pendidikana pada umunya, sebab anak tunagrahita itu sendiri lahir
ditengah tengah masyarakat, namun tujuan itu bukannnya yang eksklusif karena diperlukan
penyesuaian tertentu dengan tingkatan kemampuan mereka, tujuan yang terletak dil luar
jangkauan kemampuan anak tunagrahita, sebaliknya tujuan yang baik bagi anak normal
merupakan hal yang biasa dan tidak perlu mendapatkan perhatian khusus, dalam pendidikan
anak tunagrahita mungkin perlu mendapatkan tekanan khusus, misalnya dirumuskan lebih
terperinci.
1. Kebutuhan pendidikan
Sama halnya dengan anak normal, anak tunagrahita membutuhkan pendidikan.
Pendidikan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi
yang dimiliki anak tunagrahita tersebut, secara dalam pendidikan , anak tunagrahita
membutuhkan hal hal seperti berikut :
Kebutuhan fisik dan kesehatan erat kaitannya dengan derajat ketunagrahitaan, bagi
tunagrahita sedang dan berat kemungkinan mereka mengalami gangguan fisik dan
ketidakmampuan dalam memelihara diri sendiri sehingga cenderung mengalami sakit.
Pendidikan anak tungrahita selama mengikuti pendidikan khusus yang dikelompokan
dalam klasifikasi tunagrahita ringan di SLB/C dan tuna grahita di SLB/CI. Berkaitan
dengan hak setiap anak untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan yang sesuai
dengan keinginan serta kebutuhannya.
a. Kelas transisi
Kelas transisi merupakan kelas bagi anak tunagrahita yang berada disekola reguler
sebagia persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan
modifikasi sesuai kebutuhan anak.
b. Sekolah khusus ( Sekola Luar Biasa bagia C dan CI)
Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita yang diberikan pada sekolah luar
biasa , kegiatan belajar mengajar sepanjang hari di kelas khusus. Untuk anak
tunagrahita ringan dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan tunagrahita sedan dapat
bersekolah di SLB-CI
c. Pendidikan terpadu
Anak tunagrahita belajar bersama sama dengan anak reguler di kelas yang sama
dengan bimbingan guru reguler pada sekolah reguler. Jika anak tunagrahita
mempunyai kesulitan akan medapatkan bimbingan dari guru pembimbing (PABK)
d. Program Sekolah Rumah
Program sekolah rumah ini diperuntukan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu
mengikuti pendidikan disekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya sakit.
e. Pendidikan inklusif
Untuk memfasilitasi terjadinya integrasi dengan lingkungan umum, pendidikan
inklusif menyarankan agar siswa yang mengalami keterbatsan mental diberikan
kurikulum yang dapat menekan kemampuan-kemampuan praktis sesuai dengan
tingkat usia kronologisnya, bukan usia mental seperti yang dahulu digunakan.
f. Panti (Griya) rehabilitasi
Panti ini diperuntukan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai
kemampuan pada tingkat sedang dan rendah, pada umumnya memiliki kelainan,
seperti menglihatan, pendengaran atau motoric.
H. STRATEGI PENYUSUNAN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA
3. Terapi Okupasi
Terapi ini diberikan untuk dasar anak dalam kemandirian kognitif/pemahaman dan
kemempuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan karena pada dasarnya anak
bermasalah bergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktivitas
komunikasi dan mempedulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan
kekuatan dan koordinasi dengan atau tanpa menggunakan alat.
4. Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguang akademis skill jadi bahan-
bahan dari sekolah bisa dijadikan acuan program.
5. Terapi Kognitif
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan perseptual
misalnya anak yang tidak berkonsentrasi anak yang mengalami gangguan pemahaman dan
lain-lain.
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori
misalnya sensori visual, sensori taktil, sensori pendengaran, sensori keseimbangan,
pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri dan lain-lain.
Snoezelen adalah aktivitas terapi yang dilakukan untuk mempengaruhi CNS melalui
pemebrian stimulasi pada sistem sensori primer, seperti visual, auditori, takril, taste dan smel
serta sistem seperti festibular dan propriceptive dengan tujuan untuk mencapai relaksasi dan
atau aktiviatas. Snoezelen merupakan metode terapi multisensori. Terapi ini diberikan pada
anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik, misalnya anak yang mengalami
keterlambatan berjalan dan berbicara.
Peran bimbingan konseling bagi anak berkebutuhan khusus tunagrahita adalah sebagai
berikut.
Kegiatan secara mandiri tanpa peran bantuan dari lingkungan. Ketergantungan yang lama
akan berakibat pada ketidak mandirian.
PENUTUP
A. kesimpulan
Hakikat dari anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan
keterbelakangan mental jauh dari rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial sehingga untuk meneliti tugas perkembangan
memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program
pendidikannya.
Ada berbagai macam layanan yang dapat diberikan bagi anak tunagrahita, diantaranya
yaitu:
o Kelas transisi
o Sekolah khusus (sekolah luar biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1)
o Pendidikan terpadu
o Progam sekolah dirumah
o Pendidikan inklusif
o Panti (Griya) rehabilitasi
Di indonesia pendidikan khusus yang ditujukan bagi anak tunagrahita sudah banyak
tersedia diberbagai tempat. Terutama sekolah-sekolah inklusif yang mulai digencarkan mulai
tahun 2001 dan saat ini telah dilakukan di seluruh indonesia.
B. Saran
Masyarakat sebaiknya diberi penyuluhan mengenai sekolah inklusif dan program layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga orang tua yang memilki anak
berkebutuhan khusus dapat memberikan anaknya terapi. Jadi anak yang memerlukan
pendidikan khusus seperti anak tunagrahita dapat mendapatkan pendidikan yang layak
seperti anak pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA