DISUSUN OLEH :
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PEMBAHASAN...............................................................................................3
1.1 SCHISTOSOMA JAPONICIUM......................................................................3
1.2 HOSPES DAN NAMA PENYAKITNYA......................................................3
1.3 MORFOLOGI ................................................................................................3
1.4 SIKLUS HIDUP .............................................................................................5
1.5 EPIDEMOLOGI .............................................................................................7
1.6 PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS ............................................................8
1.7 DIAGNOSIS ..................................................................................................8
1.8 PENGOBATAN .............................................................................................9
1.9 CARA PENCEGAHAN..................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11
2
PEMBAHASAN
1.3 Morfologi
Cacing dewasa menyerupai Schistosoma mansoni dan Schistosoma
haemotobium. Namun pada Schistosoma joponicum tidak memiliki
integumentary tuberculation.
Cacing jantan memiliki panjang 12-20 mm, diameter 0,5-0,55 mm, integument
ditutupi dengan duri-duri yang sangat halus dan lancip, lebih menonjol pada
daerah batil isap dan kanalis ginekoporik, memiliki 6-8 buah testis.
3
Gambar 1. Morfologi Schistosoma joponicum
Telurnya memiliki lapisan hialin, subsperis atau oval jika dilihat dari
lateral, dekat salah satu kutub terdapat daerah melekuk tempat tumbuh
4
Gambar 2. Telur Schistosoma joponicum
5
Schistosoma hidup terutama didalam vena mesenterika superior, dimana
tempat ini cacing betina akan menonjolkan tubuhnya dari yang jantan atau
pada dinding usus. Telur berbentuk oval hingga bulat dan memerlukan waktu
beberapa hari untuk berkembang menjadi mirasidium matang didalam kerangka telur.
Massa telur menyebabkan adanya penekanan pada dinding venula yang tipis, yang
biasanya dilemahkan oleh sekresi dari kelenjar histolitik mirasidium yang masih
berada didalam kulit telur. Dinding itu kemudian sobek, dan telur menembus lumen
usus yang kemudian keluar dari tubuh. Pada infeksi berat, beribu-ribu cacing
ditemukan pada pembuluh darah. Selanjutnya jika kontak dengan siput sesuai, larva
menembus jaringan lunak dalam 5-7 minggu, membentuk generasi pertama dan kedua
Serkaria ini dikeluarkan jika siput berada pada atau dibawah permukaan air. Dalam
waktu 24 jam, serkaria menembus kulit. Tertembusnya kulit ini sebagai hasil kerja
dari kelenjar penetrasi yang menghasilkan enzim proteolitik, menuju aliran kapiler, ke
dalam sirkulasi vena menuju jantung kanan dan paru-paru, terbawa sampai ke jantung
kiri menuju sirkulasi sistemik. Tidak sepenuhnya rute perjalanan ini diambil oleh
Schistosoma muda pada migrasi mereka dari paru-paru ke hati. Schistosoma merayap
melawan aliran darah sepanjang arteri pulmonalis, jantung kanan dan vena cava
menuju kehati melalui vena hepatica. Infeksi dapat berlangsung dalam jangka waktu
yang tidak terbatas. Menetasnya telur berlangsung didalam air walaupun dipengaruhi
kadar garam, pH, suhu dan aspek penting lainnya. Migrasi Schistosoma joponicum
dimulai dari masuknya cacing tersebut kedalam pembuluh darah kecil, kemudian ke
jantung dan sistem peredaran darah. Cacing yang sedang bermigrasi jarang
6
menimbulkan kerusakan atau gejala, tetapi kadang menimbulkan reaksi hebat pada
tubuh penderita.
1.5 Epidemologi
Schistosoma joponicum merupakan salah satu dari trematoda darah pada manusia
japonica yang merupakan salah satu penyakit yang terutama terjadi didaerah danau
dan rawa. Schistomiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh cacing Schistosoma
sp. Schistosoma joponium memiliki sifat yang paling menular diantara spesies
Schistosoma lainnya. Infeksi oleh cacing Schistosoma diikuti demam Katayama akut.
Apabila tidak diobati, maka penyakit ini akan berkembang menjadi penyakit
kronis yang ditandai dengan penyakit hepatosclemic dan perkembangan fisik yang
dengan keadaan endemik tinggi terdapat didaerah danau Lundu. Pada tahun 1971,
7
dari pemeriksaan tinja didapatkan infeksi schistosoma joponicum sebanyak 53%
terdiri dari sel motil membawa telur kedalam lumen usus. Ketika didalam lumen, sel
granuloma meninggalkan telur untuk dibuang dalam feses. Sayangnya sekitar 2/3 dari
telur tidak dikeluarkan, sebaliknya mereka berkembang diusus. Hal ini dapat
3000 telur per hari diamana jumlah telur yang dikeluarkan ini sepuluh kali lebih besar
fibrosis hati, sirosis hati, hipertensi hati portal, spinomegali dan ascites. Beberapa
telur mungkin masuk ke dalam paru-paru, system syaraf dan organ lain dimana
1.7 Diagnosis
Identifikasi telur dalam feses atau urin merupakan metode yang paling praktis
untuk diagnosis. Pemeriksaan feses harus dilakukan ketika orang tersebut dicurigai
feses). Telur dapat ditularkan dalam jumlah yag sangat kecil. Dimana pendeteksian
8
akan ditingkatkan dengan pemeriksaan ulang atau melakukan prosedur konsentrasi
(seperti formalin – teknik etil asetat). Selain itu, untuk melakukan survei dilapangan,
volume pengeluaran telur dapat diukur dengan metode Kato-Katz yang mana
memerlukan 20-50 mg feses. Telur dapat ditemukan dalam urin yang terinfeksi
pada waktu siang hari maupun sore hari). Selain itu, diperlukan adanya tindakan
kecil, memerlukan adanya diagnosa teknik. Dimana sebagian besar diperlukan untuk
Tes dengan metode ELISA dapat juga dilakukan untuk menguji antibodi
spesifik untuk Schistosoma. Hasil positif menunjukkan infeksi saat ini atau terakhir
(dalam dua tahun terakhir). Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilakukan untuk
1.8 Pengobatan
juga digunakan natrium antimony tartrat. Obat lainnya tidak memberikan hasil yang
memuaskan karena sebenarnya tidak ada obat khusus untuk parasit ini. Obat-obat
tersebut akan menyebabkan cacing dewasa terlepas dari pembuluh darah, sehingga
penyakit dari orang yang terinfeksi, pengendalian vektor dan memberikan vaksin
pelindung. Pendidikan dapat menjadi cara yang sangat efektif, tetapi sulit dengan
kurangnya sumber daya. Dilakukan juga untuk meminta orang untuk mengubah
9
kebiasaan, tradisi dan prilaku dapat menjadi tugas yang sulit. Kotoran manusia harus
dibuang secara hieginis. Kotoran manusia didalam air bila dibertemu dengan hospes
kelangsungan hidup cacing Schistosoma. Maka sisa kotoran manusia tidak boleh
Cercaricial dapat dioleskan pada kulit. Barrier krim dengan basis dimenthicone
10
DAFTAR PUSAKA
https://www.cdc.gov/parasites/schistosomiasis/diagnosis.html
https://www.academia.edu/4092737/TREMATODA_DARAH_SCHISTOSOMA
Penuntun Praktis Parasitologi Kedokteran; Edisi ke-2 Disusun Oleh : dr. Bariah Ideham, M.S., Sp.Park
dan drh. Suhintam Pusarawati, M.Kes
11