PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk kesejahteraan
manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit
untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur hubungan
antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara
bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri
termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu
bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan
konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik
profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum
telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku perawat
ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan internasional,
nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik
dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi,
perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk
melindungi hak klien dengan bertindak sebagai advokat klien. Para perawat juga harus
tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka
mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka
lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan didalamnya
tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai alternative jawaban yang
belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan semua pihak. Hal itulah yang
sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam dunia keperawatan sering kali
dijumpai banyak adanya kasus dilemma etik sehingga seorang perawat harus benar-
benar tahu tentang etik dan dilema etik serta cara penyelesaian dilema etik supaya
didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah
tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya
akan berguna ketika bekerja di klinik atau institusi yang lain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya
dibidang keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara
penyelesainnya
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan
penyelesaiannya.
BAB II
TINJUAN TEORI
I. ETIKA KEPERAWATAN
A. DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku manusia,
baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya (Pastur
scalia, 1971). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti ”kebiasaaan”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai
motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan
bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan
atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan buruk serta
kewajiban dan tanggung jawab
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku
profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa
etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai atau norma moral yang menjadi
pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau
nilai moral, misalnya kode etik dan ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)
B. TIPE-TIPE ETIKA
1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik
merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu
pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi
pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan
kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan
yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah
etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia).
3. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik. Etika
keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktek keperawatan. Inti falsafah keperawatan adalah hak dan
martabat manusia, sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik (k2-
nurse, 2009).
C. TEORI ETIK
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu
tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang
berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa
latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan yang
menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak
memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan
harus sudah memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban. Teori ini
menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik jika didasari atas
pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori
ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan
terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)
D. PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat
menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan
seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang perawat untuk mempertahankan
komitmen yang dibuatnya kepada pasien.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasinya.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994)
Tn. Y.(45) dan Ny. N (43) pada hari minggu datang membawa anaknya An. B (14)
ke RSUD dengan keadaan mengkhawatirkan. Tn. Y. mengatakan bahwa anaknya pada saat
berkemih keluar kencing berwarna merah secara terus-menerus. Keadaan ini sudah sering
dialamai oleh An. B. Sebelumnya An. B. memang mempunyai riwayat penyakit batu ginjal.
Setelah dirawat dan mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut An. B. didiagnosa mengalami
komplikasi yaitu gagal ginjal kronis di kedua ginjal. Tidak hanya itu An. B. juga mengalami
CA ginjal kiri, dimana ginjal An. B harus dilakukan pengangkatan sehingga CA tidak
melebar ke area yang lebih luas. Pada saat itu tindakan ini adalah satu-satunya tindakan yang
dapat dilakukan dengan segera menyelamatkan nyawa An. B.. Tetapi, permasalahannya tidak
hanya pada pengangkatan ginjal. Yang menjadi masalah adalah An. B. juga mengalami gagal
ginjal kanan dan kiri sehingga meskipun CA ginjal An.B. diangkat dan teratasi akan percuma
karena ginjal sebelah kanan telah mengalami kegagalan sehingga sangat tidak memungkinkan
bagi Tn. Y. bisa melanjutkan hidup hanya dengan satu ginjal. Selain terapi hemodialisa yang
rutin dua kali setiap minggu karena kondisi ginjal sebelah kanan yang juga mengalami
penurunan fungsi. Disaat yang bersamaan ada klien lain yang meninggal dunia dan sebelum
meninggal klien tersebut bersedia mendonorkan kedua ginjalnya ke Tn. Y. Pihak keluarga
tersebut bersedia untuk mengizinkan anggota keluarganya mendonorkan ginjalnya kepada
An.B.
Kedua orang tua An.B. sangat berterima kasih pada klien dan keluarga yang bersedia
mendonorkan ginjalnya tersebut kepada anak mereka. Tetapi, Tn Y. tidak bersedia menerima
donor ginjal tersebut karena Tn. Y adalah seorang muslim yang fanatik dimana meyakini
bahwa menerima donor organ terlebih lagi dari orang yang telah meninggal dunia adalah
perbuatan dosa. Tn. Y. mengatakan hal tersebut sama saja melanggar kehormatan dan
penganiayaan terhadap jenazah.
Sesuai sabda Rasulullah SAW: “Memecahkan tulang mayat itu sama saja dengan
memecahkan tulang orang hidup.” (H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban)
PENYELESAIAN KASUS
Kasus diatas dilema etik bagi perawat dimana dilema etik didefinisikan sebagai
suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak
dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap alternative tindakan
memiliki landasan moral dan prinsip. Pada kasus dilema etik ini sukar untuk menentukan
yang benar atau salah dan dapat menibulkan kebingungan pada tim medis yang dalam
konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia yang tahu harus bagaimana
tindakannya, tetapi banyak rintangannya untuk melakukannya.
Sesuai langkah-langkah kerangka pemecahan etik yang dikemukakan oleh Murphy
dan Murphy:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
Pada kasus di atas dapat disimpulkan bahwa ginjal An. B tersisa satu sebelah kanan
dan juga tidak berfungsi dengan baik sehingga perlu dilakukan transplantasi ginjal.
Pada An. B yang telah memiliki riwayat GGK sebelumnya, sudah rutin melakukan
hemodialisa seminggu dua kali.
Pada kasus transplantasi ginjal dokter wajib memberikan pemberitahuan terhadap
donor maupun penerima organ transplantasi berkaitan dengan tujuan, prosedur sifat
operasi, akibat, dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
Karena pada kasus di atas pendonor telah setuju untuk mendonorkan ginjalnya dan
keluarga tidak keberatan, maka selanjutnya adalah dokter memberitahukan tentang
prosedur transplantasi organ terhadap calon penerima organ
Tahapan Transplantasi:
Pre operatif
Persiapan pra-operatif untuk calon resepien bertujuan untuk : menilai
kemampuan menjalani operasi besar, menilai kemampuan menerima obat
imunosupresi untuk jangka waktu yang lama, menilai status vaskular
anastosmosis, menilai traktus urinarius bagian bawah, menghilangkan semua
sumber infeksi, menilai dan mempersiapkan unsur psikis.
Persiapan pra-operatif untuk calon donor : menilai kerelaan ( tak ada
unsur paksaan atau jual beli ), menilai kemampuan untuk nefrektomi, menilai
akibat jangka panjang ginjaltunggal, menilai kemungkinaan
anastosmosis,menilai kecocokan golongan darah, HLA dan crossmatch.
Obat-obat imunosupresi
Untuk mencegah terjadinya rejeksi kepada pasien yang mengalami
transplantasi ginjal diberikan obat-obat imunosupresi. Ada beberapa macam
obat imunosupresi yangtersedia pada umumnya dikelompokan menjadi :
Obat imunosupresi konvensional : siklosporin-A, kortikosteroid,
azatioprin,antibodi monoklonal OKT-3,antibodi poliklonal ALG ( anti
Lymphocte Globulin ), ATG ( Anti Thympocyte Globulin ).
Obat imunosupresi baru yaitu tacrolimus dan mycophenolate mofetil.
Efek samping tacrolimus hampir sama engan siklosporin, infeksi yang timbul
biasanya CMV ( cytomegali virus ), ATG ( anti thympocyte globulin ), ALG
( anti lympocyte globulin ), MMF( micophinolatemofetil ).
Proses Transplantasi ginjal
Ginjal yang rusak diangkat. Kelenjar adrenal dibiarkan ditempatnya arteri
dan vena renal diikat. Ginjal transplan diletakan difosa iliaka. Arteri renal
dari donor dijahit ke arteri iliaka dan vena renal dijahit kevena iliaka. Ureter
ginjal donor dijahit ke kandung kemih atau vesika urinari. Setelah
terhubung, ginjal akan dialiri darah yang akan dibersihkan. Urine biasanya
langsung diproduksi. Tetapi beberapa keadaan, urine diproduksi bahkan
setelah beberapa minggu.Ginjal lama akan dibiarkan di tempatnya. Tetapi
jika ginjal tersebut menyebabkan infeksi atau menimbulkan penyakit darah
tinggi, maka harus diangkat.
Pasca Transplantasi
Tujuan perawatan setelah transplantasi ginjal adalah untuk mempertahankan
homeostatis sampai ginjal transplan dapat berfungsi dengan baik.
a. Terapi imunosupresif, kelangsungan ginjal transplan bergantung pada
kemampuan tubuh untuk menyekat respons imun terhadap ginjal transplan.
Untuk mengurangi dan mengatasi mekanisme pertahanan tubuh, medikasi
imunosupresif seperti Azathioprine (Imuran), kortikosteroid (prednisole),
siklosporin., dan OKT-3 (antibodi monoklonal) dapat diberikan secara
bertahap selama beberapa minggu.
b. Rejeksi tandur, rejeksi transplan ginjal dan kegagalan dapat terjadi
dalam waktu 24jam (hiperakut), dalam 3 sampai 14hari (akut), atau setelah
beberapa tahun pertamasetelah transplantasi. Ultrasound dapat digunakan
untuk mendeteksi pembesaran ginjal, sedangkan biopsi renal dan tekni
radiografik digunakan untuk mengevaluasi rejeksi transplan, jika transpla
ditolak maka pasien kaan kembali menjalani dialisis. Ginjal yang ditolak
tersebut dapat diangkat kembali atau tidak bergantung kapan penolakan
tersebut terjadi dan risiko infeksi jika ginjal dibiarkan di tempat.
Besarnya risiko infeksi dan rejeksi, maka melakukan pengkajian terkait tanda
dan gejala rejeksi transplan seperti oliguri, edema, peningktan tekanan darah,
pertambahan berat badan, bengkak atau nyeri tekan diseluruh ginjal
transplan. Hasil tes kimia darah (BUN dan kreatinin) dan hitung leukosit
serta trombosit dipantau dengan ketat, karena imunosupresi akan menekan
pembentukan leukosit dan trombosit. Pasien dipantau ketat akan adanya
infeksi karena mengalami kegagalan penyembuhan atau infeksi akibat terapi
imunosupresif dan komplikasi gagal ginjal.
Indikasi Transplantasi Ginjal
Usia 13-60 tahun
Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantung
Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan
harus patuh minum obat
Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya
Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.
Kontraindikasi Transplantasi Ginjal:
Pasien yang berumur lebih dari 70 tahun. Karena pada usia tersebut sudah
sering ditemukan gangguan-gangguan pada organ-organ lain yang akan
mempengaruhi proses pembedahan, karena pada usia tersebut ginjal sudah
mengalami penurunan fungsi.
terdapat resiko tinggi pada pasien dengan kanker yang disertai penyebaran
(metastasis)
Penyakit lanjut yang sulit diobati
Obesitas
ginjal kanan
pembuluh darah ginjal multiple
Infeksi akut : tuberkolosis, infeksi saluran kemih, hepatitis akut.
Infeksi kronik, bronkietaksis.
Di ruang Perawat terlibat percakapan antara dokter anak, Tn. Y, dan perawat
Perawat : “Selamat pagi Dok, ini, Tn Y, ayah an. B sudah datang”
Tn. Y : “Selamat pagi Dok,”
Dr. Anak : “Selamat pagi, silakan duduk”
Tn. Y : “ Iya, dok terima kasih’
Dr. Anak : “jadi begini pak, terkait kondisi anak Bapak, seperti kita tahu ginjal inan.
Bapak sekarang tinggal satu dan menurut hasil pemeriksaan lab, MRI, dan
USG kondisi ginjal anak Bapak yang satunya juga sudah rusak. Sesuai
hasil perhitungan fungsi ginjal didapatkan hasil fungsi ginjal anak bapak
sebesar 13,02%. Secara teori fungsi ginjal kurang dari 15% , maka
biasanya ginjal sudah tidak mampu mensupport tugas dan fungsi yang
diembannya, walaupun mungkin sudah diberikan terapi konservatif
dengan obat-obatan dan pengaturan makanan yang ketat. Menurut hasil
pemeriksaan juga kondisi ginjal anak bapak sudah mencapai stadium 5
ditnadai GFR <15. Untuk menanganinya satu-satunya jalan adalah
dengan terapi penggantian ginjal/transplantasi ginjal.”
Tn. Y : “apakah tidak ada tindakan lain dok?”
Dr. Anak : “Seperti yang sudah saya jelaskan tadi, dengan fungsi ginjal anak Bapak
yang sudah rusak dan telah memasuki kondisi staium 5 maka, pemberian
obat-obatan sudah tidak efektif lagi bahkan akan memperberat kerja badan
Anak Bapak. Penatalaksanaan hemodialisa juga tidak efektif karena HD
harus dilakukan teratur setiap 2-3 hari sekali, HD tidak dapat diakukan
pada pasienyang tidak kooperatif dan pasien dengan hemodinamik sistem
sirkulasi yang tidak stabil misal tekanan darah mudah turun tiba-tiba ke
level yang berbahaya selama proses HD.
Tn. Y. : “Saya mengerti Dok kondisi anak saya, tetapi sesuai dengan kepercayaan
yang saya anut ada sebuah hadist yang bunyinya seperti ini, Sesuai sabda
Rasulullah SAW: “Memecahkan tulang mayat itu sama saja dengan
memecahkan tulang orang hidup.” (H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu
Hibban). Sesuai hadist tersebut jadi saya masih belum bisa menerima jika
harus transplantasi ginjal,”
Dokter : “ Baiklah, Pak, Seperti yang sudah saya jelaskan tadi solusi satu2 hanya
itu. Jadi saya kasih kesempatan buat bapak dan keluarga untuk mengambil
keputusan yang bijak untuk kesehatan anak bapak, Baiklah, sus. Saya
tunggu hasilnya besok.
Perawat : Baik, Dok,,,nanti saya coba bicara lagi dgn keluarga pasien.
Dokter pergi meninggalkan ruangan....
Hari kedua...
Perawat memanggil keluarga pasien ke ruangannya.
Perawat : “Pagi, bapak, ibu?” , kemarin kitakan sudah dengar penjelasan panjang
dan lebar tentang solusi pengobatan anak bapak, Bagaimana pak, apakah
bapak dan ibu sudah pikirkan dan ambil keputusan yang tepat untuk anak
bapak dan ibu.
Tn. Y. : “keputusan saya masih sama pak, karena hal ini adalah keyakinan yang
saya anut.”
Perawat : “Boleh saya menyampaikan pendapat sebagai sesama saudara seiman?”
Tn. Y. : “Silakan pak, saya terbuka dengan tukar pendapat kok.”
Perawat : “Terima kasih pak, menurut berbagai sumber yang saya pelajari, hukum
transplantasi memang ada yang mengharamkan dan ada juga yang
memperbolehkan, Transplantasi organ hukumnya mubah dan
dapat berubah hukumnya sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi. Transplantasi ini dapat di qiyaskan
dengan donor darah dengan illat bahwa donor darah dan
organ tubuh dapat dipindahkan tempatnya, keduannya
suci dan tidak dapat diperjual belikan. Tentu saja setelah
perpindahan itu terjadi maka tanggungjawab atas organ
itu menjadi tanggungan orang yang menyandangnya.
Kaidah-kaidah hukum wajib dijunjung dalam melakukan
trasnplantasi ini antaranya :
Tidak boleh menghilangkan bahaya dengan menimbulkan
bahaya lainnya artinya:
a. Organ tidak boleh diambil dari orang yang masih memerlukannnya
b. Sumber organ harus memiliki kepemilikan yang penuh atas organ
yang diberikannnya, berakal, baligh, ridho dan ikhlas dan tidak
mudharat bagi dirinya
c. Tindakan transplantasi mengandung kemungkinan sukses yang lebih
besar dari kemungkinan gagal
d. Organ manusia tidak boleh diperjualbelikan sebab manusia hanya
memperoleh hak memanfaatkan dan tidak sampai memiliki secara
mutlak.
“Mungkin itu pak yang bisa saya sharing dengan
Bapak”
Tn. Y : “Terima kasih Pak, sharing dari Bapak akan saya pikirkan
lagi”
Perawat : “Iya Pak, kalau Bapak masih ragu, mungkin bapak ada
guru spiritual yang Bapak percayai, Bapak silakan
menghubungi beliau.”
Tn. Y. : “Iya Pak, terima kasih”
Perawat : “Baik bapak, saya permisi dulu.”
Hari Ketiga
Perawat : “Assalamu’alaikum Bapak, bagaimana kabarnya?”
Tn. Y. : “Wa’alaikum salam, Alhamdulillah saya dan istri baik. Setelah kemarin
kita bebincang-bincangi, saya dan istri merasa dilema sekali dengan
keputusan dokter dan omongan yang Bapak sampaikan. setelah itu,
semalaman saya merenung dan bertukar pikiran sama ustadz kepercayan
keluarga kami, pikiran saya mulai terbuka. Sesuai yang Bapak utarakan,
ternyata juga sama dengan apa yang ustadz kami sampaikan. Sehingga,
kami memutuskan setuju untuk menerima anjuran tindakan medis
transplantasi organ pada anak kami.”
Perawat : “Alhamdulillah jika seperti itu, segera saya sampaikan kepada dokter
tentang hal ini. Informasi selanjutnya akan kami beritahukan kemudian”
Tn. Y : “Baiklah Pak, Kami menunggu informasi selanjutnya.”