Anda di halaman 1dari 6

Pengertian

Penyakit skabies adalah penyakit yang tidak asing lagi buat kita. Bahkan,
penyakit ini disebut penyakit masyarakat karena banyaknya masyarakat kita yang
menderita penyakit ini.
Skabies banyak diderita oleh masyarakat dengan higiene yang buruk dan juga
lingkungan yang padat karena disebabkan oleh parasit sejenis kutu. Kutu ini mudah
sekali berpindah dari hospes satu ke hospes yang lainnya.
Skabies adalh penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei yang
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis sehingga
menimbulkan gatl-gatal dan merusak kulit penderita (Soedarto, 1992).
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh investasi
kutu Sarcoptes var homini yang membuat terowongan pada stratum korneum kulit,
terutama pada tempat presdileksi (Wahidayat, 199). Skabies adalah penyakit kulit
menular dengan keluhan utama gatal, terutama pada malam hari.

Etiologi
Sarcoptes scabiei adalah parasit yang termasuk dalam filum artropoda (serangga).
Secara morfolik, merupakan tungau kecil, berbentuk ovale, punggungnya cembung, dan
bagian perutnya rata. Berwarna putih kotor, ukuran yang betina berkisar 330-450 mikron
x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200
mikron.
Siklus tungau hidup iniada;ah sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan)
yang terjadi diatas kulit, tungau jantan akan mati. Tungau betina yang telah dibuahi akan
menggali terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40-50. telur akan
menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara -12 hari.
Manifestasi klinis
Pasien dengan skabies memiliki gejala-gejala yang sangat khas. Ini berbeda
dengan penyakit kulit yang lain. Oleh karena itu, perawwat harus memahami secara benar
gejala tersebut:
1. Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembap dan panas, dan pada saat hospes dalam
keadaan tenang atau tidak beraktivitas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok. Misalnya, dalam sebuah
keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau
penjara.
3. Adanya lesi yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat-tempat
predileksi; berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm. Pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.
Tempat predileksinya adalah kulit dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-
sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan,
areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eeksterna (pria), dan perut
bagian bawah. Pada bayi, dapat mengenai telapak tangan dan kaki.
4. ditemukannya tungau merupakan penentu utama diagnosis.

Penatalaksanaan medis
Pengobatan pada pasien skabies harus dilaksanakan secara benar, rutin dan tuntas.
Hal ini penting agar tungau tidak resisten terhadap obat. Syarat pengobatan yang ideal
adalah :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Tidak menimbulkan iritasi dan toksik.
3. Tidak berbau dan kotor.
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Jeniss obat topikal meliputio belerang endap (sulfur presipitatum), emulsi benzil benzoat,
gama benzena heksa klorida, krotamiton 10%, permetrin 5%.
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuha keperawatan yang holistik (menyeluruh) pada klien dengan skabies sangat
diperlukan. Asuhan keperawatan tidak hanya terbatas pada individu yang sakit saja.
Lebih dari itu, perawatan keluarga dan masyarakat sekitar klien juga perlu mendapat
perhatian. Hal ini penting untuk mencegah penularan dan perkembangan penyakit ini.

PENGKAJIAN
Langkah awal dari proses keperawatan adalah pengkajian. Tahap ini merupakan
tahap yang akan mendasari tahap-tahap selanjutnya. Kemampuan komunikasi seorang
perawat sangat menentukan keberhasilan proses ini. Dengan komunikasi terapeutik yang
baik, seorang perawat dapat mengumpulkan data secara lengkap sehingga perumusan
masalah klien dapat dilakukan secara tepat. Data yang perlu dikaji adalah :
1. Biodata, perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit skabies bisa
menyerang semua kelompok umur, baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena
penyakit ini, tempat, paling sering dilingkungan yang kebersihannya kurang dan
padat penduduknya, seperti asrama dan penjara.
2. Keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada
kulit.
3. Riwayat penyakit sekarang, biasanya klien mengeluh gatal terutama malam hari
dan timbul lesi berbentuk pustula pada sela-sela jari tangan, telapak tangan,
ketiak, areola mamae, bokong atau perut bagian bawah. Untuk menghilangkan
gatal biasanya penderita menggaruk lesi tersebut sehingga dapat ditemukan
adanya lesi tambahan akibat garukan.
4. Riwayat penyakit dahulu, tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan
skabies kcuali kontak langsung atau tidak langsdung dengan penderita.
5. Riwayat penyakit keluarga, pada penyakit skabies, biasanya ditemuka anggota
keluarga lain,tetangga atau juga teman yang menderita, atau mempunyai keluhan
dan gejala yang sama. Oleh karena itu, dalam melakukan pengkajian/anamnesis,
perawat perlu menanyakan secara lengkap.
6. Psikososial, penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan
adanya lesi yang berbentuk pustula. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-
daerah yang yang terkena lesi pada saat interaksi sosial.
7. Pola kehidupan sehari-hari, penyakit skabies terjadi karena higiene pribadi yang
buruk/kurang (kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju yang tidak baik).
Pada saat anamnesis, perlu ditanyakan secara jelas tentang pola kebersihan diri
klien maupun keluarga. Dengan adanya rasa gatal dimalam hari, tidur penderita
sering terganggu. Lesi dan bau yang tidak sedap, yang tercium dari sela-sela jari
atau telapak tangan akan menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.
8. Pemeriksaan fisik, pada inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk papula,
pustula, vesikel, dll. Garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, dan
insfeksi sekunder. Pada daerah predileksi ditemukan terowongan kecil, sedikit
meninggi, berkelok-kelok, berwarna putih keabu-abuan, panjang kira-kira 10 mm.
Pada beberapa kasus, ditemukan bau yang tidak sedap/amis.
9. Pemeriksaan laboratorium, sarcoptes scabiei ditemukan dengan membuka
terowongan pustula atau vesikula dengan pisau insisi atau ujung jarum sambil
mengorek dasarnya. Hasil kerokan diletakkan pada kaca sediaan, kemudian diberi
beberapa tetes gliserin dan ditutup dengan gelas penutup, selanjutnya dilihat
dibawah mikroskop. Hasil dianggap positif bila didapatkan sarcoptes scabiei atau
telurnya.
10. Terapi, kolaborasikan dengan timmedis, biasanya jennis obat topikal :
a. Sulfur presdipitatum
b. Emulsi benzil-benzous
c. Gama benzena heksa klorida
d. Krotamiton 10%
e. Permetrin 5%
f. Antibiotik jika ditemukan adanya infeksi sekunder

Diagnosis dan intervensi


- kerusakan integritas kulit b.d lesi dan pruritus
- perubahan kenyamanan b.d pruritus/gatal/nyeri
- gangguan pola istirahat tidur b.d pruritus/gatal
- risiko penularan infeksi b.d sifat menular organisme
- risiko gangguan konsep diri b.d penampilan dan respons orang lain
- risiko kerusakan interaksi sosial b.d ketakutan akan keadaan yang memalukan dan
reaksi negatif dari orang lain
- risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d kurang
pengetahuan tentang kondisi(penyebab, perjalanan penyakit) pencegaha,
pengobatan dan perawatan kulit

Hasil yang diharapkan :


1. klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat atau pencegah tidur
2. klien dapat mengidentifikasi teknik untuk mempermudah tidur

Rencana Keperawatan :
1. identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang keberhasilan
tidur
2. beri penjelasan pada kllien dan keluarga penyebab gangguan pola tidur
3. kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan
4. atur prosedur tindakan medis atau keperawatan untuk memberi sesedikit mungkin
gangguan selama period tidur (mis. Ketika individu bangun untuk makan obat,
pada saat pengukuran tanda vital)
5. hindari prosedur yang tidak penting selama waktu tidur
6. anjurkan klien mandi air hangat sebelum tidur dan mengoleskan obat salep (sesuai
terapi) pada daerah lesi
7. kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian antihistamin/obat anti gatal

Hasil yang diharapkan :


1. klien dapat mengidentifikasi sumber ancaman harga diri dan melakukan tindakan
untuk mencegah hal tersebut
2. klien dapat mengidentifikasi aspek positif diri
3. klien mengekspresiken pandangan yang positif tentang masa depan
4. klien dapat menganalisis perilaku diri dan konsekuensi yang harus dihadapi

Rencana Keperawatan :
1. jalin komunikasi terapeutik antara perawat, pasien dan keluarga
2. bantu individu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaannya
a. bersikap empati, tidak menghakimi
b. dengarkan, jangan mengecilkan hati
c. apa yang terjadi ketika ia mulai merasakan hal ini
3. bantu klien mengidentifikasi evaluasi diri yang positif
a. jelaskan cara mengatasi krisis
b. jangan menunjukan sikap konfrontasi
4. libatkan individu dan keluarga dalam penyusunan tujuan bersama
5. bantu individu menerima perasaan yang positif maupun perasaan negatif
6. kaji dan mobilisasi sistem pendudkun baru
a. apakah ia memiliki teman?
b. Hobi atau kesukaan yang bisa dilakukan.
7. bantu individu dalam mempelajari koping baru. Biarkan ia tahu bahwa ia tidak
sendirian

Anda mungkin juga menyukai