Anda di halaman 1dari 11

A.

VeR

1.

2.

3. UU. No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan (Pasal 122)


1) Bedah Mayat Forensik ----PRO JUSTITIA
2) Di lakukan oleh SpF atau dokter lainnya.

4. UU. No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan (Pasal 124)


Tindakan Bedah Mayat oleh NaKes harus dilakukan sesuai dengan norma
agama, norma kesusilaan dan etika profesi.
5.

6. SYARAT-SYARAT PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM

KUHAP PASAL 133


1) Peminta adalah PENYIDIK
2) Projustitia
3) Subyek px adalah ms yg luka, keracunan atau mati, yg diduga ada hub
dgn tindak pidana
4) Pemeriksa dr. SpF, dr, ahli lainnya
5) Tertulis dan jls
6) Berlabel
7) Subyek dihormati

7. Syarat penolakan & penarikan SPV


1) Psl 134 KUHAP
2) Instruksi Kapolri 1975

8. KUHP psl 222


9. Exhumatio psl 135 KUHAP

B. SURAT KETERANGAN MEDIS


1. Kode Etik Kedokteran Indonesia
 Pasal 7 KODEKI
2. KUHP
 Pasal 263 KUHP

 Pasal 267 KUHP

 Pasal 268 KUHP

C. KEJAHATAN SEKS
1. KUHP psl 89
 MEMBUAT ORANG PINGSAN ATAU TIDAK BERDAYA DISAMAKAN
DENGAN MENGGUNAKAN KEKERASAN
2. KUHP psl 284
1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel),
padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,
b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;
2) a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin;
b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan
perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut
bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.
 PRIA KAWIN DENGAN GADIS
 WANITA KAWIN DENGAN JEJAKA
 PRIA KAWIN DENGAN WANITA KAWIN

3. Psl 27
 Burgerlijk Wetboek
DALAM WAKTU YANG SAMA SEORANG LAKI HANYA DIPERBOLEHKAN
MEMPUNYAI SATU ORANG PEREMPUAN SEBAGAI ISTRINYA, SEORANG
PEREMPUAN HANYA SATU ORANG LAKI SEBAGAI SUAMINYA

4. KUHP psl 285


 Persetubuhan dgn seorg wnita
 Diluar prkawinan
 Dgn kekerasan/ancaman kekerasan
 Paksaan
 BARANG SIAPA DENGAN KEKERASAN ATAU ANCAMAN KEKERASAN
MEMAKSA SEORANG WANITA BERSETUBUH DENGAN DIA DILUAR
PERKAWINAN, DIANCAM KARENA MELAKUKAN PERKOSAAN DENGAN
PIDANA PENJARA PALING LAMA 12 TAHUN

5. KUHP psl 286


 BARANG SIAPA BERSETUBUH DENGAN SEORANG WANITA DILUAR
PERKAWINAN,PADAHAL DIKETAHUI BAHWA WANITA ITU DALAM
KEADAAN PINGSAN ATAU TIDAK BERDAYA,DIANCAM DENGAN PIDANA
PENJARA PALING LAMA 9 TAHUN

6. KUHP psl 287


1) 15thn, belum jelas, belum wkt utk dikawin
Delik aduan
2) >12 thn – <15 thn

7. KUHP psl 288


 belum wkt utk dikawin
 menimbulkan luka, luka berat, mati

8. KUHP psl 289


 Kekerasan, ancaman kekerasan
 Memaksa melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,
diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan
kesusilaan

9. KUHP psl 290


 perbuatan cabul dengan orang pingsan atau tidak berdaya;
 belum 15 tahun atau kalau umumya tidak jelas, yang bersangkutan
belum waktunya untuk dikawin:
 membujuk seseorang yang diketahuinya atau patut diduga belum 15
tahun atau umumya tidak jelas atau belum waktunya untuk dikawin,
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau
bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.

10.KUHP psl 291


 BERAKIBAT LUKA BERAT/MATI

11.KUHP psl 292


 Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain
sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya
belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun

12.KUHP psl 294


 ANAK/ANAK TIRI,<UMUR, <PENGAWASAN/ASUHAN/DIDIK

13.BEKWAM ?  dianggap cakap melakukan sesuatu (19 tahun UU no. 1 /


1970 perkawinan, 21 tahun KUHPerd.)

D. KDRT
1. Pasal 1 UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
 “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.”
 Psl 6
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit atau luka berat
 Psl 7
Kekerasan Psikis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang
 Psl 8
Kekerasan Seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut,
adanya pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau
tujuan tertentu
 Psl 9
Penelantaran rumah tangga juga dimasukkan dalam pengertian
kekerasan, karena setiap orang dilarang menelantarkan dalam lingkup
rumah tangga, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Penelantaran
tersebut juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan
ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi atau melarang untuk
bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah, sehingga korban di
bawah kendali orang tersebut

E. THANATOLOGY
1. UU. No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
 Pasal 117 :
Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi dan
sistem pernapasantelah terbukti telah berhenti secara permanen, atau
apabila kematian batang otak telah dapat dibuktikan

F. ABORSI
1. KUHAP 179
Setiap dokter wajib memberikan keterangan ahli di pengadilan jika
diminta oleh hakim

2. UU NO 36 Thn 2004
1) Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

Yang dimaksud dengan “konselor” dalam ketentuan ini adalah


setiap orang yang telah memiliki sertifikat sebagai konselor melalui
pendidikan dan pelatihan. Yang dapat menjadi konselor adalah
dokter, psikolog, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan setiap orang
yang mempunyai minat dan memiliki keterampilan untuk itu.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan


perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

2) Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh
menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.

3) Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang
tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak
aman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang dilakukan
dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang
bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak
profesional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang
berlaku, diskriminatif, atau lebih mengutamakan imbalan materi
dari pada indikasi medis.

3. Sanksi
 KUHP Pasal 346Ibu hamil sendiri atau menyuruh orang lain (max.4
thn)
 KUHP Pasal 347Orang lain tanpa izin ibu hamil (max 12 thn,bl mati
max 15 thn)
 KUHP Pasal 348Orang lain dgn izin ibu hamil (max 5 thn 6 bln,bl
mati max 7 thn)
 KUHP Pasal 349Dokter,bidan,juru obat yg melakukan
(huk.ditambah 1/3 & cabut izin.
 KUHP Pasal 283Orang lain yg mempertunjukkan alat/cara
menggugurkan kpd anak <17 thn/dibawah umur (max 9 bln)
 KUHP Pasal 299Orang yg anjurkan/rawat/beri obat dgn memberi
harapan agar gugur kandungannya (max 4 thn)
 KUHP Pasal 535Orang yg mempertunjukkan secara terbuka
alat/cara menggugurkan (max 3 bln)
 UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Pasal 80
MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS TERTENTU TERHADAP IBU HAMIL YG
TDK MEMENUHI KETENTUAN. (PIDANA PENJARA 15 TAHUN &
DENDA Rp.5OO.OOO.OOO.)

G. INFANTICIDA
1. KUHP psl 341
 PAS
2. KUHP psl 342
 PAS dgn rencana
3. KUHP psl 343
 Bukan ibu → pembunuhan
4. KUHP psl 308
 Ibu melepaskan tanggung jwb
5. KUHP psl 181
 Mengubur, menyembunyika,… mayat bayi

H. EKSHUMASI
1. KUHAP psl 135
 DALAM HAL PENYIDIK UNTUK KEPENTINGAN PERADILAN PERLU
MELAKUKAN PENGGALIAN MAYAT, DILAKSANAKAN MENURUT
KETENTUAN SEBAGAIMANA DI MAKSUD DALAM PASAL 133 AYAT (2)
DAN PADA PASAL 134 (1) UNDANG-UNDANG INI.
 YANG DIMAKSUD DENGAN PENGGALIAN MAYAT TERMAUK
PENGAMBILAN MAYAT DARI SEMUA JENIS TEMPAT DAN CARA
PENGUBURAN.

Anda mungkin juga menyukai