Anda di halaman 1dari 8

Pengertian

Atletik sering disebut sebagai induk dari semua cabang olahrata (mother of sport) dan
merupakan olahraga yang paling tua di dunia.
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang dilakukan dengan
cara menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat dari logam sejauh mungkin
dari titik lempar menuju titik pendaratan menggunakan teknik tertentu.
Atlet dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih besar pula sehingga
cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan, para atlet juara dunia rata-rata
memiliki postur tubuh besar dan energi yang kuat untuk melakukan tolakan.

Sejarah Tolak Peluru


Tolak peluru (the shot put) telah dikenal sejak dua ribu tahun yang lalu, yaitu sejak masa
Kerajaan Yunani kuno, tetapi dengan tata cara dan peraturan yang berbeda. Menurut
Homer, pada zaman dahulu, tolak peluru dikenal dengan nama lempar beban atau weight
throwing.
Sayangnya, tidak ditemukan catatan sejarah yang menjelaskan bentuk dan bahan yang
digunakan sebagai peluru pada waktu itu. Yang pasti, tolak peluru menjadi salah satu bentuk
latihan perang yang dilakukan para prajurit dari Troya dan kemudian dipertandingkan antar-
prajurit.
Catatan sejarah tentang olahraga tolak peluru yang berhasil ditemukan adalah tentang
diadakannya kompetisi di Skotlandia pada abad pertama. Kemudian, pada abad ke-16, Raja
Henry VII dari Inggris menyelenggarakan pertandingan yang sama, yaitu lempar palu dan
lempar beban.
Karena merupakan cabang olahraga atletik, induk organisasi tolak peluru menjadi satu
dengan induk olahraga atletik. International Amateur Athletic Federation (IAAF) adalah
wadah olahraga atletik (termasuk tolak peluru) seluruh dunia.

Indonesia mengenal olahraga tolak peluru melalui pemerintah kolonial Belanda yang
memasukkannya dalam kurikulum pelajaran di sekolah-sekolah milik Belanda. Namun, tolak
peluru hanya dimainkan oleh para siswa bagsawan Belanda sehingga kaum pribumi tidak
terlalu mengenal olahraga ini.

Seiring waktu, tolak peluru kemudian juga menjadi bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah
pribumi sehingga semakin dikenal di kalangan orang Indonesia. Karena belum memiliki
wadah sendiri, tolak peluru berada di bawah organisasi NIAU yang bertanggung jawab
mengadakan kejuaraan atletik.
Kepopuleran tola peluru kemudian melahirkan berbagai perkumpulan olahraga tolak peluru
di Jawa dan Sumatra. Sumatera Atletik Bond (SAB) di Medan menyelenggarakan kompetisi
atletik yang diikuti MULO, HBS, dan sekolah lainnya. Salah satu cabang olahraga yang
dipertandingkan adalah tolak peluru.

Teknik Tolak Peluru

1. Teknik Memegang Peluru


Peluru besi yang digunakan dalam olahraga tolak peluru memiliki bobot cukup berat, yaitu
antara 3 kg hingga 7 kg lebih. Karena itu, Anda harus menguasai cara memegang peluru
dengan benar agar jari tidak terluka atau bahkan patah. Teknik memegang peluru yang
aman dapat dilakukan dengan 3 cara berikut.
Letakkan peluru di telapak tangan. Pegang peluru dengan erat menggunakaan jari-jari
tangan dengan posisi jari-jari dikembangkan. Gunakan jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis untuk meletakkan peluru. Letakkan jari kelingking di bagian samping peluru dalam
posisi menekuk, sementara ibu jari berada pada posisi biasa untuk menjaga keseimbangan
peluru. Berikan tenaga lebih pada ibu jari agar bisa menahan peluru lebih kuat sehingga
tidak jatuh.
Rapatkan jari-jemari, termasuk kelingking, dan tempelkan pada bagian belakang peluru.
Letakkan ibu jari di bagian samping peluru agar seimbang.
Cara ketiga hampir sama dengan cara kedua, yaitu dengan merapatkan jari-jari, tetapi
dengan posisi sedikit lebih renggang. Teknik ini cocok untuk Anda yang memiliki telapak
tangan kecil.

2. Teknik Meletakkan Peluru di Leher


Sebelum meletakkan peluru di leher, Anda harus sudah memutuskan teknik memegang
peluru yang paling disukai, nyaman, dan bisa menghasilkan tenaga tolakan yang paling
besar. Penggunaan tangan kanan sangat dianjurkan untuk memegang peluru, kecuali bagi
Anda yang kidal.
Setelah peluru dipegang dengan teknik yang benar, tempelkan peluru pada leher samping
kanan. Ibu jari menempel di atas tulang yang ada di bagian bahu atau tulang selangka.
Posisikan siku lurus dan sejajar dengan bahu dan miringkan kepala ke arah peluru supaya
kedudukan peluru lebih stabil dan mantap.
3. Teknik Menolak Peluru
Selain teknik memegang peluru dan meletakkannya di leher, teknik melempar atau menolak
peluru juga perlu diperhatikan agar menghasilkan lemparan sejauh mungkin. Berikut
penjelasannya.

a. Persiapan Tolak Peluru


Sikap tubuh yang terbaik ketika akan melempar peluru adalah berdiri dengan tegak dan
rileks dengan posisi menghadap ke samping lapangan. Untuk memudahkan menolak, kaki
direnggangkan selebar bahu dengan kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan menumpu
di kaki kanan.
Tangan kanan yang memegang peluru diletakkan menempel di bahu, tepat di bawah rahang
dengan siku membentuk sudut 900 dan tangan kiri ditekuk dengan siku menghadap arah
tolakan.

b. Gerakan Tubuh
Saat memegang peluru, kaki yang dekat dengan sektor lemparan digerakkan dengan cara
diayun sebagai persiapan untuk menolak peluru. Sementara itu, pinggang diputar ke sisi
sektor lemparan sehingga pinggul membantu mendorong, tubuh condong ke depan, dan
pandangan fokus ke arah lemparan.

c. Akhir Tolak Peluru


Sebelum menolak, posisi tubuh harus siap dengan kaki kanan yang akan digerakkan ke
depan sebagai tumpuan, menggantikan kaki kiri yang digunakan untuk berisiap. Kaki kiri
lurus ke belakang dan tidak tegang, lutut kanan sedikit ditekuk agar lebih kuat mendorong
lemparan, dan pandangan tetap fokus.

Pada saat melakukan tolakan, putar badan ke arah sektor pendaratan. Kaki kanan menolak
dan melonjak agar tenaga yang cukup besar untuk mendorong peluru seluruhnya berada di
tangan kanan yang memegang peluru. Setelah itu, lontarkan peluru dengan sudut dolakan
40 derajat ke arah atas.

Setelah peluru dilontarkan, kaki mendarat kembali ke tanah dengan posisi sedikit menekuk.
Sementara itu, posisi badan adalah ke arah depan dengan pandangan melihat ke posisi
jatuhnya peluru.
Peraturan Tolak Peluru
Setiap cabang olahraga tentu memiliki peraturan sendiri, termasuk tolak peluru. Ada
sembilan poin peraturan dalam cabang olah raga tolak peluru yang wajib ditaati para atlet.
1. Atlet diperbolehkan memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya, para
atlet memilih untuk memasuki lingkaran dari samping dan belakang.
2. Atlet tolak peluru hanya diberi waktu selama 60 detik untuk menyelesaikan
pertandingan, dihitung sejak namanya dipanggil. Jika dalam waktu 3 menit belum
juga melakukan tolakan, atlet dikenakan diskualifikasi.
3. Atlet dilarang menggunakan sarung tangan, tetapi boleh menggunakan pelindung
ruas jari (taping) selama pertandingan.
4. Atlet boleh memegang bagian dalam wilayah lemparan berupa lingkaran besi.
5. Atlet harus menahan peluru menggunakan leher selama melakukan gerakan tolakan.
6. Atlet akan didiskualifikasi jika meletakkan peluru tidak sesuai dengan peraturan,
misalnya di belakang kepala atau di depan perut.
7. Peluru hanya boleh ditolak dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih
tinggi dari bahu.
8. Gerakan tolakan hanya boleh dilakukan di dalam lingkaran. Sedikit saja kakinya
berada di luar batas lingkaran, atlet tersebut dinyatakan didiskualifikasi.
9. Peluru harus mendarat di sektor area pendaratan yang disediakan (34,92 derajat).
Atlet akan didiskualifikasi jika peluru jatuh di luar sektor pendaratan atau tiga kali
melakukan kegagalan.
10. Pengukuran dilakukan mulai dari lokasi tempat peluru pertama kali jatuh sampai ke
tengah lingkaran.
11. Setelah melakukan lemparan, atlet harus meninggalkan lingkaran melelui sisi
belakang lingkaran.
12. Atlet baru boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.
Lapangan Tolak Peluru

Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter dan dikelilingi ring besi dengan ketebalan
66 mm dan tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran. Bagian depan lingkaran tolakan dipasangi
balok atas tolakan dengan panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan tebal 11,4 cm.
Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai garis batas (sector line) sekaligus garis ukur
standar yang terletak di tengah sektor pendaratan. Panjang sektor pendaratan minimal 25
meter dengan sudut 40 derajat.
Peralatan Tolak Peluru

alat pengukur;
bendera;
peluit; dan
Bola Peluru
Untuk peluru yang digunakan, terdapat beberapa ketentuan sebagai berikut.

Peluru dapat dibuat dari besi, pasir, logam solid, stainless steel, material sintetis, atau
polivinil.
Ukuran peluru disesuaikan dengan jenis lapangan yang digunakan. Untuk pertandingan yang
diadakan di lapangan indoor, ukuran peluru yang digunakan sedikit lebih besar dari
pertandingan
Ketentuan untuk berat peluru adalah sebagai berikut.
Untuk senior putra : 7,257 kg
Untuk senior putri : 4 kg
Untuk junior putra : 5 kg
Untuk junior putri : 3 kg

Gaya Tolak Peluru

Dalam sejarahnya, dikenal tiga gaya tolak peluru, yaitu gaya meluncur (glide), gaya samping
atau klasik, dan gaya berputar (spin). Namun, hanya gaya meluncur dan berputar yang
masih tetap digunakan hingga saat ini.

Memilih gaya tolak peluru yang paling sesuai dengan kemampuan atlet sangat penting
dilakukan karena akan memengaruhi jauhnya lontaran peluru. Agar Anda bisa menentukan
gaya yang paling sesuai, simak penjelasan mengenai masing-masing gaya tersebut di bawah
ini.
1. Gaya Meluncur (Glide)
Gaya meluncur (glide) merupakan gaya tolak peluru yang pertama kali diperkenalkan. Gaya
ini sering disebut juga teknik O’Brien, sesuai nama penemunya, Parry O’Brien dari Amerika
Serikat. Meski demikian, gaya ini bukanlah gaya yang paling populer.
Pada gaya ini, atlet akan melakukan gerakan setengah putaran terlebih dahulu sebelum
melontarkan peluru. Pada persiapan awal, atlet menghadap ke arah belakang, kemudian
mendorong tubuhnya ke arah belakang, lalu segera menghadap ke depan dan melontarkan
peluru..

2. Gaya Berputr (Spin)


Gaya berputar diperkenalkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Alexander Baryshnikov,
seorang atlet tolak peluru asal Rusia. Pada tahun tersebut, ia berhasil memecahkan rekor
baru untuk nomor putra dengan jarak 22 meter.
Ciri khas gaya spin adalah pelempar melakukan gerakan memutar sebesar 360 derajat
sebelum melakukan lemparan. Dengan cara ini, diharapkan atlet memiliki momentum untuk
melakukan lemparan sejauh mungkin.
Gaya berputar ini merupakan gaya yang paling sulit karena selain fokus pada tolakan, atlet
juga harus menguasai teknik berputar dengan benar. Gaya ini hampir sama dengan gaya
lempar cakram yang berputar dalam melakukan lemparan.

3. Gaya Samping (Klasik)


Gaya samping atau klasik merupakan gaya tolak peluru yang paling tua dan tidak diketahui
penemunya. Pada gaya ini, atlet menggunakan awalan menyamping, yaitu tubuh
menghadap ke samping dalam posisi siap sebelum melakukan tolakan.
Tidak seperti gaya lainnya, peluru dipegang menggunakan kedua tangan. Tangan kanan
menyangga peluru di atas bahu, sedangkan tangan kiri memegang peluru bagian atas. Akan
tetapi, pada saat melempar, atlet hanya menggunakan satu tangan.
TOLAK PELURU
MATA PELAJARAN PENJAS

DI SUSUN OLEH :
ANNISA AFFRIZANIA
KELAS XI IPA 3

SMA NEGERI 20 BATAM TAHUN PELAJARAN


2019-2020

Anda mungkin juga menyukai

  • Karya Tulis Ilmiah
    Karya Tulis Ilmiah
    Dokumen12 halaman
    Karya Tulis Ilmiah
    Mar'atus Sholihah
    Belum ada peringkat
  • PENJASKES
    PENJASKES
    Dokumen8 halaman
    PENJASKES
    annisa affrizania
    Belum ada peringkat
  • Fisika PDF
    Fisika PDF
    Dokumen1 halaman
    Fisika PDF
    annisa affrizania
    Belum ada peringkat
  • Fisika PDF
    Fisika PDF
    Dokumen1 halaman
    Fisika PDF
    annisa affrizania
    Belum ada peringkat
  • Fisika PDF
    Fisika PDF
    Dokumen1 halaman
    Fisika PDF
    annisa affrizania
    Belum ada peringkat
  • Fisika PDF
    Fisika PDF
    Dokumen1 halaman
    Fisika PDF
    annisa affrizania
    Belum ada peringkat
  • Karya Tulis Ilmiah
    Karya Tulis Ilmiah
    Dokumen12 halaman
    Karya Tulis Ilmiah
    Mar'atus Sholihah
    Belum ada peringkat