Atletik sering disebut sebagai induk dari semua cabang olahrata (mother of sport) dan
merupakan olahraga yang paling tua di dunia.
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang dilakukan dengan
cara menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat dari logam sejauh mungkin
dari titik lempar menuju titik pendaratan menggunakan teknik tertentu.
Atlet dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih besar pula sehingga
cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan, para atlet juara dunia rata-rata
memiliki postur tubuh besar dan energi yang kuat untuk melakukan tolakan.
Indonesia mengenal olahraga tolak peluru melalui pemerintah kolonial Belanda yang
memasukkannya dalam kurikulum pelajaran di sekolah-sekolah milik Belanda. Namun, tolak
peluru hanya dimainkan oleh para siswa bagsawan Belanda sehingga kaum pribumi tidak
terlalu mengenal olahraga ini.
Seiring waktu, tolak peluru kemudian juga menjadi bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah
pribumi sehingga semakin dikenal di kalangan orang Indonesia. Karena belum memiliki
wadah sendiri, tolak peluru berada di bawah organisasi NIAU yang bertanggung jawab
mengadakan kejuaraan atletik.
Kepopuleran tola peluru kemudian melahirkan berbagai perkumpulan olahraga tolak peluru
di Jawa dan Sumatra. Sumatera Atletik Bond (SAB) di Medan menyelenggarakan kompetisi
atletik yang diikuti MULO, HBS, dan sekolah lainnya. Salah satu cabang olahraga yang
dipertandingkan adalah tolak peluru.
b. Gerakan Tubuh
Saat memegang peluru, kaki yang dekat dengan sektor lemparan digerakkan dengan cara
diayun sebagai persiapan untuk menolak peluru. Sementara itu, pinggang diputar ke sisi
sektor lemparan sehingga pinggul membantu mendorong, tubuh condong ke depan, dan
pandangan fokus ke arah lemparan.
Pada saat melakukan tolakan, putar badan ke arah sektor pendaratan. Kaki kanan menolak
dan melonjak agar tenaga yang cukup besar untuk mendorong peluru seluruhnya berada di
tangan kanan yang memegang peluru. Setelah itu, lontarkan peluru dengan sudut dolakan
40 derajat ke arah atas.
Setelah peluru dilontarkan, kaki mendarat kembali ke tanah dengan posisi sedikit menekuk.
Sementara itu, posisi badan adalah ke arah depan dengan pandangan melihat ke posisi
jatuhnya peluru.
Peraturan Tolak Peluru
Setiap cabang olahraga tentu memiliki peraturan sendiri, termasuk tolak peluru. Ada
sembilan poin peraturan dalam cabang olah raga tolak peluru yang wajib ditaati para atlet.
1. Atlet diperbolehkan memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya, para
atlet memilih untuk memasuki lingkaran dari samping dan belakang.
2. Atlet tolak peluru hanya diberi waktu selama 60 detik untuk menyelesaikan
pertandingan, dihitung sejak namanya dipanggil. Jika dalam waktu 3 menit belum
juga melakukan tolakan, atlet dikenakan diskualifikasi.
3. Atlet dilarang menggunakan sarung tangan, tetapi boleh menggunakan pelindung
ruas jari (taping) selama pertandingan.
4. Atlet boleh memegang bagian dalam wilayah lemparan berupa lingkaran besi.
5. Atlet harus menahan peluru menggunakan leher selama melakukan gerakan tolakan.
6. Atlet akan didiskualifikasi jika meletakkan peluru tidak sesuai dengan peraturan,
misalnya di belakang kepala atau di depan perut.
7. Peluru hanya boleh ditolak dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih
tinggi dari bahu.
8. Gerakan tolakan hanya boleh dilakukan di dalam lingkaran. Sedikit saja kakinya
berada di luar batas lingkaran, atlet tersebut dinyatakan didiskualifikasi.
9. Peluru harus mendarat di sektor area pendaratan yang disediakan (34,92 derajat).
Atlet akan didiskualifikasi jika peluru jatuh di luar sektor pendaratan atau tiga kali
melakukan kegagalan.
10. Pengukuran dilakukan mulai dari lokasi tempat peluru pertama kali jatuh sampai ke
tengah lingkaran.
11. Setelah melakukan lemparan, atlet harus meninggalkan lingkaran melelui sisi
belakang lingkaran.
12. Atlet baru boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.
Lapangan Tolak Peluru
Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter dan dikelilingi ring besi dengan ketebalan
66 mm dan tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran. Bagian depan lingkaran tolakan dipasangi
balok atas tolakan dengan panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan tebal 11,4 cm.
Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai garis batas (sector line) sekaligus garis ukur
standar yang terletak di tengah sektor pendaratan. Panjang sektor pendaratan minimal 25
meter dengan sudut 40 derajat.
Peralatan Tolak Peluru
alat pengukur;
bendera;
peluit; dan
Bola Peluru
Untuk peluru yang digunakan, terdapat beberapa ketentuan sebagai berikut.
Peluru dapat dibuat dari besi, pasir, logam solid, stainless steel, material sintetis, atau
polivinil.
Ukuran peluru disesuaikan dengan jenis lapangan yang digunakan. Untuk pertandingan yang
diadakan di lapangan indoor, ukuran peluru yang digunakan sedikit lebih besar dari
pertandingan
Ketentuan untuk berat peluru adalah sebagai berikut.
Untuk senior putra : 7,257 kg
Untuk senior putri : 4 kg
Untuk junior putra : 5 kg
Untuk junior putri : 3 kg
Dalam sejarahnya, dikenal tiga gaya tolak peluru, yaitu gaya meluncur (glide), gaya samping
atau klasik, dan gaya berputar (spin). Namun, hanya gaya meluncur dan berputar yang
masih tetap digunakan hingga saat ini.
Memilih gaya tolak peluru yang paling sesuai dengan kemampuan atlet sangat penting
dilakukan karena akan memengaruhi jauhnya lontaran peluru. Agar Anda bisa menentukan
gaya yang paling sesuai, simak penjelasan mengenai masing-masing gaya tersebut di bawah
ini.
1. Gaya Meluncur (Glide)
Gaya meluncur (glide) merupakan gaya tolak peluru yang pertama kali diperkenalkan. Gaya
ini sering disebut juga teknik O’Brien, sesuai nama penemunya, Parry O’Brien dari Amerika
Serikat. Meski demikian, gaya ini bukanlah gaya yang paling populer.
Pada gaya ini, atlet akan melakukan gerakan setengah putaran terlebih dahulu sebelum
melontarkan peluru. Pada persiapan awal, atlet menghadap ke arah belakang, kemudian
mendorong tubuhnya ke arah belakang, lalu segera menghadap ke depan dan melontarkan
peluru..
DI SUSUN OLEH :
ANNISA AFFRIZANIA
KELAS XI IPA 3