Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan Penjelasan diatas sangat diperlukan upaya agar masalah
kesehatan di masa depan dapat ditanggulangi sehingga mencapai kualitas
kesehatan masyarakat yang diinginkan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2 Indikator Yang Berhubungan Dengan Derajat Kesehatan
Masyarakat
1. Life span, yaitu lamanya usia harapan untuk hidup dari masyarakat,
atau dapat juga di pandang sebagi derajat kematian masyarakat yang
bukan karena mati tua.
2. Disease or infirmity, yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis
dan anatomis dari masyarakat.
3. Discomfort or illness, yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang
keadaan somatic, kejiwaan, maupun social dari dirinya.
4. Disability on incapacity, yaitu ketidakmampuan seseorang dalam
masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peran
socialnya karena sakit.
5. Participation in health care, yaitu kemampuan dan kemauan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga dirinya agar selalu
dalam keadaan sehat.
6. Health behavior, yaitu perilaku nyata dari anggota masyarakat yang
secara langsung berkaitan dengan kesehatan.
7. Ecologic behavior, yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkingan
hidupnya, terhadap spesies lain, sumber daya alam dan ekosistem.
8. Social behavior, yaitu perilaku anggota masyarakat terhadap
sesama, keluarga, komunitas, dan bangsanya.
9. Interpersonal relationship, yaitu kualitas komunikasi anggota
masyarakat terhadap sesamanya.
10. Reserve or positive health, yaitu daya tahan anggota masyarakat
terhadap penyakit, atau kapasitas anggota masyarakat dalam
menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan social.
11. External satisfaction, yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat
terhadap lingkungan sosialnya, meliputi: rumah, sekolah, pekerjaan,
rekreasi, transportasi, dan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
4
12. Internal satisfaction, yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap
seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.
2.1.3 Strategi Dan Program Pembangunan Kesehatan Di Indonesia
Strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat
tahun 2010 adalah sebagai berikut.
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
Program pembangunan nasional harus memberikan konstribusi yang
positif terhadap kesehatan, minimal terhadap dua hal, antara lain:
a. Pembentukan lingkungan sehat
b. Pembentukan perilaku sehat
Demi terselenggaranya program pembangunan berwawasan
kesehatan, perlu dilaksanakan beberapa kegiatan seperti sosialisasi,
orientasi, kampanye, dan pelatihan kesehatan, sehingga semua pihak
yang terkait dapat memahami dan mampu melaksanakan program
tersebut.
2. Profesionalisme
Dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tegnologi serta melalui penerapan nilai-nilai moral dan etika.
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) juga mempunyai peranan
yang sangat penting. Pelayanan kesehatan professional tidak akan
terwujud apabila tidak didukung oleh tenaga pelaksana yang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tanpa didukung
oleh peneran nilai-nilai moral dan etika profesi yang tinggi. Demi
terwujudnya strategi profesionalisme, akan dilaksanakan penentuan
standar kompetensi bagi tenaga kesehatan, pelatihan berdasarkan
kompetensi, akreditasi dan legislasi tenaga kesehatan, serta kegiatan
peningkatan kualitas sector lainnya.
5
mempercepat pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
Agar strategi ini dapat berjalan dengan baik, perlu dilaksanakan
sosialisasi, orientasi, kampanye, dan pelatihan untuk semua pihak yang
terkait, sehingga konsep dan program JPKM dapat dipahami.
6
dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk semua dan
utamakan pelanggan tak langsung.
2. Sistem yang efektif
Proses pelayanan perlu dilihat sebagai sistem yang nyata (hard
system). yaitu tatanan yang memadukan hasil-hasil kerja dari
berbagai unit dalam organisasi. Perpaduan ini harus terlihat sebagai
proses pelayanan yang berlangsung dengan tertib dan efisien di mata
para pelanggan.
3. Melayani dengan hati nurani (soft system)
Dalam transaksi tatap muka dengan pelanggan, yang diutamakan
adalah keaslian sikap dan kebijakan yang sesuai dengan hati nurani,
yang dibuat-buat sangat mudah dikenali pelanggan dan
memperburuk citra pribadi pelayan. Keaslian nyata hanya dapat
muncul pada pribadi yang sudah matang.
4. Perbaikan berkelanjutan
Pelanggan pada dasarnya juga belajar mengenali kebutuhan
dirinya dari proses pelayanan. Semakin baik kualitas pelayanan,
akan menghasilkan pelanggan yang semakin sulit untuk dipuaskan,
karena tuntutanya juga semakin tinggi, kebutuhannya juga semakin
meluas dan beragam, maka semakin banyak pula penyedia layanan
yang perlu ditingkatkan.
5. Memberdayakan pelanggan
Menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat digunakan sebagai
sumber daya atau perangkat tambahan oleh pelanggan untuk
menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari.
7
2. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan
keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
bertentangan dengan adat istiadat, budaya, keyakinan, dan
kepercayaan masyarakat, serta tidak masuk akal, bukanlah suatu
pelayanan kesehatan yang baik.
3. Mudah dicapai (accesible)
Ketercapaian yang diperlukan di sini terutama dari sudut lokasi,
Dengan demikian, untuk dapat mewujudkan layanan kesehatan yang
baik, maka pengaturan distribusi layanan kesehatan menjadi sangat
penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah
perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah
pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4. Mudah dijangkau (affordable)
Keterjangkauan yang dimaksud adalah terutama dari sudut
biaya. Untuk dapat mewujudkan kehidupan yang seperti ini harus
dapat diupayakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil
masyarakat saja yang menerima pelayanan kesehatan yang baik.
5. Bermutu (quality)
Mutu yang dimaksud di sini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di
satu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan
standar yang telah ditetapkan.
8
organisasi. Tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, dan sasarannya
adalah untuk kelompok dan masyarakat.
2. Pelayanan Kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan
kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian
yang dapat melakukan sendiri (solo practice) atau secara bersama-
sama dalam satu organisasi (istitution) yang bertujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan, serta tujuan
yang diperlukan untuk perseorangan dan keluarga.
2.2.4 Kebijakan Kesehatan Era Otonomi Daerah
Indikator kesehatan merupakan bagian dari parameter pelayanan publik.
Ada lima iau strategis indikator kesehatan:
1. Aksesibilitas layanan.
Isu strategis : mudah, murah,dan merata. Program/Kebijakan :
a. Pengobatan gratis untuk rawat jalan dan rawat inap untuk
keluarga miskin
b. Pemanfaatan teknologi informasi untuk mempermudah,
mempercepat , dan efektivitas layanan
c. Kesehatan ibu dan anak (KIA), contoh revitalisasi posyandu,
ambulans untuk ibu melahirkan.
d. Puskesmas dengan spesifikasi
2. Ketercukupan SDM, sarana, dan prasarana kesehatan.
Isu strategis : upaya pemerintah daerah dalam menyediakan tenaga
kesehatan bagi masyarakat, baik tenaga medis maupun paramedis.
Atau, upaya pemerintah daerah dalam menyediakan sarana dan
prasarana kesehatan. Program/Kebijakan :
a. Pembangunan ruang rawat inap di RSUD
b. Meningkatkan status puskesmas menjadi RSUD tipe D
c. Dokter spesialis di puskesmas
d. Ikatan dinas bagi tenaga kesehatan yang disekolahkan oleh
Pemda
9
e. Kerja sama dengan tenaga kesehatan nonformal seperti dukun
bayi
3. Komitmen anggaran Pemda dalam anggaran dan belanja daerah
(APBD). Isu strategis : komitmen pemerintah daerah dalam
mengalokasikan anggaran publik (non gaji) bagi sektor kesehatan.
Program/Kebijakan : Alokasi anggaran belanja publik
4. Sistem perlindungan.
Isu strategis : pemerintah memberikan perlindungan dalam layanan
kesehatan, sehingga kesehatan masyarakat lebih terjamin.
Program/Kebijakan :
a. Jaminan Pemeliharaan Asuransi Kesehatan (JPKM)
b. Pelayanan Askeskin
c. Kerja sama dengan PT Jamsostek
5. Partisipasi masyarakat dalam pemberian penyelenggaraan kesehatan
Isu strategis : upaya pemerintah daerah dalam melibatkan
masyarakat dalam membuat kebijakan kesehatan.
Program/Kebijakan : Kontrak layanan (citizens charter) antara
penyedia dan pengguna layanan kesehatan
2.3 Pemberatasan Penyakit Menular
Penyakit Menular adalah Penyakit yang risiko menularkan kepada
orang dan menyebabkan keadaan darurat di seluruh Negara atau bahkan di
seluruh dunia. Penyakit menular memerlukan upaya umum dan
terorgananisir untuk pencegahan dan pengendalian mereka berisiko atau
tertular.
Pemberatasan penyakit menular sebagai program pengurangan insiden
penyakit di seluruh dunia menjadi nol sebagai fungsi upaya yang disengaja
dilakukan, tanpa memerlukan tindakan pengendalian lebih lanjut (Dowdle,
1999) . Pemberatasan dimungkinkan dalam mondisi tertentu. Adapun
kriteria untuk menilai pemberatasan penyakit dicatumkan dalam.
10
2.3.1 Kriteria Penilaian Pemberatasan Penyakit
11
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian
faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan.
3. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi
dengan fokus pemantauan wilayah setempat dan kewaspadaan dini,
guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit antar daerah
maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa.
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan
penanggulangan penyakit, sentra regional untuk kesiapsiagaan
penanggulangan KLB/ wabah.
5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
memantapkan jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan
dengan masyarakat termasuk swasta untuk percepatan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui
pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna,
dan pemanfaatan sumberdaya lainnya.
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
dilakukan melalui penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi
produk hukum penyelenggaraan program pencegahan dan
pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.
7. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia di bidang
pencegahan dan pemberantasan penyakit sehingga mampu
menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara
berjenjang hingga ke desa.
8. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan
penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas hingga ke desa.
12
Adapun langkah-langkah pemberantasan penyakit menular yaitu :
13
2.3.3. Pemberantasan Penyakit Menular
1. Ispa
Penyakit saluran pernafasan atas atau bawah biasanya menular yang
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah
dan mematikan tergantung pada patogen penyebabnya nya., faktor
lingkungan dan faktor penjamu.Timbulnya gejala biasanya tepat yaitu
dalam waktu beberapa jam berapa hari gejalanya meliputi demam batuk
dan sering nyeri tenggorokan pilek sesak nafas mengi atau kesulitan
bernafas.
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi
1) Kewaspadaan standar adalah tingkat pencegahan dasar
pengendalian infeksi dalam pelayanan kesehatan dan harus
dilakukan secara rutin di semua fasilitas pelayanan kesehatan
saat memberikan pelayanan kesehatan kepada semua pasien
kewaspadaan standar meliputi kebersihan tangan penggunaan
alat pelindung diri untuk menghindari kontak langsung dengan
darah cairan tubuh sekret dan kulit yang tidak utuh pencegahan
luka tusukan jarum dan pembersihan dan inspeksi lingkungan
dan peralatan
2) Saat merawat pasien yang menderita infeksi saluran pernafasan
akut kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi droplet
harus dilakukan .
3) Pada pasien anak yang menderita ISPA bila gejala dan tanda-
tanda klinis menunjukkan kemungkinan diagnosa selama Puncak
musim virus tertentu seperti croup dan para influenza bronkiolitis
akut dan kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi
kontak dan droplet harus dilaksanakan.
4) Langkah perlindungan tambahan mungkin diperlukan saat
memberikan pelayanan kepada pasien yang terinfeksi beberapa
patogen yang spesifik bila memperlihatkan gejala yang
14
menunjukkan ISPA yang disebabkan oleh suatu patogen yang
baru yang dapat menimbulkan epidemi atau pandemi.
b. Pengendalian sumber infeksi
Cara mengurangi emisi droplet saat pasien ISPA batuk atau
bersin seperti menutup mulut dan hidung dengan tangan atau
dengan cara lain( Misalnya menggunakan tisu , masker kain ,atau
masker bedah,) untuk mengurangi penyebaran droplet dari pasien
yang terinfeksi atau terkolonisasi pembersihan tangan harus
dilakukan segera setelah kontak dengan sekresi pernafasan.
2. TB Paru
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis,
M. Leprae dsb.
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari
tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
15
2) Pengendalian TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi
DOTS dan memperhatikan strategi Global Stop TB partnership
3) Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen
daerah terhadap program pengendalian TB.
4) Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan
terhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk
penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB.
5) Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TB
dilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Fasyankes), meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah
Balai/Klinik Pengobatan, Dokter Praktek Swasta (DPS) dan
fasilitas kesehatan lainnya.
6) Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja sama
dan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah,
swasta dan masyarakat dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional
Pengendalian TB (Gerdunas TB).
7) Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat
pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu dan akses layanan.
8) Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB diberikan
secara cuma-cuma dan dikelola dengan manajemen logistk yang
efektif demi menjamin ketersediaannya.
9) Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang
memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja
program. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok
miskin dan kelompok rentan lainnya terhadap TB.
10) Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan
pekerjaannya.
11) Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam
MDGs
16
b. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TBC dilakukan dengan
cara
Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat;
Membudayakan perilaku etika berbatuk; Melakukan pemeliharaan
dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya sesuai dengan
standar rumah sehat; Peningkatan daya tahan tubuh; Penanganan
penyakit penyerta TBC; Penerapan pencegahan dan pengendalian
infeksi TBC di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, dan di luar Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
3. HIV
a. Pengendalian HIV-AIDS dan IMS
1) Meningkatnya presentase penduduk usia 15-24 tahun yang
memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS dari
65% menjadi 95%
2) Meningkatnya pengguna kondom pada kelompok risiko tinggi
dari 25% menjadi 65%;
3) Dan meningkatnya presentase Rumah Sakit Pemerintah yang
menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi ODHA menjadi
100%
4) Upaya pencegahan dan pengendalian HIV -AIDS bertujuan
untuk mewujudkan target Three Zero pada 2030, antara lain
tidak ada lagi penularan infeksi baru HIV, tidak ada lagi
kematian akibat AIDS, dan tidak ada lagi stigma dan
diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
17
virusnya sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV, serta
tidak ada lagi stigma dan diskriminasi ODHA.
Dalam rangka mencapai target tersebut, Kementerian Kesehatan
menerapkan strategi akselerasi Suluh, Temukan, Obati dan
Pertahankan (STOP). Suluh dilaksanakan melalui edukasi hendak
dicapai 90% masyarakat paham HIV, Temukan dilakukan melalui
percepatan tes dini akan dicapai 90% ODHA tahu statusnya, Obati
dilakukan untuk mencapai 90% ODHA segera mendapat terapi ARV,
Pertahankan yakni 90% ODHA yang ART tidak terdeteksi virusnya.
Selain itu, Kemenkes melakukan akselerasi ARV, dengan target
pada tahun 2020 sebanyak 258.340 ODHA yang mendapat terapi
ARV.
Saat ini baru 50% (17 provinsi) yang telah mencapai target
ODHA on ART yaitu: Aceh, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung,
Babel, Jabar, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalsel, Kaltim,
Kalteng, Sulut dan Gorontalo.
4. Stunting
Stunting(kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur .kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari -2 standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO.
18
• Mengupayakan jaminan mutu terpadu
• Meningkatkan persalinan di Fasilitas Kesehatan
• Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori
protein dan mikronutrien
• Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular pemberantasan
kecacingan
• Meningkatkan transformasi kartu menuju sehat ke dalam KIA
• Menyelenggarakan konseling inisiasi menyusui Dini dan ASI
eksklusif
• Penyuluhan dan penyuluhan dan pelayanan KB
2) Balita
• Pemantauan pertumbuhan balita
• menyelenggaraka kegiatan pemberian makanan tambahan PMT
untuk balita
• Menyelenggarakan stimulasi Dini perkembangan anak
• Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
3) Anak usia sekolah
• Melakukan revitalisasi usaha kesehatan sekolah UKS
• Menguatkan kelembagaan tim Pembina UKS
• Menyelenggarakan program gizi anak sekolah
• Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan
narkoba
4) Remaja
• Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat
PHBS pola gizi seimbang tidak merokok dan mengonsumsi
narkoba
• Pendidikan kesehatan reproduksi
5) Dewasa muda
• Penyuluhan dan pelayanan Keluarga Berencana
• mDeteksi dini penyakit menular dan tidak menular
• eningkatkan penyuluhan untuk PHBS pola gizi seimbang tidak
merokok atau mengkonsumsi narkoba.
19
5. Corona Virus
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat.
1) Pengendalian administratif
20
Langkah penting dalam pengendalian administratif, meliputi
identifikasi dini pasie dengan ISPA/ILI baik ringan maupun berat,
diikuti dengan penerapan tindakan pencegahan yang cepat dan tepat,
serta pelaksanaan pengendalian sumber infeksi. Untuk identifikasi
awal semua pasien ISPA digunakan triase klinis. Pasien ISPA yang
diidentifikasi harus ditempatkan di area terpisah dari pasien lain, dan
segera lakukan kewaspadaan tambahan. Aspek klinis dan
epidemiologi pasien harus segera dievaluasi dan penyelidikan harus
dilengkapi dengan evaluasi laboratorium.
2) Pengendalian lingkungan
21
APD yang digunakan merujuk pada Pedoman Teknis
Pengendalian Infeksi sesuai dengan kewaspadaan kontak, droplet,
dan airborne.
22
Pada perawatan rutin pasien, penggunaan APD harus berpedoman
pada penilaian risiko/antisipasi kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi
dan kulit yang terluka. Ketika melakukan prosedur yang berisiko terjadi
percikan ke wajah dan/atau badan, maka pemakaian APD harus ditambah
dengan,
• Pelindung wajah dengan cara memakai masker bedah dan
pelindung mata/ eye-visor/ kacamata, atau pelindung wajah,
dan
• Gaun dan sarung tangan bersih.
23
d. Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada
Prosedur/ Tindakan Medik yang Menimbulkan Aerosol
24
e. Kewaspadaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Ketika
Merawat Pasien dalam Pengawasan dan Kasus Konfirmasi
2019-nCoV
25
tidak menyentuh/menggosok–gosok mata, hidung atau mulut dengan
sarung tangan yang berpotensi tercemar atau dengan tangan telanjang.
26
f. Durasi Tindakan Isolasi untuk Pasien dalam Pengawasan dan
Kasus Konfirmasi 2019-nCoV
27
• Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan
berobat ke fasyankes.
28
Kontak sakit disarankan untuk melakukan kebersihan
pernapasan serta sedapat mungkin berdiri atau duduk jauh (> 1
meter) dari orang lain ketika sedang transit dan berada di sarana
kesehatan. Kontak sakit dan petugas yang merawat harus
melakukan kebersihan tangan secara benar. Setiap permukaan
peralatan yang menjadi kotor oleh sekret pernapasan atau cairan
tubuh ketika dibawa, harus dibersihkan dengan menggunakan
pembersih rumah tangga atau larutan pembersih.
29
dengan kondisi fisik bangunan sekolah. Kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan di sekolah adalah :
• Pengendalian faktor risiko lingkungan di sekolah
• Pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah dan Pondok
Pesantren
• Sosialisasi dan advokasi Kepmenkes 1429/2006 tentang
pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di
Sekolah
• Penilaian lomba sekolah sehat
b) Rumah Sehat
Pada tahun 2006, cakupan rumah sehat mencapai 69%. Kegiatan
yang dilakukan: menyusun persyaratan kualitas udara di dalam
rumah serta menyusun petunjuk pelaksanaan monitoring kualitas
udara di dalam rumah. Untuk menciptakan rumah sehat maka
diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat
berpengaruh, antara lain:
• Sirkulasi udara yang baik.
• Penerangan yang cukup.
• Air bersih terpenuhi.
• Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak
menimbulkan pencemaran.
• Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak
lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau,
rembesan air kotor maupun udara kotor.
c) Pengawasan Tempat-tempat Umum
Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena
tempat berkumpulnya manusia, yang bisa menjadi sumber
penularan berbagai penyakit. Aspek yang dinilai antara lain
:Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,
pencahayaan, dll dan Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih,
sarana pembuangan kotoran, sarana pembuagan air limbah, dan
sarana pembuangan sampah.
30
3. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
Faktor risiko lingkungan dan perilaku masyarakat merupakan satu
kesatuan yang memiliki hubungan timbal balik yang berpengaruh
terhadap gangguan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.
fokus pelaksanaan yang perlu dilakukan baik melalui fasilitasi kepada
para pengelola program, advokasi dan sosialisasi kepada para
pengambil keputasan daerah adalah sebagai berikut: AMDAL / ADKL.
31
risiko PTM. Sasaran: masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM
berusia > 15 tahun.
32
2. Program pengendalian merokok ditempat kerja yang telah dilakukan
sosialisasi program dengan lintas sector, perusahaan swasta, kelurahan dan
kecamatan, di pindok pesantren dan surat edaran SKPD tentang
pengendalian merokok.
3. Program keluarga mandiri kelola sampah merupakan program unggulan
yang sudah disosialisasikan sampai tingkat RT/RW, program ini juga
membuat tempat percontohan pengelolaan sampah rumah tangga, dan
bekerjasama dengan kantor lingkungan hidup meberikan stimulant berupa
tempat sampah dan grobag sampah.
4. Program konservasi air dan penghijauan. Melalui program ini melakukan
kegiatan penanaman pohon di, seminar air dan urbanisasi, sepeda sehat
kampanye Go Green, uji kemurnian air minum dalam kemasan yang
dikonsumsi masyarakat serta penandatanganan perjanjian kesepahaman
kerjasama dalam pemeliharaan lingkungan hidup, penanaman pohon.
5. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan
sosialisasi di masyarakat sampai ketingkat RT/RW, kegiatan PSN
bersama, dan penandatanganan perjanjian kesepahaman kerjasama untuk
mewujudkan kota salatiga bebas jentik.
2.7 Konsep Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu unit pelaksana fungsional
yang berfungsi sebagai pusat pembanguanan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi
masyarakat di bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu,dan berkesinambungan pada
saat masyarakat yang bertempat menunggu dalam suatu wilayah tertentu.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014) Puskesmas adalah Fasyankes yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
2.7.1 Fungsi Puskesmas
Fungsi utama puskesmas, antara lain:
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya;
33
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat;
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya
34
Misi puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan yang dapat
dilakukan melalui berbagai upaya , antara lain sebagai berikut.
35
b. Proses seleksi kasus prioritas. Pelayanan medis yang diberikan
terdiri dari:
1) Asuhan keperawatan, dari proses seleksi akan diketahui
sasaran prioritas dan nonprioritas-sasaran prioritas yang perlu
ditindaklanjuti termasuk rujukan ke rumah sakit atau rujukan
ke puskesmas dengan ruang rawat inap,
2) Tindak lanjut pelayanan kesehatan dapat berupa asuhan
keperawatan keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3) Penyampaian informasi klien yang perlu ditindak lanjuti
asuhan keperawatan di rumah.
36
d. Pemberian pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak dan
cara menstimulasinya.
e. Pengobatan untuk ibu, bayi, anak balita, serta pra sekolah yang
menderita berbagai penyakit ringan, dan lain-lain.
2. Upaya Keluarga Berencana (KB)
a. Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan calon
ibu yang mengunjungi KIA.
b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang akan
bekerja sebagai penggerak calon peserta Keluarga Berencana.
c. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara pemasangan
IUD, cara penggunaan pil, kondom, dan alat kontrasepsi lainnya.
3. Upaya perbaikan gizi.
a. Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi
b. Mengembangkan program perbaikan gizi.
c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
4. Upaya kesehatan Lingkungan
a. Penyehatan air bersih.
b. Penyehatan pembuangan kotoran.
c. Penyehatan Lingkungan perumahan.
d. Penyehatan limbah.
e. Pengawasan sanitasi tempat umum.
f. Penyehatan makanan dan minuman.
g. Pelaksanaan peraturan perundangan.
5. Upaya mengevaluasi dan memberantas penyakit menular.
a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit.
b. Melaporkan kasus penyakit menular.
c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk.
d. Melakukan tindakan permulaan untuk mencegah penyebaran
penyakit menular.
e. Menyembuhkan penderita, sehingga tidak lagi menjadi sumber
infeksi.
f. Pemberian imunisasi.
37
g. Pemberantasan vektor
h. Pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
6. Upaya Pengobatan
a. Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui:
Mendapatkan riwayat penyakit
Mengadakan pemeriksaan fisik
Mengadakan pemeriksaan laboratorium
Membuat diagnosis
b. Melaksanakan tindakan pengobatan
c. Melakukan upaya rujukan
7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat
a. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan oleh petugas di klinik,
rumah, dan kelompok- kelompok masyarakat.
b. Di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan khusus, tetapi
di tingkat kabupaten terdapat tenaga-tenaga koordinator
penyuluhan kesehatan.
8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Kesehatan olahraga
10. Perawatan kesehatan masyarakat
11. Usaha kesehatan kerja
12. Kesehatan gigi dan mulut
13. Usaha kesehatan jiwa
14. Kesehatan mata
15. Laboratorium (diupayakan tidak lagi sederhana)
16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan
17. Kesehatan usia lanjut
18. Pembinaan perawatan tradisional
2.7.6 Peran Puskesmas
Dalam konteks otonomi daerah seperti saat ini, puskesmas memiliki
peran yang sangat penting sebagai pelaksana teknis. Puskesmas dituntut
memiliki kemampuan manajerial yang baik dan wawasan jauh ke depan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut
38
ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui
sistem perencanaan yang matang dan realitas, tata laksana kegiatan-
kegiatan yang rapi, serta memiliki sistem evaluasi dan pemantauan yang
akurat. Selain itu, puskesmas juga dituntut dapat berpartisipasi dalam
pengembangan teknologi informasi yang terkait dengan upaya
peningkatan pelayanan kesehatan yang lengkap dan terintegrasi.
39
bagian integral dari puskesmas. Setiap puskesmas memiliki beberapa
Puskesmas Pembantu di dalam wilayah tersebut. Namun, ada beberapa
puskesmas yang tidak memiliki Puskesmas Pembantu, puskesmas
khusus di daerah perkotaan.
2. Puskesmas Keliling
Puskesmas Keliling merupakan unit pelayanan kesehatan yang
dilengkapi dengan kendaraan roda empat atau perahu motor, peralatan
kesehatan, peralatankomunikasi, serta kontribusi tenaga yang
disediakan dari puskesmas. Puskesmas Keliling membantu menunjang
dan membantu puskesmas dalam wilayah yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Kegiatan Puskesmas Keliling antara lain:
a. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
daerah yang dipilih atau daerah yang sulit dijangkau oleh
pelayanan puskesmas;
b. melakukan penyelidikan tentang Kejadian Luar Biasa
(KLB),
c. dapat digunakan sebagai alat transportasi, misalnya dalam
rangka rujukan kasus darurat;
d. melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat
audiovisual.
3. Bidan Desa
Bidan Desa Di setiap desa yang belum memiliki fasilitas
pelayanan kesehatan, Bidan Desa yang disediakan untuk tempat
tinggal di desa tersebut untuk menyediakan pelayanan kesehatan.
Bidan Desa bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Puskesmas. Wilayah kerja Bidan Desa adalah satu desa dengan
jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama Bidan Desa
meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
melalui pembinaan posyandu dan pembinaan kelompok dasawarsa,
serta nurtolongan persalinan di rumah penduduk. Dalam
perkembangannya, batasan-batasan di atas semakin lolosseiring
dengan diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah yang
40
lebih mengedepankan desentralisasi. Dengan otonomi, setiap
Daerah Tingkat II memiliki peluang untu !: mengembangkan
puskesmas sesuai Rencana Strategis (Renstra) Kesehatan Daerah
dan Rencana Pengembangan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Bidang Kesehatan, sesuai dengan situasi dan wilayah Daerah II.
41
2.8 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Sebagai Upaya Kesehatan
Masyarakat
Keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan suatu
kegiatan pelayanan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas bersama
dengan kegiatan pokok yang lain: manajemen Puskesmas, pelayanan
kefarmasian, dan pelayanan laboratorium. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
2.8.1 Tujuan
42
rehabilitatif. Upaya preventif meliputi pencegahan tingkat pertama
(primary prevention), pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
serta pencegahan tingkat tiga (tertiary prevention) Kementerian
Kesehatan (2006).
2.8.3 Sasaran
43
jaringannya) dan belum memiliki kartu Indonesia
sehat atau BPJS Kesehatan.
b. Keluarga miskin telah memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehataan, memiliki masalah
kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembanqan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular dan penyakit tidak menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang memiliki
masalah kesehatan prioritas serta belum
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Sararan kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus
yang rentan terhadap tehadap timbulnya masalah kesehatan
yang baik terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam
suatu institusi antara lainnya: posyandu, kelompok
balita, kelompok ibu hamil. Kelompok usia
lanjut, kelompok penderita penyakit tertentu,
kelompok pekerja informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu
institusi antara lain sekolah, pesantren, panti
asuhan, panti sosial tresna werdha, rumah tahanan
(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan
atau memiliki risiko tinggi terhadap timbulnya masalah
kesehatan, diprioritaskan pada:
a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW,
Kelurahan) yang memiliki:
• Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di
bandingkan daerah lain
44
• Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi
dari daerah lain.
• Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah
dari daerah lain.
b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular
seperti (malaria, diare, demam berdarah, dll).
c. Masyarakat di lokasi barak pengungsian, akibat
bencana atau akibat lainnya.
d. Masyarakat di daerah dengan kondisi geografis
sulit di antara lain daerah yang terpencil,
kepulauan dan daerah perbatasan.
e. Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan
transportasi sulit seperti daerah transmigrasi.
2.8.4 Strategi Penyelenggaraan
Perkesmas sebagai bentuk pelayanan yang harus dilaksanakan oleh
Puskesmas untuk itu perlu strategi penyelenggaraan pelayanan Perkesmas.
Strategi penyelenggaraan pelayanan Perkesmas dapat dilaksanakan dalam
bentuk pelayanan Perkesmas dalam upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan pelayanan Perkesmas dalam upaya kesehatan perseorangan
Kesehatan RI, 2014).
Pelayanan Perkesmas dalam Kesehatan Masyarakat Tingkat Pertama.
Penyelenggaraan pelayanan Perkesmas dalam upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama yang mendukung kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan masyarakat pembangunan. Upaya kesehatan masyarakat
esensial meliputi: a) pelayanan promosi kesehatan b) pelayanan kesehatan
lingkungan; c) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga perencanaan;
d) pelayanan gizi; dan e) pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang bersifat
inovatif dan / atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan,
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja
45
dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas
(Kementerian Kesehatan RI, 2014)
Dalam penyelenggaraan Perkesmas yang diperlukan adanya
keterpaduan dalam pelayanan yang meliputi: sasaran, kegiatan, tenaga,
biaya atau sumber daya lainnya. Diharapkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat lebih bermutu karena diberikan secara utuh (holistik),
komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan. Sasaran prioritas
Perkesmas adalah sasaran yang sesuai kesepakatan daerah dan ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten kota.
Pelayanan Perkesmas dalam upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama. Penyelenggaraan pelayanan Perkesmas dalam upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama yang dilakukan pada klien: a) rawat jalan;
b) pelayanan gawat darurat; c) pelayanan satu hari; d) perawatan di
rumah dan / atau; e) rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2014). dilakukan
terhadap klien yang memiliki masalah kesehatan menjadi prioritas dalam
pelayanan Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas dan memerlukan tindak
lanjut penanganan masalah kesehatan yang dihadapi. Diharapkan melalui
tindak lanjut penanganan masalah prioritas yang ditemukan pada upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama maka masalah kesehatan yang
menjadi sasaran prioritas Perkesmas akan mencapai target sasaran yang
tepat, sehingga diharapkan akan memberikan dampak terhadap kesehatan
klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat guna
mendukung pencapaian target pembangunan kesehatan di wilayah tersebut
yang ditetapkan melalui indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Kabupaten / Kota di wilayah tersebut (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
46
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
47
Daftar Pustaka
Alamsyah, Dedi. 2013. Pemberdayaan Gizi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Nuha
Medika
Budijanto, Didik. 2018. Cegah Stunting, Itu Penting. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI
https://www.academia.edu/31610011/BUKU_SAKU_PERMENKES_NO._75_TAH
UN_2014_TENTANG_PUSKESMAS (di unduh tanggal 29 Febuari 2020)
https://www.kemkes.go.id/article/view/19112900001/hari-hiv-aids-sedunia-
penanganan-diperkuat-di-daerah.html di unduh tanggal 8 Maret 2020)
48
file:///C:/Users/user/Downloads/DEPKES-Pedoman-Nasional-Penanggulangan-TBC-
2011-Dokternida.com.pdf (di unduh tanggal 8 Maret 20220)
49