Anda di halaman 1dari 12

Metode Geomagnetik

Metode geomagnetik didasarkan pada sifat kemagnetan (kerentanan magnet) batuan, yaitu
kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantungkepada kontras magnetik
di bawah permukaan. Di daerah panas bumi, larutan hidrotermal dapat menimbulkan
perubahan sifat kemagnetan batuan, dengan katalain kemagnetan batuan akan menjadi turun
atau hilang akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat dalam alterasi hidrotermal,
maka tujuan dari survei magnetik pada daerah panas bumi adalah untuk melokalisir daerah
anomalimagnetik rendah yang diduga berkaitan erat dengan manifestasi panas bumi.

a. Prinsip-Prinsip Penerapan Metode Magnetik

Paleomagnetisme adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat kemagnetan bumi yang


merekam dalam batuan pada waktu pembentukanya. Untuk batuan beku, kemagnetan
mulai terekam pada saat proses pendingin magma melewati titik beku dimana mineral-
mineral bersifat magnet terinduksi oleh medan magnet bumi. Dalam suatu studi
paleomagnet untuk mengetahui arah medan magnet bumi pada saat batuan beku terbentuk,
syaratnya adalah mengetahui terlebih dahulu kemiringan tubuh tersebut yang terjadi
setelah pembekuan. Umumnya tubuh batuan beku mengalami perubahan kemiringan saat
terjadi gaya kompresi, seperti perlipatan.

Seringkali kemiringanya ditentukan dari lapisanbatuan sedimen yang diterobosnya.


Struktur aliran lavaatau lubang gas (amygdaloidal) dipakai untuk menentukan kemiringan
awal lava dimana dianggap subhorisontal. Hal initidak berlaku mutlak karena lava
mengalir melalui morfologi yang bervariasi. Batuan sedimen paling ideal untuk studi
paleomagnet,tidak saja karena perlapisanya dapat diamati, tapi juga karena proses
pembentukanya relatif lama. Arah kemagnetan yang diperoleh dari batuan sedimen terjadi
karenabutiran mineral bersifat magnet hasil rombakan batuan mengalami penjajaran
mineral saat diendapkan (Santoso, 1998).

Pada prinsipnya, dalam penyelidikan magnet selalu dianggap bahwa kemagnetan


batuan yang memberikan respon terhadap pengukuran magnethanya disebabkan oleh
pengaruh kemagnetan induksi. Dengan demikian, sifat kemagnetan ini dipergunakan
sebagai dasar dalam penyelidikan-penyelidikan magnet. Sedangkan kemagnetan sisa pada
umumnya seringkali diabaikan dalam penyelidikan magnet karena disamping pengaruhnya
sangat kecil, juga untuk memperoleh besaran dan arah kemagnetannya harus dilakukan
pengukuran di laboratorium paleomagnetik dengan menggunakan alat khusus.

Perubahan yang terjadi pada kuat medan magnet bumi adalah sangat kecil dan
memerlukan waktu yang sangat lama mencapai ratusan sampai ribuan tahun. Oleh karena
itu, dalam waktu penyelidikan magnet, kuat medan magnet tersebut selalu dianggap
konstan. Dengan menganggap kuat medan magnetbumi (H) adalah konstan, maka
besarnya intensitas magnet bumi (I) semata-mata adalah hanya tergantung pada variasi
kerentanan magnet batuanyang merefleksikan harga pengukuran magnet. Prinsip inilah
yang digunakansebagai dasar dalam penyelidikan magnet (Telford, 1990).
b. Prinsip Kemagnetan

Pada sebuah magnet sebenarnya merupakan kumpulan jutaan magnet ukuran


mikroskopik yang teratur satu dan lainnya. Kutub utara dan kutub selatan magnet
posisinya teratur. Secara keseluruhan kekuatan magnetnya menjadibesar. Logam besi bisa
menjadi magnet secara permanen (tetap) atau bersifat magnet sementara dengan cara
induksi elektromagnetik. Tetapi ada beberapa logam yang tidak bisa menjadi magnet,
misalnya tembaga dan aluminium, dan logam tersebut dinamakan diamagnetik. Bumi
merupakan magnet alam raksasa, dapat dibuktikan dengan alat yang dinamakan kompas,
dimana jarum penunjuk pada kompas akan menunjukkan arah utara dan selatan bumi kita.
Karena sekeliling bumi sebenarnya dilingkupi garis gaya magnet yang tidak tampak oleh
mata kita tapi bisadiamati dengan kompas keberadaannya. Penyebab bumi bersifat
magnetik karena faktor perputaran inti bumi yangbersifat cair. Inti cair bumi terdiri dari
lelehan besi dan nikel yang bertemperatur 5000oC. Lelehan besi dan nikel ini mengandung
sejumlah muatan listrik yang berputar mengelilingi sumbunya sehingga menimbulkan
medan magnet yang arahnya sesuai dengan aturan tangan kanan. Hal tersebutlah yang
membuat bumi menjadi sebuah magnet raksasa dengan kutub selatan magnet berada di
utara dan kutub utara berada di selatan.

Metode Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi.  Menggunakan  metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan
distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal.

Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang


mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak.  Mengingat survey ini hanya bagus untuk
pemodelan kearah horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan
metoda Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan untuk daerah yang luas, dengan
tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang prospek selanjutnya
dilakukan survey Resistivity 2D. Medan dalam ilmu geofisika terdiri dari 2 :

 Medan alami adalah misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan


gravitasibumi, medan magnet bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi
serta radiasi radiokativitas bumi.
 Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam
tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.

c. Medan Magnet Bumi

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen
medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
 
 Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal  yang
dihitung dari utara menuju timur.
 Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang
dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
 Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal.
 Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-
nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai
IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta
km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
 Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran
dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106
km2.
 Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena
sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
 Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan
magnet ini dihasilkan oleh  batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti
magnetite (), titanomagnetite () dan lain-lain yang berada di  kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi
batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari
survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan
magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi
(Telford, 1976),

 Pengaksesan Data IGRF

IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field. Merupakan


medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat
medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat
kita melakukan pengukuran medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan
komponen paling besar dalam survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi
untuk menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil
pengukuran dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali
medan magnetik (ΔHr0). Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat
medan magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran.
Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan
nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan
pemodelan dan interpretasi.

d. Sifat-Sifat Kemagnetan Batuan

Batuan atau mineral dapat dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan perilaku
atom-atom penyusunnya jika mendapat medan magnet luar, yaitu diamagnetik,
paramagnetik, ferromagnetik, ferrimagnetik dan antifferomagnetik. Semua material
bumi, baik berupa unsur ataupun senyawa dan sebagainya, ditinjau dari sifat-sifat
kemagnetannya pada umumnya terbagi dalam kelompok-kelompok :

 Diamagnetisme
Suatu zat adalah tergolong pada jenis diamagnetik jika mempunyai susceptibilitas
magnetik negatif sehingga intensitas magnetisasi yang diimbas I dalam zat oleh
medan H adalah berlawanan arah H. Semua material pada dasarnya adalah
diamagnetik karena gerak orbit elektron yang bermuatan negatif dalam zat di dalam
medan luar H mempunyai arah yang melawan arah H. Tetapi diamagnetisme akan
timbul jika momen magnetik atomik total semua atom adalah nol jika H nol. Jadi
dengan kata lain jika atom mempunyai kulit-kulit elektron yang terisi penuh. Banyak
elemen dan senyawa menunjukkan sifat dimagnetisme. Misalnya : graphite, gypsum,
marmer, kwarsa, garam.
 Paramagnetisme
Semua zat yang mempunyai susceptibilitas magnetik positif adalah zat paramagnetik.
Dalam zat semacam ini setiap atom atau molekul mempunyai momen magnetik total
yang tak sama dengan nol dalam medan luar yang nol. Hal ini terjadi pada zat-zat
yang subkulitnya tak penuh hingga maksimum. Misalnya : 22Ca hingga 28Ni, 41Ne
hingga 25Rh, 57Li hingga 78Pt, 90Tn hingga 92U. Hingga susceptibilitasnya tergantung
temperatur.
 Ferromagnetisme
Elemen-elemen seperti besi, kobalt, dan nikel adalah elemen paramagnetik yang
interaksi magnetik antara atom dengan group atom sedemikian kuatnya hingga terjadi
penyearahan momen-momen dalam daerah yang besar dalam zat. Pada umumnya
susceptibilitas material ferromagnetik 106 kali material diamagnetik dan
paramagnetik. Ferromagnetism juga turun dengan turunnya temperatur dan hilang
sama sekali pada suhu Curie. Mineral ferromagnetik tak terjadi di alam.
 Antiferromagnetisme
Material ini mempunyai susceptibilitas seperti material paramagnetik tetpi harganya
naik dengan naiknya temperatur hingga temperatur tertentu, kemudian turun menurut
hukum Curie- Weiss. Hal ini terjadi karena momen magnetik total sejajar dan anti
sejajar sehingga sub-dominan dalam material ini saling meniadakan sehingga
susceptibilitasnya menjadi sangat kecil. Contoh dari antiferromagnetisme adalah :
hematite.
 Ferrimagnetisme
Material ini mempunyai susceptibilitas magnetik yang sangat besar dan tergantung
pada suhu, domain-domain magnetik dalam material ini terbagi-bagi dalam keadaan
daerah yang menyearah saling berlawanan tetapi momen magnetik totalnya tak nol
jika medan luar nol. Praktis semua mineral magnetik adalah ferrimagnetik.

Meskipun dalam beberapa hal magnetisasi batuan bergantung terutama pada kekuatan
sesaat dar sesaat dari medan magnetik bumi di sekeliling dan kandungan mineral
magnetiknya.
e. Susceptibilitas Magnet Buatan
Pada umumnya sifat magnet batuan dilihat dari susceptibilitasnya. Susceptibilitas
magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada
umumnya erat kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar
kandungan mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga
susceptibilitasnya. Metoda ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah
permukaan dengan tidak mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di
permukaan dan kegiatan gunungapi.
Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi minyak bumi, panas bumi, dan
batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi.
Susceptibilitas tersebut dapat diukur dengan cara yang dikembangkan oleh Mooney, yaitu
dengan menumbuk halus contoh batuan kemudian di tempatkan dekat medan magnet
sehingga defleksi jarum magnetometer yang dipengaruhi contoh batuan tadi dapat
digunakan untuk melihat susceptibilitasnya. Di Laboratorium, digunakan beberapa alat
untuk mengukur susceptibilitas batuan tersebut. Salah satu contoh, suatu kumparan yang
terdiri dari kumparan primer dan sekunder berubah secara mekanis akibat adanya
perubahan keseimbangan magnet bila contoh batuan tersebut diletakkan. Bila diketahui
arus yang diberikan pada kumparan primer, lalu tegangan induksi pada kumparan
sekunder diukur maka susceptibilitasnya dapat dihitung dengan perhitungan yang sesuai.
Cara kerja alat untuk mengukur susceptibilitas ini dikembangkan oleh Barret.
Bila medan magnet luar digunakan untuk mengukur susceptibilitas biasanya hasil kuat
medannya ditunjukkan dalam suatu tabel. Polarisasi yang di pengaruhi contoh batuan
pada pengukuran medan terdiri dari dua bagian, yaitu polarisasi susceptibilitas kH yang
bergantung pada medan luar H dan susceptibilitas k, serta intensitas polarisasi remanen I
yang mempengaruhi magnet residual dimana tidak ada medan luar.
Tabel (1) menunjukkan harga susceptibilitas dari contoh batuan mineral.
Susceptibilitas ini ditentukan dengan metoda yang diperkenalkan oleh Ritcher. Pada
umumnya harga-harga pada tabel (1) menduga bahwa magnet batuan dianggap berasal
dari pada isi magnetnya. Ritcher mendapatkan susceptibilitas magnetik (ambil 0,3 cgs
unit). Ritcher menemukan cara yabg baik antara harga yang dikalkulasikan dan yang
diukur secara langsung pada kuat medan yang sama. Stearn mempunyai suatu daftar
magnet dari beberapa batuan beku. Susceptibilitas yang dihitung menurut data Stearn
dengan metoda Slichter ditunjukkan pada tabel (2) range variasi susceptibilitas untuk
beberapa type batuan yang ada.
Peter mempelajari suatu grafik batang (gambar 4-1) yang menunjukkan
susceptibilitas batuan dari suatu pengukuran di laboratorium dengan beberapa contoh batuan,
yaitu batuan beku, metamorf, dan sedimen. Batuan beku dan metamorf umumnya mempunyai
susceptibilitas yang tinggi dari pada batuan sedimen. Tetapi pada hakekatnya formasi
sediman mempunyai isi magnet cukup tinggi yang bisa dipetakan untuk survey magnet,
terutama bila sensitivitas alatnya yang digunakan cukup tinggi.

Tabel (3) menunjukkan perbedaan susceptibilitas magnet pada jenis batuan.


Kelebihan dan Kekurangan Metode Geomagnet
 Kelebihan
Kelebihan metode magnetik dibanding metode yang lain:
1. Metode ini sensitif terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan untuk
mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan mineral
ferromagnetic, struktur geologi.Umumnya tubuh intrusi, urat hydrothermal kaya akan
mineral ferromagnetic(Fe3O4, Fe2O3) yang memberi kontras pada batuan
sekelilingnya.
2. Mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila dipanasi
mendekati temperatur Curie oleh karena itu efektif digunakan untuk mempelajari
daerah yang dicurigai mempunyai potansi Geothermal.
3. Data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit metoda gaya berat.
Penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk memisahkan anomaly
berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman sumber anomaly magnetic yang
ingin diselidiki.

 Kekurangan
Metode ini sangat sensitif dengan medan magnet dari luar yang akan memperbesar
nilai pendeteksian sehingga pengukuran menjadi tidak akurat dan membutuhkan daya
yang besar.

Alat atau Instrument


Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang digunakan
adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di
lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM) yang
digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat
pendukung di dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini
digunakan untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian,
dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit.
Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak
terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.

Hasil Interpretasi
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi
kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan
magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi
bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan
ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik
atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang
sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman
benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis. Untuk melakukan
interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin
berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian
hasil pengukuran.
Konsep dasar metode geolistrik ini merupakan metoda aktif dengan mengalirkan arus
listrik kedalam lapisan bumi melalui elektroda arus. Sedangkan potensialnya diukur melaui 2
elektroda atau lebih. Susunan posisi elektroda arusnya dan potensial nya disebut sebagai
konfigurasi elektroda, hasil perbandingan nilai potensial pengukuran dan besar injeksi arus,
nilai faktor geometri dari susunan konfigurasi elektroda yang digunakan menentukan nilai
tahanan jenis batuan dibawah titik pengukuran, nilai resistivitas inilah yang akan dijadikan
sebagai data untuk menginterprentasi batuan berdasar sifat kelistrikannya.
Untuk pengolahan datanya metode ini menghasilkan nilai faktor konfigurasi ,beda
potensial dan arus. Seluruh data ini akan menjadi bahan untuk menentukan besar nilai
resistivitas terukur untuk setiap titik pengukuran, beasr dari nilai resistivitas terukur (semu)
ditentukan menggunakan persamaan untuk setiap jenis konfigurasi pengukuran di atas.
Penentuan harga resistivitas sesungguhnya bisa dilakukan baik secara manual atau secara
komputatif, secara manual dapat dilakukan dengan metode pencocokan kurva (curve
matching).
Metode permodelan dengan bantuan komputer saat ini telah banyak dilakukan karena
relatif lebih praktis dilakukan dengan menggunakan software yang telah beredar banyak saat
ini. Data pengukuran ini menjadi input bagi software tersebut dan melalui tahapan
pengolahan yang telah di tentukan dapat di peroleh output yang di inginkan. Output dapat
berbentuk 1 dimensi, 2 dimensi bahkan 3 dimensi tergantung dari pengukuran yang telah di
lakukan. Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi tiga
macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara
dielektrik.

1. Konduksi secara elektronik


Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas
sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas
tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing
batuan yang di lewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah
resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk
menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin
sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya. Resistivitas
memiliki pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak
hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk
bahan tersebut, sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri. Jika di
tinjau suatu silinder dengan panjang L, luas penampang A, dan resistansi R, maka dapat
di rumuskan:

R=ρAL

Dimana secara fisis rumus tersebut dapat di artikan jika panjang silinder konduktor
(L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila diameter silinder konduktor
diturunkan yang berarti luas penampang (A) berkurang maka resistansi juga meningkat. Di
mana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm. Sedangkan menurut hukum Ohm,
resistivitasR dirumuskan :

R=IV
Sehingga didapatkan nilai resistivitas (ρ)
ρ =IL/VA

namun banyak orang lebih sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan yang
merupakan kebalikan dari resistivitas (ρ) dengan satuan mhos/m.

Konduksi secara elektrolitik Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk
dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya
bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-
batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh
ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada
volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air
dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan berkurang.Menurut rumus Archie:
ρ e = aφ −m s −n ρ w
dimana ρ e adalah resistivitas batuan, φ adalah porositas, S adalah fraksi pori-pori yang berisi
air, dan ρ w adalah resistivitas air. Sedangkan a, m, dan n adalah konstanta. m disebut juga
faktor sementasi. Untuk nilai n yang sama, schlumberger menyarankan n = 2. (NN, 1996: 8)

2. Konduksi secara dielektrik


Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus
listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak
sama sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena
adanya pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi poliarisasi. Peristiwa ini tergantung
pada konduksi dielektrik batuan yang bersangkutan, contoh mika.

Aplikasi Metode Geomagnetik

 Meode Pengukuran Geomagnetik Darat, Laut dan Udara


Pengukuran medan magnet dapat dilakukan di darat, laut dan udara. Teknik
pengukukuran berbeda untuk masing-masing tempat sesuai dengan maksud
eksplorasinya.Pengukuran di darat selang antar titik ukur kecil beberapa meter sampai
beberapa puluh meter dan daerah eksplorasi biasanya terbatas. Pengukuran di laut maupun
di udara selang antar titik ukur lebih besar berkisar antara 0,25 mil sampai beberapa mil
dan daerahnya lebih luas
1. Pengukuran Geomagnetik Di Darat
Biasanya untuk eksplorasi mineral juga untuk penelitian geologi tinjau. Selang antar
titik ukur rapat (beberapa meter sampai beberapa puluh meter) Titik amat dan pengamat
harus bebas dari gangguan magnetik (listrik, jembatan,barang  dari besi, jam tangan, pisau
lipat dll). pengukuran dapat dilakukan dengan satu atau dua alat.
2. Metode Geomagnetik Di Udara
Biasanya dilakukan dengan tujuan penelitian ilmaih dan geologi tinjau
(rekonesen) Yang terukur medan magnet total. Alat memiliki sensitivitas magnetometer
besar (1-5 gamma) lebih sensitif daripada magnetometer darat. Alat digantung pada
pesawat (lintasan dan ketinggian tergantung pada tujuan survey), data terekam secara
otomatis pada kertas rekam Pencatatan variasi harian diletakkan di darat (untuk
mengetahui adanya badai magnetik) variasi harian tidak didasarkan di darat, karena
variasi harian berbeda untuk lintasan yang jauh. Lintasan pengukuran memotong
dilakukan untuk koreksi pembacaan.Penentuan lokasi dilakukan dengan pemotretan
udara, bantuan radar, signal radio dll. Daearh datar tidak ada gangguan magnetik yang
menonjol.
Keuntungannya adalah luas daerah yang besar serta dilakukan dengan cepat ntuk
pekerjaan eksplorasi mineral lokasi yang kecil biaya survey lebih besar tidak
ekonomis. Anomali yang diharapkan pada eksplorasi mineral lebih dangkal.

3. Metode Geomagnetik Di Laut
Biasanya dilakukan bersama dengan survey geofisika lainnya seperti gaya berat dan
seismik. proton magnetometer dengan sensor ditarik dibelakang kapal sejauh 200-400
meter, terendam sedalam 15-20 meter. pencatatn terekam secara otomotis.Biasanya
dilakukan untuk mendapatkan data geologi bawah laut secara global.

Anda mungkin juga menyukai