Metode geomagnetik didasarkan pada sifat kemagnetan (kerentanan magnet) batuan, yaitu
kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantungkepada kontras magnetik
di bawah permukaan. Di daerah panas bumi, larutan hidrotermal dapat menimbulkan
perubahan sifat kemagnetan batuan, dengan katalain kemagnetan batuan akan menjadi turun
atau hilang akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat dalam alterasi hidrotermal,
maka tujuan dari survei magnetik pada daerah panas bumi adalah untuk melokalisir daerah
anomalimagnetik rendah yang diduga berkaitan erat dengan manifestasi panas bumi.
Perubahan yang terjadi pada kuat medan magnet bumi adalah sangat kecil dan
memerlukan waktu yang sangat lama mencapai ratusan sampai ribuan tahun. Oleh karena
itu, dalam waktu penyelidikan magnet, kuat medan magnet tersebut selalu dianggap
konstan. Dengan menganggap kuat medan magnetbumi (H) adalah konstan, maka
besarnya intensitas magnet bumi (I) semata-mata adalah hanya tergantung pada variasi
kerentanan magnet batuanyang merefleksikan harga pengukuran magnet. Prinsip inilah
yang digunakansebagai dasar dalam penyelidikan magnet (Telford, 1990).
b. Prinsip Kemagnetan
Metode Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan
distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal.
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen
medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang
dihitung dari utara menuju timur.
Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang
dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-
nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai
IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta
km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran
dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106
km2.
Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena
sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan
magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti
magnetite (), titanomagnetite () dan lain-lain yang berada di kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi
batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari
survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan
magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi
(Telford, 1976),
Batuan atau mineral dapat dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan perilaku
atom-atom penyusunnya jika mendapat medan magnet luar, yaitu diamagnetik,
paramagnetik, ferromagnetik, ferrimagnetik dan antifferomagnetik. Semua material
bumi, baik berupa unsur ataupun senyawa dan sebagainya, ditinjau dari sifat-sifat
kemagnetannya pada umumnya terbagi dalam kelompok-kelompok :
Diamagnetisme
Suatu zat adalah tergolong pada jenis diamagnetik jika mempunyai susceptibilitas
magnetik negatif sehingga intensitas magnetisasi yang diimbas I dalam zat oleh
medan H adalah berlawanan arah H. Semua material pada dasarnya adalah
diamagnetik karena gerak orbit elektron yang bermuatan negatif dalam zat di dalam
medan luar H mempunyai arah yang melawan arah H. Tetapi diamagnetisme akan
timbul jika momen magnetik atomik total semua atom adalah nol jika H nol. Jadi
dengan kata lain jika atom mempunyai kulit-kulit elektron yang terisi penuh. Banyak
elemen dan senyawa menunjukkan sifat dimagnetisme. Misalnya : graphite, gypsum,
marmer, kwarsa, garam.
Paramagnetisme
Semua zat yang mempunyai susceptibilitas magnetik positif adalah zat paramagnetik.
Dalam zat semacam ini setiap atom atau molekul mempunyai momen magnetik total
yang tak sama dengan nol dalam medan luar yang nol. Hal ini terjadi pada zat-zat
yang subkulitnya tak penuh hingga maksimum. Misalnya : 22Ca hingga 28Ni, 41Ne
hingga 25Rh, 57Li hingga 78Pt, 90Tn hingga 92U. Hingga susceptibilitasnya tergantung
temperatur.
Ferromagnetisme
Elemen-elemen seperti besi, kobalt, dan nikel adalah elemen paramagnetik yang
interaksi magnetik antara atom dengan group atom sedemikian kuatnya hingga terjadi
penyearahan momen-momen dalam daerah yang besar dalam zat. Pada umumnya
susceptibilitas material ferromagnetik 106 kali material diamagnetik dan
paramagnetik. Ferromagnetism juga turun dengan turunnya temperatur dan hilang
sama sekali pada suhu Curie. Mineral ferromagnetik tak terjadi di alam.
Antiferromagnetisme
Material ini mempunyai susceptibilitas seperti material paramagnetik tetpi harganya
naik dengan naiknya temperatur hingga temperatur tertentu, kemudian turun menurut
hukum Curie- Weiss. Hal ini terjadi karena momen magnetik total sejajar dan anti
sejajar sehingga sub-dominan dalam material ini saling meniadakan sehingga
susceptibilitasnya menjadi sangat kecil. Contoh dari antiferromagnetisme adalah :
hematite.
Ferrimagnetisme
Material ini mempunyai susceptibilitas magnetik yang sangat besar dan tergantung
pada suhu, domain-domain magnetik dalam material ini terbagi-bagi dalam keadaan
daerah yang menyearah saling berlawanan tetapi momen magnetik totalnya tak nol
jika medan luar nol. Praktis semua mineral magnetik adalah ferrimagnetik.
Meskipun dalam beberapa hal magnetisasi batuan bergantung terutama pada kekuatan
sesaat dar sesaat dari medan magnetik bumi di sekeliling dan kandungan mineral
magnetiknya.
e. Susceptibilitas Magnet Buatan
Pada umumnya sifat magnet batuan dilihat dari susceptibilitasnya. Susceptibilitas
magnet batuan adalah harga magnet suatu batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada
umumnya erat kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar
kandungan mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga
susceptibilitasnya. Metoda ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah
permukaan dengan tidak mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di
permukaan dan kegiatan gunungapi.
Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi minyak bumi, panas bumi, dan
batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi.
Susceptibilitas tersebut dapat diukur dengan cara yang dikembangkan oleh Mooney, yaitu
dengan menumbuk halus contoh batuan kemudian di tempatkan dekat medan magnet
sehingga defleksi jarum magnetometer yang dipengaruhi contoh batuan tadi dapat
digunakan untuk melihat susceptibilitasnya. Di Laboratorium, digunakan beberapa alat
untuk mengukur susceptibilitas batuan tersebut. Salah satu contoh, suatu kumparan yang
terdiri dari kumparan primer dan sekunder berubah secara mekanis akibat adanya
perubahan keseimbangan magnet bila contoh batuan tersebut diletakkan. Bila diketahui
arus yang diberikan pada kumparan primer, lalu tegangan induksi pada kumparan
sekunder diukur maka susceptibilitasnya dapat dihitung dengan perhitungan yang sesuai.
Cara kerja alat untuk mengukur susceptibilitas ini dikembangkan oleh Barret.
Bila medan magnet luar digunakan untuk mengukur susceptibilitas biasanya hasil kuat
medannya ditunjukkan dalam suatu tabel. Polarisasi yang di pengaruhi contoh batuan
pada pengukuran medan terdiri dari dua bagian, yaitu polarisasi susceptibilitas kH yang
bergantung pada medan luar H dan susceptibilitas k, serta intensitas polarisasi remanen I
yang mempengaruhi magnet residual dimana tidak ada medan luar.
Tabel (1) menunjukkan harga susceptibilitas dari contoh batuan mineral.
Susceptibilitas ini ditentukan dengan metoda yang diperkenalkan oleh Ritcher. Pada
umumnya harga-harga pada tabel (1) menduga bahwa magnet batuan dianggap berasal
dari pada isi magnetnya. Ritcher mendapatkan susceptibilitas magnetik (ambil 0,3 cgs
unit). Ritcher menemukan cara yabg baik antara harga yang dikalkulasikan dan yang
diukur secara langsung pada kuat medan yang sama. Stearn mempunyai suatu daftar
magnet dari beberapa batuan beku. Susceptibilitas yang dihitung menurut data Stearn
dengan metoda Slichter ditunjukkan pada tabel (2) range variasi susceptibilitas untuk
beberapa type batuan yang ada.
Peter mempelajari suatu grafik batang (gambar 4-1) yang menunjukkan
susceptibilitas batuan dari suatu pengukuran di laboratorium dengan beberapa contoh batuan,
yaitu batuan beku, metamorf, dan sedimen. Batuan beku dan metamorf umumnya mempunyai
susceptibilitas yang tinggi dari pada batuan sedimen. Tetapi pada hakekatnya formasi
sediman mempunyai isi magnet cukup tinggi yang bisa dipetakan untuk survey magnet,
terutama bila sensitivitas alatnya yang digunakan cukup tinggi.
Kekurangan
Metode ini sangat sensitif dengan medan magnet dari luar yang akan memperbesar
nilai pendeteksian sehingga pengukuran menjadi tidak akurat dan membutuhkan daya
yang besar.
Hasil Interpretasi
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi
kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan
magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi
bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan
ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik
atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang
sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman
benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis. Untuk melakukan
interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin
berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian
hasil pengukuran.
Konsep dasar metode geolistrik ini merupakan metoda aktif dengan mengalirkan arus
listrik kedalam lapisan bumi melalui elektroda arus. Sedangkan potensialnya diukur melaui 2
elektroda atau lebih. Susunan posisi elektroda arusnya dan potensial nya disebut sebagai
konfigurasi elektroda, hasil perbandingan nilai potensial pengukuran dan besar injeksi arus,
nilai faktor geometri dari susunan konfigurasi elektroda yang digunakan menentukan nilai
tahanan jenis batuan dibawah titik pengukuran, nilai resistivitas inilah yang akan dijadikan
sebagai data untuk menginterprentasi batuan berdasar sifat kelistrikannya.
Untuk pengolahan datanya metode ini menghasilkan nilai faktor konfigurasi ,beda
potensial dan arus. Seluruh data ini akan menjadi bahan untuk menentukan besar nilai
resistivitas terukur untuk setiap titik pengukuran, beasr dari nilai resistivitas terukur (semu)
ditentukan menggunakan persamaan untuk setiap jenis konfigurasi pengukuran di atas.
Penentuan harga resistivitas sesungguhnya bisa dilakukan baik secara manual atau secara
komputatif, secara manual dapat dilakukan dengan metode pencocokan kurva (curve
matching).
Metode permodelan dengan bantuan komputer saat ini telah banyak dilakukan karena
relatif lebih praktis dilakukan dengan menggunakan software yang telah beredar banyak saat
ini. Data pengukuran ini menjadi input bagi software tersebut dan melalui tahapan
pengolahan yang telah di tentukan dapat di peroleh output yang di inginkan. Output dapat
berbentuk 1 dimensi, 2 dimensi bahkan 3 dimensi tergantung dari pengukuran yang telah di
lakukan. Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi tiga
macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara
dielektrik.
R=ρAL
Dimana secara fisis rumus tersebut dapat di artikan jika panjang silinder konduktor
(L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila diameter silinder konduktor
diturunkan yang berarti luas penampang (A) berkurang maka resistansi juga meningkat. Di
mana ρ adalah resistivitas (tahanan jenis) dalam Ωm. Sedangkan menurut hukum Ohm,
resistivitasR dirumuskan :
R=IV
Sehingga didapatkan nilai resistivitas (ρ)
ρ =IL/VA
namun banyak orang lebih sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan yang
merupakan kebalikan dari resistivitas (ρ) dengan satuan mhos/m.
Konduksi secara elektrolitik Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk
dan memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya
bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-
batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh
ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada
volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air
dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan berkurang.Menurut rumus Archie:
ρ e = aφ −m s −n ρ w
dimana ρ e adalah resistivitas batuan, φ adalah porositas, S adalah fraksi pori-pori yang berisi
air, dan ρ w adalah resistivitas air. Sedangkan a, m, dan n adalah konstanta. m disebut juga
faktor sementasi. Untuk nilai n yang sama, schlumberger menyarankan n = 2. (NN, 1996: 8)
3. Metode Geomagnetik Di Laut
Biasanya dilakukan bersama dengan survey geofisika lainnya seperti gaya berat dan
seismik. proton magnetometer dengan sensor ditarik dibelakang kapal sejauh 200-400
meter, terendam sedalam 15-20 meter. pencatatn terekam secara otomotis.Biasanya
dilakukan untuk mendapatkan data geologi bawah laut secara global.