Anda di halaman 1dari 4

Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran

Studi Geokimia Dan Pemodelan Kematangan Berdasarkan Pantulan


Vitrinit Pada Formasi Talangakar, Di Daerah Merang, Sub-Cekungan
Jambi, Cekungan Sumatra Selatan

Dodi Wirasatia
Pusat Studi Energi Universitas Padjadjaran

Abstrak
Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi potensi batuan induk di Formasi
Talangakar berdasarkan kekayaan material organik, tipe kerogen, kematangan, serta
memahami kondisi geologi dalam menghasilkan hidrokarbon yang mencakup kondisi bawah
permukaan, sejarah pemendaman, dan pemodelan kematangan berdasarkan pantulan vitrinit.
Evaluasi batuan induk menggunakan data TOC, S1, S2, Tmaks, pantulan vitrinit, dan
biomarker minyak bumi untuk mengetahui lingkungan pengendapan dan korelasi antara
minyak bumi. Pemodelan kematangan menggunakan data-data yang ada pada sejarah
pemendaman seperti data pantulan vitrinit, BHT, porositas, dan biostratigrafi.
Hasil analisis batuan induk menunjukkan bahwa tipe kerogen di daerah penelitian
adalah tipe kerogen III dan II/III yang cenderung untuk menghasilkan gas dan minyak. Hasil
korelasi antara minyak bumi terdiri dari dua famili yaitu Famili A dan Famili B. Famili A
(sumur DWS-2 dan DWS-4) berada pada lingkungan transisi mengarah ke laut dengan
material organik berasal dari alga laut dan terdapat beberapa material organik dari darat.
Famili B (sumur DWS-9) berada pada lingkungan transisi mengarah ke darat dengan material
organik berasal dari tumbuhan tingkat tinggi.
Peta kematangan batuan induk Formasi Talangakar pada masa kini menunjukkan
bahwa kematangan (berdasarkan Ro) batuan induk di posisi sumur DWS-1 adalah 0,79%,
DWS-2: 0,81%, dan DWS-5: 0,71%, sudah masuk ke dalam puncak matang (peak mature),
sedangkan sumur DWS-7 dan daerah sekitarnya, karena berada di daerah yang cukup tinggi
dan belum mengalami pemendaman yang cukup dalam, maka hidrokarbonnya belum matang
(immature).

Kata kunci: Formasi Talangakar, batuan induk, minyak bumi, pantulan vitrinit.

1. PENDAHULUAN minyak dan gas baru dengan menerapkan


Perkembangan dalam pencarian ilmu-ilmu sains dan teknologi. Ilmu
minyak dan gas bumi pada saat ini telah geokimia minyak dan gas bumi adalah
mengalami kemajuan yang pesat. Berbagai ilmu yang menerapkan prinsip kimia untuk
metode dan teknik eksplorasi mempelajari asal mula hidrokarbon,
dikembangkan untuk mencari hidrokarbon kualitas, kuantitas, dan kematangan batuan
yang baru maupun mengoptimalkan induk.
penemuan yang sudah ada. Sejalan dengan Minimnya penelitian mengenai
upaya tersebut, optimalisasi studi tentang geokimia migas merupakan salah satu latar
proses pembentukan hidrokarbon tidak belakang penulis dalam melakukan
hanya dilakukan pada daerah frontier saja, penelitian ini, terutama pada daerah
melainkan juga pada daerah yang sudah Merang, Sub-cekungan Jambi, Cekungan
tergolong matang untuk mencari alternatif- Sumatra Selatan, sehingga timbul banyak
alternatif prospek eksplorasi lainnya. permasalahan yang akan diajukan dalam
Eksplorasi minyak dan gas bumi penelitian ini yang berguna dalam
merupakan kegiatan pencarian ladang menambahkan konsep - konsep eksplorasi.

83
Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran

Penelitian ini ditujukan untuk


mencapai hal - hal sebagai berikut:
 Mengidentifikasi potensi batuan induk
di Formasi Talangakar berdasarkan
kekayaan material organik, tipe
kerogen, kematangan material organik,
dan korelasi antara minyak bumi yang
terdapat di daerah penelitian.
 Memahami kondisi geologi daerah
penelitian dalam menghasilkan
hidrokarbon yang mencakup kondisi
bawah permukaan, sejarah
pemendaman, dan pemodelan
kematangan berdasarkan pantulan
vitrinit.
Gambar 1. Metode Analisis Pemodelan yang
digunakan dalam penelitian
2. METODA PENELITIAN
Secara umum, alur kerja penelitian 3. ANALISIS DATA
dapat dilihat pada gambar dibawah. Studi
pustaka merupakan studi pertama yang
dilakukan sebelum menganalisis data.
Studi ini meliputi kerangka tektonik,
stratigrafi, dan kajian geokimia Cekungan
Sumatra Selatan, untuk menunjang
penelitian ini.
Data utama yang terdapat di daerah
penelitian terbagi menjadi dua, yaitu data
sumur dan data geofisika (seismik).
Analisis pertama yang dilakukan adalah
analisis geokimia yang bertujuan untuk
menentukan kekayaan material organik, Gambar 2. Analisis penampang seismic dan
tipe kerogen, kematangan, dan korelasi analisis peta struktur untuk batuan dasar (kiri) dan
formasi talang akar (kanan)
minyak bumi antara sumur DWS-9, DWS-
2, dan DWS-4. Data sumur seperti Evaluasi Geokimia
biostratigrafi, porositas, dan data
temperatur bawah permukaan (BHT)
bertujuan untuk mendapatkan kurva
kompaksi, umur, dan koreksi temperatur.
Hasil analisis dari data sumur ini akan
menghasilkan sejarah pemendaman di
setiap sumur.

Gambar 3. Evaluasi Geokimia untuk tiap sampel


dari sumur bor Korelasi Minyak Bumi

84
Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran

Peta kematangan batuan induk TAF


pada masa kini menunjukkan bahwa
kematangan (berdasarkan Ro) batuan
induk di posisi sumur DWS-1 adalah
0,79%, DWS-2: 0,81%, dan DWS-5:
0,71%, sudah masuk ke dalam puncak
matang (peak mature), sedangkan sumur
DWS-7 dan daerah sekitarnya, karena
berada di daerah yang cukup tinggi dan
belum mengalami pemendaman yang
Gambar 4. Korelasi pemisahan famili dari tiap cukup dalam, maka hidrokarbonnya belum
sampel matang.
Sejarah Pemendaman dan Pemodelan DAFTAR PUSTAKA
Kematangan (Ro) [1]. Atty, L.F. (1930): Density, porosity,
and compaction of sedimentary rock,
AAPG Bulletin V.14No.1, 1-24.
[2]. Clure, J. dan Fiptiani, N. (2001):
Hydrocarbon exploration in the
Merang Triangle, South Sumatra
Basin, Proceedings of the Twenty-
Eight Annual Convention and
Exhibition Indonesian Petroleum
Association, Jakarta, Indonesia,
Oktober, 803-805.
[3]. Ginger, D. dan Fielding, K. (2005):
The petroleum system and future
potential of the South Sumatra Basin,
Proceedings of the Thirtieth Annual
Convention and Exhibition Indonesian
Petroleum Association, Jakarta,
Indonesia, August, 68.
[4]. Lewan, M.D., (1986): Stable carbon
isotop of amorphous kerogensfrom
Phanerozoic sedimentary rocks:
Gambar 5. Sejarah peredaman dan pemodelan Geochemica et Cosmochimica Acta
sejarah
V.50, 1583 -1591.
4. HASIL PENELITIAN [5]. Peters, K.E., dan Cassa, M.R., (1994):
Hasil korelasi antara minyak bumi Applied source rock geochemistry. The
terdiri dari dua famili yaitu Famili A dan Petroleum System From Source to
Famili B. Famili A (sumur DWS-2 dan Trap, AAPG Memoir no. 60.
DWS-4): Material organik dominan [6]. Peters, K.E., dan Moldowan, M.J,
berasal dari alga laut dan terdapat (1993): The Biomarker Guide :
beberapa material organik darat sehingga Interpreting molecular fossils in
dapat disimpulkan berada pada lingkungan petroleum and ancient sediments.
transisi mengarah ke laut. Famili B (sumur Prentice Hall, New Jersey, 4 -5.
DWS-9): Material organik dominan [7]. Sofer, Z., (1984): Stable carbon isotope
berasal dari tumbuhan tingkat tinggi yang compositions of crude oils: Application
diendapkan pada lingkungan transisi to Source Depositional Environments
mengarah ke darat.

85
Seminar Nasional ke-II FTG Universitas Padjadjaran

and Petroleum Alteration. AAPG


Buletin V. 68, 31-72.
[8]. Waples, D.W dan Machihara, T, 1991.
Biomarkers for geologist-A practical
guide to the application of steranes and
triterpanes in Petroleum Geology.
AAPG Methods in Exploration series
No. 9, Tulsa Oklohoma USA.
[9]. Waples, D.W. dan Ramly, M, (2001):
A statistical method for correcting log-
derived temperatures. Petroleum
Geoscience 7, 231-240.

86

Anda mungkin juga menyukai