Makalah Nusanyara-Fix
Makalah Nusanyara-Fix
(Revisi)
Disusun Oleh :
Atika Dhea Nurwanda (17/ 414227/ FI/ 04386)
A. LATAR BELAKANG
Nama asli Tan Malaka adalah Sutan Ibrahim, sedangkan Tan Malaka adalah
nama semi-bangsawan yang ia dapatkan dari garis turunan ibu. Nama lengkapnya
adalah Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tanggal kelahirannya masih
diperdebatkan, sedangkan tempat kelahirannya sekarang dikenal dengan nama Nagari
Pandan Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Ayah dan Ibunya bernama
HM. Rasad, seorang karyawan pertanian, dan Rangkayo Sinah, putri orang yang
disegani di desa. Semasa kecilnya, Tan Malaka senang mempelajari ilmu agama dan
berlatih pencak silat. Berbicara soal komunis memang membuat kita merasa ngeri
apalagi dengan masalah keganasan G30S yang pernah terjadi. Namun saat itu, Tan
Malaka murni bertindak demi kesejahteraan rakyat pribumi. Saat memiliki kesempatan
memimpin PKH, Tan Malaka yang memang lebih frontal dengan teran-terangan
menentang Belanda dan membantu melawan penindasan terhadap pekerja. Hal inilah
yang membuatnya ditangkap dan dibuang ke Belanda.
Menurut Tan Malaka, pendidikan untuk rakyat Indonesia harus berakar kepada
budaya Indonesia yang terus digali dan disampaikan dengan Bahasa Indonesia, dimana
prinsip kerakyatan adalah landasan filosofis dalam praksis pendidikan yang sesuai
dengan jati diri bangsa Indonesia. Pendidikan tak dapat terpisah dalam mempelajari
hakekat realita yang merupakan pusat dari setiap konsep pendidikan. Pentingnya hal
tersebut mengingat program pendidikan sekolah didasarkan atas fakta dan realita,
bukan atas keinginan menjadi kaum pemodal dengan proses pendidikan yang
didasarkan kemodalan. Pengisapan sumber-sumber ekonomi di Indonesia berjalan
cukup lama, sumber daya alam dan manusia diperas untuk kepentingan negaranegara
penjajah. Dalam pengamatan Tan Malaka, pemerasan dan penindasan tidak
disebabkan oleh faktor watak manusianya melainkan atas kedudukan dan cara
menjalankan kapitalnya. Sebagai contoh Tan Malaka menunjuk pada Portugis dan
Spanyol ketika memasuki Asia. Kedua negara tersebut menurut Tan Malaka tidak
dapat melepaskan kondisi negara asalnya yang masih bersifat feodal. Pergerakan
ekonomi masih dijalankan secara manual karena industri mesin belum tersedia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Pendidikan Dalam Perspektif Tan Malaka?
2. Bagaimana Relevansi Pendidikan Menurut Perspektif Tan Malaka di Indonesia
saat ini?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan yang sampai saat ini relevan dengan perspektif menurut Tan Malaka
adalah metode pembelajaran kritis dan humanis di level metode pendidikan
kontemporer saat ini di Indonesia. Ada 4 metode menurut Tan Malaka, Pertama,
metode dialogis, hal ini dapat dilihat saat Tan Malaka memberikan hak kepada peserta
didik untuk mengkritik dirinya dalam memberika pelajaran dan orang-orang Belanda
yang dinilai menindas bangsa saat ia menjadi guru di Deli pada 1919-1921. Kedua,
metode “Jembatan Keledai” (Contextual Teaching and Learning), Tan Malaka
menggunakan suatu metode yang meningkatkan kemampuan membaca dan penalaran
kritis yang prinsipnya menekankan proses berpikir dan pemahaman pada suatu
masalah dengan menghafal teks serta memahami melalui “dialogis intrapersonal”.
Ketiga, Metode Diskusi Kritis, suatu cara menggali pikiran (pengetahuan) peserta
didik dalam memandang suatu masalah secara kritis, melalui diskusi kritis dicari solusi
permasalahannya. Keempat, metode sosiodrama, Tan Malaka sangat menyenangi
kegiatan bermain peran guna memberikan pemahaman dan penghayatan peserta didik
terhadap masalah-masalah sosial dan memecahkan masalah itu melalui bermain peran.
Tan Malaka mengingatkan pada intinya pendidikan bermuara kepada konsientisasi dan
transformasi ketidakadilan sosial. Bahwa penerapan metode ini pada zaman
kontemporer maupun sekarang sangat membantu dalam pencapaian perkembangan
pendidikan yang progesif di Indonesia (Syaifudin, 2016: 221-235).
Aliran rekonstruksionisme adalah aliran yang menghendaki agar anak didik dapat
dibangkitkan kemampuannya untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan
tuntutan perubahan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan penyesuaian seperti
ini anak didik akan tetap berada dalam suasana aman dan bebas (Bernadib, 1982: 25-
26). Hal itu sejalan dengan pernyataan Tan Malaka, bahwa pendidikan ada bukan
hanyak untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk kesejahteraan bersama dalam
bermasyarakat. Dan aliran inilah yang sebenarnya lebih tepat untuk menunjang visi
Indonesia Maju 2030, karena aliran ini mencoba untuk membenahi cara penyampaian
pendidikan sehingga siswa dituntun untuk mengikuti perkembangan ilmu baik
akademik maupun sosial tanpa beban namun tetap dengan rasa tanggung jawab.
Selain itu untuk mendukung aliran rekontruksionisme perlu juga di barengi dengan
aliran progresivisme yang menghendaki pendidikan yang pada hakekatnya progrefis.
Tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekontruksi pengalaman yang terus-
menerus (Barnadib, 1982: 25). Maka tahap selanjutnya dalam membenahi pendidikan
dengan rekontruksionisme lalu di lanjukan dengan seberapa progresifnya pendidikan itu
memberi..pengaruh..terhadap..pembangunan.
BAB III
KESIMPULAN
Menurut Tan Malaka, pendidikan untuk rakyat Indonesia harus berakar kepada
budaya Indonesia yang terus digali dan disampaikan dengan Bahasa Indonesia, dimana
prinsip kerakyatan adalah landasan filosofis dalam praksis pendidikan yang sesuai
dengan jati diri bangsa Indonesia. Pendidikan tak dapat terpisah dalam mempelajari
hakekat realita yang merupakan pusat dari setiap konsep pendidikan. Pentingnya hal
tersebut mengingat program pendidikan sekolah didasarkan atas fakta dan realita,
bukan atas keinginan menjadi kaum pemodal dengan proses pendidikan yang
didasarkan kemodalan.
Pendidikan yang sampai saat ini relevan dengan perspektif menurut Tan
Malaka adalah metode pembelajaran kritis dan humanis di level metode pendidikan
kontemporer saat ini di Indonesia. Ada 4 metode menurut Tan Malaka, Pertama,
metode dialogis, Kedua, metode “Jembatan Keledai” (Contextual Teaching and
Learning), Ketiga, Metode Diskusi Kritis, Keempat, metode sosiodrama. Tan Malaka
mengingatkan pada intinya pendidikan bermuara kepada konsientisasi dan
transformasi ketidakadilan sosial. Bahwa penerapan metode ini pada zaman
kontemporer maupun sekarang sangat membantu dalam pencapaian perkembangan
pendidikan yang progesif di Indonesia.