Anda di halaman 1dari 7

REHABILITASI ESTETIK DAN FUNGSI KUNYAH DENGAN PERAWATAN COMPLEX BRIDGE

Rahardyan Parnaadji
Bagian Prostodonsia FKG Universitas Jember

ABSTRACT
Complex bridge is a fixed denture that replaces missing teeth with the activities of different functions.
Complex bridge design can use porcelain fused to metal restorations that combines the power, accuracy and
appropriateness of the placement with the aesthetic effect of ceramic crowns. This design can improve aesthetic
and mastication functions. The aim of this case report paper was to explain the management of treatment of a
complex bridge could improve an aesthetic and mastication functions on case of improving teeth restoration. The
case study was carried out on a 23 year old male patient. He hasn’t self confidence because he had teeth with old
restoration an missing teeth in posterior. He needed fixed denture to improve his aesthetic and functional
performance. A complex bridge were designed to improving teeth and replace the posterior maxillary teeth in 15,
14, 13, 12, 11, 21, 23, 24, 25. In conclusion, the complex bridge is superior treatment can improve aesthetic and
functional performance .

Keywords: Complex Bridge, esthetic

Korespondensi (Correspondence): Rahardyan Parnaadji, Bagian Prostodonsia FKG Universitas Jember Jl. Kalimantan
37 Jember. Telp. (0331) 333536 Fax. (0331) 331991. E-mail:
rahardyan_p@yahoo.co.id

Dalam praktek kedokteran gigi dan mudah pembersihannya. Pada


modern, estetik telah menjadi salah satu perawatan complex bridge ini, semua
faktor yang penting, sesuai dengan konektor pada gigi tiruan tetap akan
penampilan yang natural dan harmonis. dihubungkan menjadi satu kesatuan secara
Penampilan yang menarik dapat rigid (fixed-fixed bridge). 4 Menurut Howe et al.
mempengaruhi hubungan interpersonal 6, bahwa pada tipe fixed-fixed bridge
dalam bersosialisasi. Kesesuaian rangkaian diperlukan kesejajaran yang baik pada
dan warna gigi merupakan salah satu faktor semua retainernya. Keuntungan penggunaan
yang dapat mempengaruhi penampilan tipe fixed-fixed bridge adalah memberikan
seseorang.1 Hal ini juga sesuai dalam Glossary retensi dan kekuatan yang maksimal, dapat
of Prostodontics (2005)2, bahwa estetik berfungsi sebagai splint (belat), dapat
mempunyai hubungan dengan kecantikan digunakan untuk pada kasus pembuatan gigi
dan perasaan tentang keindahan, sehingga tiruan tetap yang panjang serta tahapan
dasar estetik mengacu pada keindahan pekerjaan untuk prosedur laboratoris menjadi
alami yang sesuai kepribadian. Adanya lebih singkat. 4
gangguan pada bentuk, posisi dan warna Tujuan penulisan laporan kasus ini
gigi seringkali menimbulkan efek psikologis untuk menjelaskan penatalaksanaan
pada seseorang. Oleh karena itu, tuntutan perawatan complex bridge agar dapat
estetik ini seringkali menjadi motivasi bagi memperbaiki estetik dan fungsi kunyah pada
pasien untuk melakukan perawatan gigi. 3 kasus perbaikan restorasi disertai adanya
Perawatan prostodonsi dapat kehilangan gigi-gigi.
merupakan upaya rehabilitasi estetik dan
fungsi kunyah terhadap perbaikan berbagai LAPORAN KASUS
kondisi gigi-gigi maupun kehilangan gigi.
Upaya ini akan mampu memperbaiki Pasien laki-laki berusia 28 tahun
kepercayaan diri penderita. Salah satu mengeluhkan mempunyai perasaan tidak
alternatif perawatan rehabilitasi prostetik percaya diri dengan penampilannya, baik
untuk perbaikan estetik dan fungsi kunyah pada saat berbicara maupun tersenyum. Hal
yang melibatkan banyak gigi dapat ini disebabkan adanya gigi-gigi depan pada
dilakukan dengan perawatan complex rahang atas dengan tumpatan dan mahkota
bridge. Rehabilitasi prostetik ini sangat selubung gigi yang telah mengalami
berhubungan dengan menentukan posisi gigi, perubahan warna dan juga adanya
penampilan gigi tiruan, serta keinginan kehilangan gigi premolar kanan dan kiri
penderita untuk tampil dengan percaya diri. 4 (Gambar 1).
Complex bridge merupakan gigi Pada hasil pemeriksaan
tiruan tetap yang menggantikan gigi yang menunjukkan, bahwa pasien mengalami
hilang dengan kegiatan fungsi yang kehilangan gigi 14 dan 24, tetapi gigi 11, 12,
berbeda-beda.5 Keuntungan desain ini 13 dan 21 yang telah dilakukan restorasi,
adalah pasien lebih mudah untuk mengalami perubahan warna serta
beradaptasi, lebih nyaman penggunaannya, ketidaksesuaian bentuk. Pasien juga diketahui
tidak merasa terganggu dalam berbicara telah menggunakan gigi tiruan mahkota
Rehabilitasi Estetik dan Fungsi Kunyah .... (Rahardyan)

(akrilik) pada gigi kaninus rahang atas dan pemeriksaan intra oral yang berupa
sebelah kanan sejak 13 tahun yang lalu. pemeriksaan gigi-gigi penyangga,
Berdasarkan hasil pemeriksaan foto rontgen pemeriksaan oklusi, jumlah kehilangan gigi
panoramic menunjukkan, bahwa gigi 12, 13 serta pemeriksaan radiografik, maka pada
dan 21 telah dilakukan perawatan pasien ini akan dilakukan perawatan complex
endodontik dengan pemasangan pasak bridge. Selain berdasarkan hal tersebut,
(Gambar 2). Ketiga gigi ini masih dapat pemilihan rencana perawatan ini juga
dipertahankan dan menunjukkan prognosis mempertimbangkan perbaikan estetik pasien
yang baik. Pertimbangan faktor klinisnya karena melibatkan gigi-gigi anterior.
menunjukkan, bahwa hasil perawatan
endodontik dalam keadaan yang baik, gigi- TATA LAKSANA KASUS
gigi tidak mengalami kegoyangan, restorasi Pada kasus ini diawali dengan melakukan
mahkota pasak dalam keadaan baik, tidak perawatan pendahuluan yang meliputi
ada kelainan periodontal dan gigi-gigi masih tindakan skaling pada gigi-gigi rahang atas
didukung tulang alveolar dengan dan bawah serta penjelasan tentang dental
perbandingan mahkota dengan akar gigi 1:2. health education (DHE). Perawatan
Pada gigi-gigi penyangga lainnya ketinggian prostodontik diawali dengan melakukan
tulang alveolar juga dalam keadaan baik pencetakan diagnostik menggunakan bahan
dan perbandingan mahkota gigi penyangga cetak irreversible hydrocolloid (Aroma Fine
dengan akar gigi menunjukkan 1:2. Plus, GC Corp.; Japan). Selanjutnya dilakukan
Berdasarkan hasil pemeriksaan pembuatan temporary bridge untuk gigi 11,
ekstra oral yang meliputi pemeriksaaan sendi 12, 13, 14, 15 dan 21, 23, 24, 25 secara indirect
temporomandibular, keadaan umum pasien (Gambar 3).

a b
Gambar 1. Relasi rahang Atas dan Bawah Pasien: (a) Tampak samping kanan dan (b) Tampak
samping kiri.

Gambar 2. Foto panoramik pasien

a b
Gambar 3. Pembuatan temporary bridge pada gigi 15, 14, 13, 12, 11, 21, 23, 24, 25 secara indirect

169
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 9 No. 3 2012: 168-174

Preparasi dan Pencetakan Gigi Penyangga kontak oklusi dilakukan setelah pembuatan
catatan gigit pada gigi anterior dan
Untuk mendapatkan preparasi gigi posteriornya. Selanjutnya dilakukan
yang menghasilkan restorasi yang dapat pembuatan catatan gigit pada gigi-gigi
memperbaiki aspek estetik dan fungsi, maka penyangga yang telah dipreparasi. Pasien
terlebih dahulu dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilatih membuka dan
kedalaman sulkus gingiva pada gigi-gigi menutup mulut, sampai posisi nyaman bagi
penyangga. Pengukuran kedalaman sulkus pasien. Pembuatan catatan gigit
dengan menggunakan probe, digunakan menggunakan bahan polyvynilsiloxane (bite
untuk mengukur kedalaman penempatan registration) yang diletakkan pada
akhiran preparasi. Hasil pengukuran permukaan insisal ataupun oklusal dan
kedalaman sulkus pada gigi 11, 12, 21, 23 dan selanjutnya pasien melakukan oklusi sentris.
25 semua sisi adalah 1 mm, sedangkan pada Melakukan pencetakan gigi
gigi 13 kedalaman sulkus pada bagian labial, penyangga pada rahang atas dengan
mesial dan distal adalah 1,5 mm dan bagian menggunakan putty-wash one step
palatinal adalah 1 mm. impression technique atau juga sering disebut
Preparasi pada gigi-gigi penyangga sandwich technique. Penggunaan teknik ini
dilakukan sebanyak dua kali waktu kunjungan dengan terlebih dahulu mempersiapkan
yang dimulai pada sisi kanan terlebih dahulu. bahan cetak elastomer (polyvinylsiloxane)
Preparasi dilakukan dengan memperhatikan yang terdiri dari light body (Flexitime® correct
kemiringan dinding preparasi, ketebalan flow) dan putty (Flexitime® easy putty). Pada
preparasi dan penempatan akhiran rahang bawah dilakukan pencetakan
preparasi. Secara umum, pengasahan dengan menggunakan bahan cetak
bidang labial/bukal 1,5-2 mm, bidang irreversible hydrocolloid (alginate).
lingual/palatinal 1.5-2 mm, bidang mesial dan Selanjutnya dilakukan pemasangan
distal minimal 1.5 mm, bidang insisal/oklusal 2 temporary bridge untuk gigi 15, 14, 13, 12, 11,
mm, lebar preparasi marginal daerah 21, 23, 24, 25. dengan menggunakan bahan
labial/bukal dan lingual/palatinal 0,8-1.5 mm, semen sementara (Freegenol®/GC).
mesial dan distal 0,3-0.5 mm. Preparasi gigi
anterior untuk 1/3 bagian mahkota sampai ke Perawatan Complex Bridge dengan Tipe
arah insisal sebanyak ± 1,7 mm. Pada gigi 15 Fixed- fixed Bridge
dan 25 yang mengalami rotasi, preparasi
pada bagian mesio-palatal dan disto-bukal Pada rahang atas dilakukan
sebanyak 1,5 mm, sedangkan pada bagian pembuatan coping pada gigi 15, 14, 13, 12,
mesio-bukal dan disto-palatal sebanyak 2 11, 21, 23, 24, 25 dan pasang coba coping
mm. pada gigi-gigi penyangga serta pontik gigi
Untuk melakukan kontrol kedalaman tiruan. Pemeriksaan ketepatan coping
preparasi pada bagian labial/bukal, maka dengan hasil preparasi pada gigi penyangga.
terlebih dahulu membuat tiga guiding groove meliputi kemudahan pemasangan,
pada permukaan labial/bukal sedalam ± 2,0 ketepatan bagian margin dengan
mm sesuai dengan ketebalan preparasi yang menggunakan sonde untuk memeriksa
dibutuhkan. Selanjutnya menghubungkan di ada/tidaknya step, memeriksa jarak
antara groove-groove yang telah dibuat. pemasangan coping dengan gigi
Preparasi pada bagian ini dengan antagonisnya pada rahang bawah. Apabila
memperhatikan, bahwa sepertiga bagian pemasangan coping telah sesuai dan
cervical preparasi sejajar terhadap sumbu gigi menunjukkan keadaan yang fit dengan hasil
dan duapertiga bagian insisal mengikuti preparasi, maka dilanjutkan untuk pelapisan
anatomi permukaan labial gigi. bahan porcelain oleh dental laboratory.
Sudut kemiringan dinding preparasi Selanjutnya dilakukan kembali pemasangan
adalah konvergen 60 dan preparasi akhiran kembali temporary bridge dengan
margin berbentuk chamfer. Berdasarkan menggunakan bahan semen sementara
pemeriksaan kedalaman sulkus pada gigi-gigi Pada tahap selanjutnya, dilakukan
penyangga, maka penempatan akhiran pemasangan percobaan complex bridge
preparasi pada gigi 11, 12, 13, 21 dan 23 dengan tipe fixed-fixed bridge pada gigi 15,
ditempatkan pada 0,5 mm di bawah puncak 14, 13, 12, 11, 21, 23, 24, 25. Sebelumnya,
gingiva (sub gingival margin). Untuk terlebih dahulu, dilakukan pemeriksaan
memudahkan penempatan akhiran preparasi ketepatan complex bridge dengan tipe fixed-
ini, maka terlebih dahulu dilakukan retraksi fixed pada gigi 11, 12, 13, 14, 15 dan 21, 23,
gingiva dengan menggunakan gingimaster. 24, 25 dengan hasil preparasi. Pemeriksaan
Sedangkan penempatan akhiran preparasi yang dilakukan meliputi kemudahan
pada gigi 15 dan 25 adalah equigingival pemasangan, ketepatan bagian margin
margin. dengan menggunakan sonde untuk
Pada kasus ini, untuk memeriksa ada/tidaknya step, memeriksa
mempertahankan kontak oklusi pada pasien, overjet dan overbite dengan gigi
maka preparasi dilakukan terlebih dahulu antagonisnya pada rahang bawah,
pada gigi penyangga 11, 12, 21 dan kesesuaian warna dan kontour mahkota,
dilanjutkan pada gigi 15 dan 25. Preparasi memeriksa hubungan proksimal serta
pada gigi 13 dan 23 yang masih mempunyai
Rehabilitasi Estetik dan Fungsi Kunyah .... (Rahardyan)

hubungan oklusi serta artikulasi terhadap gigi- merasa nyaman pada saat kontrol dan hasil
gigi antagonisnya (Gambar 4). pemeriksaan pada jaringan lunak yang lain
Pemasangan percobaan complex tidak menunjukkan adanya kelainan.
bridge dengan tipe fixed- fixed bridge pada Pemasangan complex bridge dengan tipe
gigi 15, 14, 13, 12, 11, 21, 23, 24, 25 dengan fixed- fixed bridge pada gigi 15, 14, 13, 12, 11,
menggunakan menggunakan bahan semen 21, 23, 24, 25 dengan menggunakan bahan
sementara (Freegenol®/GC). Hal ini dilakukan Fuji I (Luting Cement/ GC) (Gambar 5).
untuk memberikan kesempatan rongga mulut Kontrol I dilakukan 24 jam setelah
beradaptasi sebelum dilakukan penyemenan pemasangan gigi tiruan. Berdasarkan hasil
tetap. Pasien diinstruksikan menjaga pemeriksaan diketahui tidak ada keluhan dari
kebersihan rongga mulutnya dan pasien dan hasil pemeriksaan klinis tidak ada
memberikan penjelasan tentang cara kelainan pada jaringan lunak. Pasien merasa
pembersihan gigi tiruannya, terutama di nyaman dan dapat beradaptasi dengan gigi
bawah pontik dengan menggunakan pontic tiruannya secara baik. Kontrol II dilakukan 3
brush. Pasien diminta melakukan kontrol 1 hari hari setelah dilakukan kontrol II. Tidak ada
setelah pasang coba. keluhan dari pasien, dan pasien merasa puas
Pada saat kontrol diketahui, bahwa dan nyaman dengan gigi tiruannya. Hasil
tidak ada keluhan dari pasien dan hasil pemeriksaan klinis tidak ada kelainan.
pemeriksaan klinis pada jaringan lunak tidak Kontrol III dilakukan 7 hari setelah kontrol III.
menunjukan adanya kelainan. Selanjutnya Pasien menyatakan tidak ada keluhan dan
dilakukan analisis fonetik melalui bunyi merasa nyaman dengan gigi tiruannya.
labiodental f ataupun v untuk mengetahui Pasien diinstruksikan untuk tetap
kesesuaian panjang gigi-gigi anterior. Hasilnya memperhatikan dan menjaga kebersihan
pasien dapat melafalkan bunyi dengan hasil gigi-gigi penyangga, jaringan disekitarnya
yang sesuai dan pada saat melafalkan huruf dan gigi tiruannya. Hasil perawatan sebelum
tersebut, tepi insisal rahang atas menyentuh dan setelah perawatan tampak pada
ringan pada bibir bawah. Selanjutnya gambar di bawah (Gambar 6).
dilakukan kontrol 1 minggu berikutnya. Pasien

Gambar 4. Pemasangan coba complex bridge dengan tipe fixed-fixed bridge pada gigi 15, 14, 13,
12, 11, 21, 23, 24, 25: (a) Tampak samping kanan dan (b) Tampak samping kiri.

Gambar 5. Pemasangan fixed-fixed bridge pada gigi 15, 14, 13, 12, 11, 21, 23, 24, 25.

Gambar 6. Sebelum dan setelah perawatan: (a) Sebelum perawatan, (b) dan (c) Setelah perawatan
(Tampak depan)

171
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 9 No. 3 2012: 168-174

DISKUSI Pada kasus ini, untuk mendapatkan


restorasi PFM dengan nilai estetik yang baik,
Pada kasus ini, pasien menginginkan terlebih dahulu dilakukan berbagai
dilakukan rehabilitasi estetik dan fungsi pemeriksaan pada gigi-gigi penyangga.
kunyah pada gigi-giginya. Berdasarkan hasil Pemeriksaan pada gigi penyangga meliputi
pemeriksaan menunjukkan, bahwa gigi 12, 13 ukuran gigi penyangga, ada/tidaknya
dan 21 telah dilakukan perawatan kerusakan gigi penyangga, hubungan
endodontik dengan pemasangan pasak. dengan gigi antagonis dan pengukuran
Adanya gigi 12 dan 13 dengan restorasi kedalaman sulkus gingivanya.5 Pemeriksaan
mahkota pasak inti, letaknya bersebelahan ukuran gigi dilakukan pada gigi 11 dan 13
dengan daerah gigi yang hilang (rongak). yang sebelumnya tidak dilakukan restorasi,
Menurut Nallaswany7, pada keadaan kedua gigi menunjukkan panjang yang
demikian harus menyertakan gigi sebelah normal yaitu gigi 11 sebesar 11 mm dan gigi
yang dalam keadaan vital sebagai gigi 13 sebesar 10,5 mm. Hal ini menguntungkan
penyangga dan akan berfungsi sebagai karena dapat digunakan sebagai panduan
splint, sehingga dapat menambah kekuatan panjang gigi lainnya.
gigi penyangga. Demikian pula, pada gigi 21 Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
yang juga merupakan gigi non vital dengan pada semua gigi penyangga, melalui
pemasangan pasak, maka gigi penyangga pemeriksaan intra oral dan radiografik untuk
21 ini akan dilekatkan pada gigi 23 (splint). menegakkan diagnosis gigi, perawatan
Berdasarkan hal ini, maka pada gigi 12 dan 21 pendahuluan serta memperkirakan ketebalan
yang mengalami perubahan warna tidak gigi yang dapat dipreparasi sehingga dapat
dilakukan pemasangan solitary crown. memenuhi syarat estetik dari ketebalan
Disamping itu, pada regio kehilangan gigi 46 bahan. Disamping itu, pemeriksaan
tidak dilakukan perawatan gigi tiruan tetap, hubungan dengan gigi antagonisnya untuk
karena akan dilakukan perawatan ortodontik gigi anterior meliputi overjet dan overbite.
untuk menutup rongak tersebut. Pada pasien ini, overjet dan overbite masih
Pemilihan rencana perawatan dalam rentang yang normal, sehingga
complex bridge pada kasus ini, didasarkan menurut Rosenstiel4 masih dapat
pada pertimbangan perbaikan estetik dan menggunakan restorasi PFM.
fungsi kunyah pasien karena melibatkan gigi- Faktor lain yang dapat
gigi anterior dan posterior. Perawatan meningkatkan estetik pada pembuatan
complex bridge sebagai upaya rehabilitasi restorasi ini adalah penempatan tepi restorasi.
estetik pada pasien ini menggunakan restorasi Menurut Newman et al.,10 terdapat 3 macam
porcelain fused to metal (PFM)/metal- batas tepi preparasi gigi penyangga yaitu
ceramic. Menurut Shillingburg5 dan Pahlevan8, supragingival margin, equigingival margin
bahwa restorasi PFM merupakan suatu dan subgingiva margin. Untuk mendapatkan
restorasi yang mengkombinasikan kekuatan, hasil estetik yang baik pada pembuatan
keakuratan dan kesesuaian penempatan (fit) restorasi PFM, maka penempatan akhiran
hasil tuangan mahkota logam (cast metal preparasinya pada subgingiva margin karena
crown) dengan efek estetik dari mahkota tepi batas antara restorasi dan gingiva tidak
ceramic. Disamping itu menurut Zhang and terlihat. Menurut Rosenstiel et al. 4, bahwa
Sun9, bahwa PFM bridge masih merupakan beberapa keuntungan lain pada
restorasi yang paling banyak digunakan penempatan akhiran preparasi ini adalah
karena pembiayaan yang lebih murah menghindari terjadinya karies ataupun erosi
dibandingkan restorasi all ceramic. Hal ini pada bagian cervical pada gigi penyangga
juga sesuai dengan pendapat Rosenstiel4, serta dapat memberikan retensi dan resistensi
bahwa penggunaan restorasi ini juga lebih besar karena preparasi axial gigi
mempunyai keuntungan lain yaitu kualitas penyangga menjadi lebih panjang. Pada
retensi yang dihasilkan menjadi lebih baik keadaan kedalaman sulkus sebesar 1,5 mm
karena pada saat preparasi mencakup atau kurang, maka penempatan margin
semua dinding axial gigi penyangga serta restorasi adalah 0,5 mm di bawah puncak
lebih mudah untuk memastikan bentuk gingiva. Menurut Newman et al.10, bahwa
resistensi (resistance form) gigi penyangga untuk memudahkan pembuatan akhiran
yang adekuat selama preparasi. preparasi subgingiva margin adalah
Pada kasus ini pertimbangan melakukan retraksi gingiva.
penggunaan restorasi PFM didasarkan pada Pada prosedur perawatannya,
beberapa faktor, yaitu kerusakan pada gigi ketepatan melakukan preparasi gigi
penyangga, faktor estetik, dan pertimbangan penyangga dapat menghasilkan estetik yang
pembiayaan. Berdasarkan pemeriksaan, baik pada restorasi PFM. Ketebalan preparasi
diketahui bahwa gigi penyangga 13, 15, 23 pada gigi penyangga yang dibutuhkan ± 2
dan 25 membutuhkan kekuatan dan mm. Ketebalan preparasi ini dibutuhkan untuk
kemampuan melindungi restorasi yang telah ketebalan logam ± 0,5 mm, ketebalan bahan
ada. Disamping itu adanya kerusakan pada opaque ± 0,3 mm dan ketebalan bahan
gigi 11, 12 dan 21 membutuhkan restorasi porcelain ± 1,2 mm. Sebaliknya apabila,
yang meliputi semua permukaan gigi serta ketebalan preparasi untuk restorasi PFM
keinginan untuk memperbaiki estetik pada hanya dapat dicapai kurang dari 1 mm,
gigi-gigi anterior. maka akan sulit untuk menghasilkan warna
Rehabilitasi Estetik dan Fungsi Kunyah .... (Rahardyan)

porcelain yang bagus dan akan dipengaruhi Pemilihan desain pontik pada kasus
warna opaque.4 Disamping itu pada kasus ini, ini untuk menggantikan gigi 14 dan 24 yang
preparasi pada gigi anterior untuk 1/3 bagian hilang menggunakan desain ridge lap pontic.
mahkota sampai ke arah insisal sebanyak ± Desain ini mempunyai bagian labial yang
1,7 mm. Hal ini untuk menghindari terlihatnya berkontak dengan mukosa dan bagian
lapisan opaque pada bagian 1/3 mahkota palatinalnya menjauhi mukosa (Rosenstiel et
sampai insisal.5 al., 2001). Menurut Shillingburg,5 bahwa
Kebutuhan banyaknya jaringan penggunaan ridge lap pontic dapat
yang dipreparasi pada pembuatan restorasi memenuhi estetik, penggunaannya terutama
PFM didukung pendapat Rosenstiel et al. untuk daerah anterior, premolar rahang atas
(2001), bahwa ketebalan preparasi pada gigi dan bawah serta mudah pembersihannya
penyangga sebesar ± 2 mm dibutuhkan untuk karena bagian yang menghadap gingiva
ketebalan bahan logam ± 0,5 mm, ketebalan dibentuk membulat.
bahan opaque ± 0,3 mm dan ketebalan Pada saat kontrol paska
bahan porcelain ± 1,2 mm. Sebaliknya, pemasangan percobaan complex bridge,
apabila ketebalan preparasi untuk restorasi pasien merasa sudah dapat beradaptasi
hanya dapat dicapai kurang dari 1 mm, dengan baik. Pada saat ini juga dilakukan
maka akan sulit untuk menghasilkan warna penilaian estetik melalui analisis fonetik, yaitu
porcelain yang bagus dan akan dipengaruhi melalui bunyi labiodental f ataupun v (f/v
oleh warna opaque. sound). Bunyi ini dibentuk antara insisivus atas
Untuk melakukan kontrol ketebalan dan tengah-tengah labiolingual sampai
preparasi dapat dengan cara pembuatan sepertiga posterior dari bibir bawah. Menurut
guiding groove terlebih dahulu pada awal Shillingburg5, bahwa apabila panjang gigi
melakukan preparasi. Pembuatan guiding insisif sesuai, maka pada saat pasien
groove ini dengan cara membuat 3 groove mengucapkan huruf f, tepi insiasal insisif
sedalam ± 2,0 mm yang diletakkan pada rahang atas terletak pada tepi vermilion
bagian tengah permukaan labial. Dua border (wet-dry line) atau menyentuh ringan
groove lainnya dibuat pada mesiolabial dan pada bibir bawah.
distolabial line angle. Selanjutnya Pada kasus ini, bahan untuk
menghubungkan antara groove satu dengan penyemenan tetap pada pemasangan
lainnya, sehingga didapatkan ketebalan complex bridge ini menggunakan Glass
preparasi yang sama.4 Ionomer Cement tipe I (luting cement).
Disamping faktor estetik, pembuatan Alasan penggunaan bahan ini adalah bahan
gigi tiruan tetap pada kasus ini juga bertujuan ini bersifat bakteriostatik selama waktu
untuk mengembalikan fungsi kunyah. Dalam pengerasan (setting phase), tidak mudah
upaya mengembalikan aspek fungsi kunyah larut dalam saliva dibandingkan dengan zinc
pada penggunaan gigi tiruan tetap haruslah phosphat cement dan mampu melepaskan
mempertimbangkan, bahwa gigi tiruan fluoride yang lebih banyak dibandingkan
dalam fungsinya akan menerima beban yang silica cement sehingga dapat mencegah
bervariasi kekuatannya. Beban vertikal terjadinya karies sekunder. Disamping itu,
maupun horisontal pada gigi tiruan dapat penggunaan bahan ini menghasilkan daya
berasal dari kontak dengan gigi retensi yang lebih besar dibandingkan
antagonisnya, kekuatan pipi maupun lidah, dengan zinc phosphat cement. Disamping itu,
dan adanya kekuatan kunyah yang besar zinc phosphat cement dapat mengiritasi
pada saat proses pengunyahan. Pada saat pulpa gigi karena sifat keasamannya. 5
menerima beban kunyah, gigi tiruan tetap Instruksi pemeliharaan kesehatan
harus tetap pada tempatnya. Hal ini akan dan kebersihan gigi dan jaringan sekitarnya.
tercapai, apabila kekuatan retensi yang Pasien diminta tetap melakukan kontrol plak
bekerja pada gigi tiruan melebihi kekuatan terutama di daerah pontik dan konektor gigi
yang menggerakkan. 4 tiruan. Penggunaan dental floss dapat
Pada kasus ini, untuk menghasilkan digunakan untuk membersihkan daerah
restorasi PFM dengan retensi yang optimal, proksimal gigi. Disamping itu penggunaan
maka sudut kemiringan dinding preparasi sikat gigi khusus (pontic brush) dipergunakan
dibuat konvergen 60 dan adanya kesejajaran untuk membersihkan regio di bawah pontik.
pada dinding preparasi. Menurut Shillingburg Keuntungan pada kasus ini karena pasien
(1997), bahwa semakin kecil sudut kemiringan seorang dokter, sehingga memahami tentang
dinding preparasi dan adanya kesejajaran pentingnya kesehatan dan kebersihan gigi
pada dinding preparasi akan menempatkan dan mulutnya. Walaupun demikian, pada
bahan semen restorasi dalam keadaan pasien tetap dijelaskan tentang perlunya
compressive strenght yang tinggi, sehingga kontrol rutin minimal setiap 6 bulan sekali.
akan meningkatkan retensi gigi tiruan. Dengan demikian, apabila terdapat
Sebaliknya, apabila sudut kemiringan dinding permasalahan dengan gigi tiruannya dapat
preparasi yang semakin besar akan diatasi dengan cepat, sehingga tidak
menempatkan bahan semen restorasi dalam menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
keadaan tensile strength yang tinggi,
sehingga akan merusak ikatan sement
restorasi yang akhirnya gigi tiruan menjadi
tidak retentif.

173
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 9 No. 3 2012: 168-174

DAFTAR PUSTAKA 6. Howe, L. C., Inlays, Crown and Bridges: A


Clinical Handbook. 5 th Ed. London:
1. Tjan, A. H. L., Miller, G., The, J. G. P., Some Wright. 1993: 26.
esthetic factors in a smile. J Prosthet
Dent. 1984; 51: 24-8. 7. Nallaswamy, D. Textbook of
Prosthodontics. New Delhi. Jaypee
2. Academy of Prosthodontics Editorial brother medical publisher. 2003: 520-6.
Staff, The glossary of prosthodontics
term. J. Prosthet Dent. 2005; 94: 36, 44 8. Pahlevan. A New Design for Anterior
Porcelain Fused to metal fixed prosthetic
3. Marthianus, M., Hardjanti I., Pembuatan restorations; PTU type III. Journal of
overdenture untuk memperbaiki estetik Dentistry, Tehran University of Medical
gigi tiruan yang kurang baik, Kumpulan Sciences, 2006; 3 (2):100-3.
makalah Pertemuan Ilmiah Ilmu
Kedokteran Gigi IPROSI I, 2007: 77-85. 9. Zhang Xiang, H., Sun Feng, Clinical
follow-up of ceramic bridg with
4. Rosenstiel, S. F., Land, M. F., Fujimoto, J., aurogalvanoforming primary copping
Contemporary Fixed Prosthodontics. 3rd and Ni-Cr pontic for restoration of
ed. Mosby Company. Missouri. 2001: 216- dentition defect. Chinese Medical
40, 513-42. Journal 2009: 122 (24): 3007-10.

5. Shillingburg, H. T., Fundametals of Fixed 10. Newman, M. G., Takei, H. H., Carranza, F.
Prosthodontics. 4th edition. Illionis. A., Carranza’s Clinical Periodontology.
Quintessence Publishing Co. Inc. 1997: Ed. 10th. Philadelpia: WB Saunders Co.
112-51. 2006: 1050-69

Anda mungkin juga menyukai