Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

“Pendidikan di Era “Juggernaut”, Memacu Kualitas Perguruan Tinggi di Era


Revolusi Industri 4.0, dan Kolusi Nepotisme Dapat Dipidana?”

Tugas Resume Koran Ilmu Sosial Budaya Dasar

Nama : William
Nathanial Tjandrawidjaya

Npm : 2017210222

Kelas : C

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
PANCASILA
JAKARTA
2018

Pendidikan di Era “Juggernaut”


Karya Rakhmat Hidayat, Diterbitkan di Koran Sindo 25 September 2018

Dalam tulisan yang dibuat oleh Rakhmat beliau memesankan bahwa pendidikan di Indonesia
saat ini sedang dalam krisis. Krisis ini disebabkan karena kelemahan sistem pendidikan kita yang
hanya mengendepankan mengenai ilmu pengetahuan sehingga pendidikan hanya memberi kesan
belajar hanyalah sebagai sebuah pendidikan bangku formal, akan tetapi hal yang lebih penting
mengenai budaya dan nalar dalam menganalisis permasalahan yang terjadi dilingkungan
sekitarnya tidak ada. Beliau mengambil ilustrasi dengan menggambarkan Pilkada pada DKI
JAKARTA yang baru lalu dilaksanakan, dalam pilkada tersebut diwarnai dengan hoax yang
bertebaran sehingga kaum non pelajar maupun yang katanya “ kaum pelajar” mudah
terprovokasi yang membuat citra pendidikan yang buruk. Penulis melalui tulisannya
memesankan bahwa perlunya perbaikan dan pembenahan pada sistem pendidikan di Indonesia,
tidak hanya mengedepankan pendidikan formal saja, tetapi perlunya ada penanaman nilai nalar
terhadap mahasiswa, sehingga tidak memberi kesan bahwa pelajar hanya robot yang disiapkan
untuk bekerja sehingga mudah tertipu dengan berita hoaks. Melalui tulisan ini, saya disadarkan
bahwa benar yang disampaikan oleh pak Rakhmat ini, adalah factual dan benar adanya dan saya
tersanjung dengan penulis ini yang berani mengutarakan hal yang bersifat sensitive ini, sangat
luar biasa sekali.Membaca tulisan ini, saya memikirkan sebuah saran yaitu, adanya perbaikan
sistem kurikulum dan menerapkan apa yang disampaikan oleh penulis, semoga hal ini dapat
terwujud dengan program perbaikan intelektual agar Indonesia dapat menjadi lebih baik lagi.

“Memacu Kualitas Perguruan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0”


Karya M Badrus Zaman, diterbitkan di Koran sindo 25 September 2018

Dalam tulisan karya M Badrus Zaman, menerangkan bahwa saat ini dunia dengan melakukan
Revolusi Industri dengan sebutan revolusi industry 4.0 yang diikuti dengan perkembangan
teknologi dan pengembangan inovasi berbasis teknologi yang semakin di depan. Oleh sebab itu,
Indonesia harus menyiapkan sumber daya manusia yang berperan dalam setiap sektor dengan
ditunjang dengan ilmu IPTEK yang memadai. Penulis melalui tulisannya memesankan agar
pemerintah mendorong dan terus mendorong akan strategi dalam kebutuhan Revolusi Industri.
Menurut saya, saya tidak dapat menangkap inti dari tulisan ini, karena banyaknya pengulangan
kata dan makna yang sama sehingga memboroskan kosa kata dan bertele – tele. Adapun saran
dari saya, lebih dipertimbangkan kembali mengenai revolusi industry 4.0 karena Indonesia
sendiri belum siap, belum siap dari segi kualitas maupun ketersediaan finansial yang ada.
Biarkan Negara kita memperbaiki dulu baru berkembang dengan revolusi Industri 4.0.

“Kolusi dan Nepotisme Dapat Dipidana?”


Karya : Romli ATMASASMITA, diterbitkan di Koran sindo 25 september 2018

Melalui tulisan beliau, beliau menceritakan asal pencetus dari hukum fundamental Kolusi dan nepotisme yang
dilakukan oleh rezim orde baru, dan menceritakan bagaimana ide dari kolusi dan nepotisme yang terjad mulai
dibenahi. Beliau menitikberatkan pada kasus seperti BI, Century, dan Pelindo ang dimana secara hukum pelaku
yang dilakukan dengan korporasi sebagai subjek tindak pidana karena adanya sarana hukum, hal ini merupakan
contoh kelemahan dari hukum kita yang dapat dimanfaatkan untuk sumber melakukan kkn. Penulis melalui
tulisannya memesankan bahwa Korupsi,kolusi, dan nepotisme mengarah pada kelemahan hukum namun, tidak
mencapai klimaks karena mungkin kesalahan redaksional atau salah fotocopy oleh ketua kelas. Menurut saya tulisan
ini, sangat menarik dan mengandung unsur sejarah dan pengetahuan akan tetapi kesalahan redaksional membuat
Tulisan tidak mencapai klimaks.

Anda mungkin juga menyukai