Anda di halaman 1dari 26

ETIKA BISNIS DAN LEGALITAS USAHA

Dosen Pengampu : Indarmien Netty A, S.Pd, M.Kes

Disusun oleh Kelompok III :


Ayufa Deshilma (PO71241190036)
Busridal Elfia (PO712411900
Desi Harianti (PO712411900

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAMBI


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Etika Bisnis dan Legalitas Usaha”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan dalam Praktik
Kebidanan. Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak dalam bentuk informasi, motivasi, serta dorongan moral dan spiritual, sehingga
makalah ini dapat tersusun dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Disamping itu, penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan sudah tentu masih ada kesalahan-
kesalahan yang luput dari pengamatan penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun diharapkan dari para pembaca.

Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca jika ada
kesalahan dan kekurangan penulis mohon dimaklumi.

Jambi, 15 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penulisan......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.....................................................................................................Etika Bisnis 5
2.2..................................................................................Pentingnya Etika Bisnis 5
2.3...................................................................................Etika dalam Wirausaha 6
2.4....................................................................... Sikap dan Perilaku Wirausaha 8
2.5..................................... Tujuan dan Manfaat Etika Bisnis Dalam Wirausaha 9
2.6.......................................................................................... Peran Etika Bisnis 10
2.7..................................................... Fungsi Etika Bisnis Terhadap Perusahaan 12
2.8........................Faktor-Faktor Pebisnis Melakukan Pelanggaran Etika Bisnis 14
2.9.................................................................................Etika Bisnis di Indonesia 14
2.10.Konsep Legalitas Perusahaan....................................................................... 15
2.11.Bentuk-bentuk Legalitas Perusahaan........................................................... 15
2.12.Cara Memperoleh Legalitas Perusahaan...................................................... 18
2.13.Manfaat Legalitas Perusahaan...................................................................... 19
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan.................................................................................................. 21
3.2. Saran............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang perilaku bisnis
terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme pasar bebas diberi
kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri
dalam pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk
berkembang mengikuti mekanisme pasar. Tumbuhnya perusahaan-perusahaan besar berupa
grup-grup bisnis raksasa yang memproduksi barang dan jasa melalui anak-anak
perusahaannya yang menguasai pangsa pasar yang secara luas menimbulkan kekhawatiran
bagi masyarakat banyak, khususnya pengusaha menengah ke bawah. Kekhawatiran tersebut
menimbulkan kecurigaan telah terjadinya suatu perbuatan tidak wajar dalam pengelolaan
bisnis mereka dan berdampak sangat merugikan perusahaan lain.

Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam memperoleh


keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan melanggar peraturan yang
berlaku. Demikian pula sering terjadi perbuatan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan
pihak birokrat dalam mendukung usaha bisnis pengusaha besar atau pengusaha keluarga
pejabat. Keadaan tersebut didukung oleh orientasi bisnis yang tidak hanya pada produk dan
kosumen tetapi lebih menekankan pada persaingan sehingga etika bisnis tidak lagi
diperhatikan dan akhirnya telah menjadi praktek monopoli, persengkongkolan dan
sebagainya.

Ketika kita ingin memahami apa itu etika, sesungguhnya kita perlu
membandingkannya dengan moralitas. Tapi perlu diingat bahwa bisa saja punya pengertian
yang berbeda dengan moralitas. Secara teoritis, dapat dibedakan dua pengertian etika.

Pertama, etika  berasal dari kata Yunani ethos (ta etha) yang berarti ‘adat istiadat’ atau
‘kebiasaan’. Ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan
hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Sedangkan moralitas berasal dari kata Latin mos (mores) yang juga berarti ‘adat istiadat’

1
atau ‘kebiasaan’. Dengan demikian etika dan moralitas memberi petunjuk konkret tentang
bagaimana manusia harus hidup secara baik sebagai manusia begitu saja, kendati petunjuk
konkret itu bisa disalurkan melalui dan bersumber dari agama atau kebudayaan tertentu.
Kedua, etika juga dipahami dalam pengertian yang sekaligus berbeda dengan moralitas.
Etika dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma yang
menyangkut manusia harus hidup baik sebagai manusia, dan mengenai masalah-masalah
kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma moral yang umum
diterima. Karena etika  adalah refleksi kritis terhadap moralitas, maka etika tidak bermaksud
membuat manusia bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja.

Dalam kegiatan bisnis adalah suatu kegiatan untuk melakukan usaha/ melakukan
kegiatan entrepreneurship yang bertujuan agar mendapatkan keuntungan. Istilah
kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk
memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya

Salah satu aspek yang sangat popular dan perlu mendapat perhatian dalam dunia bisnis
ini adalah norma dan etika bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin kepercayaan dan
loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan juga sangat menentukan maju
atau mundurnya perusahaan. Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loalitas
pemilik kepentingan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan perusahaan.
Karena semua keputusan perusahaan sangat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pemilik
kepentingan. Pemilik kepentingan adalah semua individu atau kelompok yang
berkepentingan dan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan.

Setiap badan usaha yang berdiri pun harus melengkapi usahanya dengan syarat
operasional usaha. Syarat operasional tersebut dapat menjadi bukti bahwa perusahaan yang
berdiri dinyatakan mempunyai legalitas usaha. Legalitas usaha merupakan keadaan dimana
suatu perusahaan yang berdiri dan bergerak dalam bidang apapun dinyatakan sah secara
hukum. Bentuk-bentuk legalitas perusahaan antara lain nama perusahaan, merek perusahaan,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), akta pendirian perusahaan, rekening perusahaan, Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Tanda Daftar Perusahaan
(TDP), dan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

2
Untuk dapat memiliki berbagai macam legalitas perusahaan sebuah perusahaan harus
melakukan sejumlah prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan peraturan
yang berlaku saat itu. Legalitas itu akan mendatangkan sejumlah manfaat bagi perusahaan.
Begitu pentingnya legalitas perusahaan bagi setiap kegiatan usaha maka sebaiknya harus
segera dipenuhi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi etika bisnis ?


2. Apa pentingnya etika bisnis ?
3. Apa etika dalam berwirausaha ?
4. Bagaimana sikap dan perilaku wirausaha ?
5. Bagaimana tujuan dan manfaat etika bisnis dalam wirausaha?
6. Apa peran etika bisnis ?
7. Apa fungsi etika bisnis terhadap perusahaan ?
8. Faktor-faktor pebisnis melakukan pelanggaran ?
9. Bagaimana etika bisnis di Indonesia ?
10. Apa konsep legalitas perusahaan ?
11. Apa saja bentuk-bentuk legalitas perusahaan?
12. Bagaimana cara memperoleh legalitas perusahaan?
13. Apa saja manfaat legalitas perusahan?

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang “Etika Bisnis dan Legalitas Usaha dalam
Kewirausahaan”.

3
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apa definisi etika bisnis ?


2. Untuk mengetahui apa pentingnya etika bisnis ?
3. Untuk mengetahui apa etika dalam berwirausaha ?
4. Untuk mengetahui bagaimana sikap dan perilaku wirausaha ?
5. Untuk mengetahui bagaimana tujuan dan manfaat etika bisnis dalam wirausaha?
6. Untuk mengetahui apa peran etika bisnis ?
7. Untuk mengetahui apa fungsi etika bisnis terhadap perusahaan ?
8. Untuk mengetahui faktor-faktor pebisnis melakukan pelanggaran ?
9. Untuk mengetahui bagaimana etika bisnis di Indonesia ?
10. Untuk mengetahui apa konsep legalitas perusahaan ?
11. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk legalitas perusahaan?
12. Untuk mengetahui bagaimana cara memperoleh legalitas perusahaan?
13. Untuk mengetahui apa saja manfaat legalitas perusahan?

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat bagi penulis
Adapun manfaat yang dapat diperoleh kelompok yakni dapat mengerjakan tugas
kelompok dengan meningkatnya kerjasama dan kekompakan.
2. Manfaat bagi pembaca
Dapat menambah pengetahuannya tentang etika bisnis dan legalitas usaha dalam
kewirausahaan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etika Bisnis

Dalam arti luas etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lain. Etika sering
disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku atau perilaku manusia dengan masyarakat. 
Tingkah laku perlu diatur agar tidak melanggar norma-norma atau kebiasaan yang berlaku di
masyarakat, karena norma-norma atau kebiasaan masyarakat disetiap daerah negara
berbeda-beda (Keraf, 2000).
Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha
termasuk dalam berinterkasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders). Etika bisnis
adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis. (Velasquez, 2005).
Tidak dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat sehingga akan kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan
lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk
perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila
perusahaaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis. Misalnya diskriminsi dalam sistem
jenjang karier.

2.2 Pentingnya Etika Bisnis

Menurut Bukhori (2001) etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan
persoalan perusahaan. Hal ini disebabkan semua keputusan perusahaan sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholder. Stakeholder adalah semua individu atau

5
kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh pada keputusan-keputusan perusahaan.
Siapa saja stakeholder perusahaan:
1. Para pengusaha dan mitra usaha
2. Petani dan perusahaan pemasok bahan baku
3. Organisasi pekerja yang mewakili pekerja
4. Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha
5. Bank penyandang dana perusahaan
6. Investor penanam modal
7. Masyarakat umum yang dilayani
8. Pelanggan yang membeli produk.

2.3 Etika Dalam Wirausaha


Secara sederhana wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil risiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.
Menurut Peter F. Drucker kewirausahaan merupakan kemmpuan dalam menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Maksudnya, bahwa seorang wirausahawan adalah orang
yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain
atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya
(Leornardus, 2009).
Dalam etika berwirausaha perlu ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya, yaitu:
1. Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam suatu
negara atau masyarakat.
2. Penampilan yang ditunjukan seorang pengusaha harus selalu apik, sopan, terutama
dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.
3. Cara berpakaian pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan waktu yang
berlaku.
4. Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata
karma, tidak menyinggung atau mencela orang lain.

6
5. Gerak-gerik seorang pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan gerak-
gerik yang dapat mencurigakan.
Etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusa adalah sebagai
berikut:
1. Kejujuran
Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun
bertindak. Jujur perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan dilakukan.
Tanpa kejujuran usaha tidak akan maju dan tidak dipercaya konsumen atau mitra
kerjanya.
2. Bertanggung jawab
Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan
dalam bidang usahnya. Kawajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan.
Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh
karyawannya, masyarakat, dan pemerintah.
3. Menepati janji
Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal pembayaran,
pengiriman barang atau penggantian. Sekali saja seorang pengusaha ingkar janji,
hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya. Pengusaha juga harus konsisten terhadap
apa yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya.
4. Disiplin
Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan usahnya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan
usahanya.
5. Taat hukum
Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hokum yang berlaku, baik yang
berkaitan dengan masyarakat ataupun pemerintah. Pelanggaran terhadap hokum dan
peraturan yang telah dibuatkan berakibat fatal dikemudian hari. Bahkan, hal itu akan
menjadi beban moral bagi penguasaha apabila tidak diselesaikan.

7
6. Suka membantu
Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang
memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat
dalam berbagai cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan dimusuhi banyak orang.
7. Komitmen dan menghormati
Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai
komitmen engan pihak-pihak lain. Pengusaha yang menjunjung tinggi komitmen terhadap
apa yang telah diucapkan atau disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak.
8. Mengejar prestasi
Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin.
Tujuannya agar perusaaan dapat terus bertahan dari waktu kewaktu. Prestasi yang
berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Disamping itu, pengusaha juga harus tahan
mental dan tidak mudah putus asa terhadap berbagai kondisi dan situasi yang
dihadapinya.

2.4 Sikap dan Prilaku Wirausaha


Sikap dan tingkah laku menunjukan kepribadian karyawan suatu perusahaan, dan
diberikan kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu.
Menurut Goffrey (1996) ada beberapa sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh
pengusaha dan seluruh karyawan, yaitu:
1.      Jujur dalam bertindak dan bersikap
Sikap jujur merupakan modal utama seorang karyawan dalam melayani
pelanggan. Kejujuran dalam berkata, berbicara, bersikap, maupun bertindak. Kejujuran
inilah yang akan menumbuhkan kepercayaan pelanggan atas layanan yang diberikan.
2.      Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas
Seorang karyawan dituntuk untuk rajin dan tepat waktu dalam bekerja terutama
dalam melayani pelanggan dan tidak boleh malas dalam bekerja.
3.      Selalu murah senyum
Dalam menghadapi tamu/pelanggan, seorang karyawan harus selalu murah
senyum, jangan sekali-kali bersikap murung atau cemberut. Dengan senyum kita
mampu meruntuhkan hati pelanggan untuk menyukai produk atau perusahaan kita.

8
4.      Lemah-lembut dan ramah-tamah
Dalam bersikap dan berbicara pada saat melayani pelanggan atau tamu
hendaknya dengan suara lemah lembut dan sikap yang tamah tamah. Ini dapat menarik
minat tamu dan membuat pelanggan betah berhubungan dengan perusahaan.
5.      Sopan santu dan hormat
Dalam memberikan pelayanan keapda pelanggan hendanya selalu bersikap
sopan dan hormat. Dengan demikian pelanggan juga akan menghormati pelayanan
yang diberikan karyawan tersebut.
6.      Selalu ceria dan padai bergaul
Sikap selalu ceria yang ditunjukan karyawan dapat memecahkan kekakuan yang
ada, sedangkan sikap pandai bergaul juga akan menyebabkan pelanggan merasa cepat
akrab dan merasa seperti teman lama sehingga segala sesuatu berjalan lancer.
7.      Fleksibel dan suka menolong pelanggan
Dalam menghadapi pelanggan, karyawan harus dapat memberikan pengertian
dan mau mengalah kepada pelanggan. Segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada
jalankeluarnya dengan cara yang fleksibel. Karyawan diharapkan suka menolong
pelanggan yang mengalami kesulitan sampai menemui jalan keluarnya.
8.      Serius dan memiliki rasa tanggung jawab
Dalam melayani pelanggan karyawan harus serius dan sungguh-sungguh, tabah
dalam menghadapi pelanggan yang sulit berkomunikasi atau yang suka ngeyel. Dan
juga harus mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya samapi pelanggan
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
9.      Rasa memiliki persahaan yang tinggi
Rasa kepemilikan ini akan memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan,
disamping itu karyawan juga harus memiliki jiwa pengabdian, loyal, dan setia
terhadap perusahaan.

2.5     Tujuan dan Manfaat Etika Bisnis Dalam Wirausaha


Tujuan etika harus sejalan dengan tujuan perusahaan, menurut Ari dan Dedi (2011)
ada beberapa tujuan etika yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan, yaitu:

9
1.      Untuk persahabatan dan pergaulan
Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau pihak-
pihak lain yang berkepentingan. Suasana akrab akan berubah menjadi persahabatan
dan menambah luasnya pergaulan. Jika karyawan, pelanggan, dan masyarakat
menjadi akrab, segala urusan akan menjadi lebih mudah dan lancer.
2.      Menyenangkan orang lain
Sikap menyenangkan orang lain merupakan sikap yang mulia. Jika kita ingin
dihormati, maka hormatilah orang lain.  Menyenangkan orang berarti membuat orang
menjadi suka dan puas terhadap pelayanan yang diberikan. Jika pelanggan merasa
senang dan puas atas pelayanan yang diberikan, diharapkan mereka akan
mengulangnya kembali suatu waktu.
3.      Membujuk pelanggan
Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang calon
pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Berbagai cara dapat dilakukan
oleh perusahaan untuk membujuk calon pelanggan, salah satunya dengan cara
melalui etika yang ditunjukan seluruh karyawan perusahaan.
4.      Mempertahankan pelanggan
Ada anggapan mempertahankan planggan jauh lebih sulit daripada mencari
pelanggan, dan ada juga yang beranggapan bahwa mempertahankan pelanggan lebih
mudah karena merka sudah merakan produk atau layanan yang diberikan.
5.      Membina dan menjaga hubungan
Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari
adanya perbedaan paham atau konflik. Dengan etika ciptakan hubungan dalam
suasana akrab dan lebih baik.

2.6       Peran Etika Bisnis


Adapun etika bisnis  perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana
diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai

10
dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan
didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan
secara konsisten dan konsekuen.
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3
hal pokok yaitu :
a)      Memiliki produk yang baik
b)      Memiliki managemen yang baik
c)      Memiliki Etika
Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.
1)      Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi
antara produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen
dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini adalah
bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan ekonomis.
Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui
interaksi yang melibatkan berbagai pihak. Dari sudut pandang ekonomis, good
business adalah bisnis yang bukan saja menguntungkan, tetapi juga bisnis yang
berkualitas etis.
2)      Sudut pandang etika
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi
jangan keuntungan yang diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Tidak
semua yang bisa kita lakukan boleh1 dilakukan juga. Kita harus menghormati
kepentingan dan hak orang lain. Pantas diperhatikan, bahwa dengan itu kita sendiri
tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan dan hak orang lain itu juga perlu
dilakukan demi kepentingan bisnis kita sendiri.
3)      Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan “Hukum” Hukum
Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum
modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis,
pada taraf nasional maupun international. Seperti etika, hukum juga merupakan
sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak

11
boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum lebih jelas dan pasti daripada etika,
karena peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila
terjadi pelanggaran.

2.7    Fungsi Etika Bisnis Terhadap Perusahaan


Setelah mengetahui betapa pentingnya etika yang harus diterapkan pada perusahaan
bisnis, tentunya etika memiliki fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan
perusahaan itu sendiri. Permasalahan etika bisnis yang terjadi di perusahaan bervariasi
antara fungsi perusahaan yang satu dan fungsi perusahaan lainnya. Hal ini terjadi karena
operasi perusahaan sangat terspesialisasi dalam berbagai bidang profesi, sehingga setiap
fungsi perusahaan cenderung memiliki masalah etika tersendiri. Berikut ini akan dibahas
berbagai permasalahan etika bisnis yang terjadi di beberapa bidang fungsi perusahaan,
yaitu: etika bisnis di bidang akuntansi (accounting ethics), keuangan (finance ethics),
produksi dan pemasaran (production and marketing ethics), sumber daya manusia (human
resources ethics), dan teknologi informasi (information technology ethics) yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a)      Etika bisnis di Bidang Akuntansi (Accounting Ethics)
Fungsi akuntansi merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan.
Dengan demikian kejujuran, integritas, dan akurasi dalam melakukan kegiatan
akuntansi merupakan syarat mutlak yang harus diterapkan oleh fungsi akuntansi.
Salah satu praktik akuntansi yang dianggap tidak etis misalnya penyusunan laporan
keuangan yang berbeda untuk berbagai pihak yang berbeda dengan tujuan
memperoleh keuntungan dari penyusunan laporan keuangan seperti itu. Dalam realita
kegiatan bisnis sering kali ditemukan perusahaan yang menyusun laporan keuangan
yang berbeda untuk pihak-pihak yang berbeda. Ada laporan keuangan internal
perusahaan, laporan keuangan untuk bank, dan laporan keuangan untuk kantor pajak.
Dengan melakukan praktik ini, bagian akuntansi perusahaan secara sengaja
memanipulasi data dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penyusunan laporan
palsu tersebut.

b)      Etika bisnis di Bidang Keuangan (Financial Ethics)

12
Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi keuangan yang
dijalankan secara tidak etis telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor.
Pelanggaran etika bisnis dalam bidang keuangan dapat terjadi misalnya melalui
praktik window dressing terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan
mengajukan pinjaman ke bank. Melalui praktik ini seolah-olah perusahaan memiliki
rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga layak untuk mendapatkan kredit. Padahal
sebenarnya kondisi keuangan keuangan perusahaan tidak sesehat seperti yang
dilaporkan dalam laporan keuangan yang telah dipercantik. Contoh lain pelanggaran
etika keuangan misalnya melalui penggelembungan nilai agunan perusahaan,
sehingga perusahaan dapat memperoleh kredit melebihi nilai agunan kredit yang
sesungguhnya.
c)      Etika bisnis di Bidang Produksi dan Pemasaran (Production and Marketing Ethics)
Hubungan yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat
menimbulkan berbagai permasalahan etika bisnis di bidang produksi dan pemasaran.
Untuk melindungi konsumen dari perlakuan yang tidak etis yang mungkin dilakukan
oleh perusahaan, pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini dijelaskan
berbagai perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha. Antara lain, pelaku
usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
1. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyarakatkan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
3. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan menurut
ukuran yang sebenarnya.
4. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau
jasa tersebut.
d)     Etika Bisnis di Bidang Teknologi Informasi (Information Technology Ethics)
Salah satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika bisnis paling besar
di era 1990-an sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi informasi. Hal-hal

13
yang dapat memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini meliputi: serangan
terhadap wilayah privasi seseorang, pengumpulan, penyimpanan, dan akses terhadap
informasi usaha terutama melalui transaksi e-commerce, perlindungan hak cipta yang
menyangkut pembuatan software, musik, dan hak kekayaan intelektual.

2.8    Faktor-Faktor Pebisnis Melakukan Pelanggaran Etika Bisnis


Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi oleh berbagai hal.
Salah satu hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya,
tanpa memikirkan dampak buruk yang terjadi selanjutnya.
Faktor lain yang membuat pebisnis melakukan pelanggaran antara lain:
1. Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik
2. Mengejar Keuntungan dan Kepentingan Pribadi (Personal Gain and Selfish
Interest)
3. Ingin menambah mangsa pasar
4. Ingin menguasai pasar.
5. Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals
versus Personal Values)
Dari faktor-faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh
paling kuat. Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama,
dibuatlah iklan dengan sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya untuk
mengunggulkann produk sendiri, tanpa ada keunggulan dari produk tersebut. Iklan hanya
bertujuan untuk menjelek-jelekkan produk iklan lain.

2.9         Etika Bisnis di Indonesia


Di Indonesia, etika bisnis merupakan sesuatu yang lama tetapi sekaligus baru.
Sebagai sesuatu yang bukan baru, etika bisnis eksis bersamaan dengan hadirnya bisnis
dalam masyarakat Indonesia, artinya usia etika bisnis sama dengan usia bisnis yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
 Dalam memproduksi sesuatu kemudian memasarkannya, masyarakat Indonesia
tempo dulu juga telah berpatok pada pertimbangan-pertimbangan untung dan rugi.
Namun dengan ciri khas masyarakat Indonesia yang cinta damai, maka masyarakat

14
Indonesia termotivasi untuk menghindari konflik-konflik kepentingan termasuk dalam
dunia bisnis.
Secara normatif, etika bisnis di Indonesia baru mulai diberi tempat khusus
semenjak diberlakukannya UUD 1945, khususnya pasal 33. Satu hal yang relevan dari
pasal 33 UUD 45 ini adalah pesan moral dan amanat etis bahwa pembangunan ekonomi
negara RI semata-mata demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang merupakan
subyek atau pemilik negeri ini. Jadi pembangunan ekonomi Indonesia sama sekali tidak
diperuntukkan bagi segelintir orang untuk memperkaya diri atau untuk kelompok orang
tertentu saja yang kebetulan tengah berposisi strategis melainkan demi seluruh rakyat
Indonesia. Dua hal penting yang menjadi hambatan bagi perkembangan etika bisnis di
Indonesia adalah budaya masyarakat Indonesia dan kondisi sosial-politik di Indonesia.
                                                                                                            
2.10 KonsepLegalitas Perusahaan
Setiap perusahaan yang didirikan pasti mempunyai suatu bentuk badan usaha masing
masing. Legalitas perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang memenuhi persyaratan
undang-undang dinyatakan sebagai bentuk usaha yang sah (Muhammad, 2010:329).
Legalitas perusahaan adalah dimana perusahaan yang bergerak dalam bidang apapun
dinyatakan sah menurut hukum.
Setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya wajib memenuhi syarat
operasional perusahaan. Setiap perusahaan yang telah memenuhi syarat tersebut
dinyatakan sebagai perusahaan yang mempunyai bukti legalitas kegiatan usaha. Dokumen
legalitas perusahaan itu antara lain akta pendirian perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), Tanda
Daftar Perusahaan (TDP) dan masih banyak lagi tergantung dari setiap jenis usahanya
masing-masing.

2.11 Bentuk-bentuk Legalitas Perusahaan


1.      Nama Perusahaan
Nama perusahaan adalah jati diri yang dipakai oleh perusahaan untuk
menjalankan kegiatan usahanya (Muhammad, 2010:331). Dengan adanya nama
perusahaan tersebut, perusahaan dikenal oleh khalayak atau masyarakat, dicirikan

15
sebagai perusahaan tertentu yang berbeda dengan perusahaan lain yang sejenis. Nama
perusahaan juga dicantumkan secara resmi di dalam akta pendirian perusahaan dan
surat-surat resmi perusahaan yang lain.
Indonesia tidak memiliki undang-undang yang secara khusus mengatur nama
perusahaan. Namun Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1998 yang
mengatur tentang nama perseroan terbatas. Indonesia juga mempunyai Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Dalam undang-undang ini diatur larangan
menggunakan merek terdaftar milik orang lain sebagai nama perusahaan.
2.      Merek Perusahaan
Menurut ketentuan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 bahwa:
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”
Dalam Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 disebutkan:“Merek
dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.”
3.      Akta Pendirian
Salah satu bentuk legalitas suatu perusahaan adalah akta pendirian yang dibuat
dimuka notaris. Notaris merupakan pejabat umum yang mendapat wewenang dari
pemerintah dalam hal ini departemen kehakiman untuk mengesahkan dan menyaksikan
surat perjanjian, surat wasiat, akta dan sebagainya (KBBI). Di dalam akta pendirian
tersebut juga memuat anggaran dasar perusahaan, yaitu seperangkat peraturan yang
menjadi dasar berdiri dan beroperasinya perusahaan menurut hukum.
4.      Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan suatu sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
Setiap wajib pajak hanya memiliki satu NPWP. Terhadap wajib pajak yang tidak
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

16
5.      Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Sebelum memulai menjalankan sebuah usaha, terlebih dahulu perlu mengurus
perizinan usaha, salah satunya adalah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Surat
tersebut mutlak dimiliki demi kelancaran kegiatan operasional perusahaan kedepannya.
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah jati diri yang dipakai oleh perusahaan atau
badan usaha untuk menjalankan usahanya secara sah.
SIUP diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 46/M-
DAG/PER/9/2009 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Pasal 2 ayat
(1) sampai dengan ayat (3) menerangkan bahwa “Setiap perusahaan wajib memiliki
SIUP. SIUP terdiri dari SIUP Kecil, SIUP Menengah dan SIUP Besar. Selain SIUP
tersebut, juga dapat diberikan SIUP Mikro kepada Perusahaan Perdagangan Mikro”.
6.      Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
Surat izin tempat usaha (SITU) adalah surat izin yang diberikan kepada setiap
pengusaha yang mendirikan tempat usaha maupun menempati tempat usaha yang
disediakan oleh pemerintah dalam melakukan usaha yangdilaksanakan secara teratur
dalam bidang usaha tertentu dengan maksud mencari keuntungan atau laba.
Peraturan mengenai ijin tempat usaha ini berbeda antara daerah yang satu dengan
yang lain karena diatur oleh peraturan daerah masing-masing. Namun secara umum
persyaratan untuk kelengkapan surat izin sama antara daerah yang satu dengan yang lain.
7.      Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Setiap perusahaan yang telah memperoleh TDUP dalam jangka waktu tiga bulan
terhitung mulai tanggal diterbitkannya TDUP wajib mendaftarkan perusahaannya dalam
daftar perusahaan sesuai dengan ketentuan UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan.Tidak semua perusahaan diwajibkan memiliki TDUP, perusahaan berikut ini
yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh TDUP.
8.      AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut
AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan.

17
2.12 Cara Memperoleh Legalitas Perusahaan
1.      Nama Perusahaan
Pemohon dapat mengajukan nama perusahaan bersamaan dengan permohonan
akta pendirian perusahaan ke kantor notaris. Namun untuk memungkinkan perseroan
memperoleh hak memakai suatu nama terlebih dahulu dari perseroan lainnya dan atau
agar lebih cepat mendapat kepastian untuk dapat menggunakan nama tersebut, maka
permohonan tersebut dapat diajukan terlebih dahulu secara terpisah (Pasal 3 UU No. 26
Tahun 1998).
Untuk perusahaan yang tidak berbadan hukum setelah surat permohonan nama
perusahaan diperiksa dan dicek untuk mengetahui apakah nama perseroan yang sudah
dipilih, sudah dimiliki perusahaan lain atau belum. Jika belum notaris langsung
mengesahkan surat permohonan tersebut.
Untuk perusahaan berbadan hukum seperti perseroan terbatas, setelah formulir
surat permohonan nama perusahaan diperiksa dan dicek dan mendapat persetujuan dari
notaris kemudian diteruskan ke Menkumham untuk mendapatkan persetujuan.
Kemudian nama yang sudah mendapat persetujuan dari Menkumham dicatat dalam
daftar nama perseroan (Pasal 7 UU No.26 Tahun 1998).
2.      Merek
Pendaftaran merek bertujuan untuk memperoleh kepastian dan perlindungan
hukum mengenai hak atas merek. Pendaftaran merek dilakukan pada Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Apabila pemilik merek mengajukan permohonan pendaftaran merek, pemohon
dapat mengajukan dua atau lebih kelas barang dapat dilakukan dengan satu
permohonan. Pengajuan permohonan dua atau lebih kelas barang dan atau jasa dengan
menyebutkan jenis barang atau jasa yang termasuk dalam kelas yang dimohonkan
pendaftarannya (Pasal 8 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001).
3.      Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4.      Akta Pendirian
Langkah-langkah untuk membuat akta pendirian secara umum sama dengan
pengajuan nama perusahaan. Akta pendirian perusahaan persekutuan badan hukum

18
harus mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM. Sedangkan akta pendirian
perusahaan persekutuan badan badan hukum tidak perlu mendapat pengesahan dari
Menteri Hukum dan HAM, cukup dibuat didepan notaris didaftarkan pada
kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat. Pengesahan tersebut merupakan
pengawasan apakah anggaran dasar perusahaan sudah sesuai dengan ketentuan
undang-undang dan sekaligus pengakuan sebagai badan hukum (Pasal 7 ayat (6)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995). Karena memuat anggaran dasar perusahaan,
akta pendirian tersebut diumumkan kepada khalayak ramai melalui Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia.
5.      Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
6.      Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
7.      Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
8.      AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

2.13    Manfaat Legalitas Perusahaan


Untuk mengetahui tujuan pendaftaran perusahaan, lebih dahulu perlu dibaca
penjelasan umum Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan. Dalam penjelasan umum
tersebut pada pokoknya dinyatakan bahwa tujuan pendaftaran perusahaan adalah untuk:
1)      Melindungi perusahaan jujur dan terbuka dari kemungkinan kerugian akibat praktik
persaingan usaha yang tidak sehat, seperti persaingan curang, penggunaan merek terdaftar
tanpa izin, dan penyelundupan. Kewajiban pendaftaran dapat mencegah atau menghindari
timbulnya perusahaan atau badan usaha yang tidak bertanggung jawab serta dapat
merugikan perusahaan yang jujur.
2)      Melindungi masyarakat atau konsumen dari kemungkinan akibat persaingan tidak sehat
atau insovabel suatu perusahaan. Dengan kewajiban pendaftaran perusahaan dapat
diketahui keadaan perusahaan melalui Daftar Perusahaan pada Kantor Pendaftaran
Perusahaan. Perusahaan bersifat terbuka untuk semua pihak.
3)      Mengetahui perkembangan dunia usaha dan perusahaan yang didirikan, berkerja, serta
berkedudukan di Indonesia melalui Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan.
4)      Memudahkan pemerintah melakukan pembinaan, pengarahan, pengawasan, dan
penciptaan iklim dunia usaha yang sehat melalui data yang dibuat secara benar dalam

19
daftar perusahaan sehingga dapat dijamin perkembangan dunia usaha dan kepastian
berusaha.
Dengan adanya kewajiban pendaftaran perusahaan, maka jelaslah bahwa buku daftar
perusahaan berfungsi sebagai sumber informasi resmi mengenai identitas dan hal-hal yang
menyangkut dunia usaha dan perusahaan. Selain itu, buku daftar perusahaan juga berfungsi
sebagai alat pembuktian sempurna terhadap pihak ketiga sepanjang tidak dibuktikan
sebaliknya. Oleh karena itu, pengusaha yang mendaftarkan perusahaannya dituntut
mempunyai sifat jujur dan terbuka sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
Sifat terbuka ini dapat diketahui dari ketentuan Pasal 31 Keputusan Menteri Perindustrian
Nomor 12 Tahun1998 yang menyatakan bahwa:
Kantor Pendaftaran Perusahaan (KPP) menyajikandaftar perusahaan sebagai
sumber informasi resmi bagi semua pihak berkepentingan. Informasi tersebut bersifat
terbuka dan kepada setiap pihak diberikan kesempatan untuk melihat dan meminta
informasi dalam bentuk salinan, petikan resmi, dan hasil olahan data perusahaan dengan
dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sementara manfaat legalitas perusahaan antara lain:
1.    Sarana perlindungan hukum
Seorang pengusaha yang telah melegalkan perusahaannya akan terhindar dari
pembongkaran atau penertiban dari pihak berwajib, sehingga memberikan rasa aman
dan nyaman akan keberlangsungan usahanya.
2.    Sarana promosi
Dengan mengurus dokumen-dokumen legalitas tersebut, secara tidak langsung
pengusaha telah melakukan serangkaian promosi.
3.    Bukti kepatuhan terhadap hukum
Dengan memiliki unsur legalitas tersebut menandakan bahwa pengusaha telah
mematuhi aturan hukum yang berlaku, secara tidak langsung ia telah menegakkan
budaya disiplin pada dirinya.
4.    Mempermudah mendapatkan suatu proyek
Dalam suatu tender, selaku mensyaratkan bahwa perusahaan harus memiliki
dokumen-dokumen hukum yang menyatakan pelegalan perusahaan tersebut. Sehingga
hal ini sangat penting nantinya untuk sarana mengembangkan usaha.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing
elemen dalam lingkaran bisnis. Pemasok (supplier),perusahaan, dan konsumen, adalah
elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika,
sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik.
Suatu perusahaan baik itu perusahaan jasa, perdagangan maupun industri dalam
menjalankan kegiatannya akan sangat membutuhkan suatu legalitas demi keberlangsungan
perusahaan tersebut nantinya. Bentuk-bentuk legalitas tersebut bermacam-macam tergantung
dari bidang dan jenis perusahaan tersebut. Bentuk-bentuk legalitas tersebut antara lain nama
perusahaan, merek, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat Ijin Usaha Perdagangan
(SIUP) , Surat Ijin Tempat Usaha, dan Tanda Daftar Perusahaan.

3.2 Saran
Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin
menerapkan etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang
terjadi pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang
berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis pun
dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan tersebut.
Maka dari itu, berdasarkan ketentuan dari pemerintah dan keuntungan-keuntungan
yang diperoleh nantinya, seorang pengusaha harus mengurus legalitas perusahaannya.
Dengan adanya legalitas tersebut, pengusaha telah mendapatkan jaminan keberlangsungan
perusahaannya. Justru jika perusahaan itu tidak diurus, nantinya perusahaan itu akan
mendapatkan banyak kesulitan dalam kegiatan usahanya. Selain merasa terancam dengan
penertiban oleh pihak berwajib, mereka juga akan kesulitan mengembangkan usahanya
menuju kearah yang lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Almar, Buchori, 2001, kewirausahaan, Bandung, Alfabeta. Hlm 65


Asyhadie, Zaeni. 2012. Hukum Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Dr. A. Sonny Keraf. 2000. Etika Bisnis, (bandung, surya pustaka) hlm 24
Fadiati, Ari, M.Si., Purwana Dedi, M.Buss. 2011. Menjadi Wirausaha Sukses cetakan kedua.
Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.hlm 19
http://di-am.blogspot.com/2014/12/makalah-etika-wirausaha-dan-mutiara.html
http://mahendra-s-h-fpsi05.web.unair.ac.id/artikel_detail-49085-Umum-Daftar%20Pustaka.html
Meredith G. Goffrey. 1996. Kewirausahaan: Teori dan praktis, Jakarta, Pustaka Binaman
Pressindo. Hlm 44
Muhammad, Abdulkadir. 2010. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus (Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.

Saiman Leornardus. 2009. Kewirausahaan: Teori, Praktik, dan Kasus-kasus, Jakarta, Salemba
Empat. Hlm 34
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 46/-DAG/PER/9/2009 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdaganagan Republik Indonesia Nomor 36/M-

DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang

Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang

Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 2012 tentang Izin Tempat

Usaha.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroan

Terbatas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Nomor 1 Tahun 1995.

Undang-Undang Repbulik Indonesia Nomor 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

23

Anda mungkin juga menyukai