2866 5831 1 PB
2866 5831 1 PB
land price Jalan Gajahmada’s corridor has increased. Based on information obtained in the field, land price of
Jalan Gajahmada’s corridor in the range of IDR 15 million/m2 to achieve the highest price IDR 60 million/m2. See
an increase of land price that occurred after the commercial activity development, need to be assessed whether
the land price of price Jalan Gajahmada’s corridor according to the assessment of land price or other factors
that affect the pricing of land. To suspect that the increase of land price at Jalan Gajahmada’s corridor affected
by commercial activity development, the research question arises, "How does the pricing suitability of land for
the estimated standard land prices at Jalan Gajahmada’s corridor" To answer these questions, the objectives to
be achieved in this study is to assess the suitability of land pricing to estimate the price of land as implication of
the commercial activity development at Jalan Gajahmada’s corridor. This research uses deductive thinking is
done with a quantitative approach. In accordance with the approach used, this study will examine the variables
associated with changes of land price due to commercial activity development at Jalan Gajahmada’s corridor.
The analysis used in this research is descriptive statistics. Output of the analysis includes the estimated land
price and the formulation of the relationship between the commercial activity development with the land price
at Jalan Gajahmada’s corridor. From the output, it will be answered research questions that arise. In addition,
the analysis will also be used to develop recommendations related to the research.
Keywords: Jalan Gajahmada’s corridor, Commercial activity, Land price
PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk yang terjadi dengan kawasan Simpang Lima juga karena
pada suatu ruang menuntut suatu aktivitas dukungan baik secara fisik maupun regulasi.
pelayanan pemenuhan kebutuhan hidup. Dilihat dari aspek fisik, koridor Jalan
Terkait dengan hal tersebut, aktivitas Gajahmada terletak pada kondisi datar dan
komersial dibutuhkan oleh masyarakat dalam aksesibilitas yang tinggi sehingga
pelayanan pemenuhan kebutuhan sehari‐hari. memudahkan pengembangan aktivitas
Aktivitas komersial adalah kegiatan komersial. Sedangkan dari aspek regulasi,
pertukaran atau jual/beli barang dan jasa Pemerintah Kota Semarang memang telah
untuk mendapatkan keuntungan dengan cara mengalokasikan koridor Jalan Gajahmada
perdagangan dan seluruh kegiatan sebagai kawasan komersial yang tertuang
pendukunganya seperti transportasi, dalam dokumen RDTRK BWK I Kota Semarang
komunikasi, perbankan, dan sebagainya serta RTRW Kota Semarang.
(Sungguh, 1992). Alokasi fungsi aktivitas Dari keseluruhan lahan di koridor Jalan
komersial pada dasarnya telah diatur oleh Gajahmada, sebesar 65% merupakan fungsi
pengaturan lokasi aktivitas. komersial dan sebesar 35% merupakan fungsi
Pada Kota Semarang, aktivitas komersial non komersial, seperti rumah dan sarana
utama saat ini berpusat di kawasan Simpang umum. Prosentase fungsi komersial yang
Lima yang merupakan kawasan pusat kota. mendominasi penggunaan lahan di koridor
Hingga saat ini, kawasan Simpang Lima masih Jalan Gajahmada menunjukkan bahwa
menjadi pusat pelayanan aktivitas komersial perkembangan aktivitas komersial cukup
dengan hirarki tertinggi meskipun telah pesat. Skala usaha komersial di koridor Jalan
muncul beberapa pusat baru. Di kawasan Gajahmada dimulai dari skala kecil, skala
tersebut, berkembang berbagai jenis aktivitas sedang, hingga skala besar untuk pelayanan
komersial berskala kota hingga regional. masyarakat skala Kota Semarang hingga
Koridor Jalan Gajahmada yang terletak regional.
berbatasan dengan kawasan Simpang Lima Pesatnya perkembangan aktivitas
turut berkembang seiring dengan pesatnya komersial yang terjadi di koridor Jalan
pertumbuhan aktivitas komersial di kawasan Gajahmada memberikan implikasi yang dapat
Simpang Lima. Berkembangnya aktivitas dilihat dari aspek fisik maupun non fisik.
komersial di koridor Jalan Gajahmada selain Secara fisik, perkembangan aktivitas komersial
karena letaknya yang berbatasan langsung menyebabkan tingginya penggunaan lahan
Teknik PWK; Vol. 2; No. 3; 2013; hal. 368-377 | 369
Kajian HHarga Lahan sebaggai Implikasi Perkeembangan Aktivitaas ... Nurssanti Anggraeni daan Ragil Haryanto
Su
umber: Googlee Earth dan M
Modifikasi, 201
13
GAMBAR
R 1
ORIENTASI KORIDOR JALLAN GAJAHM MADA
lahan, pengaruh tanah sudut, topografi, lahan, serta korelasi harga lahan terhadap
utilitas, pengembangan tapak, serta lokasi faktor‐faktor yang mempengaruhi harga lahan
lahan. Metode yang digunakan dalam (jarak lahan terhadap pusat kota serta skala
pelaksanaan analisis ini adalah deskriptif usaha komersial di atas lahan). Dengan
untuk mengkaji serta menjabarkan secara analisis ini, dapat dilihat kecenderungan
detail karakteristik lahan di koridor Jalan perkembangan harga lahan serta keterkaitan
Gajahmada. jarak lahan terhadap pusat kota dan skala
Analisis Perkembangan Aktivitas Komersial usaha komersial terhadap penetapan harga
Analisis yang dilakukan secara deskriptif lahan di koridro Jalan Gajahmada.
ini bertujuan untuk mengkaji perkembangan Penakasiran (appraisal) Harga Lahan
aktivitas komersial di koridor Jalan Gajahmada Penaksiran harga lahan dalam
secara detail. Dalam analisis ini, beberapa hal penelitian ini dilakukan dengan metode
yang dikaji meliputi kondisi perkembangan statistik untuk menghitung taksiran harga
aktivitas komersial itu sendiri, serta faktor‐ lahan yang sesuai dengan pertimbangan
faktor yang mempengaruhi perkembangan elemen harga lahan, meliputi harga pasaran
aktivitas komersial. Hasil analisis tersebut lahan dan harga bangunan. Dengan hasil
dapat digunakan untuk melihat keterkaitan taksiran harga lahan yang diperoleh, maka
perkembangan aktivitas komersial terhadap dapat dilihat kesesuaian harga pasaran yang
harga lahan di koridor Jalan Gajahmada. digunakan untuk transaksi terhadap taksiran
Analisis Highest and Best Use Lahan harga lahan yang semestinya di koridor Jalan
Analisis Highest and Best Use lahan Gajahmada.
dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji Analisis Keterkaitan Perkembangan Aktivitas
penggunaan tertinggi dan terbaik dari lahan Komersial terhadap Harga Lahan
sehingga mampu memberikan keuntungan Sesuai dengan tujuan dalam penelitian
ekonomi terbesar dari lahan. Analisis ini ini, maka analisis yang dilakukan secara
dilakukan secara deskriptif dengan melihat statistik menggunakan analisis regresi linier ini
kesesuaian penggunaan tertinggi dan terbaik bertujuan untuk mengkaji keterkaitan antara
yang idel dari lahan di koridor Jalan perkembangan aktivitas komersial terhadap
Gajahmada terhadap penggunaan nyata yang harga lahan di koridor Jalan Gajahmada.
ada di lapangan. Dalam analisis ini, akan dikaji keterkaitan
Analisis Keterkaitan Lahan Kosong dengan antara variabel bebas (meliputi jarak lahan
Perkembangan Lahan Terbangun terhadap terhadap pusat kota, harga NJOP, serta skala
Harga Lahan usaha komersial) terhadap variabel terikat
Sesuai dengan teori ekonomi lahan, (harga pasaran lahan) dalam penelitian ini.
harga lahan dipengaruhi oleh penyediaan dan Hasil dari analisis ini dapat digunakan untuk
permintaan terhadap lahan. Terkait dengan menjawab ada atau tidaknya pengaruh dari
hal tersebut, maka dilakukan analisis untuk pekembangan aktivitas komersial terhadap
melihat keterkaitan supply (dalam penelitian harga lahan di koridor Jalan Gajahmada.
ini diukur dari lahan kosong) dengan demand
(diukur dari perkembangan lahan terbangun) HASIL PEMBAHASAN
dalam membentuk harga lahan. Analisis ini Karakteristik Lahan Koridor Jalan Gajahmada
dilakukan dengan menggunakan metode Berdasarkan analisis yang telah
deskriptif untuk menjabarkan keterkaitan dilakukan, maka diperoleh temuan
anatara lahan kosong dengan perkembangan karakteristik lahan koridor Jalan Gajahmada
lahan terbangun terhadap harga lahan di sebagai berikut:
koridor Jalan Gajahmada. Lahan di kawasan koridor Jalan Gajahmada
Analisis Harga Lahan terdiri dari berbagai luas lahan, mulai dari
Analisis yang dilakukan secara deskriptif kavling lahan berukuran 150 m2 hingga
ini bertujuan untuk mengkaji harga lahan yang kavling berukuran 3.127 m2Lahan di
meliputi gambaran perkembangan harga
kooridor Jalaan Gajahm mada meemiliki memud dahkan pennilaian pro operti yangg
keeteraturan bentuk denga an pembagia n dan dilakuka
an. Dengann melihat karakteristikk
baatas kavling yyang jelas. B
Bentuk lahann yang lahan dari
d ukuran dan bentu
uk, lahan dii
beeraturan mendukung
m pengembaangan koridor Jalan Gajaahmada sangat sesuaii
akktivitas kommersial di koridor Jalan untuk dikembanggkan untuk aktivitass
Gaajahmada karena
k dapat memudaahkan perdagaangan dan jaasa (komersial).
peembangunan n bangunan n komersial dan
Sumb
ber: Analisis Peeneliti, 2013
GAMBAR 2
BENTUK
K DAN UKURA
AN LAHAN KO
ORIDOR JALAN
N GAJAHMAD
DA
Ke
ecenderungaan yang terlihat di kooridor pada suudut jalan, aaksesibilitas yyang mudahh
Jalan Gajahmaada adalah dimana tinggginya sehinggga memudahhkan masyarakat dalam m
haarga lahan yang berada di sudut jalan menjangkau lokasii lahan terssebut. Oleh h
masih menjaadi karakte eristik laha n di karena itu, lokasii tanah su udut sangatt
ko
oridor Jalann Gajahmad da. Hal terrsebut dipertim
mbangkan ddalam penen ntuan hargaa
ditunjang oleh faktor letak yang straategis lahan di koridor Jalaan Gajahmad da.
Harga llahan kavling A yyang merupakan lahan parkir lebiih tinggi dari harrga kavling B yang merupakan kavvling untuk klinikk kesehatan yang g
menunjjukkan bahwa teerdapat kecenderrungan dimana hharga lahan di su
udut jalan korido
or Jalan Gajahmaada lebih tinggi daripada kavling
g
yang tidak terletak di su
udut jalan.
Sumb
ber: Analisis Peeneliti, 2013
Gambarr 3
Perbaandingan Laha
an di Sudut d engan Lahan Non Sudut dii Koridor Jalann Gajahmada
Kondisi lahan pada topografi datar menjadi dimana kenaikan harga lahan terjadi sejalan
daya dukung penggunaan lahan di koridor dengan waktu perkembangan aktivitas
Jalan Gajahmada sehingga perkembangan komersial di koridor Jalan Gajahmada.
aktivitas perdagangan dan jasa (komersial)
Penggunaan Tertinggi dan Terbaik Lahan di
semakin berkembang pesat. Hal tersebut
Koridor Jalan Gajahmada
berimplikasi pula pada harga lahan yang
Berdasarkan analisis yang telah
menjadi sangat tinggi karena kondisi
dilakukan, diperoleh bahwa penggunaan
topografi sangat mendukung
terbaik dan tertinggi lahan adalah sebagai
pengembangan lahan untuk aktivitas
pengembangan aktivitas komersial yang
budidaya yang mampu memberikan nilai
didukung dengan kesesuaian fisik dan
ekonomi yang tinggi.
kesesuaian peraturan sehingga aktivitas
Dengan adanya dukungan utilitas yang komersial dapat berkembang dengan pesat.
cukup memadai, maka pengembangan Pengalokasian aktivitas komersial telah
aktivitas perdagangan dan jasa di koridor sesuai dengan zonasi yang ditetapkan dalam
Jalan Gajahmada dapat terus berkembang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan BWK I
dengan baik. Dukungan utilitas yang Kota Semarang, dimana aktivitas perdagangan
memadai tersebut juga merupakan salah dan jasa dialokasikan di koridor Jalan
satu faktor yang mempengaruhi tingginya Gajahmada untuk memberikan pelayanan
harga lahan di koridor Jalan Gajahmada. pemenuhan kebutuhan dengan skala kota
Berdasarkan kajian terhadap hingga regional. Pengembangan dan
pengembangan tapak, ditemukan bahwa pemanfaatan lahan sebagai aktivitas komersial
harga lahan di koridor Jalan Gajahmada di koridor Jalan Gajahmada juga telah sesuai
masih dipengaruhi oleh pengembangan dengan peraturan standar bangunan (building
tapak (lahan). Pengembangan lahan codes). Pengembangan bangunan dilakukan
sebagai kawasan perdagangan dan jasa secara vertikal untuk mencapai efisiensi
(komersial) menyebabkan harga lahan pemanfaatan lahan. Untuk bangunan dengan
koridor Jalan Gajahmada melonjak tinggi. jumlah lantai banyak hanya boleh dialokasikan
Dari aspek lokasi, Koridor Jalan Gajahmada untuk bangunan hotel dan perkantoran,
merupakan kawasan yang berbatasan sedangkan untuk bangunan lainnya dibatasi
langsung dengan pusat Kota Semarang dengan jumlah lantai maksimal 4 lantai. Untuk
sehingga potensial dialokasikan untuk aktivitas komersial di koridor Jalan
pengembangan aktivitas perdagangan dan Gajahmada, Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
jasa skala kota hingga regional. Oleh yang diperbolehkan tidak lebih dari 80%, serta
karena letaknya yang sangat strategis, masing‐masing bangunan memiliki sirkulasi
dekat dengan pusat kota, perkembangan berupa lahan parkir untuk kendaraan
aktivitas perdagangan dan jasa di koridor bermotor.
Jalan Gajahmada sangat pesat dan
halnyya dengan ketersediaan lahan koosong, harga bangunan sehinngga diperoleh taksiran
n
intensitas lahan tterbangun m
memiliki hubuungan han yang ssesuai denggan kondisii
harga lah
searaah dengan haarga lahan, ddimana inte nsitas tersebut. Berikut peerhitungan penaksiran n
lahann terbangun semakin tin
nggi, harga lahan harga lahan koridor Jallan Gajahmada:
di ko
oridor Jalan
n Gajahmad da juga sem makin Taksirran Harga Teerendah
tinggi. Harga Lahan//m2 = RRp 15.668.000,00
Harga Bangunan/m2 = RRp 10.000.000,00
Hargaa Lahan Koriidor Jalan Ga ajahmada Penyusutan BBang.(20%) =RRp 2.000.000,000
Kajian n terhadap harga lahan dalam peneelitian Harga Bangunan/m2 setelahh Penyusutan Rp 8.000.000,00 0
ini leebih rinci dilakukan meelalui pembbagian Taksiran Harrga Terendah berdasarkan Harga Pasaran
n
= Rp 15.668.0 000,00 + Rpp
pengggal jalan di koridor Ja alan Gajahmmada, 8.000.000,00
0 = RRp 23.668.000,00
yaknii Penggal I untuk perb batasan kawwasan Indikasi Nilai
N Pasar (Pembulatan) Tertinggii
Simpang Lima – – Perempata an Kampungg Kali, Rp 24.000.0000,00.
Pengggal II Peerempatan Kampung Kali‐ Taksirran Harga Teertinggi
Perem mpatan Depok,
D dann Penggall III Harga Lahan//m2 = RRp 15.668.000,00
Harga Bangunan/m2 = RRp 30.000.000,00
Perem mpatan Depo ok‐Perempatan Bojong. Penyusutan BBang.(20%) =RRp 6.000.000,000
Harga Ban ngunan/m2 setelah Pen nyusutan Rp p
Untuk Penggal III, pemanfaatan lahan
didominasi oleh fungsi
f komersial ddengan
24.000.000,0
00Harga
skala menenga ah hingga kecil.. Hal Taksiran Harga Tertinggi berdasarkan Harga
H Pasaran
n
tersebut menjaddi salah satu penngaruh =Rp 15.668.000,00 + Rp 24.000.000,00 = Rp p
harga lahan pada a Penggal III lebih rrendah 39.668.000,0
00
dibandingkan dengan
d dua peenggal
lainnya, yakni berkisar antara 15‐35 Indikasi Nilai
N Pasar (Pembulatan n) Terendah h
juta/m2. Selain pemanfaatan lahan, Rp 40.000.00
00,00.
harga lahan di Penggal III juga
dipengaruhi oleh jaraknya yang lebiih jauh
a dibandingkan ddengan
dari pusat kota Haarga
Penggal I dan Pennggal II.
Laahan
(R
Rp) Rp 15 - 60
60
Pengaruh pemanfaatan lahan pada 55
adap harga lahan cukup
Penggal II terha
50
terlihat. Pada penggal
p tersebut, harga
lahan dengan fun ngsi komersial jauhh lebih 45
Rp 24 - 40
tinggi dibandingkkan dengan harga lahan 40
untuk fungsi non komersial. Pada Peenggal
35
nit rumah, 3 bidangg lahan
II, terdapat 16 un
kosong. Harga lahan untuk ffungsi 30
komersial dapat mencapai Rp 25‐40 30
juta/m2, sedangkan harga untuk lahan 25
dengan fungsi non
n komersial ratta‐rata
20
sebesar Rp 25 jutta/m2.
15 Rp 9 - 12
10 2
Dominasi pemanfaatan lahan pada Penggal I koridor
k Jalan Gajahhmada j /
adalah sebaagai aktivitas kommersial skala besar. Pada penggal terrsebut 5
hanya terdaapat lima kavling dengan
d n komersial, yakni 3 unit
fungsi non
rumah, 1 uunit sekolah, dan 1
1 unit gereja. Terka
ait dengan hal terrsebut,
pengaruh ppemanfaatan lahan ahan tidak begitu dapat
n terhadap harga la
Taksiran
T Taksiran Kisaran
K Harga
Kissaran Harga Kis
isaran Harga Lahan
L Pasaran
terlihat. Harrga lahan pada Pen
nggal I ini berkisar antara Rp 35‐60 juuta/m2
Lahan
lebih disebaabkan karena lokasinya yang sangat d dekat bahkan berbaatasan Lahan yang Berlaku di
be
erdasarkan
langsung deengan kawasan pusat Kota Semarang. beerdasarkan Lapangan
NJOP
Haarga Pasaran
Sumb
ber: Analisis Peeneliti, 2013
GAMBAR 5 HASILL
APPRAISSAL
A
ANALISIS HAR RGA LAHAN KO ORIDOR JALA
AN
GAJAHMADA A
Sumber: Analisis Peneliti,, 2013
Penaksiran Harrga Lahan Koridor Jalan GAMMBAR 6
Gajah
hmada PENAKSIRAN HARGA LLAHAN KORID DOR JALAN
n harga lahan
Penaksiran l dilakkukan GAJAH HMADA
dengan menggun nakan data harga lahann dan
di luar elemen pembentuk harga lahan yang Jayadinata, T. Johara. 1999. Tata Guna Tanah
menyebabkan harga lahan menjadi tinggi, dalam perencanaan Pedesaan,
yakni adanya perkembangan aktivitas Perkotaan, dan Wilayah. Bandung: ITB
komersial yang pesat di koridor Jalan Kamus Penataan Ruang. 2009. Yogyakarta:
Gajahmada. Dengan demikian dapat Dinas Pekerjaan Umum
disimpulkan bahwa perkembangan aktivitas BAPPEDA. 2010. Rencana Detail Tata Ruang
komersial berpengaruh terhadap harga lahan Kawasan BWK I Kota Semarang Tahun
sehingga harga pasaran yang berlaku di 2010‐2030. Badan Perencanaan
lapangan tidak sesuai dengan taksiran harga Pembangunan Daerah Kota Semarang
lahan di koridor Jalan Gajahmada. BAPPEDA. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Semarang 2011‐2031. Badan
REKOMENDASI Perencanaan Pembangunan Daerah
Terkait dengan hasil penelitian, maka Kota Semarang
rekomendasi yang dapat diusulkan adalah Sujianto. 2011. “Segitiga Emas Jadi Pusat
sebagai berikut: Bisnis” dalam Suaramerdeka.com. http:
Pengembangan aktivitas komersial perlu //www.suaramerdeka.com. Semarang
dipantau dan dikendalikan meskipun Sungguh, Asad. 1992. Kamus Ekonomi
karakteristik lahan mendukung adanya Perdagangan. Jakarta: Media Pratama
pengembangan aktivitas supaya pesatnya Yunus, Hadi Sabari. 2005. Struktur Tata Ruang
perkembangan aktivitas tidak mengganggu Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
keseimbangan lingkungan.
Terkait dengan semakin meningkatnya
harga lahan, maka perlu adanya kontrol
dari pihak yang berwenang dalam
mengendalikan harga lahan supaya harga
lahan tetap terjangkau dan tidak sampat
berhenti pada satu titik yang tidak dapat
dijangkau yang dapat menyebabkan lahan
tersebut menjadi lahan mati.
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Asmadi. 2004. Pendekatan Kuantitatif
dan Kualitatif serta kombinasinya dalam
penelitian psikologi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Balchin, Paul N. and Jeffrey L. Kieve. 1982.
Urban Land Economics Second Edition.
London: Macmillan Press
Chapin, F.S. dan Kaiser, Edward J. 1979. Urban
Land Use Planning.3rd. Urbana:
University Of Illois Press.
Hermit, Herman. 2009. Teknik Penaksiran
Harga Tanah Perkotaan. Bandung: CV.
Mandar Maju
Hidayati, Wahyu dan Harjanto, Budi. 2003.
Konsep Dasar Penilaian Properti.
Yogyakarta: BPFE Universitas
Gajahmada