Biokim Okk
Biokim Okk
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
I.2 TUJUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
III.2 PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
IV. 1. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Enzim bekerja pada kisaran suhu tertentu. Suhu rendah mendekati titik beku
tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu
lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu
tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena
mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu
optimum. Berdasarkan teori tersebut, maka dilakukanlah percobaan ini untuk
mengaplikasikan, membuktikan dan menguji kebenaran dari teori tersebut agar dapat
lebih mudah untuk dipahami dan dipelajari
I.2. TUJUAN
Enzim merupakan katalis yang mengatalisis perubahan satu atau lebih senyawa
(substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) dengan mampu
meningkatkan laju reaksi setidaknya 106 kali dibandingkan jika tidak dikatalisis.
Selain sangat efisien enzim juga merupakan katalis yang sangat selektif. Tidak seperti
kebanyakan katalis yang digunakan dalam bidang kimia sintetik, enzim bersifat
spesifik baik bagi tipe reaksi maupun substrat yang dikatalisis (Murray, dkk., 2009).
Enzim merupakan suatu protein, sehingga sulit mengetahui rumus dan strukturnya.
Oleh sebab itu, nama enzim tidak berdasarkan senyawa, melainkan dari nama reaksi
yang dipercepat dan ditambah akhiran ‘ase’. Dalam reaksi redoks, misalnya enzimnya
2. Transferase (enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan gugus dari satu molekul
ke molekul lain).
4. Liase (enzim yang mengkatalisis reaksi penambahan gugus ke ikatan rangkap atau
pelepasan gugus dari ikatan rangkap tanpa melibatkan reaksi hidrolisis atau
oksidasi).
5. Isomerase (enzim yang mengkatalisis reaksi penataan ulang gugus fungsi dalam
sebuah molekul).
6. Ligase (enzim yang mengkatalisis reaksi pembentukan ikatan antara dua molekul
enzim yakni:
1. Aktivator Enzim
aktivitas suatu enzim. Kebanyakan aktivator adalah ion-ion anorganik, terutama ion
logam atau kation. Aktivator yang baik untuk enzim deoksiribonuklease adalah
ion-ion Mg2+, Mn2+, Co2+ dan Fe2+, sedangkan aktivator yang lemah untuk enzim ini
adalah ion-ion Ca2+, Ba2+, Sr2+ dan Cd2+. Selain aktivator kation, ada juga aktivator
anion, misalnya aktivator ion Cl¯ untuk amilase ludah atau ptialin.
2. Inhibitor Enzim
Inhibitor atau penghambat suatu enzim adalah suatu senyawa atau zat yang
reversible dibedakan atas dua golongan yaitu penghambatan kompetitif dan non
kompetitif.
3. pH
steapsin = 8,0, amilopepsin = 7,0). Jika pH ini dilewati atau dilampaui maka
4. Suhu
Tiap enzim memiliki suhu optimum yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja
dengan baik. Semakin jauh dari suhu optimum maka kerja enzim semakin tidak
baik. Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju reaksi enzim masih baik
disebut suhu optimum. Suhu optimum untuk enzim-enzim yang terdapat dalam
5. Konsentrasi Enzim
konsentrasi enzimnya.
c. Saliva
Dalam kondisi fisiologis normal manusia memproduksi saliva (air liur) sekitar
0,5-1,0 liter per hari. Beberapa kelenjar saliva seperti kelenjar parotis dan kelenjar
lingual minor adalah kelenjar serosa murni. Kedua kelenjar itu menghasilkan
saliva berair dengan kandungan enzim (amilase dan lipase) yang tinggi pada saat
stimulasi. Kelenjar palatal kecil menghasilkan saliva yang lebih kental dan lebih
d. Enzim Amilase
Hidrolisis pati (starch) dikatalisis oleh amilase liur dan amilase pankreas.
dalam polimer glukosa. Enzim ini tidak bisa menghidrolisis ikatan α-(1,6) dalam
polimer bercabang, terminal ikatan α-(1,4) dan ikatan α-(1,4) dekat titik
Pati berbeda dengan selulosa. Pada selulosa monomer D-glukosa satu dengan
yang lain secara β, sedangkan pada pati monomer D-glukosa terhubung secara α.
Pati merupakan cadangan karbohidrat bagi tanaman dan seperti halnya selulosa,
Sumber utama pati adalah beras, singkong, gandum, jagung, kentang, ketela, umbi
amilopektin. Namun demikian, ada jiga jenis pati yang hanya terdiri dari amilosa
-Salisbury, F. dan Ross, C.W., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
-Murray, R.K., Granner, D.K. dan Rodwell, V.W., 2009, Biokimia Harper, Edisi 27, Ahli
Bahasa Braham U. Pendit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
-Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia: Buku Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program
Strata 1 Fakultas Bioeksakta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta