Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

JANTUNG KORONER (PJK)


A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Penyakit jantung koroner (penyakit arteri koroner) adalah
jenis penyakit yang banyak menyerang penduduk indonesia.
Kondisi ini terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan di
dinding nadi koroner karena adanya endapan lemak dan
kolesterol sehingga mengakibatkan suplai darah ke jantung
manjadi terganggu. Perubahan pola hidup,makan dan stres juga
dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner
[ CITATION kar12 \l 1057 ].
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah salah satu akibat
utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah nadi ) yang
dikenal sebagai arterosklerosis. Pada keadaan ini, pembuluh
darah nadi menyempit, terjadi karena endapan – endapan lemak
(atheroma dan plaques) di dindingnya [ CITATION Sho13 \l 1057 ].
Penyakit jantung koroner adalah perubahan variabel intima
arteri yang merupakan pokok lemak (lipid), pokok komplek
karbohidrat darah dan hasil produk darah, jaringan fibrus dan
defosit kalsium yang kamudia di ikuti dengan perubahan lapisan
media (lily ismudianti, 1996) dalam buku [ CITATION Wij13 \l 1057 ]
2. Etiologi
Menurut sylvia price (2006) Aterosklerosis pembuluh koroner
merupakan penyebab penyakit arteri koronaria yang paling sering
ditemukan. Atheroklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan
jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif
mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit
maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan
menyebabkan aliran darah miokardium. Bila penyakit ini semakin
lanjut, maka penyempitan lumen akan akan diikuti perubahan
vaskuler yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk melebar.
Dengan demikian keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen menjadi genting, membahayakan miokardium.
Penyakit jantung korener terutama disebabkan oleh proses
aterosklerosis yang merupakan suatu kelainan degeneratif,
meskipun dipengaruhi oleh banyak faktor, kelainan degeneratif ini
akan menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan o 2
miokardium dengan masukan (suplay) nya , sehingga bisa
menyebabkan iskemia dan anoksia yang ditimbulkan oleh
kelainan vaskuler dan kekurangan O2 dalam darah.
Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner terbagi dalam
faktor-faktor risiko besar (major risk factor) dan faktor-faktor yang
kecil (minor risk factor), yaitu :
a. Faktor-Faktor Risiko Besar (Major Risk Factor)
1) Usia
Usia adalah faktor risiko terpenting dan 80% dari
kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) terjadi pada
orang dengan usia 65 tahun atau lebih. Meningkatnya usia
seseorang akan semakin tinggi kemungkinan terjadinya
penyakit jantung koroner. Peningkatan usia berkaitan
dengan penambahan waktu yang digunakan untuk proses
pengendapan lemak pada dinding pembuluh nadi. Di
samping itu proses kerapuhan dinding pembuluh tersebut
semakin panjang sehingga semakin tua seseorang maka
semakin besar kemungkinan teerserang penyakit jantung
koroner
2) Jenis kelamin
Pria mempunyai risiko yang lebih untuk menderita
penyakit jantung kroner, kaum ibu biasanya tidak terserang
oleh penyakit ini sampai setelah menopause. Peningkatan
setelah menopause terjadi akibat penurunan kadar
estrogen dan peningkatan lipid di dalam darah (Gede Niluh,
1996). Pria usia < 65 tahun kira-kira mempunyai
kemungkinan meninggal akibat penyakit jantung 4 kali lebih
besar dibanding wanita
3) Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Hubungan tekanan darah tinggi dengan penyakit
jantung koroner atribut yang mempercepat proses untuk
timbulnya atherosclerosis. Tambahan lagi peningkatan
resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload (pasca
pengisian) dan kebutuhan ventrikel. Akibatnya adalah
peningkatan kebutuhan oksigen untuk myocardial untuk
menghadapi suplai yang berkurang. Pengaruh hipertensi
dapat dimodifikasi melalui kepatuhan terhadap regimen
medis untuk pengendalian sistolik dan diastolik tekanan
darah
4) Hiperlipidemia
Hiperlipidemia merujuk pada terjadinya peningkatan
kadar kholestrol dan triglyserida di dalam darah. Orang
yang kadar kolestrol melebihi 300 ml/dl memiliki risiko 4 kali
untuk menderita penyakit jantung koroner dengan mereka
yang kadarnya 200 mg/dl.
5) Merokok
Merokok merupakan faktor besar yang memberi
kontribusi kepada penyakit jantung koroner. Para perokok
sigaret mempunyai 2-3 kali untuk meninggal karena
penyakit jantung koroner dari pada orang bukan perokok.
Risiko bergantung pula kepada banyaknya rokok yang
dihisap dalam sehari, lebih banyak/sering merokok maka
lebih tinggi resikonya. Nicotine meningkatkan beban kerja
miokardium dan terjadi dampak peningkatan kebutuhan
oksigen. Karbonmonoksida mengganggu pengangkutan
oksigen
b. Faktor-Faktor Risiko Kecil (Minor Risk Factor)
1) Obesitas
Obesitas atau berat badan yang berlebih yang
berhubungan dengan beban kerja jantung yang meningkat
dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Yang spesifik,
obesitas berhubungan dengan peningkatan intake kalori
dan peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL)
(Gede Niluh, 1996). Orang yang gemuk akan lebih
cenderung menderita penyakit jantung koroner dibanding
seseorang yang berbobot normal.
2) Kurang Gerak
Telah dibuktikan bahwa kegiatan gerakan dapat
memperbaiki efisiensi jantung dengan mengurangi
kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak terhadap
fisiologis yang lain dari kegiatan gerakan ialah menurunkan
kadar kepakatan rendah dari lipid protein, menurunkan
kadar glukosa darah dan memperbaiki cardiac output dapat
mengurangi kemungkinan penyakit jantung koroner
3) Diabetes Mellitus
Atherosklerosis koromer diketahui 2-3 kali lebih
banyak pada orang dengan diabetes, tanpa memandang
kadar lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi vaskuler
diketahui terjadi pada diabetes melitus dan metabolisme
lipid yang tidak normal memegang peranan juga dalam
pertumbuhan atheroma. Berpegang teguh pada regimen
medis yang dianjurkan untuk mengatur glukosa dapat
mengurangi pengaruh faktor resiko dan itu menjadi
tanggung jawab individu untuk realisasinya. [ CITATION
Wij13 \l 1057 ]
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus tidak
mereda biasanya di atas region sternal bawah dan abdomen
bagian atas, ini merupakan gejala utama
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai
nyeri tidak dapat tertahankan lagi
c. Nyeri sangat sakit, seperti di tusuk-tusuk yang dapat menjalar
ke bahu dan terus kebawah menuju lengan (biasanya lengan
kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau
hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau
nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin,
diaforesis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual
serta muntah.
g. Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri
yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat
mengganggu neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri)
[CITATION Ren12 \l 1057 ]
4. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh
aterosklerosis sumbatan pada arteri koroner oleh plak lemak dan
fibrosa. Penyakit jantung koroner ditandai dengan angina pektoris,
sindrom koroner akut, dan atau infark miokardium. Faktor jantung
koroner mencakup usia ( diatas 50 tahun) , keturunan, merokok,
kegemukan, kadar kolestrol serum tinggi, hipertensi, diabetes
melitus. Faktor lain, seperti diet dan kurang latihan fisik, juga
berperan pada risiko CHD.
a. Aterosklerosis
Pada ateroskelorosis, lemak menumpuk pada lapisan
intima arteri. Fibroblast diarea tersebut merespons dengan
memperoduksi kolagen dan sel otot polos berproliferasi,
bersama- sama membentuk lesi kompleks yang disebut plak.
Plak ini terdiri atas sebagian besar kelestrol, trigliserida,
fodfolipid, kolagen dan sel otot polos.
Plak mengurangi ukuran lumen pada arteri yang
terserang, mengurangi ukuran aliran darah. Selain itu, plak
dapat menyebabkan ulkus, menyebabkan pembentukan
trombus yang dapat menyumbat pembuluh secara komplet.
b. Angina Pektoris
Angina ditandai dengan episode nyeri dada, biasanya di picu
oleh latihan fisik dan mereda dengan istirahat. Ketika
kebeutuhan oksigen miokardium lebih besar dibanding yang
dapat disuplai oleh pembuluh yang tersumbat sebagian, sel
mikardium menjadi iskemik dn berpindah ke metabolisme
anerobik .
Metabolisme anaerobik menghasilkan asam laktat yang
merangsang ujung saraf otot, menyebabkan nyeri, nyeri
berkurang saat suplai oksigen kembali dapat memenuhi
kebutuhan miokardium.
c. Infark Miokardium
Infrak miokardium terjadi saat obstruksi komplek arteri
koroner mengganggu suplai darah ke arah mikardium, jarinagn
yang terkena menjadi iskemik dan akhirnya mati (infrak) jika
suplai darah tidak diperbaiki. Area nekrotik dibatasi oleh area
jaringan yang cedera atau rusak, yang pada gilirannya di
kelilingi oleh area jaringan iskemik.
Ketika mikardium mati, sel hancur dan melepaskan
beberapa isoenzim jantung ke dalam sirkulasi. Kenaikan kadar
kratinin kinase (creatine kinase, CK) serum dan troponin
spesifik jantung adalah indikartor spesipik infark miokardium.
[ CITATION Lem15 \l 1057 ]
5. Pemeriksaan penunjang
a. EKG
1) T-wave inversion-tanda-tanda ischemia
2) ST-segmen elevated atau tertekan-tanda cedera
3) Significant Q-waves-tanda infarktus
b. Tekanan nadi turun karena keluaran jantung turun
c. Naiknya sel darah putih (WBC) karena inflamasi akibat cedera.
d. Kimia darah
1) Creatine kinase MB (CK-MB) naik-biasanya dilakukan
secara serial. Jumlahnya akan naik sepanjang kurva yang
ditetapkan untuk memperbaiki kerusakan dan resolusi otot
jantung
2) Troponin I-dan troponin naik dalam satu jam kerusakan otot
jantung.
e. Keluaran urin kurang dari 25 ml/jam berhubungan dengan
kurangnya aliran darah ginjal.[CITATION Mar14 \l 1057 ]
6. Penyimpangan KDM[CITATION Ami15 \l 1057 ]

Faktor Resiko; Endapan lipoprotein Cedera endotel;


obesitas, perokok, ras, ditunika intima interaksi antara
umur, 40th, jenis fibrin &platelet
Proliferasi otot
kelamin laki-laki
tunika media

Invasi dan
Lesi Komplikata Flaque fribosa akumulasi dari
lipit

Ateroklerosis Penyempitan/obstrks Penurunan suplai


i Arteri koroner darah kemiokard

Ketidakefektifan Tidak seimbang


Iskemia
perfusi kebutuhan
Jaringan perifer dengan suplai
oksigen

Penurunan Infark miokardium Metabolisme


kontraktilitas Miokard anaerob meningkat

Komplikasi
Kelemahan miokard  Gagal jantung Asam laktat
kongesti meningkat
 Shock kardiogenik
Vol akhir diastolic
 Perikarditis Nyeri dada
ventrikel kiri  Rupture jantung
meningkat  Aneurisma jantung
 Defek septum
ventrikel
Tekanan atrium kiri
 Disfungsi otot
meningkat
papilaris
 Tromboebolisme

Tekanan vena
pulmonalis meningkat
Nyeri akut Kurang informasi
Hipertensi kapiler
paru
Oedem paru Tidak tahu kondisi
dan pengobatan
Penurunan curah Gangguan (klien dan keluarga
jantung pertukaran gas bertanya

Defisiensi
Kelemahan otot
Suplai darah ke Pengetahuan
jaringan tak adekuat Ansieats

Intoleransi
aktivitas
B. KONSEP KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
1. Pengkajian
a. Biodata
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Penyakit pembuluh darah arteri
2) Riwayat serang jantung sebelumnya
3) Terapi estrogen pada wanita pasca menopause
4) Diet rutin dengan tinggi lemak
5) Riwayat merokok
6) Kebiasaan olaraga yang tidak teratur
7) Riwayat DM, hipertensi, gagal jantung kongestif
8) Riwayat penyakit pernapasan kronis
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penyakit jantung/ infark miokard, DM,
stroke, hipertensi, penyakit vaskuler periver.
d. Riwayat kesehatan sekarang
1) Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
2) Faktor perangsang nyeri yang spontan
3) Kualitas nyeri : rasa nyeri digambarkan dengan rasa
sesak yang berat/mencekik
4) Lokasi nyeri : di bawah atau sekitar leher, dengan dagu
belakang, bahu atau lengan
5) Berat nyeri : dapat dikurangi dengan istirahat atau
pemberian nitra.
6) Beratnya nyeri : berlangsung beberapa jam/ hari, selama
serangan pasien memegang dada atau menggosok
lengan kiri.
7) Diaforeasi, muntah, mual, kadang- kadang demam,
dispnea.
8) Syndrom syock dalam berbagai tingakatan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan ummu
a) TD dapat normal/ naik/ turun, perubahan postural
dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
b) Nadi dapat normal, penuh/tidak kuat, lemah/kuat,
teratur/ tidak.
c) Respiratory rate meningkat
d) Suhu dapat normal, meningkat/demam.
2) Kepala : pusing, wajah meringis, mukosa bibir sianosis,
menagis, merintih, kehilangan kontak mata.
3) Leher dan thorax
a) Distensi vena jugularis
b) Dada : bunyi jantung : bunyi jangtung ektra s3/s4
menunjukkan gagal jantung/ penerunan
kontraklitilitas atau komplain vertikel, murmur
menunjukkan gagal katup jantung/ disfungsi otot
papilar, friksi, prikarditis. Irama jantung: dapat
teratur/tidak, paru-paru : bunyi napas
bersih/krekles/mengi, frekuensi nafas meningkat,
nafas sesak, sputum bersih, merah mudah kental.
Batul dengan/ tanpa produksi sputum. Dispnea
dengan/ tanpa kerja, dispnea noktural.
4) Abdomen
a) Penurunan turgor kulit, nyeri ulu hati/terbakar
b) Perubahan BB, bising usus normal/menurun
5) Esktremitas
a) Kelemahan, kelelahan
b) Edema perifer/edema umum
c) Kulit kering/berkeringat dingin
d) Menggeliat
e) Pemeriksaan diagnostik
f) EKG menyatakan peninggian gelombang ST,
iskemia, penurunan atau datarnya gelombang T
menunjukkan cedera, gelombamng Q berarti
nekrosis.
g) Sel darah putih : leukosit (10000-20000) biasanya
tampak pada hari kedua setelah IMA sehubungan
dengan proses inflamasi.
h) Foto dada : mungkin normal/ menunjukkan
pembesaran jantung diduga gagal jantung kongestif
atau aneuresma vertikel
i) Elektorit : ketidakseimbangan dapat dipenmgaruhi
konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas :
hipo/ hiperkalemia.
j) Analiasa gas darah/ oksimeter nadi : dapat
menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru
akut/kronis.
k) Kolestrol/trigliserida serum meningkat, menunjukkan
arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.
l) Enzim jantung :
1) CKMB ( Creatinin Kinese- isoenzim MB) mulai
naik dalam 6 jam, memuncak dalam 18-24 jam
dan kembali normal antara 3-4 hari, tanpa
terjadinya nekrosis baru. Enzim CK-MB sering
sebagai indikator IMA, sebab diproduksi hanya
saat terjadi kerusakan jaringan miokard.
2) Lactat dehhidrogenase (LDH) mulai meningakat
dalam 6-12 jam, memuncak dalam 304 hari dalam
normal 6-12 hari.
3) Aspartat aminotransaminase serum (ASI) mulai
meningkat dalam 8-12 jam dan bertambah pekat
dalam 1-2 hari. Enzim ini muncul dengan
kerusakan hebat dari otot tubuh. [ CITATION Wij13 \l
1057 ]
2. Diagnosa keperawatan [ CITATION DPP17 \l 1057 ]
a. Perfusi perifer tidak efektif
1) Definisi
Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang
dapat mengganggu metabolisme tubuh
2) Penyebab
a) Hiperglikemia
b) Penurunan konsentrasi hemoglobin
c) Peningkatan tekanan darah
d) Kekurangan volume cairan
e) Penurunan aliran arteri da/atau vena
f) Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis,
merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan
garam, imobilitas)
g) Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis,
diabetes melitus, hiperlipidemia)
h) Kurang aktivitas fisik

Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Subjektif
(tidak tersedia) a) Parastesia
Objektif b) Nyeri ekstremitas
a) Pengisian kapiler >3 detik (klaudikasi intermiten)
b) Nadi perifer menurun atau Objektif
tidak teraba a) Edema
c) Akral teraba dingin b) Penyembuhan luka
d) Warna kulit pucat lambat
e) Turgor kulit menurun c) Indeks enkle-brachial
<0,90
d) Bruit femoralis

3) Kondisi klinis terkait


a) Tromboflebitis
b) Diabetes melitus
c) Anemia
d) Gagal jantung kongestif
e) Kelainan jantung kongenital
f) Trombosis arteri
g) Varises
h) Trombosis vena dalam
i) Sindrom kompartemen
b. Gangguan pertukaran gas
1) Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau
eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b) Perubahan membran alveolus-kapiler

Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Subjektif
a) Dispnea a) Pusing
Objektif b) Penglihatan kabur
a) PCO2 meningkat/menurun Objektif
b) PO2 menurun a) Sianosis
c) Takikardi b) Diaforesis
d) pH arteri meningkat/ c) Gelisah
menurun d) Napas cuping hidung
e) Bunyi napas tambahan e) Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
regular/iregular,
dalam/dangkal)
f) Warna kulit abnormal
(mis. Pucat, kebiruan)
g) Kesadaran menurun
3) Kondisi klinis terkait
a) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
b) Gagal jantung kongestif
c) Asma
d) Pneumonia
e) Tuberkulosis paru
f) Penyakit membran hialin
g) Asfiksia
h) Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)
i) Prematuritas
j) Infeksi saluran nafas
c. Defisit pengetahuan tentang (spesifikkan)
1) Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang
berkaitan dengan topik tertentu
2) Penyebab
a) Keteratasan kognitif
b) Gangguan fungsi kognitif
c) Kekeliruan mengikuti anjuran
d) Kurang terpapar informasi
e) Kurang minat dalam belajar
f) Kurang mampu mengingat
g) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Subjektif
a) Menanyakan masalah yang (tidak tersedia)
dihadapi Objektif
Objektif a) Menjalani pemeriksaan
a) Menunjukkan perilaku tidak yang tidak tepat
sesuai anjuran b) Menunjukkan perilaku
b) Menunjukkan persepsi berlebihan (mis. Apatis,
yang keliru terhadap bermusuhan, agitasi,
masalah histeria)
3) Kondisi klinis terkait
1) Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis
d. Intoleransi aktivitas
1) Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari.
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
b) Tirah baring
c) Kelemahan
d) Imobilitas
e) Gaya hidup monoton.

Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Subjektif
a) Mengeluh lelah a) Dispnea saat/setelah
Objektif aktivitas
a) Frekuensi jantung b) Merasa tidak nyaman
meningkat >20% dari setelah beraktivitas
kondisi istirahat c) Merasa lemah
Objektif
a) Tekanan darah berubah
>20% dari kondisi
istirahat
b) Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas
c) Gambaran EKG
menunjakkan iskemia
d) Sianosis

3) Kondisi klinis terkait


a) Anemia
b) Gagal jantung kongestif
c) Penyakit jantung koroner
d) Penyakit katup jantung
e) Aritmia
f) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
g) Gangguan metabolik
h) Gangguan muskuloskeletal
e. Nyeri akut
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia
iritan)
c) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor


Subjektif : Subjektif :
a) Mengeluh nyeri (tidak tersedia)
Objektif : Objektif :
a) Tampak meringis a) Tekanan darah
b) Bersikap protektif (mis. meningkat
Waspada, posisi b) Pola napas berubah
menghindari nyeri) c) Nafsu makan berubah
c) Gelisah d) Proses berfikir
d) Frekuensi nadi meningkat terganggu
e) Sulit tidur e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri
sendiri
g) Diaforesis
3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


No Keperawatan [CITATION Tim181 \l [CITATION Tim18 \l 1057 ]
1057 ]

1 Perfusi 1. Denyut nadi 1. Indetifikasi penyebab


jaringan perifer cukup perubahan sensasi
tidak efektif meningkat 2. Indentifikasi penggunaan
2. Sensasi sedang alat pengingat, prostesis,
3. Nyeri ekstremitas sepatu dan pakaian.
cukup menurun 3. Periksa perbedaan
4. Keram otot cukup sensasi tajam atau tumpul
menurun 4. Periksa perbedaan
5. Tekanan darah sensasi pana atau dingin.
sistolik cukup 5. Monitor perubahan kulit
membaik 6. Monitor adanya
6. Tekanan darah trombofplebitis dan
diastolik cukup tromboemboli vena
membaik 7. Hindari pemakaian benda-
benda yang berlebihan
suhunya (mis. Terlalu
panas atau dingin)
8. Anjurkan penggunaan
termomer untuk menguji
suhu air
9. Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal saat
memasak
10. Anjurkan memakai sepatu
lembut dan berumit
rendah
11. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
12. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika
perlucukup membaik
2 Gangguan 1. Dipsnea cukup 1. Monitor frekuensi, irama,
pertukaran menurun kedalaman dan upaya
gas 2. Pusing cukup napas
menurun 2. Monitor pola napas
3. Gelisah cukup (seperti bradipnea,
menurun takipnea, hiperpentilasi,
4. Napas cuping kussmaul, cheyne-stokes,
hidung cukup biot, ataksik)
menurun 3. Monitor kemampuan batuk
5. Pola napas cukup efektif
membaik 4. Monitor adanya produksi
6. PO2 cukup sputum
membaik 5. Monitor adanya sumbatan
jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor hasil x-ray thorax
9. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
10.Dokumentasikan hasil
pemantauan
11.Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
12.Informasikan hasil
pemantauan
3 Intoleransi 1. Perilaku sesuai 1. Identifikasi gangguan
aktivitas anjuran cukup fungsi tubuh yang
meningkat mengakibatkan kelelahan
2. Verbalisasi minat 2. Monitor kelolaan fisik dan
dalam belajar emosional
cukup meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Kemampuan 4. Monitor lokasi dan ketidak
menjelaskan nyamanan selama
pengetahuan melakukan aktivitas
tentang suatu 5. Sediakan lingkungan
topik cukup nyaman dan rendah
meningkat stimulus
4. Kemampuan 6. Lakukan latihan rentang
menggambarkan gerak pasif dan/atau aktif
pengalaman 7. Berikan aktivitas distraksi
sebelumnya yang menenangkan
cukup meningkat 8. Fasilitasi duduk di sisi
5. Perilaku sesuai tempat tidur, jika tidak
dengan dapat berpindah atau
pengetahuan berjalan
cukup meningkat 9. Anjurkan tirah baring
6. Perilaku cukup 10. Anjurkan melakukan
membaik aktivitas secara bertahan
11. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
12. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

4 Defisit 1. Frekuensi nadi 1. Identifikasi kesiapan dan


pengetahuan cukup meningkat kemampuan menerima
2. Satu rasi oksigen informasi.
meningkat 2. Identifikasi faktor-faktor
3. Kemudahan yang dapat meningkatkan
dalam melakukan dan menurunkan motifasi
aktivitas sehari- perilaku bersih dan sehat.
hari cukup 3. Sediakan materi dan
meningkat media pendidikan
4. Kekuatan tubuh kesehatan.
bagian atas cukup 4. Jadwalkan pendidikan
meningkat kesehatan sesuai
5. Kekuatan tubuh kesepakatan
bagian bawah 5. Berikan kesempatan untuk
cukup meningkat bertanya
6. Keluhan lelah 6. Jelaskan faktor risiko yang
cukup menurun dapat mempengaruhi
kesehatan.
7. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
8. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
5 Nyeri akut 1. Keluhan nyeri 1. Identifikasi lokasi,
cukup menurun karakteristik, durasi,
2. Meringis cukup frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
3. Gelisah cukup 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon nyeri
4. Kesulitan tidur nonverbal
cukup menurun 4. Identifikasi faktor yang
5. Frekuensi nadi memperberat dan
cukup membaik memperingan nyeri
6. Tekanan darah 5. Identifikasi pengetahuan
cukup membaik dan keyakinan tentang
nyeri
6. Monitor efeksamping
penggunaan analgetik
7. Berikan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TEENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, tehnik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain).
8. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
9. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
10. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
11. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
12. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
perawat. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi.[ CITATION Tar15 \l 1057 ]
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan klien. Hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan implementasi keperawatan adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan, keterampilan, intelektual dan tehnik. [ CITATION Bar13 \l
1057 ]
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematik dan rencana antara
hasil yang termasuk atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perkembangan.[ CITATION Asm12 \l 1057 ]
S (Subjektif) : informasi merupakan ungkapan yang di dapatkan
berupa hasil.
O (Objektif) : informasi yang di dapatkan berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan
oleh perawat setelah dilakukan tindakan
A (Analisis) : suatu kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebagian atau tidak teratasi.
P (Planning) : rencana lanjut yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, M., Nasir, M., Podding, I. T., & Susaldi. (2016). Keperawatan
Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: ERLANGGA.

Asmadi. (2012). Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep Dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Asmadi. (2012). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azizah, L. M. (2011). keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bararah, & Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustakajaya.

Bararah, & Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap


Menjadi Perawat Profesional . Jakarta: Prestasi Pustaka Jaya.

Bawarodi, F., Rottie, J., & Malara, R. (2017). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kekambuhan Penyakit Rematik Di Wilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. e-Journal Keperwatan (e-Kp).
Vol. 5, No. 1, Hal 2.

Brunner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Corwin, & Elizabeth, J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3.


Jakarta: EGC.

Depkes. (2013). Pedoman Pembinaan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut Bagi


Petugas kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat .

Digiulio, M., & ddk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 1.


Yogyakarta: Rapha Publishing.

Ekasari, M. F., & dkk. (2018). Meningkat Kualitas Hidup Lansia: Konsep
dan Berbagai Strategi Intervensi. Malang: Wineka Media.
Farahdika, A., & Azam, M. (2015). Faktor Risiko Yang Beerhubungan
Dengan Penyakit Jantung Koroner Pada Usia Dewasa (41-60
tahun). Unnes Journal Of Public Health, 118.

Fitrawan, A., & dkk. (2017). Uji Sensitivitas Skor Riskesdas Coronary
Heart Disease Terhadsap Rasio Ldl/Hdl Pada Pasien Rawat Jalan
RSUD Kh Hayyung Kabupaten Kepulauan Selayar.
Repesitory.Unhas, 3-4.

Gibofsky. (2012). Overview Of Epidemiology, Pathophysiology, and


Diagnosis Of Rheumatoid Arthritis . The American Journal Of
Managed Care. Vol. 18, No. 13 , Hal 295-302.

Hurst, M. (2015). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2.


Jakarta: EGC.

jufri, e. p. (2018). buku gerontik. egc.

karsone, S. N. (2012). Kelainan Dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta


Pengobatannya. Yogyakarta : Nuha Medika.

KEMENKES. (2017). Penyakit Jantung Penyebab Kematian Tertinggi.


Indonesia Lebih Sehat.

Kozier . (2011). Buku Ajar Fundamental Of Nursing Edisi 7. Jakarta: EGC.

Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Volume 3 Edisi 5 . Jakarta : EGC .

Lukman , Ningsih, & Nurna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien


Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta:
Salemba Medika.

Maupe, Nawi, R., & Hakim, B. A. (2010). Faktor Risiko Kejadian Artritis
Gout Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Jurnal MKMI. Vol. 6, No. 1, Hal 12.

Naga, S. S. (2013). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam .


Yogyakarta : DIVA Press.

Nair, M., & Peate, I. (2018). At a Glance Patofisiologi. Jakarta: Erlangga.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi. Yogyakarta:
Mediaction.
Potter , & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing Edisi 7. jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan


Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Prabasari, N. A., Juwita, L., & Maryuti, I. A. (2017). Pengalaman Keluarga


Dalam Merawat Lansia Di Rumah. Ners Lentera , 60.

Priyoto. (2015). NIC Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta : Salemba


Medika.

Rendy, M. C., & Margareth, T. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Savia, F. F., & dkk. (2013). Pengaruh Merokok Terhadap Terjadinya


Penyakit Jantung Koroner (PJK) Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar . Ejournal.Stikes Nh, 2.

SDKI, D. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definis


Dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Setyaji, D. Y., & dkk. (2018). Aktivasi Fisik Dengan Penyakit Jantung
Koroner Di Indonesia . Gizi Klinik Indonesia , 115.

SIKI, D. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan


Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

SLKI, D. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan


Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.

Tejawati, U., Erwin, & Utami, G. T. (2018). Perbandingan Efektivitas


Kompres Serai Dan Kompres Jahe Gajah Terhadap Nyeri Sendi
Lansia. JOM FKp. Vol. 5, No. 2, Hal 770.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai