Anda di halaman 1dari 4

Pembiayaan Bebas Riba : Berbasis Utang

A. Konsep dasar pembiayaan bebas riba : berbasis utang


1. Pembiayaan bebas riba

Riba adalah ziyadah atau tambahan. Secara literal, istilah riba merujuk pada kelebihan,
tambahan, dan surplus dan kata kerja yang berkaitan dengan kata ini berarti “ meningkatkat,
melipatgandakan, melebihkan, mengambil lebih dari yang seharusnya, atau melakukan praktik
peminjaman uang dengan bunga yang tinggi”

2. Jenis – jenis riba


a. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan kwalitas
berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.
b. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima.
c. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang disebabkan
memperhitungkan waktu yang ditangguhkan.
d. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan bagi
orang yang meminjami/mempiutangi
3. Esensi pembiayaan bebas riba (berbasis utang)
a. Riba dalam hutang
Adalah tambahan atas hutang, baik yang disepakati sejak awal maupun yang ditambahkan
sebagai denda atas pelunasan yang tertunda. Semua bentuk riba dalam hutang tergolong
riba nasi’ah karena muncul akhibat trmpo atau penundaan
b. Pembiayaan berbasis hutang
Pembiayaan utang mencakup dana yang dipinjam oleh pemilik perusahaan kecil dan harus
dibayar kembali dengan bunga. Dengan memahami berbagai sumber modal ini –baik
pemberi pinjaman komersial maupun pemerintah dan karakteristik mereka, wirausahawan
dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan pinjaman.
B. Riba Ditinjau dari Berbagai Aspeknya
1. Riba dalam Pandangan Islam

Islam dengan tegas melarang praktik riba. Hal ini tercantum dalam Al Quran dan As-Sunah.
Al –Quran menyatakan haram terhadap riba bagi kalangan masyarakat Muslim. Allah SWT,
telah mewahyukan adanya larangan riba secara bertahap sehingga tidak mengganggu
kehidupan ekonomi masyarakat pada saat itu.

2. Riba dalam Prespektif Ekonomi


a. Teori Abstinence
Teori ini mengemukakan untuk pembenaran pengambilan bunga adalah alasan abstinence.
b. Bunga sebagai imbalan sewa
Biaya sewa layak dibayar terhadap barang yang susut, rusak dan memerlukanbiaya
perawatan. Adapun uang tidak dapat dimasukkan dalam katagore tersebut. Oleh karena itu,
menuntut sewa uang tidak lah beralasan.
3. Riba dalam Jual-Beli dan Riba dalam Utang-Piutang
Para ulama bersepakat bahwa riba terjadi dala dua hal, yaitu dalam jual-beli dan dalam
perkara yang menjadi tanggungan (utang), baik utang karena jual beli, salaf , maupun
lainya.
C. Perbedaan BBA dan Murabahah
1. Riba Utang-Piutang
Qardh adalah meminjam sesuatu untuk dihabiskan sehingga peminjam harus
menyerahkan penggantinya kepada pinjaman berupa barang serupa dalam tenpo
tertentu.
2. Biaya Murabahah
a. Murabahah
Jual – beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
b. Murabahah kepada pemesan pembelian
Jual-beli yang kedua belah pihak atau lebih bernegosiasi dan berjanji satu sama lain
untuk melakukan kesepakatan .
3. Perbedaan Murabahah dalam Al Bai’ Bitsaman Ajil
a. Al Murabahah, Yaitu kontrak jual-beli dimana barang yang diperjual-belikan tersebut
diserahkan segera sedangkan harga (pokok dan margin keuntungan yang disepakati
bersama) dibayar kemudian hari secara sekaligus (lum sump defered payment).
b. Al Bai’ Bitsaman Ajil, Yaitu kontrak al murabahah dimana barang yang diperjual-
belikan tersebut diserahkan dengan segera sedang harga barang tersebut dibayar
dikemudian hari secara angsuran (installment deffered payment).
c. Bai’ Salam, Pada dasarnya transaksi al bai’ bitsaman ajil merupakan jenis kontrak
murabahah dimana kewajiban nasabah dilakukan secara angsuran dan untuk transaksi
murabahah kewajiban nasabah dilakukan secara tangguh dan sekaligus. Sedangkan
transaksi murabahah merupakan kebalikan dari bai’ salam
D. System Ribawi yang Disamarkan
1. System ekonomi ribawi

Dari Abu Sa‘id al-Khudri, Rasulullah saw bersabda, “Emas dengan emas, perak dengan
perak, jewawut dengan jewawut, kurma kering dengan kurma kering, garam dengan garam,
secara sepadan dan kontan. Barangsiapa yang melebihkan atau meminta dilebihkan, maka ia
telah berlaku riba. Yang menerima dan yang memberi adalah sama.” Dan masih banyak lagi
hadits-hadits lain yang menjelaskan masalah riba ini.

Riba jenis pertama jelas dan tidak butuh penjelasan, karena unsur-unsur pokok praktik riba
telah terpenuhi, yaitu selisih dari pokok harta, sifat tempo yang karenanya selisih nilai ini
dibayarkan, keberadaan bunga ini menjadi sarat yang termuat dalam transaksi. Maksudnya
adalah harta beranak harta hanya karena perbedaan waktu pembayaran.

Adapun jenis kedua, tidak diragukan bahwa di dalamnya terdapat perbedaan-pebedaan


pokok pada dua barang sejenis yang menjadi faktor selisih. Hal itu tampak jelas pada peristiwa
Bilal ketika ia memberi dua gantang kurma kualitas rendah dan mengambil satu gantang kurma
kualitas bagus. Tetapi, karena kesamaan jenis dua barang itu menimbulkan kesamaran bahwa
ada praktik riba di dalamnya, lantaran di sini kurma menghasilkan kurma, maka Rasulullah
saw menyebutnya riba. Beliau menyuruh menjual barang yang dimaksud dengan ditukar uang,
kemudian membeli barang yang diinginkan dengan uang juga. Hal itu untuk menjauhkan
bayang-bayang riba dari transaksi

2. Muamalat ribawi dan bahayanya


a. Berbahaya bagi akhlak dan kejiwaan manusia.
Didapatkan orang yang bermuamalah ribawi adalah orang yang memiliki tabi’at bakhil,
sempir, hati yang keras dan menyembah harta serta yang lain-lainnya dari sifat-sifat
rendahan.
b. bahaya dalam kemasyarakatan dan sosial.
Riba memiliki implikasi buruk terhadap sosial kemasyarakatan, karena masyarakat yang
bermuamalah dengan riba tidak akan terjadi adanya saling bantu-membantu dan
seandainya adapun karena berharap sesuatu dibaliknya sehingga kalangan orang kaya akan
berlawanan dan menganiaya yang tidak punya.
c. Bahaya terhadap perekonomian
Krisis ekonomi yang menimpa dunia ini bersumber secara umum kepada hutang-hutang
riba yang berlipat-lipat pada banyak perusahaan besar dan kecil. Lalu banyak Negara
modern mengetahui hal itu sehingga mereka membatasi persentase bunga ribawi. Namun
hal itu tidak menghapus bahaya riba.

Anda mungkin juga menyukai