Pembiayaan Bebas Riba
Pembiayaan Bebas Riba
Riba adalah ziyadah atau tambahan. Secara literal, istilah riba merujuk pada kelebihan,
tambahan, dan surplus dan kata kerja yang berkaitan dengan kata ini berarti “ meningkatkat,
melipatgandakan, melebihkan, mengambil lebih dari yang seharusnya, atau melakukan praktik
peminjaman uang dengan bunga yang tinggi”
Islam dengan tegas melarang praktik riba. Hal ini tercantum dalam Al Quran dan As-Sunah.
Al –Quran menyatakan haram terhadap riba bagi kalangan masyarakat Muslim. Allah SWT,
telah mewahyukan adanya larangan riba secara bertahap sehingga tidak mengganggu
kehidupan ekonomi masyarakat pada saat itu.
Dari Abu Sa‘id al-Khudri, Rasulullah saw bersabda, “Emas dengan emas, perak dengan
perak, jewawut dengan jewawut, kurma kering dengan kurma kering, garam dengan garam,
secara sepadan dan kontan. Barangsiapa yang melebihkan atau meminta dilebihkan, maka ia
telah berlaku riba. Yang menerima dan yang memberi adalah sama.” Dan masih banyak lagi
hadits-hadits lain yang menjelaskan masalah riba ini.
Riba jenis pertama jelas dan tidak butuh penjelasan, karena unsur-unsur pokok praktik riba
telah terpenuhi, yaitu selisih dari pokok harta, sifat tempo yang karenanya selisih nilai ini
dibayarkan, keberadaan bunga ini menjadi sarat yang termuat dalam transaksi. Maksudnya
adalah harta beranak harta hanya karena perbedaan waktu pembayaran.