Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendekatan penelitian (research) merupakan rencana dan prosedur penelitian
yang meliput langkah-langkah: dari asumsi-asumsi luas hingga metode-metode
terperinci dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Rancangan
peneliatin adalah kerangka atau sketsa yang di desain oleh peneliti sebagai rencana
penelitian (research plan). Rancangan penelitian yang diajukan untuk
mendapatkan persetujuan melakukan penelitian biasa disebut proposal penelitian.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa rancangan penelitian biasa disebut
juga desain penelitian. Antara rencana penelitian dan desain penelitian, meskipun
secara definitif berbeda, di sini keduanya bisa disebut sebagai bagian dari
rancangan penelitian. Rancangan penelitian dibuat untuk menjadikan peneliti
mampu menjawab masalah dalam penelitian dengan valid, tepat, efisien, dan
objektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja kerangka pikir metode penelitian kualitatif dan kuantitatif?
2. Apa perbedaan riset penelitian kualitatif dan kuantitatif?
3. Bagaimana rancangan penelitian kualitatif?
4. Apa itu studi pendahuluan dalam metode penelitian kualitatif?
5. Bagaimana mengidentifikasi masalah metode penelitian kualitatif?

1
1.3 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui kerangka piker metode penelitian kualitatif dan kuantitatif.
2. Untuk mengetahui apa perbedaan riset penelitian kualitatif dan kuantitatif?
3. Untuk mengetahui seperti apa rancangan penelitian kualitatif.
4. Untuk mengatahui apa itu studi pendahuluan dalam penelitian kualitatif.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi masalah pada metode
penelitian kualitatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Pikir Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011:60) mengemukakan bahwa
“Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang
penting jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman
yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang
paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk
proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.”
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antara variabel independen dan dependen, bila dalam penelitian ada variabel
moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu
diikutkan. Pertautan antar variabel tersebut tersebut selanjutnya dirumuskan
kedalam bentuk paradigma penelitian yang didasarkan pada kerangka berpikir.
Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka berpikir.
Kerangka berpikir pada umumnya hanya diperuntukkan pada jenis penelitian
kuantatif. Untuk penelitian kualitatif, kerangka berpikirnya terletak pada kasus
yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh penulis. Sedangkan
untuk penelitian tindakan kelas kerangka berpikirnya terletak pada refleksi, baik
pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam
yang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.
Kerangka berpikir menerangkan:
1. Mengapa penelitian dilakukan?
Penelitian dilakukan untuk mencari suatu kebenaran dari data atau masalah
yang ditemukan. seperti, membandingkan hasil penelitian yang telah ada
dengan penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan, membantah atau
membenarkan hasil penelitian sebelumnya, atau menemukan suatu kajian baru

3
(ilmu baru) yang akan digunakan dalam menjawab masalah-masalah yang
ada.
2. Bagaimana proses penelitian dilakukan?
Proses penelitian dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan
yang akan diperlukan, ada yang melakukan penelitian dengan metode
sampling, olah literarute (studi pustaka), studi kasus dan lain sebagainya.
3. Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut?
Apa yang akan di peroleh dari sebuah penelitian tergantung dari pemikiran
yang sebelumnya tercantum dalam kerangka pemikiran, walaupun secara
umum tidak semuanya apa yang di inginkan tidak sesuai dengan apa yang
dipikirkan sebelumnya.
4. Untuk apa hasil penelitian diperoleh?
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita bisa kembali ke point satu “mengapa
penelitian itu dilakukan”? yakni untuk mencari kebenaran akan sesuatu
masalah yang kontroversi di kalangan masyarakat atau untuk membantah
opini atau mitos yang tersebar sejak turun-temurun. Pada intinya hasil
penelitian yang diperoleh seharusnya bermanfaat bagi banyak kalangan
masyarakat, sehingga penelitian itu tidak di anggap sia-sia.

4
2.2 Perbedaan Riset Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Metode Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori
tertentu dengan cara melihat hubungan antar variabel. Variabel diukur sehingga
ditemukan data yang berupa angka-angka, untuk kemudian dianalisis dengan
rumus statistik. Tujuannya adalah pengendalian variance, dan penyajian jawaban
pertanyaan penelitian melalui hipotesis. Metode Penelitian kualitatif merupakan
metode penelitian yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami
makna yang berasal dari masalah-masalah sosial atau kemanusiaan.
Penelitian kuantitatif dan kualitatif sering dibedakan berdasarkan bentuknya
yang menggunakan angka-angka (kualitatif) dan kata-kata (kualitatif), atau
berdasarkan pernyataan yang tertutup (hipotesis kuantitatif) dan pernyataan-
pernyataan yang terbuka (hipotesis kualitatif). Padahal sesungguhnya gradasi
perbedaan antara keduanya sebenarnya terletak pada asumsi filosofis, dasar dalam
penelitian; jenis strategi yang digunakan dalam penelitian (misalnya penelitian
eksperimen, deskriptif, evaluatif, action recheared dan sebagainya), dan dan
metode-metode spesifik yang diterapkan dan strategi yang dipilih (misalnya jenis
instrument, teknik pengumpulan data di lapangan, dan teknik analisis data).
Perbedaan mendasar dari metode penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian kualitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya. Penelitian
kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi dan deduktif,
sedangkan penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan induktif. Perbedaan riset
kualitatif dan kuantitatif menurut Neuman (2006), seperti pada tabel berikut:

Pendekatan Kuantitatif Pendekatan Kualitatif

Mengukur fakta objektif Membangun realitas social, makna budaya


(Measure objective facts) (Construct social reality, cultural meaning)
Fokus pada variable Fokus pada proses interaktif, kegiatan
(Focus on Variables) (Focus on interactive process, event)
Keandalan atau reabilitas adalah kunci Autensitas adalah kunci

5
(Realibility is key) (Authenticity is key)
Bebas nilai Nilai sekarang dan eksplisit
(Value free) (Value are presents and explicit)
Teori dan data terpisah Teori dan data menyatu
(Theory and data are separate) (Theory and data are fused)
Dalam konteks bebas Dibatasi situasi
(Independent of context) (Situationally constrained)
Banyak kasus, banyak subjek Sedikit kasus, sedikit subjek
(Many cases, subjects) (Faw cases, subjects)
Analisis statistic Analisis tematik/berkaitan
(Statistical analysis) (Thematic analysis)
Peneliti tidak terlibat Peneliti terlibat
(Researcher is detached) (Researcher is involved)

Berikut ini merupakan penjelasan penelitian kuantitatif dari tabel :

1) Mengukur fakta objektif (Measure objective facts)


Setiap fakta atau fenomena yang dalam penelitian kuantitatif dijadikan
variabel (hal-hal yang pokok dalam suatu masalah) untuk mendapatkan
objektivitas, variabel tersebut harus diukur. Misalnya untuk mengetahui
kualitas atau kadar atau tinggi rendahnya motivasi kerja karyawan suatu
perusahaan dilakukan tes atau dengan kuesioner yang disusun berdasarkan
komponen-komponen/unsur-unsur/indikator-indikator dari variabel penelitian
yang dalam hal ini motivasi kerja karyawan.
2) Fokus pada variable (Focus on Variables)
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu ditentukan variabel-
variabel atau hal-hal pokok yang terdapat dalam suatu
masalah/gejala/fenomena. Penentuan variabel-variabel tersebut berdasarkan
hukum sebab-akibat, suatu gejala yang terjadi merupakan akibat dari gejala
yang lain atau karena adanya hubungan atau pengaruh gejala lain. Di sini

6
terjadi cara berpikir nomotetik. Misalnya dalam suatu perusahaan terjadi gejala
penurunan produktivitas kerja karyawan. Selanjutnya dilakukan pengkajian
secara teoritis faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya penurunan
produktivitas kerja tersebut. Misalnya secara teori ditemukan bahwa
produktivitas kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor motivasi kerja dan
kepemimpinan manajer. Kemudian pengaruh atau hubungan dari data hasil
pengukuran masing-masing variabel diuji secara statistik apakah benar variabel
motivasi kerja dan kepemimpinan manajer mempunyai pengaruh atau
mempunyai hubungan dengan variabel produktivitas kerja. Dan apakah
pengaruh atau hubungan tersebut signifikan atau dapat dipercaya (mempunyai
tingkat kepercayaan yang tinggi). Apabila hasil analisis statistik menyatakan
variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh atau hubungan secara
signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja karyawan
dipengaruhi oleh variabel motivasi kerja dan kepemimpinan manajer atau
mempunyai hubungan dengan motivasi kerja dan kepemimpinan manajer.
Catatan: Analisis statistik yang dipergunakan untuk mengukur pengaruh suatu
variabel pada variabel lain berbeda dengan analisis statistik yang dipergunakan
untuk mengukur hubungan suatu variabel dengan suatu variabel yang lain atau
beberapa variabel. Analisis statistik untuk mengukur pengaruh suatu variabel
pada variabel yang lain di antaranya menggunakan analisis statistik multiple
regression (regresi ganda), sedangkan untuk mengukur hubungan suatu
variabel dengan variabel lain di antaranya menggunakan analisis
statistik correlation (korelasi) misalnya correlation product-
moment (korelasi product-moment) dari Carl Pearson atau Spearman-Brown.
3) Keandalan atau reabilitas adalah kunci (Realibility is key)
Reliabilitas atau keajegan suatu tes atau kuesioner mempunyai arti
bahwa tes atau kuesioner tersebut menghasilkan skor yang relatif sama
walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Suatu alat ukur atau instrumen
penelitian (misalnya tes atau kuesioner) apabila memiliki reliabilitas yang
tinggi akan menyebabkan hasil penelitian itu akurat. Oleh karena itu, reliabilitas

7
merupakan kunci dalam penelitian kuantitatif, karena apabila alat ukur atau
instrumen penelitian reliabel (terpercaya), maka akan berdampak hasil
penelitian akurat. Di samping alat ukur harus reliabel dipersyaratkan pula
harus valid (sahih) atau memiliki validitas (kesahihan). Suatu instrumen
penelitian dikatakan valid atau memiliki validitas apabila dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Catatan: Uji statistik untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah Analisis
Alpha Cronbach dan KR-20 (Kuder-Richardson 20). Sedangkan uji statistik
untuk mengukur validitas dilakukan di antaranya dengan mengorelasikan skor
setiap item dengan skor total (jumlah seluruh skor item dikurangi skor item
yang dikorelasikan).
4) Bebas nilai (Value free)
Dalam penelitian kuantitatif pengujian terhadap gejala/fenomena tidak
dikaitkan dengan budaya atau nilai-nilai budaya masyarakat yang
melatarbelakangi fenomena tersebut. Pengaruh nilai-nilai budaya terhadap
fenomena tidak diperhitungkan atau tidak diperhatikan. Sebagai contoh salah
satu komponen dari konsep diri adalah kelebihan dan kelemahan pada diri
individu. Dalam budaya Barat seorang individu untuk menyatakan kelebihan
dan kelemahan diri sendiri tidak menjadi masalah. Seorang individu untuk
dapat dikatakan memiliki konsep diri yang positif, individu tersebut dapat
menyatakan kelemahan dan kelebihannya di samping memiliki kriteria-kriteria
konsep diri yang lain. Sedangkan pada budaya Timur perilaku yang demikian
dapat dikategorikan perilaku sombong. Dalam penelitian kuantitatif pengaruh
nilai-nilai budaya tidak diperhitungkan, karena menurut paradigma yang
dipergunakan sebagai landasan berpijak pada penelitian kuantitatif, kriteria-
kriteria konsep diri bersifat universal atau berlaku umum.

8
5) Dalam konteks bebas (Independent of context)
Suatu fenomena terkait dengan konteks artinya terkait dengan situasi
atau lingkungan yang menyertai fenomena tersebut. Fenomena yang sama,
konteksnya dapat berbeda. Misalnya fenomena aktualisasi diri atau kebutuhan
untuk mewujudkan kemampuan dirinya (Teori Motivasi Abraham Maslow)
bagi orang-orang perkotaan akan berbeda dengan orang-orang pedesaan.
Aktualisasi diri orang Jakarta akan berbeda dengan orang pedesaan yang
tinggal di lereng gunung Merapi, di lereng Merbabu, di pedalaman Kalimantan,
atau di pedalaman Irian Barat (Papua). Aktualisasi diri orang Jakarta
dimanifestasikan dalam kemampuan teknologi, teknologi informasi, bahasa
asing, manajemen, dan lain-lain, sedangkan orang-orang pedesaan di lereng
gunung Merapi dan Merbabu atau di pedalaman Kalimantan atau di pedalaman
Papua dimanifestasikan dalam kemampuan bertani atau bercocok tanam,
memelihara binatang, atau memburu binatang buas atau menguasai seni lokal
atau seni daerah setempat. Penelitian kuantitatif tidak tergantung konteks dari
fenomena yang diteliti.
6) Banyak kasus, banyak subjek (Many cases, subjects)
Dalam penelitian kuantitatif diperlukan adanya kasus-kasus atau
subjek-subjek yang banyak. Hal ini bertujuan agar dapat digeneralisasikan atau
dapat diberlakukan secara umum. Untuk itu terdapat terminologi populasi,
sampel, dan technique sampling (teknik menentukan sampel). Populasi adalah
seluruh atau jumlah individu dari suatu wilayah atau organisasi atau instansi
atau perusahaan yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari selanjutnya untuk ditarik kesimpulan. Sedang sampel
adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi, oleh karena itu sampel
harus representatif (harus dapat mewakili) artinya sampel harus dapat
menggambarkan keadaan populasi. Terdapat beberapa teknik sampling (cara
pengambilan sampel), di antaranya: total sampling, yaitu apabila seluruh
individu atau seluruh anggota populasi dijadikan sampel; stratified random
sampling, yaitu apabila setiap strata/tingkat/bagian ada wakil yang dijadikan

9
sampel dan dilakukan secara acak (random); purposive sampling, yaitu apabila
individu yang dijadikan sampel memiliki persyaratan tertentu sesuai tujuan
penelitian; accidental sampling, yaitu individu yang dijadikan sampel adalah
individu yang dapat ditemui; dan lain-lain. Dengan adanya sampel yang
representatif terhadap populasinya, maka penelitian cukup dilakukan terhadap
sampel, dan hasil penelitian terhadap sampel tersebut dapat digeneralisir artinya
dapat menggambarkan populasi, walaupun penelitian hanya ditujukan pada
sampel, tetapi sudah dapat untuk menggambarkan keadaan populasi.
7) Analisis statistic (Statistical analysis)
Dalam penelitian kuantitatif digunakan analisis statistik bertujuan agar
dapat mendeskripsikan secara akurat suatu fenomena (erklaren). Sedangkan
dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan analisis statistik karena
tujuannya tidak akan mendeskripsikan suatu fenomena tetapi mencari makna
guna mendapatkan pemahaman yang mendalam (verstehen). Terdapat beberapa
macam teknik analisis statistik, misalnya sebagaimana telah diuraikan di depan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain digunakan teknik analisis statistik korelasi product-
moment dari Carl Pearson atau dari Spearman-Brown. Untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh antara variabel yang satu pada variabel yang lain digunakan
analisis statistik multiple regression. Untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain digunakan
rumus t-test. Dalam penelitian kuantitatif digunakan istilah-istilah yang
spesifik dan tidak digunakan dalam penelitian kualitatif, misalnya variabel,
validitas, reliabilitas, hipotesis, signifikan, dan lain-lain. Signifikan digunakan
untuk menggambarkan apabila hubungan, perbedaan, pengaruh antara suatu
variabel dengan variabel yang lain mempunyai makna, untuk itu kemungkinan
salah perhitungannya dibatasi maksimal 5%, atau dengan simbol statistik
p < 0.05. Suatu hubungan atau perbedaan atau pengaruh antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain apabila p < 0.05 (tingkat kesalahan sama atau
lebih kecil dari 5%) dinyatakan signifikan atau bermakna.

10
8) Peneliti tidak terlibat (Researcher is detached)
Dalam penelitian kuantitatif peneliti tidak memihak, artinya peneliti
menghindari subjektivitas dari subjek yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif
peneliti justru berusaha mengetahui persepsi subjektif dari subjek yang diteliti.
Hasil penelitian kualitatif merupakan hasil analisis persepsi subjektif dari
subjek yang diteliti terhadap suatu fenomena. Sedangkan dalam penelitian
kuantitatif peneliti sejauh mungkin mengeleminir subjektivitas dari subjek yang
diteliti. Oleh karena itu dalam penelitian kuantitatif dikatakan peneliti tidak
memihak.

Berikut ini merupakan penjelasan penelitian kualtitatif dari tabel :


1) Membangun realitas social, makna budaya (Construct social reality,
cultural meaning)
Apabila penelitian kuantitatif berusaha mengukur fakta yang objektif
atau dengan kata lain mendeskripsikan suatu fenomena atau realitas, maka
penelitian kualitatif ingin mendapatkan pemahaman yang mendalam. Untuk itu
harus mencari nomenon atau makna di balik fenomena. Atau dapat dikatakan
penelitian kuantitatif berusaha mendeskripsikan fenomena secara akurat
(erklaren), sedangkan penelitian kualitatif ingin mendapatkan makna di balik
fenomena, untuk itu perlu mendapatkan pemahaman yang mendalam dari suatu
fenomena (verstehen).
Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam (verstehen), tidak cukup
apabila hanya mengetahui tentang apa dari suatu fenomena tetapi juga mengapa
dan bagaimana dari suatu fenomena. Mengapa suatu fenomena ada atau terjadi,
bagaimana suatu fenomena terjadi atau bagaimana proses terjadinya suatu
fenomena. Dan hal ini, yaitu pengetahuan tentang apa, mengapa, dan
bagaimana, dapat dikuasai manusia, karena manusia
mempunyai metakognisi yang mampu menghasilkan pengetahuan
deklaratif (pengetahuan tentang apa), pengetahuan prosedural (pengetahuan

11
tentang bagaimana), dan pengetahuan kondisional (pengetahuan tentang
mengapa dan kapan) (Micchenbaum, dkk, 1985 dalam Woolfolk, 1998:267).
Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam (verstehen) tidak
cukup hanya mengetahui tentang apa dari suatu fenomena tetapi juga mengapa
dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Pendapat penulis ini mengacu pendapat
Suparlan (1997: 99) sebagai berikut: “Dalam pendekatan kualitatif, pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan sebagai pertanyaan-pertanyaan penelitian bukan
hanya mencakup: apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana, tetapi yang terpenting
yang harus tercakup dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut
adalah mengapa. Pertanyaan mengapa menuntut jawaban mengenai hakikat
yang ada dalam hubungan diantara gejala-gejala atau konsep-konsep,
sedangkan pertanyaan-pertanyaan apa, siapa, dimana, dan kapan menuntut
jawaban mengenai identitas, dan pertanyaan bagaimana menuntut jawaban
mengenai proses-prosesnya.
Poerwandari (1998:17) menyatakan penelitian kualitatif dilakukan
untuk mengembangkan pemahaman. Penelitian kualitatif membantu mengerti
dan menginterpretasi apa yang ada di balik peristiwa: latar belakang pemikiran
manusia yang terlibat di dalamnya, serta bagaimana manusia meletakkan
makna pada peristiwa yang terjadi. Pengembangan hukum umum tidak menjadi
tujuan penelitian, upaya-upaya mengendalikan atau meramalkan juga tidak
menjadi aspek penting. Aspek subjektif manusia menjadi hal penting.
Penelitian kualitatif dinyatakan mengonstruksi realitas sosial, karena penelitian
kualitatif berlandaskan paradigma Konstruktivisme yang berpandangan bahwa
pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta,
tetapi juga merupakan hasil konstruksi rasio subjek yang diteliti. Pengenalan
manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, ini
berarti ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan
juga hasil konstruksi oleh rasio.

12
2) Fokus pada proses interaktif, kegiatan (Focus on interactive process, event)
Penelitian kuantitatif berfokus pada variabel-variabel, bahkan sebelum
penelitian dilakukan telah ditentukan terlebih dahulu variabel-variabel yang
akan diteliti. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, fokus perhatiannya pada
proses interaksi dan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadiannya itu sendiri,
bukan pada variabel-variabel. Bahkan fokus penelitian dapat berubah pada
waktu di lapangan setelah melihat kenyataan yang ada di lapangan. Dalam
penelitian kualitatif di antara teknik pengumpulan data yang dipergunakan
adalah observasi. Observasi tidak cukup apabila hanya diarahkan
pada setting saja, tetapi justru yang pokok adalah proses terjadinya peristiwa-
peristiwa atau kejadian-kejadian itu sendiri. Demikian pula observasi tidak
cukup dilakukan bersamaan dengan wawancara, tetapi observasi sebaiknya
dilakukan tidak bersamaan dengan wawancara. Apabila observasi dilakukan
bersamaan dengan wawancara, maka tidak dapat terfokus pada hal-hal yang
akan diobservasi. Walaupun memang ada perilaku yang dapat diobservasi pada
waktu diadakan wawancara, namun mengenai perilaku tersebut belum dapat
ditarik kesimpulan. Agar dapat ditarik kesimpulan maka hasil wawancara harus
dilengkapi dan dicek dengan hasil observasi yang dilakukan secara khusus.
Dengan observasi akan dapat diketahui tentang proses interaksi atau kejadian-
kejadiannya sendiri. Atau dengan kata lain, dengan observasi terutama
observasi langsung tidak hanya akan dapat menjawab pertanyaan tentang apa,
tetapi juga bagaimana dan mengapa. Dengan diketahuinya tentang apa,
bagaimana, dan mengapa, maka masalah akan dapat dipahami secara mendalam
(verstehen).

13
3) Autensitas adalah kunci (Authenticity is key)
Dalam penelitian kuantitatif, reliabilitas merupakan kunci, jadi analisis
statistik mempunyai fungsi yang sangat strategis. Dalam penelitian kualitatif
keaslian merupakan kunci, sehingga penelitian kualitatif ini juga dikatakan
sebagai penelitian alamiah (naturalist inquiry). Dalam penelitian kualitatif tidak
ada usaha untuk memanipulasi situasi maupun setting. Sebaliknya penelitian
kuantitatif justru sering melakukan manipulasi situasi
maupun setting penelitian. Misalnya dalam metoda eksperimen, situasi dapat
dimanipulasi dengan subjek diatur sehingga homogen dengan dipilih sesuai
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu, dengan ditiadakannya pengaruh
dari variabel kontrol, adanya treatment (perlakuan khusus) misalnya diberikan
terapi khusus atau diberikan pelatihan khusus, dan lain-lain. Sebaliknya
penelitian kualitatif melakukan studi terhadap fenomena dalam situasi
dan setting sebagaimana adanya. Guba seperti yang dikutip Patton (1990 dalam
Poerwandari, 1998:30) mendefinisikan studi dalam situasi alamiah sebagai
studi yang berorientasi pada penemuan (discovery-oriented). Penelitian
demikian secara sengaja membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam
keadaan sesungguhnya, dan menunggu apa yang akan muncul atau ditemukan.
4) Nilai sekarang dan eksplisit (Value are presents and explicit)
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti berusaha untuk tidak
memperhatikan atau tidak memperhitungkan nilai (bebas nilai), sebaliknya
dalam penelitian kualitatif nilai sangat diperhatikan atau diperhitungkan.
Penelitian kuantitatif memegang teguh prinsip menghindari pernyataan-
pernyataan yang berkaitan dengan nilai-nilai dalam laporan penelitian (juga
dalam skripsi, tesis, disertasi) dengan jalan menggunakan bahasa
yang impersonal (misalnya tidak menggunakan kata: kita, kami, saya, kita
semua), membuat laporan penelitian, mengajukan argumentasi berdasarkan
fakta-fakta yang diperoleh dalam penelitian. Sedang penelitian kualitatif
menggunakan bahasa yang personal (dapat menggunakan kata: kita, kami,
saya, kita semua). Menurut Neuman (1997 dalam Salim, 2001:36) dalam

14
penelitian kualitatif para peneliti mengetahui adanya sifat value-laden (sarat
nilai-nilai subjektif si peneliti) dalam penelitian, dan si peneliti pun secara aktif
melaporkan nilai-nilai dan bias-biasnya, serta nilai-nilai dari informasi yang
dikumpulkan di lapangan.
5) Dibatasi situasi (Situationally constrained)
Telah dijelaskan bahwa suatu fenomena terikat pada situasi yang
mengelilinginya, atau dengan kata lain selalu terikat pada konteks. Telah
dijelaskan pula di depan bahwa dalam penelitian kuantitatif karena ingin
menghasilkan data yang berlaku umum (universal), maka peneliti harus
menjaga jarak dan bebas dari pengaruh yang diteliti. Peneliti selalu berusaha
mengontrol bias, memilih percontohan yang sistematis dan berusaha objektif
dalam meneliti suatu fenomena. Sebaliknya penelitian kualitatif tidak menjaga
jarak dan tidak bebas dari yang diteliti karena ingin mengetahui persepsinya,
atau dengan kata lain ingin mengetahui persepsi subjektif dari yang diteliti.
Persepsi subjektif dari yang diteliti selalu terikat pada situasi atau terikat pada
konteks. Individu yang sedang mengalami kesedihan dapat berubah menjadi
senang atau gembira pada saat memasuki pesta ulang tahun anaknya atau teman
karibnya. Dengan adanya data yang bersifat subjektif, apa ini berarti penelitian
kualitatif tetap bersifat ilmiah? Walaupun datanya bersifat subjektif, penelitian
kualitatif tetap ilmiah, karena apabila data tersebut dimiliki beberapa atau
banyak individu atau dengan kata lain beberapa atau banyak individu memiliki
data yang sama dengan subjek yang diteliti, maka hasil penelitian seperti ini
disebut bersifat intersubjektif. Dalam penelitian kualitatif, pengertian
intersubjektif sama dengan objektif.
6) Sedikit kasus, sedikit subjek (Faw cases, subjects)
Dalam penelitian kualitatif karena tidak bertujuan menggeneralisasikan
hasil penelitiannya, maka penelitian kualitatif tidak perlu meneliti banyak kasus
atau subjek. Dalam studi kasus subjek yang diteliti dapat satu tetapi dapat juga
banyak, bahkan mungkin penduduk suatu negara. Karena dalam studi kasus
yang sangat penting adalah sifatnya yang sangat spesifik. Contoh penelitian

15
tentang “Perkembangan Demokrasi pada Negara-negara Sosialis.” Negara-
negara yang menganut paham Sosialis menentang paham Demokrasi. Jadi
penelitian perkembangan demokrasi di negara-negara sosialis bersifat spesifik.
Sebagai contoh tidak seperti dalam penelitian kuantitatif yang mematok jumlah
subjek minimal sebanyak 30 (tiga puluh) individu agar dapat dianalisis dengan
statistik parametrik, maka dalam penelitian kualitatif tidak mematok jumlah
subjek yang diteliti.
7) Analisis tematik/berkaitan (Thematic analysis)
Dalam penelitian kualitatif karena tidak bertujuan menggeneralisasikan
hasil penelitiannya, maka yang diteliti adalah hal-hal yang bersifat khusus atau
spesifik, dan analisisnya bersifat tematik. Misalnya tindak kekerasan terhadap
perempuan, masalah-masalah jender: perjuangan perempuan mendapatkan
perlakuan yang adil dalam lapangan pekerjaan, kasus-kasus perilaku
menyimpang, masalah kesulitan belajar bagi anak-anak yang tidak normal
(learning-disabilities), dan lain-lain.
8) Peneliti terlibat (Researcher is involved)
Berbeda dengan penelitian kuantitatif di mana peneliti mengambil jarak
dengan yang diteliti agar dapat menjaga objektivitas atau menghindari
subjektivitas dari yang diteliti, maka sebaliknya penelitian kualitatif peneliti
tidak mengambil jarak, agar peneliti benar-benar memahami persepsi subjek
yang diteliti terhadap suatu fenomena. Untuk itu peneliti dapat melakukan
misalnya observasi terlibat (participant observation). Dengan observasi terlibat
pemahaman terhadap subjek dapat mendalam.

16
2.3 Rancangan (design) Penelitian Kualitatif
Sejarah penelitian kualitatif berasal dari antropologi, sosiologi, dan evaluasi.
Berbagai buku telah merangkum jenis rancangan, dan prosedur yang lengkap
sekarang tersedia untuk pendekatan penelitian kualitatif spesifik. Misalnya,
Clandinin dan Connely (2000) telah membuat deskripsi komprehensif tentang apa
yang dilakukan oleh seorang peneliti naratif. Moustakas (1994) juga telah
membahas doktrin filosifis dan produser dalam metode fenomenologi; Charmaz
(2006), Corbin dan Strauss (2007), serta Strauss dan Corbin (1990, 1998)
memperkenalkan prosedur untuk penelitian grounded theory. Fetterman (2010)
dan Wolcott (1999) merangkum prosedur etnografis dan banyak rupa serta strategi
penelitian etnografi (etnography), dan Stake (1995) serta Yin (2009 dan 2012)
merekomendasikan sejumlah proses yang harus dilakukan dalam penelitan studi
kasus. Cara-cara yang memadai dalam melakukan penelitian kualitatif yaitu:

 Penelitian naratif (narrative research)


Merupakan rancangan penelitian tentang kemanusiaan di mana peneliti
mempelajari kehidupan individu-individu dan meminta seorang atau
sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka (Riessman,
2008). Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam
kronologi naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus menggabungkan
dengan gaya naratif pandangan-pandangannya tentang kehidupan
partisipan dengan pandangan-pandangannya tentang kehidupan partisipan
dengan pandangan-pandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri
(Clandinin & Conelly, 2000)
 Riset fenomenologi (phenomenological research)
Merupakan rancangan penelitian yang berasal dari filsafat dan psikologi di
mana peneliti mendeskripsikan pengalaman kehidupan manusia tentang
suatu fenomena tertentu seperti yang dijelaskan oleh para partisipan.
Deskripsi ini berujung pada inti sari pengalaman beberapa individu yang
telah mengalami semua fenomena tersebut. Rancangan ini memiliki

17
landasan filosofis yang kuat dan melibatkan pelaksanaan wawancara
(Giorgi, 2009; Moustakas, 1994).
 Grounded theory
Merupakan rancangan penelitian dari sosiologi proses, aksi, atau interaksi
tertentu yang berasal dari pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini
menggunakan berbagai tahap pengumpulan data dan penyaringan serta
antar-hubungan kategori-kategori informasi yang diperoleh (Charmaz,
2006; Corbin dan Strauss, 2007).
 Etnografi
Adalah rancangan penelitian yang berasal dari antropologi dan sosiologi
yang di dalamnya peneliti menyelidiki pola perilaku, bahasa, dan tindakan
dari suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam
periode waktu yang cukup lama. Pengumpulan data sering melibatkan
observasi dan wawancara.
 Studi kasus
Merupakan rancangan penelitian yang ditemukan di banyak bidang,
khususnya evaluasi, di mana peneliti mengembangkan analisis mendalam
atas suatu kasus, sering kali program, peristiwa, aktivitas, proses, atau satu
individu atau lebih. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data bedasarkan waktu yang telah
ditentukan (Stake, 1995; Yin, 2009,2012).

18
2.4 Studi Pendahuluan
Untuk menjajaki keadaan di lapangan, masalah apakah kiranya yang layak dan
penting untuk diteliti. Studi lapangan bersifat anjuran sebelum mengadakan
penelitian baik untuk penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Masalah pada
mulanya sangat umum, kemudian mendapatkan fokus yang ditunjukkan pada hal-
hal yang lebih khusus.

A. Pengertian Studi Pendahuluan


Studi pendahuluan merupakan studi yang dilakukan
untuk mempertajam arah studi utama. Studi pendahuluan dilakukan karena
kelayakan penelitian berkenaan dengan prosedur penelitian dan hal lainnya
masih belum jelas. Studi pendahuluan bisa saja mengubah arah penelitian yang
telah disusun di dalam proposal. Studi pendahuluan bisa saja mengubah arah
penelitian yang telah disusun di dalam proposal. Dengan demikian, studi
pendahuluan bisa saja menghasilkan perubahan prosedur penelitian,
meningkatkan pengukuran,meningkatkan kepercayaan asumsi, dan desain yang
lebih mantap dari studi utama. Studi pendahuluan tak jarang merupakan
miniatur dari studi utama. Tak jarang studi pendahuluanpun menguji sejumlah
instrumen yang akan digunakan dalam studi utama.
B. Alasan Menggunakan Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan
persiapan yang dilakukanoleh seorang peneliti, dengan tujuan untuk
menentukan objek dan subjek penelitian yangtepat, yang sesuai dengan tema
penelitian yang menjadi fokus kajian peneliti.
1. Objek Penelitian, berkaitan dengan variabel-variabel yang dipilih oleh
peneliti, baikvariabel masalah, maupun variabel-variabel yang diduga
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel masalah. Dengan
demikian, penentuan variabel-variabel penelitian melalui studi
pendahuluan merupakan salah satu upaya dari peneliti untuk memilih
variabel-variabel yang tepat, yang secara empirik merupakan variabel

19
masalah dan variable penyebab yang determinan, yang mempengaruhi
variabel masalah. Hal ini berarti bahwauntuk melakukan penelitian atau
memperoleh hasil penelitian yang berkualitas, bermanfaatdan bermakna,
maka seorang peneliti tidak cukup hanya berdasarkan pada teori-teori
sajadalam menentukan variabel-variabel penelitiannya, karena belum tentu
variabel-variabel yang dipilih berdasarkan teori-teori tadi, merupakan
variabel yang sesuai secara empiric perlu untuk diteliti. Oleh karena itu
sangatlah dianjurkan apabila seorang peneliti dalam menentukan judul
penelitiannya, melakukan studi pendahuluan di samping melakukan kajian
teori.
2. Subjek Penelitian, berkaitan dengan responden. Memilih responden yang
tepat merupakan satu keharusan untuk memperoleh data/informasi yang
memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Oleh karena itu
peneliti harus menetapkan responden yang reliablel (terpercaya) dalam
memberikan data/informasi yang dibutuhkan untuk
menjelaskanpermasalahan yang diteliti. Memilih responden yang
terpercaya antara lain dilakukandengan mengkaji karakteristik-
karakteristik yang melekat pada responden tersebut, misalnya tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, jenis keahlian yang dimiliki, jenis kelamin, dan
lain sebagainya. Karakteristik-karakteristik yang melekat pada responden
tersebut kemudiandisesuaikan dengan kebutuhan akan data/informasi yang
akan digunakan untuk menjelaskanmasalah/variabel yang dikaji.
Disamping alasan-alasan yang telah dijelaskan di atas, pengguaan studi
pendahuluan juga dapat:
a. Melihat proporsi kasus yang akan diteliti
b. Menentukan besar sampel penelitian
c. Melakukan uji validitas instrument
d. Melakukan uji relibilitas instrumen jika instrumen dalam bentuk
kuesioner, dan
e. Menentukan populasi sasaran.

20
2.5 Identifikasi Masalah
Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil
pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi
masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting di
antara proses lain. Masalah penelitian (research problem) akan menentukan
kualitas suatu penelitian, bahkan itu juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa
disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa ditemukan
melalui studi literatur (literature review) atau lewat pengamatan lapangan
(observasi, survey), dan sebagainya.
Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan yang mempersoalkan
suatu variabel atau hubungan antara satu atau lebih variabel pada suatu fenomena.
Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai konsep yang memuat
nilai bervariasi, pembeda antara sesuatu dengan yang lain. Dalam suatu studi yang
menggunakan alur-pikir deduktif kerapkali ditampilkan definisi operasional
variabel, dan dalam penelitian kualitatif variabel itu seringkali disebut konsep,
misalnya definisi konseptual.

Beberapa hal yang dijadikan sebagai sumber masalah adalah:


1. Bacaan
Sumber bacaan bisa dari jurnal-jurnal penelitian yang berasal dari laporan
hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan sumber masalah, karena laporan
penelitian yang baik tentu saja mencantumkan rekomendasi untuk
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan tema penelitian bersangkutan.
Suatu penelitian sering tidak mampu memecahkan semua masalah yang
telah teridentifikasi karena ada berbagai keterbatasan peneliti atau ruang
lingkup penelitian itu. Hal ini menuntut adanya penelitian lebih lanjut
dengan mengangkat masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selain
jurnal penelitian, bacaan lain yang bersifat umum juga dapat dijadikan
sumber masalah misalnya buku-buku bacaan terutama buku bacaan yang
mendeskripsikan gejala-gejala dalam suatu kehidupan yang menyangkut

21
dimensi sains dan teknologi atau bacaan yang berupa tulisan yang dimuat
dimedia cetak.
2. Pertemuan Ilmiah
Masalah penelitian dapat diperoleh melalui pertemuan-pertemuan ilmiah,
seperti seminar, konferensi nasional dan internasional diskusi. Lokakarya,
simposium dan sebagainya. Dengan pertemuan ilmiah seperti itu akan
muncul berbagai permasalahan yang memerlukan jawaban melalui
penelitian.
3. Pernyataan Pemegang Kekuasaan (Otoritas)
Orang yang mempunyai kekuasaan atau otoritas cenderung menjadi figure
publik yang dianut oleh orang-orang yang ada dibawahnya. Sesuatu yang
diungkapkan oleh pemegang otoritas tersebut dapat dijadikan sumber
masalah. Pemegang otoritas di sini dapat mencakup aspek formal dan non
formal.
4. Observasi (pengamatan)
Pengamatan yang dilakukan seseorang peneliti tentang sesuatu yang
direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, baik secara sepintas
ataupun dalam jangka waktu yang cukup lama, terstruktur atau tidak
terstruktur, itu dapat melahirkan suatu masalah. Contoh: Seorang pendidik
menemukan masalah dengan melihat (mengamati) sikap dan perilaku
peserta didiknya dalam proses belajar mengajar.
5. Wawancara dan Angket
Melalui wawancara kepada masyarakat mengenai sesuatu kondisi aktual di
lapangan dapat menemukan masalah apa yang sekarang dihadapi
masyarakat tertentu. Demikian juga dengan menyebarkan angket kepada
masyarakat akan dapat menemukan apa sebenarnya masalah yang dirasakan
masyarakat tersebut. Kegiatan ini dilakukan biasanya sebagai studi awal
untuk mengadakan penjajakan tentang permasalahan yang ada di lapangan
dan juga untuk menyakinkan adanya permasalahan-permasalahan di
masyarakat.

22
6. Pengalaman
Pengalaman dapat dikatakan sebagai guru yang paling baik. Tetapi tidak
semua pengalaman yang dimiliki seseorang (peneliti) itu selalu positif,
tetapi kadang-kadang sebaliknya. Pengalaman seseorang baik yang
diperolehya sendiri maupun dari orang (kelompok) lain, dapat dijadikan
sumber masalah yang dapat dijawab melalui penelitian.
7. Intuisi.
Secara intuitif manusia dapat melahirkan suatu masalah. Masalah penelitian
tersebut muncul dalam pikiran manusia pada saat-saat yang tidak
terencanakan.

Ketujuh faktor di atas dapat saling mempengaruhi dalam melahirkan suatu


pokok permasalahan penelitian, dan itu dapat juga berdiri sendiri dalam
mencetuskan suatu masalah. Jadi, untuk mengindentifikasi masalah dapat
dilakukan melalui sumber-sumber bacaan yang memungkinkan lahir masalah-
masalah penelitian seperti di atas. Sumber-sumber keilmuan yang membawa
masalah-masalah tersebut dapat saling berinteraksi dalam menentukan masalah
penelitian, dapat juga melalui salah satu sumber saja. Setelah masalah-masalah
penelitian dapat diindentifikasi, selanjutnya perlu dipilih dan ditentukan
peneliti masalah-masalah yang akan diangkat dalam suatu rancangan
penelitian. Untuk memilih dan menentukan masalah yang layak untuk diteliti,
perlu mempertimbangkan kriteria problematika yang tertata baik.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerangka berpikir pada umumnya hanya diperuntukkan pada
jenis penelitian kuantatif. Untuk penelitian kualitatif, kerangka berpikirnya
terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung
oleh penulis. Sedangkan untuk penelitian tindakan kelas kerangka
berpikirnya terletak pada refleksi, baik pada peneliti maupun pada
partisipan. Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam yang dapat
digunakan untuk menurunkan hipotesis.
Perbedaan mendasar dari metode penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian kualitatif yaitu terletak pada strategi dasar penelitiannya.
Penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang bersifat konfirmasi
dan deduktif, sedangkan penelitian kualitatif bersifat eksploratoris dan
induktif. Desain penelitian kualittif terdiri dari penelitian naratif (narrative
research), riset fenomenologi (phenomenological research), Grounded
theory, etnografi, dan studi kasus.
Studi pendahuluan merupakan studi yang dilakukan
untuk mempertajam arah studi utama. Studi pendahuluan dilakukan karena
kelayakan penelitian berkenaan dengan prosedur penelitian dan hal lainnya
masih belum jelas.
Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh
dikatakan paling penting di antara proses lain. Masalah penelitian (research
problem) akan menentukan kualitas suatu penelitian, bahkan itu juga
menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak.

24
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, “Definisi Kerangka Pikir”.


https://www.scribd.com/doc/306634326/Definisi-Kerangka-Pikir
Anggito, Albi, Johan Setiawan, dan Ella Deffi Lestari (Ed).2018. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak. Halaman 16-17
Creswell, John W. 2016. RESEARCH DESIGN: Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif, dan Campuran. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Rianayati Kusmini
Pancasari. Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR. Halaman 18-19
Basfain, Nurjayantiani, “Pengertian Studi Pendahuluan”.
https://www.academia.edu/7218460/Pengertian_Studi_Pendahuluan
PPSIB, “IDENTIFIKASI MASALAH, BATASAN MASALAH, DAN RUMUSAN
MASALAH”. 2016, 19 September. http://ppisb.unsyiah.ac.id/berita/identifikasi-
masalah-batasan-masalah-dan-rumusan-masalah.
Serba Ada Blog, “Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif
Menurut Para Ahli”. 2011-2012.
http://dominique122.blogspot.com/2015/04/perbedaan-penelitian-kuantitatif-
dengan.html

25

Anda mungkin juga menyukai