Anda di halaman 1dari 8

PRINSIP DAN MODEL KURIKULUM MUATAN LOKAL

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan


Lokal

Dosen Pengampu : Dr. Deasylina Da Ary, S.Pd., M.Sn.

disusun oleh :

1. Ariza Ghani Shafiyanto 1401417352


2. Sabana Ulil Azmy 1401417373
3. Istianah Baroroh 1401417375
4. Desy Nurma Rizqiana 1401417386
5. Ivan Candra Darmaputra 1401417376

Kelompok 2
Rombel I

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya kepada seluruh umat-Nya. Salawat dan salam tercurah untuk baginda Rasulullah SAW
yang menjadi teladan untuk umat seluruh alam.

Alhamdulillah, kami telah menyelesaikan tugas makalah yang sangat sederhana ini,
sebagai pemenuhan tugas kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu
Dr. Deasylina Da Ary, S.Pd., M.Sn. selaku dosen mata kuliah ini yang telah memberikan
tugas makalah tentang prinsip dan model kurikulum muatan lokal, karena dengan
diberikannya tugas makalah ini, kami dapat memperluas pengetahuan mengenai prinsip dan
model kurikulum muatan lokal dan melatih membuat karya tulis makalah.

Segala daya dan upaya kami lakukan untuk menyusun makalah ini, akan tetapi
dengan keterbatasan waktu, tenaga dan sedikitnya pengalaman, tentunya masih banyak
kekurangan di dalamnya, untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, serta kritik
dan saran sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan langkah kami kedepan.

Semarang, 14 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud Evaluasi Kurikulum?
2. Bagaimana peranan Evaluasi Kurikulum?
3. Bagaimana perbandingan model-model Evaluasi Kurikulum?

1.3. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Mengidentifikasi pengertian Evaluasi Kurikulum.
2. Menganalisis peranan Evaluasi Kurikulum.
3. Menganalisis perbandingan model-model Evaluasi Kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL


Dalam buku Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan, M. Joko Susilo menguntip
pernyataan Oemar Hamalik yang membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi
delapan macam anata lain:
1. Prinsip berorientasi pada tujuan, yaitu pengembangan kurikulum diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Untuk itu, pengembangan kurikulum muatan local bertujuan
untuk mencapai kelestarian kebudayaan daerah serta peningkatan potensi dan
kemampuan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup.
2.Prinsip Relevansi, yaitu diartikan sebagai kesesuaian. Kurikulum muatan local yang
dikembangkan harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan zaman.
3.Prinsip efisiensi dan efektifitas, yaitu segala hal yang yang mendukung proses
pengembangan kurikulum harus dipergunakan secara efektif dan efisisen agar dapat
mencapai hasil yang optimal
4. Prinsip fleksibilitas (keluwesan), yaitu kurikulum yang dikembangkan hendaknya
luwes, yaiitu dapat disesuaikan berdasarkan tuntutan dan keadaan dengan keadaan
kondisi sekitar dan besifat tidak kaku.
5. Prinsip Kontinuitas (berkesinambungan), artinya perkembangan kurikulum
dilakukan berkesinambungan. Terdapat hubungan yang bermakna antara aspek – aspek,
materi dan bahan kajian.
6. Prinsip Keseimbangan, yaitu pengembangan kurikulum dalam keseimbangan
memperhatikan kesesuaian tidak berlebihan antara kebutuhan yang dengan fungsinya
7. Prinsip keterpaduan, yitu kurikulum dirancang dan dilaksanakan secara terpadu.
Dalam proses perencanaan dan pelaksanaaannya harus terpadu dan melibatkan banyak
pihak.
8. Prinsip Mutu, yaitu Pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada pendidikan
yang bermutu,hal ini dapat ditentukan dari derajat mutu guru beserta fasilitas yang
bermutu juga.

1.2. MODEL KONSEP KURIKULUM MUATAN LOKAL


Tujuan dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan muatan lokal dalam kurikulum yaitu terdiri
dari tujuan langsung dan tak langsung. (Abdullah Idi, 1999: 180) Tujuan langsung
diantaranya yaitu bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid, sumber belajar di daerah
dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, murid dapat menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang
ditemukan di sekitarnya, serta murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan
lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya. Sedangkan tujuan tak langsung diantaranya
yaitu murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenal daerahnya, murid diharapkan dapat
menolong orangtuanya dan menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya, serta murid menjadi akrab dengan lingkungan dan terhindar dari keterasingan
terhadap lingkungan sendiri. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut dimana bahan
muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sangat menentukan.

Kreativitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi dasar dalam konsep kurikulum
muatan lokal yang terinternalisasi tidak hanya untuk peserta didik namun juga bagi
pendidiknya. Guru hendaknya dapat menggunakan sumber daya yang ada di lingkungan
dalam pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran menjadi optimal dan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan berbagai variasi metode, sumber
dan alat/ media pembelajaran

Seperti penjelasan diatas, kurikulum muatan lokal tidak dapat dipisahkan dari upaya
menjembatani peserta didik dengan tatanan sosial yang melingkupinya. Sehubungan dengan
hal tersebut, muatan lokal yang diterapkan dalam pendidikan di sekolah khususnya di
Sekolah Dasar juga senantiasa berjalan untuk mewariskan dan mentransformasikan nilai-nilai
budaya yang telah melekat dalam kesadaran terdalam masyarakat lokal.

Hal ini sejalan, dengan pandangan yang dikemukakan Sudjana, sebagaimana di kutip
Nasarudin Anshory dan Pembayun, yang mengemukakan syarat muatan lokal, yakni:;
a) kekhasan lingkungan alam, lingkungan sosial budaya daerahnya;

b) menunjang kepentingan pembangunan daerahnya dan pembangunan nasional pada


umumnya;

c) sesuai dengan kemampuan, minat, sikap, dan perhatian siswa;


d) didukung oleh Pemerintah Kabupaten setempat dan atau oleh masyarakat, baik dan segi
program, dana, sarana, maupun fasilitas;

e) tersedia tenaga pengelola pelaksanaan serta sumber-sumber lain sehingga dapat


dilaksanakan di sekolah;

f) dapat dilaksanakan, dibina, dikembangkan secara berkelanjutan, baik oleh pengelola


tingkat nasional maupun tingkat daerah;

g) sesuai dan selaras dengan kemajuan dan inovasi pendidikan, kebutuhan masyarakat, minat
dan kebutuhan siswa, serta masyarakat pada umumnya.
Dalam mengembangkan model konsep kurikulum berbasis muatan lokal, dapat dilakukan
dengan dua model pengembangan. Kedua Model yang dimaksud yaitu konsep pengembangan
kurikulum muatan lokal yang melekat ke seluruh mata pelajaran dan konsep pengembangan
kurikulum berbasis muatan lokal yang berbentuk kegiatan atau program yang terpisah dari
mata pelajaran pada umumnya.

1. Model Konsep Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal dengan Cara Internalisasi


ke Seluruh Mata Pelajaran

Konsep pengembangan muatan lokal pada seluruh mata pelajaran dapat dilakukan dengan
cara mengembangkan indikator-indikator yang diawali dengan budaya, tradisi, nilai lokal
dan diakhiri budaya global di setiap mata pelajaran. Dalam melaksanakan konsep
pengembangan muatan lokal dengan cara intermalisasi ke seluruh mata pelajaran, indikator
yang dikembangkan oleh guru tetap mengikuti kompetensi dasar masing-masing mata
pelajaran yang sudah ditetapkan dalam kurikulum nasional, akan tetapi dimasukkan dengan
nilai-nilai budaya, tradisi, nilai lokal dan diakhiri budaya global pada masing-masing indikator
pelajarannya.

2. Model Konsep Pengembangan Kurikulum Muata Lokal Melalui Mata Pelajaran


Muatan Lokal Tertentu atau Program Tertentu yang Terpisah dengan Mata Pelajaran

Dalam pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan hal-hal berikut ini; a) substansi
yang akan dikembangkan, materinya tidak menjadi bagian dari kelompok mata pelajaran
yang telah dikemukakan; b) merupakan mata pelajaran wajib yang diselenggarakan melalui
pembelajaran intra kurikuler atau masuk dalam struktur kurikulum; c) bentuk penilaiannya
kuantitatif; d) sekolah harus menyusun standar kompetensi, kompetensi dasar dan silabus;
e) substansinya dapat berupa program keterampilan produk dan jasa; f) setiap madrasah
harus mengembangkan lebih dari satu jenis muatan lokal; dan g) peserta didik dapat
mengikuti lebih dari satu muatan lokal.
Menurut Muhaimin dalam buku Pengembangan Model, kurikulum muatan lokal ini dapat
memuat empat mata pelajaran yaitu;

a) bahasa daerah. Bahasa daerah ini bertujuan untuk mempertahan nilai-nilai budaya
masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra;

b) pendidikan lingkungan hidup bertujuan untuk menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan
hidup dalam bentuk kegiatan pembelajaran, pola hidup bersi dan menjaga keseimbangan
ekosisten;

c) bahasa Inggris bertujuan untuk mengenalkan budaya masyarakat lokal; dan

d) komputer bertujuan untuk mengembangakn keterampilan penggunanan alat teknologi


secara teknis.

Menurut Muhammad Nasir dalam Jurnal Pengembangan Kurikilum Muatan Lokal dalam
Konteks Pendidikan Islam di Madrasah, bahwasannya dari empat mata pelajaran muatan
lokal yang ditawarkan oleh muhaimin tersebut pada dasarnya hanya ada dua yang termasuk
mata pelajaran muatan lokal yaitu bahasa daerah dan pendidikan lingkungan hidup. Bahasa
Inggris dan Pendidikan komputer tidak termasuk pada mata pelajaran muatan lokal dengan
alasan substansi kajian. Dari kedua mata pelajaran ini lebih menekankan pada kajian yang
bersifat global dan berlaku untuk semua.
Selain pengembangan kurikulum muatan lokal melalui mata pelajaran muatan lokal yang
masih menjadi bagian dari intra kurikuler, sekolah juga dapat mengembangkan kurikulum
muatan lokal dalam model konsep kurikulum muatan lokal melalui kegiatan pengembangan
diri dalam bentuk ekstrakurikuler dan bimbingan konseling. Sekolah dapat mengembangkan
program ekstrakurikuler dan kegiatan bimbingan konseling yang terkait dengan budaya,
tradisi dan keunggulan lokal daerah. Di antara kegiatan yang dimaksud adalah a) kegiatan
ekstrakurikuler meliputi pengembangan bakat dan minat siswa seperti kgiatan keagamaan,
senin tari dan musik, keterampilan dan lain-lain; b) bimbingan konseling yang meliputi
bimbingan karir, bimbingan studi lanjut, bimbinan pribadi dan bimbingan sosial.
BAB III

PENUTUP

1.1. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anni Mustarsyidah.2008.Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal di Sekolah Dasar Negei


Purwodadi 2 Blimbing Kabupaten Malang.Malang: Institut Universitas Islam negeri

Nafisah Durrotun. 2016. Jurnal: Peran Pendidikan Muatan Lokal Terhadap Pembangunan
Karakter Bangsa. Madiun: IKIP PGRI.

Nasir Muhammad. 2013. Jurnal: Pengembangan Kurikilum Muatan Lokal dalam Konteks
Pendidikan Islam di Madrasah Vol. 10. Samarinda: STAIN.

Anda mungkin juga menyukai