Anda di halaman 1dari 24

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT SERTA KESEIMBANGAN


ASAM BASA
RESUME PATOLOGI

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

SERTA KESEIMBANGAN ASAM BASA

Disusun oleh        : HARMOKO

Tingkat                  : I.B. 1

Dosen Pembimbing : Drs.M.Nasir A.hamid,S.pd.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2012/2013

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

SERTA KESEIMBANGAN ASAM BASA

Definisi cairan tubuh

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang


memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai
kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60%
cairan.

Prosentase cairan tubuh

a.       Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu
dan tergantung beberapa hal antara lain :

1)      Umur

Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.

2)      Kondisi lemak tubuh

Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak


tubuh.

3)      Jenis Kelamin

Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding


pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak
dibandingkan dengan pria.

b.      Jumlah normal air pada tubuh manusia


1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :

·  Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan

·  Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan

·  Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

Fungsi Cairan

a.       Pelarut universal

1)      Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah

2)      Berperan dalam reaksi kimia.

Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel


3)      Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel

4)      Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan


substansi        lain

b.       Pengaturan suhu tubuh

1)      Mampu menyerap panas dalam jumlah besar

2)      Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas

Contoh: Otot-otot selama excercise

c.        Pelicin

1)      Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)

.      Reaksi- d reaksi kimia

1)      Pemecahan karbohidrat

2)      Membentuk protein

e.       Pelindung

1)      Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic

Komposisi Cairan Tubuh

Cairan  tubuh berisikan:

a.       Oksigen yang berasal dari paru-paru

b.      Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan

c.       Produk metabolisme seperti karbondiokasida

d.      Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang
disebut juga elektrolit. Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi
satu ion Natrium atau sodium (Na+) dan satu ion klorida (Cl–). Ion yang
bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negatif
disebut anion
Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular
(CIS) dan Cairan Ektraselular (CES)

a.       Cairan Intraselular

Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh.
Cairan ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia.
Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau 40% dari berat
badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit
anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3–, SO42-, Cl–

b.      Cairan Ekstrasel

Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya


sekitar 1/3 dari total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan.
Cairan ekstrasel berperan dalam transport nutrient, elektrolit dan
okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian
dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada
persendian dan membran mukosa, penghancuran makanan dalam proses
pencernaan.

Cairan ekstrasel terdiri dari:

1)      Cairan interstisial

Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya


cairan limfe, jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel.
Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada
bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.

2)      Cairan intavaskuler

Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh


darah misalnya plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel.
Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk mengukur jumlah
darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai
dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih
55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel
darah merah, sel darah putih dan platelet.

3)      Cairan transelular


Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus
seperti cairan serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata,
intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya sekitar 1%-3%.

Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+,sedikit


K+, Ca2+, Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada
plasma, sedikit HPO42-SO42-.

Human Body:

1. Tissue (40%)
2. Fluid (60%)
 Ekstraselular (20%)
 Intraselular (40%)      -> Interstisial (10-15%), Intravaskluler (5%),
dan   Transeluler (1-3%)

Definisi Elektrolit dan kebutuhan elektrolit

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan


listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada
seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan
sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut ion.
Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl
akan dipecah menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan elektrolit tersebut merupakan
ion yang dapat mengahantarkan arus litrik. Elektrolit adalah substansi
ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Satuan
pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu
milliequivalent adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.

Ion-ion positif disebut· kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium,


kalsium, dan magnesium

ion-ion negatif disebut· anion. Contoh anion antara lain klorida,


bikarbonat, dan fosfat.

a.      Keseimbangan Elektrolit


Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi
elektrolit akan mempengaruhi  keseimbangan cairan dan konsentrasi
elektrolit berpengaruh pada fungsi sel. Elektrolit berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa,
memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2
elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel
dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.

1)      Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)

Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta


sangat berperan dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran pencernaan, makanan
atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses
difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran
pencernaan dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh
ginjal, jika konsentrasi natrium serum menurun maka ginjal akan
mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat.
Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan
merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah
normal 135-148 mEq/Lt

2)      Keseimbangan kalium/potassium (K+)

Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium
98% berada pada cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel.
Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti daging, buah-buahan
dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.

3)      Keseimbangan Kalsium (Ca2+)

Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama


berikatan dengan fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang
dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan reabsorpsi tulang.
Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang
dihasilkan oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium
rendah maka hormon paratiroid dilepaskan sehingga terjadi peningkatan
reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi peningkatan kadar kalsium
maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi tulang.
Jumlah normal 4-5mEq/Lt.

4)      Keseimbangan Magnesium (Mg2+)

Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan


dalam metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi
jantung. Sumbernya didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging
dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan absorpsi
dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.

5)      Keseimbangan Fosfor (PO4–)

Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan


ekstrasel, tulang, otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan
dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi otot, sel darah merah,
metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan
gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus
halus dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu.
Disekresi dan reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor
oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika
kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian
sebaliknya. Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.

6)      Keseimbangan Klorida (Cl–)

Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan


dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama
natrium, regulasi asam basa, berperan dalam buffer pertukaran oksigen
dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan direabsorpsi
bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron.
Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-
108mEq/Lt.

7)      Keseimbangan Bikarbonat

Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel


dengan fungsi utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi
dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan asam kuat untuk
membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH.
Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.
b.      Pengaturan dan Fungsi Elektrolit

Elektrolit Pengaturan Fungsi


Sodium (  )  Reabsorpsi dan sekresi ginjal
 Aldosteron,meningkatkan
reabsorpsi natrium di duktus
kolekting nefron
 Pengaturan dan distribusi volume
cairan ekstrasel
 Mempertahankan volume darah
 Menghantarkan impuls saraf dan
kontraksi otot
Potassium (  )  Sekresi dan konservasi oleh ginjal
 Aldosteron meningkatkan
pengeluaran
 Pemindahan dalam dan luar sel
 Insulin membantu memindahkan  
ke dalam sel dan luar sel,jaringan
yang rusak
 Mempertahankan osmolaritas dan
cairan intrasel
 Transmisi saraf dan impuls elektrik
 Pengaturan transmisi impuls
jantung dan kontraksi otot
 Pengaturan asam basa
 Kontraksi tulang dan otot polos
Kalsium ( )  Distribusi antara tulang dan cairan
ekstrasel
 Hormon paratiroid meningkatkan
serum ,kalsitonin menurunkan
kadar serum
 Pembentukan tulang dan gigi
 Transmisi impuls saraf
 Pengaturan kontraksi otot
 Mempertahankan pace maker
jantung
 Pembekuan darah
 Aktivitas enzim pancreas,seperti
lipase
Magnesium ( )  Dipertahankan dan dikeluarkan
oleh ginjal
 Meningkan adsorpsi oleh vitamin D
dan hormon paratiroid
 Metabolisme intrasel
 Pmpa sodium-potasium
 Relaksasi kontraksi otot
 Transmisi impuls saraf
 Pengaturan fungsi jantung
Klorida ( )  Pengeluran dan reabsorpsi bersama
sodium dalam ginjal
 Aldosteron meningkatkan adsorpsi
klorida dengan sodium
 Produksi HCl
 Pengaturan keseimbangan cairan
ekstrasel dan volume vaskuler
 Keseimbangan asam-basa
Pospat (  )  Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
 Paratiroid hormon menurunkan
kadar serum dengan meningkatkan
sekresi ginjal
 Pembentukan tulang dan gigi
 Metabolism karbohidrat,lemak,dan
protein
 Metabolisme seluler produksi ATP
dan DNA
 Fungsi otot,saraf,dan sel darah
merah
 Pengaturan asam-basa
 Pengaturan kadar kalsium
Bikarbonat (  )  Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
 Pembentukan oleh ginjal
 Buffer utama dalam keseimbangan
asam-basa
Jenis Cairan Elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap. Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik,
dan  hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga normal saline yang
banyak dipergunakan. Contohnya:

a.       Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl–, dan Ca2+
b.      Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, Ca2+, dan HCO3–
c.       Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–,  dan HCO3–

Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit

a.       Hiponatremia

Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium


dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma
yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan diare.

b.      Hipernatremia

Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam


plasma tinggi yang ditandai dengan addanya mukosa kering,
oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta
kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian
dapat disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan
sedangkan asupan garamnya sedikit.

c.       Hipokalemia

Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam


darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi
pada pasien yang mengalami diare yang berkepanjangan dan juga
ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya
otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus,
kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L.

d.      Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam
darah tinggi, sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal,
asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan melalui intravena
yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan,
aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan
dan irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai
lebih dari 5 mEq/L.

e.       Hipokalsemia

Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma


darah yang ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang,
bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/L dan
kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.

f.      Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam
darah yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan
kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai dengan
adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual, koma,
dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.

g.      Hipomagnesia

Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah


yang ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan
tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium
dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.

h.     Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam
darah yang ditandai dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan
kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan


Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit


tubuh antara lain :
a.       Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b.      Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per
hari.

c.       Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika


intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan
lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun
padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.      Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan


pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah

e.       Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan


dan elektrolit tubuh. Misalnya :

Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui


IWL.·
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator·
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan


pemenuhan            intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.·

f.       Tindakan Medis

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan


elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.      Pengobatan

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh


pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

h.      Pembedahan

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami


gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan
kehilangan darah selama pembedahan.

Keseimbangan Asam Basa

Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa,


seperti asam karbonat (  ). Keadaan asam dan basa ditentukan oleh
adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol dari adanya ion hydrogen
dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam dan
diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45.
Untuk memperthankan pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer
asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat kimia untuk
mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.

Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan


dan ginjal.

a.       Sistem Buffer

Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan


menetralisir kelebihan asam melalui pemindahan atau pelepasan ion
hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada cairan tubuh maka
buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat
diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah
bikarbonat ) dan asam karbonat (  ). Selain itu untuk mempertahankan
keseimbangan pH juga berperan plasma protein,hemoglobin,dan posfat.

b.      Pengaturan pernapasan

Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara


mengeluarkan karbondioksida. Karbondioksida secara kuat menstimulasi
pusat pernapasan. Ketika karbondioksida dan asam bikarbonat dalam
darah meningkat pusat pernapasan distimulasi sehingga menjadi
meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi
turun.  Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan
diturunkan.

Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam


mempertahankan keseimbangan asam basa. Di paru-paru karbondioksida
bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, yang kemudian asam
karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen dan bikarbonat.

Paru-Paru                                                                                                     Ginja
CO2 + H2O                  ↔                        H2CO3                                 ↔           H + HCO3

(asam karbonat)

c.       Pengaturan oleh Ginjal

Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama


dibandingkan dengan pernapasan dan sistem buffer yaitu beberapa jam
atau beberapa hari stelah adanya ketidak-seimbangan asam-basa. Ginjal
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan pengeluaran selektif
bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH
menjadi turun (asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan
mengeluarkan ion hydrogen. Pada  keadaaan alkalosis atau pH
tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan bikarbonat dan menahan ion
hydrogen. Normalnya kadar serum bikarbonat 22-26 mEq/L.
Keseimbangan Asam dan Basa dalam darah
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah
dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
# pH 7,0 adalah netral
# pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
# pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0);
sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0).
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena
perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius
terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan
asam-basa darah:
1.    Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam
bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang
dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2.    Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH
darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan
perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan
bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan
karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika
lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3.    Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen
dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru
karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan
darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida
darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH
tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam
keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung
asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak
mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang
menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih


merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.
Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya
masalah metabolisme yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,


tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau
basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh
penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

Gangguan keseimbangan asam dan basa


A. Asidosis Respiratorik
1. Pengertian

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena


penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-
paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul
karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.

Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang


mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih
dalam.
2. Penyebab

Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan


karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-
penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti :
a. Emfisema
b. Bronkitis kronis
c. Pneumonia berat
d. Edema pulmoner
f. Asma.

Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat


narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis
respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot
dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.

3. Gejala

Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan
kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa
saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau
setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal
berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat,
namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa
hari.

4. Diagnose

Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah


dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri.

5. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi
dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa
diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan
emfisema.

Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat,


mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator
mekanik.

B. Asidosis Metabolik

1. Pengertian

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang


ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan
benar-benar menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam


dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.

Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut


dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.

Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus


menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis
berat dan berakhir dengan keadaan koma.

2. Penyebab

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok


utama      adalah :
a. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu
asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.

Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan


dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
b. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak
melalui metabolisme.Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan
sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya
adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik,
tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana
asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.

c. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk


membuang asam dalam jumlah yang semestinya.

Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika


ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal
sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal
ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal
untuk membuang asam.
1. Penyebab utama dari asidois metabolik : Gagal ginjal
2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3. Ketoasidosis diabetikum
4. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol,
paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
6. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan
karena diare, leostomi atau kolostomi.
3. Gejala

Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun


biasanya penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan
menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun kebanyakan
penderita tidak memperhatikan hal ini.

Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan


kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan
mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah
dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.

4. Diagnosa

Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH


darah yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan
tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak
akurat untuk mengukur pH darah.

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon


dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan
tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya.

Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin
biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan
toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi
disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan
pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.

5. Pengobatan

Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai


contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi
dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-
kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan
yang berat.

Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung.Bila terjadi asidosis


ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya.

Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena;


tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan.
C. Alkalosis Respiratorik

1. Pengertian

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa


karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

2. Penyebab

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang


menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan
dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan
adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah :

a. Rasa nyeri
b. Sirosis hati
c. Kadar oksigen darah yang rendah
d. Demam
e. Overdosis aspirin.

3. Gejala

Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat


menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
4. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida


dalam darah arteri. pH darah juga sering meningkat.
5. Pengobatan

Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah


memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan,
memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika
penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.

Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik)


bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita
menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.

Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya


selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali
nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu
rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat,
gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan
penderita dan menghentikan serangan     alkalosis           respiratorik.

D. Alkalosis Metabolic
1. Pengertian

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan


basa karena tingginya kadar bikarbonat.

2. Penyebab

Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.


Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama
periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot
dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah
sakit, terutama setelah pembedahan perut).

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda
bikarbonat.

Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau
kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal
dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.

Penyebab utama akalosis metabolik :

a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)


b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan     kortikosteroid).

3. Gejala

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung),


otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi
alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme
(kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).

4. Diagnosa

Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam


keadaan basa.

5. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan
elektrolit (natrium dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan
amonium klorida secara intravena.

Adaptasi Fisiologi Cairan dan Elektrolit pada Ibu Hamil

Cairan dan elektrolit pada masa kehamilan sangat penting


dipertahankan,karena pada awal kehamilan sering mengalami mual dan
muntah serta diare yang berakibat pada kekurangan cairan dan elektrolit.
Perasaan mual dan muntah pada awal kehamilan disebabkan karena
peningkatan hormon human Chorionic Gonadotropin ( hCG). Selama
kehamilan sekitar 500-900 mEq sodium dipertahankan untuk kebutuhan
fetus. Untuk mencegah pengeluaran sodium yang berlebihan,ginjal
meningkatkan reabsorpsi tubular.

Pada ibu hamil sering disertai penimbunan cairan pada ekstremitas


bawah karena terhambatnya aliran darah sehingga menyebabkan filtrasi
glomerulus rate menurun,hal ini menyebabkan edema.

Prinsip Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil

a.       Jumlah masukan cairan yang direkomendasikan dalam sehari


adalah sekitar  6-8 gelas (1500-2000 ml).

b.      Pada wanita hamil kebutuhan air akan meningkat sampai 10-12
gelas per hari. atau  paling tidak minum setiap 15 menit sekali.

c.       Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air


ketubah.

d.      Jika mual-mual dan muntah di trimester pertama tidak diimbangi


dengan      usaha memasukkan kembali makanan dan minuman, maka
terjadi dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mhasiswa


Kebidanan. Jakarta: TIM

Sacharin,Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC


Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Kuntarti. 2005. Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa. Diunduh


dari http://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-cairan-
elektroli (Diakses 14 November 2011)
Elis. 2009. Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil. Diunduh
dari http://elisdcabi.blogspot.com/2009/11/kebutuhan-cairan-pada-ibu-
hamil.html (Diakses 15 November 2011)
Yasir. 2009. Keseimbangan Cairan Tubuh dan Asam-Basa. Diunduh
dari http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/02/keseimba
ngan-cairan-tubuh-dan-asam-basa.html (Diakses 14 November 2011)
Siswanto. 2006. Kebutuhan cairan dan elektrolit. Diunduh
dari http://www.sisroom.blogspot.com/2006/05/kebutuhan-cairan-
dan-elektrolit.html (diakses 14 November 2011)
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/kekuatan-
asam-dan-basa/
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/konsep-ph-poh-dan-
pkw/
http://www.smkn1bandung.com/modul/adaptip/adaptif_kimia/larutan_asa
m_dan_basa.pdf
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/sifat-sifat-asam-basa-
dan-garam/

Anda mungkin juga menyukai