Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Asuransi Syari'ah

Dalam bahasa Arab asuransi dikenal dengan istilah: at Takaful, at Tadhamun, dan at-
Ta’min, yang berarti: saling menanggung.Penanggung di sebut mu’amin, sedangkan
tertanggung di sebut mu’amman lahu atau musta’min.

Pengertian dari at-Ta’min adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang


cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang
telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang. Asuransi
menurut Ensiklopedi Hukum Islam disebut dengan at-Ta’min yaitu transaksi perjanjian antara
dua pihak, pihak yang satu berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar
iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak yang pertama sesuai dengan perjanjian.
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), asuransi adalah usaha saling tolong-
menolong dengan perantara sejumlah uang melalui investasi dalam bentuk asset atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
yang sesuai dengan syariah dan tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian),
riba, zhalim, suap dan maksiat. Pengertian Asuransi dalam UU No. 40 Tahun 2014 tentang
perasuransian, Asuransi merupakan perjanjian diantara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi
dengan pemegang polis, yang menjadi dasar atau acuan bagi penerimaan premi oleh
perusahaan asuransi dengan imbalan untuk :

1. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian


yang dideritanya, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan maupun
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertaggung
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti tersebut; atau

2. Memberikan pembayaran dengan acuan pada meninggalnya tertanggung atau


pembayaran yang didasarkan pada hidup si tertanggung dengan manfaat yang besarnya
telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. 1

DASAR HUKUM
1

Ali, AM. Hasan. 2004. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan
Praktis. Jakarta: Kencana. Anwar, Khoiril. 2007. .Asuransi S
Perintah Allah untuk mempersiapkan hari depan (Q.s al-Hasyr:18)

“hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada
Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan”

Hadits tentang anjuran menghilangkan kesulitan seseorang diriwayatkan oleh Abu


Hurairah r.a, Nabi Muhammad bersabda: “baarangsiapa yang menghilangkan kesulitan
duniawinya seorang mukmin, maka Allah SWT. Akan menghilangkan kesulitannya pada hari
kiamat. Barangsiapa yang mempermudah kesulitan seseorang maka Allah akan mempermudah
urusannya di dunia dan di akhirat.”

Dalam hukum positif yang menjadi dasar hukum dalam asuransi syariah adalah UU No. 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang masih bersifat global. Sedangkan, dalam
menjalankan usahanya secara syariah, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah menggunakan
pedoman fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah.
oleh karena fatwa DSN tersebut tidak memiliki kekuatan hukum maka dibentauk peraturan
perundangan oleh pemerintah yang berkaitan dengan asuransi syariah.

SEJARAH ASURANSI SYARIAH

Praktik asuransi dalam islam sudah diprakrikkan sejak masa Nabi Yusuf saat menafsirkan
mimpi dari raja Fir’aun yang menyarankan agar menyisihkan sebagian dari hasil panen pada
masa tujuh tahun pertama. Sedangkan pada masyarakat Arab sudah terdapat sistem ‘aqilah yang
merupakan cara penutupan dari keluarga pembunuh terhadap keluarga korban (yang terbunuh).
Kemudian, kebiasaan ini berkembang pada masa Nabi sesuai hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari. Mengenai praktik ‘aqilah Nabi Muhammad SAW memuat ketentuan dalam pasal 3
yang isinya “ Orang Quraisy yang melakukan perpindahan (ke Madinah) melakukan
pertanggungan bersama dan akan saling bekerja sama membayar uang darah diantara mereka.
Pada abad ke-20 dibeberapa negara Timur Tengah dan Afrika telah mencoba mempraktikkan
asuransi dalam bentuk takaful.2

B. Pandangan Ulama tentang Asuransi

2
Widyaningsih, et al, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005, hal 204
Jika kita mengamati perkembangan seputar dunia mu’amalah, tentu banyak disana kasus
yang terjadi, bahkan sebagian besar kasus-kasus tersebut belum pernah ditemui dalam masa
Rasulullah. Akhir-akhir abad ke 19, ulama-ulama kontemporer ramai membincangkan seputar
hukum asuransi konvensional. Dan sampai sekarang masih terjadi perbedaan pendapat tentang
hukum asuransi tersebut. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hukum asuransi, agar lebih
mempermudah dalam memahami, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian dan seputar
asuransi. Konsep dasar asuransi yang dibenarkan syariah adalah tolong menolong dalam
kebaikan dan ketakwaan (al birri wat taqwa).

Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian transaksi
bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan semua peserta sebagai
keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita
kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan kepada kita
untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan)
dan melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan). Adapun
perbedaan pendapat yang terjadi dalam kalangan ulama selama ini bahwa mereka menemukan
adanya beberapa unsur yang dilarang dalam transaksi asuransi, diantaranya ada yang mengatakan
terdapat unsur ghoror (Penipuan), dan juga adanya unsur perjudian. Maka jika suatu transaksi
terdapat unsur demikian, hukumnya menjadi haram.

Dan bahkan ada yang mengatakan bid’ah, karena tidak ditemukan dalam kehidupan
rasulullah. Terlepas dengan adanya itu, Asuransi banyak memiliki manfaat yang luas dan
kompleks (secara mikro dan makro). Asuransi adalah sebuah ekosistem perputaran ekonomi
yang saling membutuhkan antar pelaku ekonomi (simbiosis mutualisme).

Karena disamping asuransi mampu memberikan perlindungan dan jaminan pada nasabah,
asuransi juga menawarkan berbagai manfaat antara lain mendapatkan masukan-masukan yang
berguna untuk meminimalisasi terjadinya risiko. Karena umumnya, perusahaan asuransi
memiliki tim survei yang sudah berpengalaman dengan itu dapat memberikan rekomendasi
untuk memperkecil terjadinya risiko terhadap kepentingan yang diasuransikan. Pada kesempatan
ini, akan dikemukakan perbedaan pendapat ulama Kontemporer dalam masalah hukum asuransi.
Selanjutnya dari pendapat tersebut akan dianalisis menggunakan metode Tarjihi sebagaimana
yang biasa dilakukan oleh Yusuf Qhordhawi, dimaksudkan dalam melakukan analisis ini hanya
untuk mengambil dalil terkuat dari kedua pendapat tersebut.

Adapun dalam melakukan analisis ini, penulis lebih menekankan kepada maslahat yang
ditimbulkan dari adanya hukum tersebut. Jadi didalam prosesnya penulis lebih menekankan
kepada maslahat ummat yang nantinya akan didapat. Selanjutnya untuk lebih jelas akan
dilakukan beberapa metode. Sebagaimana yang akan dipaparkan nantinya.3

3
Al-Jamal, Muhammad Abdul Mun’in, Mausu’atul Iqtishad Al -Islammy,(Mesir: Daarul Kitab Al-Mishri, 1996), hal.
359.

Anda mungkin juga menyukai