Disusun Oleh:
Npm 1826010005
Kelas 4A keperawatan
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBASAHAN
3.3 Intervensi............................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang spesifik seperti
ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu jaringan tunggal jarang
terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan mengalami injury dalam suatu
insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh
darah.
Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan lebam atau kontusio pada kulit ; kram
(regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo (koyak) atau sprain yang pada
beberapa banyak atau semua tendon, ligament bahkan juga tulang dan sekeliling sendi. Karena
keadaan di atas yaitu kram dan keseleo mempunyai tanda inisial yang mirip (dengan beberapa
perbedaan).
Di antara kelainan yang timbul pada banyak organ tubuh manusia akibat penuaan adalah
atrofi, yang berarti organ tersebut menjadi lebih kecil. Atrofi dapat terjadi pada otot, kerangka
tulang, kulit, otak, hati, ginjal sertajantung. Atrofi disebabkan karena kurang aktif dari organ
tersebut, tidak cukup nutrisi, dan kurang stimulasi hormonal (osteoporosis wanita menopause),
dan kehilangan sel. Atrofi pada otot menimbulkan tungkai mengecil (menjadi lebih kurus), tenag
berkurang/menurun. Atrofi pada hati menurunnya kemampuan untuk mengeliminasi obat-obatan
dan minuman keras (alkohol). Atrofi pada saraf menyebabkan saraf kehilangan serabut myelin,
sehingga kecepatan hantaran saraf berkurang serta refleks menjadi lebih lambat.
d.Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien strain dan sprain diagnosa apa yang mungkin
Muncul?
1.3 Tujuan
1) Untuk dapat mengetahui definisi strain dan sprain
4) Untuk dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien strain dan sprain
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi sprain dan Strain
(1) sprain (2) strain
Sprain
merupakan keadaan ruptura total/parsial pada ligament penyangga yang mengelilingi sebuah
sendi. Biasanya kondisi ini terjadi sesudah gerakan memuntir yang tajam.(Kowalak, Jennifer P.
2011.Buku Ajar Patofisiologi.EGC: Jakarta)
Sprain merupakan cedera yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga yaitu
cedera pada sendi dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stres
berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang ulang dari sendi.(Wahid
Abdul. 2013, Buku Saku Asuhan Keperawatan Dengan gangguan Sistem Muskoloskeletal.TIM:
Jakarta) Jadi dapat ditarik kesimpulan, sprain merupakan salah satu jenis cedera yang terjadi
pada ligament penyangga yang mengelilingi sebuah sendi dengan kondisi ruptura dapat secara
total/ parsial dapat disebabkan karena stres berlebihan yang mendadak atau penggunaan
berlebihan yang berulang ulang dari sendi.
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon karena penggunaan yang
berlebihan atau stres yang berlebihan. (Wahid Abdul. 2013, Buku Saku Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. TIM: Jakarta)
Strain merupakan keadaan cedera pada otot atau pelekatan tendon yang biasanya terlihat
pascacedera traumatik atau cedera olahraga ( Kowalak. 2011, Buku Ajar Patofisiologi. EGC.
Jakarta).Jadi dapat ditarik kesimpulan, Strain merupakan salah satu cedera yang terjadi pada otot
atau tendon akibat penggunaan yang berlebihan atau stres yang berlebihan ataupun pascacedera
traumatik atau cedera olahraga. (Gad, 2012).
2.2 Etiologi
1. Penyebab sprain:
a. Pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat dari pada kekuatan ligamen dengan
2. Penyebab strain:
a. Penggunaan atau tekana berlebihan pada otot sehingga otot tersebut teregang diluar
kapasitas normalnya khususnya ketika otot belum teregang dengan baik sebelum aktivitas
dilakukan (strain akut)
b. Luka tusuk atau luka tembak yang menyebabkan ruptur traumatik (strain akut).
2.3 Patofisiologi
Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dandisekeliling sendi, yang
disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat
berolah raga atau aktivitaskerja.Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki,
jari-jaritangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada
sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkanJaya tekanan atau tarikan yang
tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.
Sedangkan strain adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan pada otot, ligament
atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkanserabut-serabut tersebut clan menyebabkan
kelemahan dan mati rasa temporerserta perdarahan jika pembuluh darah clan kapiler dalam
jaringan yang sakittersebut mengalami regangan yang berlebihan.
2.4 woc
Trauma
Deformatis tulang
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tes pencitraan berupa
X-ray untuk melihat apakah ada yang patah atau retak. Apabila tes ini kurang maksimal, dokter
akan melakukan tes lainnya (MRI) yang berfungsi untuk menilai sendi dan ada tidaknya retakan
kecil yang tidak dapat ditunjukkan melalui X-ray. Apabila dokter tidak menemukan patah atau
retak, maka dokter menyimpulkan bahwa Anda hanya mengalami keseleo atau terkilir.
Terdapat beberapa diagnosis banding pada ankle sprain, di antaranya adalah :
Tanda dan gejala dari ruptur tendon achilles dapat menyerupai ankle sprain seperti memar,
bengkak dan nyeri pada ankle. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membedakan adalah
Thompson Test dan lihat adanya gap di antara tendon achilles.
Ankle impingement syndrome merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh friksi dari
jaringan sendi yang umumnya didahului oleh cedera pada ankle. Perlu diperhatikan adanya
sindrom ini apabila nyeri masih menetap setelah dilakukan rehabilitasi. Gambaran MRI dapat
dilakukan untuk melihat adanya perubahan dari jaringan sendi yang dapat menyebabkan sindrom
tersebut. [6]
c.Fraktur.
Hal utama yang dapat membedakan pasien ankle sprain dan fraktur adalah kemampuan
untuk berjalan. Pasien dengan ankle sprain masih dapat berjalan meskipun disertai dengan nyeri,
berbeda dengan pasien fraktur yang umumnya sudah tidak dapat berjalan yang disertai dengan
nyeri pada tulang, krepitus dan deformitas pada tulang.
Pemeriksaan X-ray ankle dapat dilakukan untuk memastikan secara pasti terjadinya fraktur
pada ankle. Ottawa Ankle Rules dapat digunakan untuk menentukan pasien yang memerlukan
pemeriksaan radiografi. Jika kedua kriteria pada Ottawa Ankle Rules dipenuhi, maka X-ray
ankle perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi ada tidaknya fraktur. Sebaliknya, jika kedua
kriteria ini tidak dipenuhi, maka fraktur dapat dieksklusi.
Bahr (2003) menyatakan beberapa hal dapat mengatasi strain dan sprain yaitu :
Pada keadaan ini, bagian yang mengalami cedera cukup diistirahatkan untuk memberi
kesempatan regenerasi.
(b) Sprain/strain tingkat dua
Pada keadaan ini penanganan yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip RICE (Rest, Ice,
Compession and Elevation). Tindakan istirahat yang dilakukan sebaiknya dalam bentuk fiksasi
dan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan)
dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Tindakan imobilisasi dilakukan selama 3-6 minggu.
Terapi dingin yang dilakukan dilakukan pada fase awal cedera. Pada fase lanjut terapi dingin
digantikan dengan terapi panas. Pada keadaan subkronis dimana tanda tanda peradangan sudah
menurun dilakukan terapi manual berupa massage. Pada fase akhir dapat dilakukan terapi latihan
untuk memaksimalkan proses penyembuhan.
Pada keadaan ini, penderita diberi pertolongan pertama dengan metode RICE dan segera
diikirim kerumah sakit untuk dijahit dan menyambung kembali robekan ligamen, otot
maupun tendo.
BAB lll
KASUS
A.Kasus
Tn.B usia 48 tahun dirawat dirumah sakit M.yunus dengan keluhan nyeri pada sendi daerah
mata kaki sebelah kanan, yang mengakibatkan klien sulit untuk beraktivitas karena adanya
pembengkakan dan kekakuan pada daerah tersebut, klien juga mengatakan nafsu makan nya
berkurang. dengan Ttv, td:90/70 mmHg, nadi:100×/menit, rr:20×/menit, suhu:36°c. Klien
tampak meringis, serta berat badannya klien menurun.
B.Pengkajian
1.identitas klien
a.identitas klien
Nama: Tn.B
Umur: 48 tahun
Pendidikan: SMA
Agama: islam
Pekerjaan: wiraswasta
Nama: Ny.S
Umur:44 tahun
Pendidikan: SMA
Agama: islam
Alamat:Jln.melati indah
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang serius, biasanya klien hanya
mengalami demam dan batuk saja dengan minum obat yang dibeli di apotik, demam dan batuk
klien dapat berkurang.
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturuan serta penyakit yang
menular.
2.Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda Vital
TD :70/90 mmHg
N :100 x/i
S :36°c
RR:20x/i
a.Kepala
1.Inspeksi
2.Palpasi
b.Muka
1.Inspeksi
-Struktur muka simetris kiri dan kanan
2.palpasi
c.Mata
1.Inspeksi
2.Palpasi
d.hidung
1.Inspeksi
2.Palpasi
E.Telinga
1.inspeksi
2.Palpasi
f.Mulut
1.Inspeksi
-Mulut bersih
-mukosa lembab
g.Leher
1.Inspeksi
2.palpasi
1.inspeksi
i.Abdomen
1.Inspeksi
J.Ekstremitas bawah
1.Inspeksi
- adanya pembengkakan
B.Analisa Data
P: karena adanya
pembengkakan dan kekakuan
yg terdapat pada sendi.
-gerakan terbatas
Diagnosa keperawatan:
C.lntervensi keperawatan
– Pasien tampak
rileks
– Skala nyeri 0
Kriteria hasil :
– berat badan
klien jadi
normal
4.1 Kesimpulan
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda tumpul atau benda tajam
yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan
kehilangan kemampuan stabilitasnya. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran mendadak
dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di
luar kisaran gerak normal.
Strain merupakan keadaan cedera pada otot atau pelekatan tendon yang biasanya terlihat
pascacedera traumatik atau cedera olahraga ( Kowalak. 2011, Buku Ajar Patofisiologi. EGC.
Jakarta).Jadi dapat ditarik kesimpulan, Strain merupakan salah satu cedera yang terjadi pada otot
atau tendon akibat penggunaan yang berlebihan atau stres yang berlebihan ataupun pascacedera
traumatik atau cedera olahraga. (Gad, 2012).
4.2 Saran
Kelompok berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep dengan strain dan sprain
ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan.
Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Wahid, Abdul. (2013) Buku Saku Asuhan Keperawatan Dengan gangguan Sistem
Muskoloskeletal.TIM: Jakarta
Kneale, Julia D. (2011). Keperawatan Oretopedia & Trauma Edisi 2. EGC: Jakarta