Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT SPRAIN DAN STRAIN

Disusun Oleh:

Nama Nimi Haryanti

Npm 1826010005

Kelas 4A keperawatan

Dosen Pengampu: Ns. Fernalia, S.Kep.M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah yang esa, berkat rahmat dan nikmat dari tuhanlah yang memberi
kesempatan sehingga, penulis dapat menyelesaikan laporan askep ini yang berjudul ‘’ sprain dan
strain’’ dengan tepat waktu.tujuan dalam pembuatan laporan ini untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah sistem muskuluskletal, yaitu ibu Ns. Fernalia,
S.Kep. M.Kep. dosen pembimbing dalam penulisan laporan askep ini yang bertujuan secara
umum dalam proses terselesaikan suatu karya ilmiah yang baik dan benar, sedangkan yang
berkaitan secara khusus supaya mahasiswa dapat mengetahui tentang apa itu sprain dan strain
dan askep keperawatannya.
Dalam penulisan laporan askep ini penulis mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing
dari dosen pembimbing ibu NS. Fernalia , S.Kep.M.Kep. yang telah memberikan pengarahan tata
cara pembuatan karya ilmiah yang benar, dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman yang telah membantu memberikan informasi dengan berbagai cara, baik berupa
saran maupun arahan, sehingga penulis dapat bermanfaat sebagai informasi tentang sprain dan
strain serta asuhan keperawatan.

Bengkulu , 20 Maret, 2020

penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II PEMBASAHAN

2.1 Pengertian sprain dan strain ................................................................ 3

2.2 Etiologi sprain dan strain.................................................................... 4

2.3 Fatofisiologi Penyakit sprain dan strain............................................. 4

2.4 woc sprain dan strain.......................................................................... 5

2.5 Diagnosis sprain dan strain................................................................ 6

2.6 penanganan sprain dan strain............................................................ 6

BAB IIl KASUS

3.1 Pengkajian ............................................................................................. 8

3.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 14

3.3 Intervensi............................................................................................... 15

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 16

4.2 Saran .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang spesifik seperti
ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu jaringan tunggal jarang
terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan mengalami injury dalam suatu
insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh
darah.

Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan lebam atau kontusio pada kulit ; kram
(regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo (koyak) atau sprain yang pada
beberapa banyak atau semua tendon, ligament bahkan juga tulang dan sekeliling sendi. Karena
keadaan di atas yaitu kram dan keseleo mempunyai tanda inisial yang mirip (dengan beberapa
perbedaan).

Di antara kelainan yang timbul pada banyak organ tubuh manusia akibat penuaan adalah
atrofi, yang berarti organ tersebut menjadi lebih kecil. Atrofi dapat terjadi pada otot, kerangka
tulang, kulit, otak, hati, ginjal sertajantung. Atrofi disebabkan karena kurang aktif dari organ
tersebut, tidak cukup nutrisi, dan kurang stimulasi hormonal (osteoporosis wanita menopause),
dan kehilangan sel. Atrofi pada otot menimbulkan tungkai mengecil (menjadi lebih kurus), tenag
berkurang/menurun. Atrofi pada hati menurunnya kemampuan untuk mengeliminasi obat-obatan
dan minuman keras (alkohol). Atrofi pada saraf menyebabkan saraf kehilangan serabut myelin,
sehingga kecepatan hantaran saraf berkurang serta refleks menjadi lebih lambat.

1.2. Rumusan masalah

a.apa yang dimaksud dengan strain dan sprain?

b.apa etiologi dari strain dan sprain?

c.bagaiman patofisiologi yang terjadi pada strain dan sprain?

d.Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien strain dan sprain diagnosa apa yang mungkin

Muncul?

1.3 Tujuan
1) Untuk dapat mengetahui definisi strain dan sprain

2) Untuk dapat mengetahui etiologi strain dan sprain

3) Untuk dapat mengetahui patofisiologi dari starin dan sprain

4) Untuk dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien strain dan sprain

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi sprain dan Strain
(1) sprain (2) strain

Sprain

merupakan keadaan ruptura total/parsial pada ligament penyangga yang mengelilingi sebuah
sendi. Biasanya kondisi ini terjadi sesudah gerakan memuntir yang tajam.(Kowalak, Jennifer P.
2011.Buku Ajar Patofisiologi.EGC: Jakarta)

Sprain merupakan cedera yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga yaitu
cedera pada sendi dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stres
berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang ulang dari sendi.(Wahid
Abdul. 2013, Buku Saku Asuhan Keperawatan Dengan gangguan Sistem Muskoloskeletal.TIM:
Jakarta) Jadi dapat ditarik kesimpulan, sprain merupakan salah satu jenis cedera yang terjadi
pada ligament penyangga yang mengelilingi sebuah sendi dengan kondisi ruptura dapat secara
total/ parsial dapat disebabkan karena stres berlebihan yang mendadak atau penggunaan
berlebihan yang berulang ulang dari sendi.
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendon karena penggunaan yang
berlebihan atau stres yang berlebihan. (Wahid Abdul. 2013, Buku Saku Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. TIM: Jakarta)

Strain merupakan keadaan cedera pada otot atau pelekatan tendon yang biasanya terlihat
pascacedera traumatik atau cedera olahraga ( Kowalak. 2011, Buku Ajar Patofisiologi. EGC.
Jakarta).Jadi dapat ditarik kesimpulan, Strain merupakan salah satu cedera yang terjadi pada otot
atau tendon akibat penggunaan yang berlebihan atau stres yang berlebihan ataupun pascacedera
traumatik atau cedera olahraga. (Gad, 2012).

2.2 Etiologi

1. Penyebab sprain:

a. Pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat dari pada kekuatan ligamen dengan

menimbulkan gerakan sendiri diluar kisaran gerak (RPS) normal.

b. Fraktur atau dislokasi yang terjadi secara bersamaan.

2. Penyebab strain:

a. Penggunaan atau tekana berlebihan pada otot sehingga otot tersebut teregang diluar
kapasitas normalnya khususnya ketika otot belum teregang dengan baik sebelum aktivitas
dilakukan (strain akut)

b. Luka tusuk atau luka tembak yang menyebabkan ruptur traumatik (strain akut).

c. Penggunaan otot secara berlebihan yang dilakukan berkali-kali (strain kronis).

2.3 Patofisiologi

Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dandisekeliling sendi, yang
disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat
berolah raga atau aktivitaskerja.Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki,
jari-jaritangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada
sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkanJaya tekanan atau tarikan yang
tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.

Sedangkan strain adalah daya yang tidak semestinya yang diterapkan pada otot, ligament
atau tendon. Daya (force) tersebut akan meregangkanserabut-serabut tersebut clan menyebabkan
kelemahan dan mati rasa temporerserta perdarahan jika pembuluh darah clan kapiler dalam
jaringan yang sakittersebut mengalami regangan yang berlebihan.

2.4 woc

Trauma

Infeksi dan Kelainan


Dislokasi pada sendi
penyakit lain kongietal

Trauma joint dislocation

Deformatis tulang

Gangguan bentuk dan


pergerakan

Kesulitan dalam Rasa tidak nyaman karena


menggerakan sendi iflamasi

Gangguan mobilitas fisik


Nyeri Tidak nafsu makan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

2.5 diagnosis sprain dan strain

Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tes pencitraan berupa
X-ray untuk melihat apakah ada yang patah atau retak. Apabila tes ini kurang maksimal, dokter
akan melakukan tes lainnya (MRI) yang berfungsi untuk menilai sendi dan ada tidaknya retakan
kecil yang tidak dapat ditunjukkan melalui X-ray. Apabila dokter tidak menemukan patah atau
retak, maka dokter menyimpulkan bahwa Anda hanya mengalami keseleo atau terkilir.
Terdapat beberapa diagnosis banding pada ankle sprain, di antaranya adalah :

a.Ruptur Tendon Achilles

Tanda dan gejala dari ruptur tendon achilles dapat menyerupai ankle sprain seperti memar,
bengkak dan nyeri pada ankle. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membedakan adalah
Thompson Test dan lihat adanya gap di antara tendon achilles.

b.Ankle Impingement Syndrome

Ankle impingement syndrome merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh friksi dari
jaringan sendi yang umumnya didahului oleh cedera pada ankle. Perlu diperhatikan adanya
sindrom ini apabila nyeri masih menetap setelah dilakukan rehabilitasi. Gambaran MRI dapat
dilakukan untuk melihat adanya perubahan dari jaringan sendi yang dapat menyebabkan sindrom
tersebut. [6]

c.Fraktur.

Hal utama yang dapat membedakan pasien ankle sprain dan fraktur adalah kemampuan
untuk berjalan. Pasien dengan ankle sprain masih dapat berjalan meskipun disertai dengan nyeri,
berbeda dengan pasien fraktur yang umumnya sudah tidak dapat berjalan yang disertai dengan
nyeri pada tulang, krepitus dan deformitas pada tulang.

Pemeriksaan X-ray ankle dapat dilakukan untuk memastikan secara pasti terjadinya fraktur
pada ankle. Ottawa Ankle Rules dapat digunakan untuk menentukan pasien yang memerlukan
pemeriksaan radiografi. Jika kedua kriteria pada Ottawa Ankle Rules dipenuhi, maka X-ray
ankle perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi ada tidaknya fraktur. Sebaliknya, jika kedua
kriteria ini tidak dipenuhi, maka fraktur dapat dieksklusi.

2.6 penanganan sprain dan strain

Bahr (2003) menyatakan beberapa hal dapat mengatasi strain dan sprain yaitu :

(a) Sprain/strain tingkat satu

Pada keadaan ini, bagian yang mengalami cedera cukup diistirahatkan untuk memberi
kesempatan regenerasi.
(b) Sprain/strain tingkat dua

Pada keadaan ini penanganan yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip RICE (Rest, Ice,
Compession and Elevation). Tindakan istirahat yang dilakukan sebaiknya dalam bentuk fiksasi
dan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan)
dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Tindakan imobilisasi dilakukan selama 3-6 minggu.
Terapi dingin yang dilakukan dilakukan pada fase awal cedera. Pada fase lanjut terapi dingin
digantikan dengan terapi panas. Pada keadaan subkronis dimana tanda tanda peradangan sudah
menurun dilakukan terapi manual berupa massage. Pada fase akhir dapat dilakukan terapi latihan
untuk memaksimalkan proses penyembuhan.

(c) Sprain/strain tingkat tiga

Pada keadaan ini, penderita diberi pertolongan pertama dengan metode RICE dan segera
diikirim kerumah sakit untuk dijahit dan menyambung kembali robekan ligamen, otot

maupun tendo.

BAB lll
KASUS
A.Kasus

Tn.B usia 48 tahun dirawat dirumah sakit M.yunus dengan keluhan nyeri pada sendi daerah
mata kaki sebelah kanan, yang mengakibatkan klien sulit untuk beraktivitas karena adanya
pembengkakan dan kekakuan pada daerah tersebut, klien juga mengatakan nafsu makan nya
berkurang. dengan Ttv, td:90/70 mmHg, nadi:100×/menit, rr:20×/menit, suhu:36°c. Klien
tampak meringis, serta berat badannya klien menurun.

B.Pengkajian

1.identitas klien

a.identitas klien

Nama: Tn.B

Umur: 48 tahun

Pendidikan: SMA

Agama: islam

Pekerjaan: wiraswasta

Alamat: Jln.melati indah

b.indentitas penanggulangan jawab

Nama: Ny.S

Umur:44 tahun

Pendidikan: SMA

Agama: islam

Pekerjaan: ibu rumah tangga

Alamat:Jln.melati indah

Hubungan dengan klien: istri

c.status kesehatan saat ini

1). riwayat kesehatan saat ini


Mengeluh nyeri pada sendi daerah mata kaki sebelah kanan, yang mengakibatkan klien sulit
untuk beraktivitas karena adanya pembengkakan dan kekakuan pada daerah tersebut, klien juga
mengatakan nafsu makan nya berkurang.

2). riwayat kesehatan terdahulu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang serius, biasanya klien hanya
mengalami demam dan batuk saja dengan minum obat yang dibeli di apotik, demam dan batuk
klien dapat berkurang.

3). riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
klien dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturuan serta penyakit yang
menular.

2.Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda Vital

TD :70/90 mmHg

N :100 x/i

S :36°c

RR:20x/i

a.Kepala

1.Inspeksi

- Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan

-keadaan rambut bersih

-Warna rambut : hitam

2.Palpasi

-Tidak mudah rontok

-Tidak teraba benjolan

b.Muka

1.Inspeksi
-Struktur muka simetris kiri dan kanan

-Ekspresi wajah meringis

-Wajah tampak pucat

2.palpasi

-Tidak ada nyeri tekan

-Tidak ada benjolan pada muka

c.Mata

1.Inspeksi

-Posisi mata simetris kiri/kanan

-konjungtiva tampak merah muda

-Fungsi penglihatan baik

-palpebra tidak ada oedem

2.Palpasi

-Tidak ada nyeri tekan.

-Tidak memakai alat bantu.

d.hidung

1.Inspeksi

-Tidak terdapat cairan/secret hidung

-ketajaman penciuman normal

-Struktur hidung simetris kiri/kanan

2.Palpasi

-Tidak ada nyeri tekan pada sinus

E.Telinga

1.inspeksi

-Struktur telinga simetris kiri/kanan


-Lubang telinga tidak berisi serumen

-ketajaman pendengar normal

-Tidak memakai alat bantu pendengaran

2.Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

f.Mulut

1.Inspeksi

-Keadaan gigi lengkap

-Mulut bersih

-mukosa lembab

-bentuk bibir normal

-tidak ada kelainan,

-lidah tampak kotor, gigi kotor dan ada caries

-kemampuan bicara baik

g.Leher

1.Inspeksi

-Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfa

2.palpasi

-Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe

h.Thorax dan pernapasan

1.inspeksi

- Bentuk dada simetris kiri/kanan

-Irama pernapasan mengikuti gerakan dada

-Frekuensi pernapasan 20x/m

-tipe pernapasan : normal


2.Palpasi

-Tidak ada nyeri tekan

i.Abdomen

1.Inspeksi

- Bentuk abdomen normal simetris kanan/kiri

J.Ekstremitas bawah

1.Inspeksi

- tampak memar pada sendi daerah mata kaki

- adanya pembengkakan

B.Analisa Data

Nama pasien: Tn.B DX.medis:sprain dan strain


Jenis kelamin: laki-laki No.regestrasi:0027457

No.kamar: 08 Hari tanggal: kamis, 15 Juli 2018

Format Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. Data subyektif: Nyeri akut, terdapat Nyeri akut


dalam agen
klien mengeluh nyeri pada
pencedera fisiologi
sendi daerah mata kaki
(mis. Inflamasi,
sebelah kanan, yang
iskemia,neoplasma)
mengakibatkan klien sulit
untuk beraktivitas karena
adanya pembengkakan dan
kekakuan pada daerah
tersebut.

P: karena adanya
pembengkakan dan kekakuan
yg terdapat pada sendi.

Q: Nyeri bertambah bila


dibuat aktivitas dan
berkurang bila dibuat
istirahat
R: nyeri pada sendi daerah
mata kaki sebelah kanan.
S:skla nyeri berkisar pada
skala 6 dari skala 1-10.
T:nyeri dirasakan setiap saat
terutama setelah
melakukan aktivitas berat.
Data Obyektif:
-klien tampak meringis
- kekuatan otot nya menurun.
Ttv:
-Td: 90/70mmHg
-nadi: 100/menit
-Rr:20/menit
-suhu:36°c

2. Data subyektif: Defisit nutrisi, Defisit nutrisi


terdapat dalam
-Klien mengatakan nafsu
faktor psikologis
makan nya berkurang.
( mis.stres,
Data obyektif: keengganan untuk
makan)
-berat badan klien menurun

3. Data subyektif: Gangguan mobilitas


fisik, terdapat dalam
-Klien mengeluh nyeri saat
kerusakan integritas
bergerak atau beraktivitas.
struktur tulang
Data obyektif:

-gerakan tidak terkoordinasi

-gerakan terbatas

Diagnosa keperawatan:

1. Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisiologi (mis. Inflamasi, iskemia,neoplasma)


2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan integritas struktur tulang.

C.lntervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Tdd

1. Nyeri akut berhubungan agen -identifikasi lokasi


Setelah
pencedera fisiologi (mis. nyeri
dilakukan
Inflamasi,
tindakan -identifikasi skala
iskemia,neoplasma)
keperawtan nyeri
Yang dibuktikan dengan dalam waktu 2 x
-anjurkan
klien mengeluh nyeri pada 24 jam pasien
memonitor nyeri
sendi daerah mata kaki mampu
secara mandiri
sebelah kanan, yang menunjukkan
mengakibatkan klien nyeri -anjurkan
sulit rasa
untuk beraktivitas karena berkurang menggunakan
adanya pembengkakan dan dengan analgetik secara
kekakuan pada daerah tepat
Kriteria hasil :
tersebut.

– Pasien tampak
rileks

– Skala nyeri 0

2. Defisit nutrisi berhubungan -identifikasi status


Setelah
dengan faktor psikologis (mis. nutrisi
dilakukan
stres, keengganan untuk
tindakan -identifikasi
makan)
keperawtan makanan yang
Yang dibuktikan dengan klien dalam waktu 2 x disukai
mengeluh nafsu makan nya 24 jam pasien
-monitor asupan
berkurang serta berat badan mampu
makanan
klien menurun. -monitor berat
menunjukkan
badan
nafsu makan
bertambah

Kriteria hasil :

– berat badan
klien jadi
normal

3. Gangguan mobilitas fisik -identifikasi adanya


Setelah
berhubungan dengan nyeri atau keluhan
dilakukan
integritas struktur tulang fisik lainnya.
tindakan
-yang dibuktikan dengan keperawtan -identifikasi
Klien mengeluh nyeri saat dalam waktu 2 x toleransi fisik
bergerak atau beraktivitas. 24 jam pasien melakukan
mampu ambulasi
-gerakan tidak terkoordinasi
menunjukkan
-jelaskan tujuan
-serta gerakan terbatas rasa nyeri
dan prosedur
berkurang dan
ambulasi
gerakan
terkoordinasi. -ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis, berjalan dari
tempat tidur ke
kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
BAB lV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda tumpul atau benda tajam
yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan
kehilangan kemampuan stabilitasnya. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran mendadak
dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di
luar kisaran gerak normal.

Strain merupakan keadaan cedera pada otot atau pelekatan tendon yang biasanya terlihat
pascacedera traumatik atau cedera olahraga ( Kowalak. 2011, Buku Ajar Patofisiologi. EGC.
Jakarta).Jadi dapat ditarik kesimpulan, Strain merupakan salah satu cedera yang terjadi pada otot
atau tendon akibat penggunaan yang berlebihan atau stres yang berlebihan ataupun pascacedera
traumatik atau cedera olahraga. (Gad, 2012).
4.2 Saran

Kelompok berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep dengan strain dan sprain
ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan.
Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Kowalak, Jennifer P. (2011).Buku Ajar Patofisiologi.EGC: Jakarta

Wahid, Abdul. (2013) Buku Saku Asuhan Keperawatan Dengan gangguan Sistem

Muskoloskeletal.TIM: Jakarta

Kneale, Julia D. (2011). Keperawatan Oretopedia & Trauma Edisi 2. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai