Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RANIA NINDI CALIFTA

NIM : 20180510321

KELAS :H

ANALISIS SDGs

“EKOSISTEM LAUT”

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan deklarasi milenium hasil


kesepakatankepala negara dan perwakilan dari 189 negara yang berupa delapan tujuan untuk
dicapai padatahun 2015. Sejak disepakatinya pada bulan September 2000, MDGs
telah menjadi suatu paradigma pembangunan hampir seluruh negara-negara di dunia 1
terutama berkaitan dengan perubahan situasi dunia sejak tahun 2000 mengenai isu penipisan
sumber daya alam, kerusakan lingkungan, perubahan iklim, perlindungan sosial,ketahanan
pangan dan energi dan pembangunan yang lebih berpihak pada kaum miskin. Publikasi
program SDGs ini berisi tentang program literatur mengenai target dan indikator SDGs yang
diusulkan oleh beberapa lembaga dan forum internasional diantaranya High-Level Panel of
Eminent Persons (HLPEP), Open Working Group(OWG) dan Sustainable Development
Solutions Network (SDSN). Dari usulan-usulan tersebut dilakukan Matching  indikator ke
target di setiap tujuan-tujuan SDGs yang diusulkan. Salah satunya dalam point ke 14 SDGs,
yaitu pelestarian dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan
berkelanjutan. Dalam point 14 ini ditargetkan dapat meningkatkan kesehatan laut,
menyediakan akses terhadap sumber daya kelautan dan pasar, memperbanyak konservasi dan
penggunaan yang berkelanjutan terhadap laut dan sumber daya nya. Dengan ini saya akan
menganalisis salah satu dari target point 14 dan mengetahui bagaimana progress dari program
ini dalam mencapai targetnya.

Tujuan

Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera
untuk pembagunan berkelanjutan.

Target

1
Agus Sutopo, kajian indikator Sustainable Developement Goals, badan pusat statistik, Jakarta , 2014, p.2
Meningkatkan pengetahuan ilmiah, mengembangkan kapasitas riset dan transfer teknologi
kelautan, agar dapat meningkatkan kesehatan laut dan memperbanyak kontribusi keaneka
ragaman hayati laut terhadap pembangunan negara-negara berkembang dan negara kurang
berkembang.2

Masalah terbesar yang mengancam lingkungan saat ini adalah sampah. Sebagai contohnya di
Negara Indonesia. Pemerintan Indonesia mengetahui akan permasalahan tersebut dan
memunculkan UU No.18 tahun 2018 tentang pengelolaan sampah3. Melalui peraturan
tersebut, diharapkan sampah di Indonesia dapat berkurang sebesar 18% (12 juta ton).

Pemerintah Indonesia juga berkerja sama dengan lembaga lain untuk menyelesaikan masalah
plastik tersebut. Dalam aksi kepedulianya, Indonesia menandatangani nota kesepahaman
dengan Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Wilayah dan Kota Indonesia, untuk perencanaan
pengembangan program-program terkait tata ruang kawasan/wilayah, tatakelola dan
konservasi di prioritas lanskap darat dan laut, pengembangan infrastruktur hijau dan
pembangunan berwawasan perubahan iklim, serta sebagai bentuk pencapaian target-target
Sustainable Development Goals (SDGs). Sebagai organisasi profesi, IAP Indonesia memiliki
tugas melakukan pembinaan, komunikasi, konsultasi dan koordinasi antar ahli perencanaan
wilayah dan kota, dan antara ahli perencanaan wilayah dan kota dengan tenaga
ahli/profesional lainnya, dengan lembaga/instansi masyarakat, swasta, pemerintah dan
internasional dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dalam aksinya, IAP
berkerjasma dengan WWF4. Kerjasamanya memfokuskan pelaksanaan program
pengembangan pengetahuan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta bantuan
teknis kepada pemerintah dan masyrakat dalam arti seluas-luasnya, untuk mencapai target
pelestarian dan konservasi lingkungan serta pembangunan ramah lingkungan berwawasan

2
Tujuan empat belas, ‘SDGs,<https://www.sdg2030indonesia.org/page/22-tujuan-empatbelas> di akses pada
tanggal 3 April 2019 pukul 20.01 WIB

3
Undang-undang No.18 Tentang pengelolaan
sampah,’bphn,<https://www.bphn.go.id/data/documents/08uu018.pdf> di akses pada tanggal 3April 2019 pukul
20.15 WIB
4
Kemitraan WWF dan IAP untuk Pengelolaan Kawasan Berbasis Landscape dan Seascap,’WWF.com, 2018,<
https://www.wwf.or.id/?64122/Kemitraan-WWF-dan-IAP-untuk-Pengelolaan-Kawasan-Berbasis-Landscape-
dan-Seascape> di akses pada tanggal 3April 2019 pukul 20.34 WIB
perubahan iklim. Koordinasi dan penguatan kebijakan terkait dengan tata kelola yang baik
terhadap upaya konservasi dan pengelolaan ekosistem dan keanekaragaman hayati,
pengembangan infrastruktur hijau dan pembangunan berwawasan perubahan iklim, serta
untuk mencapaian target-target SDGs.

Hingga saat ini permasalahan sampah plastik di lautan nyatanya masih sulit untuk di
selesaikan. Setelah dipublikasikannya riset mengenai sampah plastik di lautan oleh peneliti
dari Universitas  Georgia, Dr. Jenna Jambeck. Hasil risetnya menunjukkan bahwa Indonesia
berada di peringkat kedua dari 192 negara sebagai penyumbang sampah plastik ke lautan
setelah Cina. Sampah plastik yang dihasilkan Indonesia sebesar 187,2 juta ton 5. Dan itu
menimbulkan dampak negatif dalam ekosistem laut seperti kerusakan lingkungan dan
membahayakan populasi yang ada di laut. permasalahan sampah plastik di lautan kian hari
kian parah. Baru baru ini, ditemukan berbagai kasus mengenai terganggunya biota laut akibat
sampah plastik. Seekor paus ditemukan mati terdampar di area perairan Wakatobi akibat
memakan sampah plastik di lautan. Tidak hanya itu kura kura, paus, burung laut dan ikan
ikan juga mati karena kasus yang sama6.

Usaha usaha pemerintah Indonesia dengan rekan kerjasamanya dalam menangani


permasalahan sampah plastik belum efektif dengan bukti semakin parah dan berambahnya
sampah plastik di lautan yang merusak ekosistem laut. Tetapi , bisa dikatakan program dari
SDGs berhasil menjadi motivasi bagi Negara Indonesia dalam menangani kasus ekosistem
laut. Walaupun usaha dari negara Indonesia tidak sepenuhnya berhasil.

5
Laut Indonesia Dan Ancaman Sampah Plastik,’Detik News, 2019,< https://news.detik.com/kolom/d-
4056107/laut-indonesia-dan-ancaman-sampah-plastik#> di akses pada tanggal 3April 2019 pukul 21.13 WIB
6
Bagaimana plastik membunuh berbagai ikan, hewan-hewan laut, juga burung, ‘BBC
News,<https://www.bbc.com/indonesia/majalah-42061728> di akses pada tanggal 3 April 2019 pukul 22.45
WIB

Anda mungkin juga menyukai