Anda di halaman 1dari 12

Available online at www.sciencedirect.

com

ScienceDirect
Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000
www.elsevier.com/locate/procedia

Penerapan E-business Untuk Meningkatkan Keunggulan Kompetitif


dari Usaha Mikro Kecil Menengah : Studi Kasus UMKM My
Knitted Indonesia
Artista Bestari Putri*
Departemen Manajemen Bisnis, Fakultas Bisnis Manajemen dan Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, alan Raya ITS,
Keputih, Sukolilo, Keputih, Sukolilo, Kota SBY, Jawa Timur 60111

Abstrak

Penerapan E-business Untuk Meningkatkan Keunggulan Kompetitif dari Usaha Mikro Kecil Menengah (Studi Kasus UMKM My
Knitted Indonesia). Semakin berkembangnya teknologi informasi dan konmunikasi atau teknologi internet membuat banyak pelaku
bisnis memanfaatkan teknologi tersebut, mulai dari pelaku usaha dalam skala besar sampai UMKM bahkan bisnis start-up.
Pemanfaatan teknologi internet tersebut guna untuk meningkatkan dan mengembangkan bisnis yang mereka kelola dalam meraih
keunggulan kompetitif. Strategi yang digunakan adalah e-business. Dalam menerapkan strategi e-business tersebut, unit usaha
seperti UMKM harus memiliki konsep atau kerangka kerja yang dapat membantu mereka memastikan bahwa strategi yang
digunakan sesuai dengan kondisi dan proses bisnis dari UMKM tersebut. Terkait dengan hal tersebut, peneliti menyarankan dalam
mengimplementasikan strategi e-business pada UMKM My Knitted Indonesia yaitu dengan web e-commerce yang menerapkan
konsep Customer Relationship Management (CRM) yang diusulkan oleh (Raisinghan, Maede, & Schkade, 2007).

© 2018 The Authors. Published by Elsevier B.V.


Peer-review under responsibility of the scientific committee of the 4th Information Systems International Conference 2017.

Keywords: e-business, e-commerce, keunggulan kompetitif, media sosial, UMKM

1. Pendahuluan

Saat ini, teknologi informasi dan komunikasi salah satunya teknologi internet semakin berkembang dan advance
yang mana dapat mempermudah segala aktivitas manusia dengan mengintegrasikan setiap aktivitas yang

* Corresponding author. Tel.: +0-000-000-0000 ; fax: +0-000-000-0000 .


E-mail address: author@institute.xxx

1877-0509 © 2018 The Authors. Published by Elsevier B.V.


Peer-review under responsibility of the scientific committee of the 4th Information Systems International Conference 2017.
2 Artista Bestari Putri / Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000

dilakukannya, maunisa lebih mudah terhubung satu dengan yang lain. Hampir semua aktivitas vital manusia telah
menerapkan teknologi infomasi, mulai dari aktivitas kantor, perbankan, kesehatan/ kedokteran hingga bisnis. Dalam
esai ini akan lebih menekankan penerapan teknologi informasi dan komunikasi pada bisnis. Teknologi informasi dan
komunikasi telah menjadi sebuah strategi baru yang dimanfaatkan oleh pelaku bisnis dalam meningkatkan dan
mengembangkan bisnis yang mereka kelola. Bisnis yang berbasis teknologi atau biasa disebut e-business adalah salah
satu contoh dari strategi berbasis teknologi internet yang dapat membantu pelaku usaha untuk berkomunikasi dan
mendistribusikan barang dan jasanya kepada konsumen. Manfaat dari menerapkan bisnis berbasis teknologi adalah
memudahkan integrasi sistem operasional perusahaan sehingga dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Mulai
dari controlling proses produksi dari supply chain, sampai dengan pemasaran dan pencatatan laporan keuangannya.
Transaksi dalam e-business biasa disebut e-commerce dimana transaksi dari konsumen ke produsen maupun
sebaliknya bersifat online. Pemasaran produk maupun jasa yang dijual juga akan lebih mudah dengan e-marketing
sehingga semua informasi tentang produk perusahaan dapat tersampaikan dengan baik dan utuh. Menurut (Raisinghan,
Maede, & Schkade, 2007) e-business adalah penggunaan teknologi internet untuk meningkatkan performa dari proses
bisnis yang meliputi penjualan dan pembelian produk dan jasa melalui situs web yang melibatkan stakeholder seperti
konsumen, pemilik usaha, vendor dan pemasok.
Pemanfaatan dari strategi e-business tidak hanya diterapkan oleh unit usaha berskala besar saja. Bisnis start-up atau
Pelaku bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga telah memulai memanfaatkan strategi e-business dengan
tujuan mampu meningkatkan performa bisnis mereka. Banyak pelaku UMKM di negara berkembang di Asia seperti
di Malaysia (Chong, Ooi, Bao, & Lin, 2014) dan di Indonesia (Rahayu & Day, 2015) yang mulai melibatkan strategi
e-business untuk menunjang proses bisnis mereka. Salah satu strategi e-business yang banyak dimanfaatkan oleh
UMKM adalah e-commerce. Teknologi e-commerce menawarkan kemudahaan dalam proses pendistribusian barang,
jasa dan informasi ke konsumen dengan cepat dan efektif (Lua & Liu, 2015). Melalui penerapan strategi e-business,
para pelaku UMKM dapat meningkatkan competitive advantage mereka dalam menghadapi perkembangan pasar
tahun ke tahun.
Salah satu UMKM yang mulai melibatkan teknologi internet untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya
adalah My Knitted Indonesia. UMKM ini berdiri sejak tahun 2010 dan bergerak pada bidang usaha pembuatan barang
rajutan seperti sepatu rajut, tas rajut, pakaian rajut, dan aksesoris rajut lainnya yang semuanya dibuat secara 100%
hand made di rumah produksi My Knitted Indonesia yang terletak di di Jalan Jetis Kulon X/20 Surabaya. UMKM
tersebut melayani konsumen dari berbagai daerah di Indonesia bahkan pernah mendapatkan tawaran kerja sama
dengan Disney Land Hongkong, tetapi tawaran tersebut belum dapat diterima oleh kedua belah pihak karena ukuran
produksi My Knitted Indonesia masih tergolong kecil, sehingga UKM My Knitted Indonesia hanya bisa melakukan
transaksi Business to consumer (B2C). Selama ini salah satu strategi yang sudah digunakan My Knited Indonesia
untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya adalah dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook,
Instagram serta WhatsApp untuk menjalin komunikasi dengan konsumen serta mempromosikan produk mereka secara
manual. Melihat peluang besar yang ditawarkan melalui strategi e-business terutama untuk menjangkau pasar yang
lebih besar, My Knitted Indonesia juga memiliki rencana untuk mengembangkan strategi bisnisnya dengan
memanfaatkan teknologi internet. Para pelaku UMKM memerlukan sebuah konsep atau kerangka kerja yang dapat
menuntun mereka untuk memilih strategi e-business yang tepat dan sesuai. Hal tersebut penting untuk diperhatikan,
karena stretegi e-business yang tepat mampu mentransformasikan proses bisnis dari sebuah organisasi, yang
selanjutnya dapat meningkatkan keunggulan kompetitif dari organisasi tersebut (Raisinghani, 2001).
Tujuan umum penulisan artikel ini adalah mendukung tercapainya kemudahan, efisiensi, efektifitas melakukan
transaksi bisnis dan penyediaan informasi yang akurat, tepat waktu dan relevan sehingga transformasi bisnis dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat. Selain itu memudahkan dalam komunikasi, pertukaran data dan informasi,
kerjasama dengan organisasi/ perusahaan lain dengan cepat dan akurat. Tujuan khusus adalah mengembangkan model
e-business berbasis Web atau e-commerce bagi UMKM My Knitted Indonesia. Pengelolaan semua kegiatan tersebut
untuk mendukung rencana strategik keunggulan dalam bersaing untuk memperluas pangsa pasar di dalam negeri dan
di luar negeri yaitu di tingkat nasional dan internasional.
Artista Bestari Putri/ Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000 3

2. Metodologi

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan conceptual framework dan empiris berdasarkan kajian literatur
yang berhubungan dengan teknologi informasi, usaha mikro, kecil dan menengah, e-commerce. Berikut diagram
flowchart proses bisnis UMKM My Knitted Indonesia melalui media social.

Melihat katalog
Start Sign in Instagram
produk

Order melalui
Konfirmasi Order
Memilih Produk Direct Massage
oleh Penjual
IG/ WA

Konfirmasi
Pembayaran oleh
Pembayaran End
Pembeli dan
Penjual

Figure 1 Flowchart Proses Bisnis Melalui Media Sosial

Setelah mengetahui dan menganailisi proses bisnis UMKM My Knitted Indonesia, penulis memberikan saran atau
membuat improvement dalam proses bisnisnya yaitu dengan adanya website e-commerce, yang akan membantu
memasarkan dan meningkatkan bisnis yang dikelola sehingga dapat meraih keunggulan kompetitif. Dengan itu berikut
beberapa diagram yaitu diagram flowchart, use case, dan site design untuk e-commerce UMKM My Knitted Indonesia.
4 Artista Bestari Putri / Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000

Customer Paltform Payment Gateway My Knitted Indonesia

Start
Konfirmasi
Pembayaran data
Membuka website kode booking
...

Mmebuat Billing dan


Pembayaran diterima
menyiapkan
Member? pembayaran ke
gedung
Yes
No
Mengeluarkan izin
Sign Up sewa gedung

Log In
Kwitansi Pembayaran

Mengisi deskripsi
pencarian

Data pengunjung
Mengisi deskripsi
pencarian
dalam formulir

Melihat detail dan


memilah

No
Sesuai??

Yess

Melakukan Mencatat
Pemesanan Pesanan

Meminta data
Mengisi Data pemesanan

Konfirmasi
Pemesanan

Menentukan Cara
Pembayaran

Konfirmasi
Pembayaran data
kode booking
Kwitansi Pembayaran
+ surat izin sewa
gedung

END

Figure 2 Flowchart Proses Bisnis Website E-commerce My Knitted Indonesia


Artista Bestari Putri/ Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000 5

Figure 3 Diagram Use Case Website E-commerce My Knitted Indonesia

Figure 4 Desain Site Structure E-commerce My Knitted Indonesia


6 Artista Bestari Putri / Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000

3. Tinjauan Pustaka

3.1. Konsep E-business dan E-commerce


Teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu komponen dalam proses bisnis baik produk maupun
jasa dalam tujuan meningkatkan dan mengembangkan bisnis yang dikelolanya demi meraih keunggulan kompetitif.
Apalagi bagi bisnis start-up atau usaha mikro kecil dan menengah yang masih dalam pengenalan merk dan produk
atau jasanya kepada pasar. Dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi mengembangkan cara baru dalam
bertransaksi yaitu e-commerce. Menurut (Alter, 2002) perkembangan fungsi e-commerce mendorong munculnya e-
business. E-business merupakan praktik pengelolaan proses bisnis utama seperti perancangan produk, pengelolaan
pasokan bahan baku, penjualan, dan penyediaan layanan melalui penggunaan teknologi informasi/komunikasi,
dan/atau data yang telah terkomputerisasi. Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik) sebagai bagian dari
Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission), oleh para ahli dan pelaku
bisnis dicoba dirumuskan definisinya. Secara umum, E-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi
perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas,
selain dari yang telah disebutkan di atas bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis.
Kesimpulannya, “ E-commerce is a part of E-business “. (Harisno, 2009)
Penggunaan teknologi E-business dan E-commerce mempermudah kinerja perusahaan dan meningkatkan kualitas
perusahaan. Penerapan teknologi ini dapat memperluas pangsa pasar perusahaan terutama adalah biaya untuk iklan
yang murah dibandingkan dengan iklan di jalan maupun media massa. Perlu adanya sosialisasi dan pembelajaran yang
mendalam serta persiapan yang matang sebelum menerapkan aplikasi E-business. Kelemahan pada E-business
maupun E-commerce dapat disiasati dengan cermat, namun dibutuhkan lebih dari sekedar rencana yang matang, juga
tenaga ahli yang menanganinya. Perusahaan yang tidak mau beralih ke teknologi ini, lambat laun akan kewalahan
menghadapi era pasar terbuka nantinya. (Harisno, 2009)
3.1. Model ICDT
Seperti telah disebutkan sebelumnya, Model yang dipergunakan oleh (Raisinghan, Maede, & Schkade, 2007) untuk
mengevaluasi dan mengukur strategi e-business dari sebuah organisasi diadopsi dari model ICDT yang diusulkan oleh
(Angehrn, 1997). Model tersebut terdiri dari empat buah dimensi yaitu VIS, VCS, VDS, dan VDT. Dimensi VIS
(Information) berhubungan dengan penggunaan teknologi internet untuk menyebarkan dan menampilkan informasi
seperti jasa, produk, serta profil dari organisasi. VIS juga dikaitkan dengan aktifitas periklanan dan pemasaran
menggunakan teknologi internet. Dimensi kedua, VCS (Communication), berhubungan dengan penggunaan
teknologi internet untuk menjalin komunikasi dan kolaborasi antara agen ekonomi di internet yang bisa
diwujudkan dalam bentuk B2B atau B2C. Dimensi ketiga, VDS (Distribution) berhubungan dengan penggunaan
teknologi internet untuk mendistribusikan produk atau jasa yang bisa dikategorikan menjadi: a) produk digital
seperti e-books, musik digital, perangkat lunak, video dan lain sebagainya; b) layanan digital seperti konsultasi
dan pelatihan online, layanan berlangganan (subcription) dan lainnya; c) layanan tambahan yang berhubungan
dengan produk atau layanan tradisional seperti informasi mengenai produk atau jasa tertentu, layanan pelanggan
(customer service), dan informasi terbaru dari sebuah produk fisik. Dimensi yang terakhir, VTS (Transaction),
berhubungan dengan penggunaan teknologi internet untuk mengelola proses transaksi bisnis seperti pembayaran,
pemesanan, dan pencetakan nota atau invoices.
Artista Bestari Putri/ Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000 7

4. Analisis dan Pembahasan

Transaksi melalui e-commerce melibatkan tiga pihak (Gambar 1), yaitu: suppliers/ partners, pengelola web site
(our company), dan pelanggan (customers). Ketiga pihak ini saling berhubungan untuk menjalankan transaksi e-
commerce.

Figure 5. Rancangan Aplikasi E-commerce (Turban, 2010)

Ide dasar dari e-commerce adalah melakukan proses otomatisasi setiap proses yang ada di perusahaan seperti
dengan dimulainya proses pemesanan barang, pengadaan barang, pengiriman barang pemesanan kepada pelanggan
dan bahkan untuk pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan dengan membuat Customer Relationship Management
(CRM). Customer Relationship Management adalah suatu strategi pemasaran yaitu untuk mendapatkan pelanggan
dan mempertahankan pelanggan sehingga pelanggan tersebut akan menjadi pelanggan yang setia kepada perusahaan.
Implementasi dari e-commerce juga harus didukung dengan adanya sistem pembayaran dan pemenuhan pemesanan
dari pembeli, yaitu suatu portal yang berisikan content dari perusahaan tersebut.Sarana yang diperlukan untuk
membangun hal-hal tersebut di atas dikategorikan dalam einfrastrusture (umumnya berisikan sistem yang
mengintegrasikan bagian-bagian yang saling berhubungan, hosting, masalah keamanan, jaringan nir-kabel, network),
e-process (umumnya masalah pembayaran dan logistic), e-market (umumnya masalah pemasaran dan advertising), e-
communities (masalah audience dan partner bisnis), e-service (Customer Relationship Management, Partnership
Relationship Management dan pelayanan-pelayanan yang lain), e-content (didukung oleh operator penyedia content).
Semua bentuk tersebut harus ada untuk mendukung kegiatan dari e-commerce. Lihat dari Gambar 2.
8 Artista Bestari Putri / Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000

Figure 6. Bagian-bagian yang mendukung e-commerce (Turban, 2010)

Transaksi e-commerce dapat dilakukan oleh beberapa pihak. Yang umum terjadi adalah sebagai berikut: (1)
business-to-business (B2B) – dalam transaksi ini, kedua belah pihak baik pembeli maupun penjual adalah organisasi
perusahaan; (2) business-to-consumer (B2C) – dalam transaksi ini, penjual adalah organisasi, sedangkan pembeli
adalah individu. B2C ini juga dikenal sebagai e-tailing. E-tailing (Electronic retailing) adalah transaksi penjualan
baik yang berupa barang atau jasa yang dilakukan secara langsung dengan memanfaatkan electronic storefronts atau
electronic malls; (3) consumer-to-consumer (C2C) – dalam transaksi ini, penjual yang merupakan seorang individual
menjual barang atau jasanya juga kepada individual. Jadi antara penjual dan pembeli adalah individu. Dalam model
aplikasi di B2B, kedua belah pihak baik pembeli maupun penjual adalah organisasi perusahaan. Aplikasi ini
menggunakan transaksi secara elektronik dengan para distributor, resellers, suppliers, pelanggan dan rekan-rekan
bisnis yang lain.Dalam pemakaian B2B, organisasi dapat melakukan perluasan transaksi dalam lingkup supply chain
(rantai nilai) dengan rekan bisnis mereka. Menurut Turban (2010), model-model aplikasi B2B adalah: (1) sell-side
corporate marketplace; (2) buy-side corporate marketplace; (3) public exchanges. Dalam model aplikasi B2C, penjual
adalah organisasi dan pembeli ada individual. Contoh model dalam aplikasi ini adalah Electronic Storefronts dan
Electronic Malls.
4.1. Pengimplementasian strategy e-business berdasarkan dimensi VIS
Menurut (Angehrn, 1997) tujuan dari dimensi VIS adalah untuk meningkatkan visibilitas dan persepsi terhadap
organisasi baik untuk produk dan jasanya melalui teknologi internet. Marketing capability mengacu kepada
kemampuan organisasi untuk tidak hanya menyediakan strategi marketing, tetapi juga kemampuan untuk
mengimplementasikannya kedalam bentuk penetapan harga, periklanan dan memilih saluran marketing yang tepat
(Changa, Park, & Chaiy, 2010). Oleh karena ituC (Changa, Park, & Chaiy, 2010) mengajukan Customer Relationship
Management (CRM) sebagai salah satu strategi berbasis teknologi informasi yang dapat membantuk meningkatkan
kemampuan pemasaran dari sebuah organisasi. Terkait dengan My Knitted Indonesia, dimensi VIS diwujudkan
dengan membangun sebuah web e-commerce yang menerapkan strategi CRM didalamnya. Penerapan CRM di web
e-commerce bisa diwujudkan dengan mengelola profil dari konsumen dan mengidentifikasi materi pemasaran yang
Artista Bestari Putri/ Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000 9

tepat berdasarkan pengetahuan yang dikumpulkan dari aktifitas konsumen di web e-commerce (Tan, Yen, & Fang,
2002).
Pada penelitian ini, pengimplementasian teknologi CRM pada web e-commerce untuk UMKM My Knitted
Indonesia dikembangkan menggunakan kerangka kerja CRM yang diusulkan oleh (García-Crespo, Colomo-Palacios,
Gómez-Berbís, & Martín, 2012). Gambar 3 menunjukkan model CRM untuk UMKM yang diajukan oleh (García-
Crespo, Colomo-Palacios, Gómez-Berbís, & Martín, 2012). Model CRM tersebut terbagi kedalam dua buah bagian
yaitu operational CRM dan analytical CRM. Operational CRM mengacu kepada pengumpulan dan pengelolaan data
terpusat yang berkaitan dengan transaksi bisnis yang didapatkan dari berbagai kegiatan operasional bisnis seperti
transaksi di website atau komunikasi dengan konsumen melalui e-mail. Sementara itu, Analytical CRM mengacu
kepada penggunaan data history yang didapatkan dari aktifitas yang menjadi bagian dari Operational CRM untuk
dianalisis menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan

Figure 7. Model CRM untuk Usaha Kecil Menengah (García-Crespo, Colomo-Palacios, Gómez-Berbís, & Martín, 2012)

Berdasarkan kerangka kerja CRM di atas, pengimplementasian teknologi CRM pada web e-commerce My
Knitted Indonesia sebagai bentuk penerapan strategi e-business berdasarkan dimensi VIS diwujudkan dalam bentuk
website yang memiliki fitur yang mencakup operational CRM dan Analytical CRM. Dalam konteks operational
CRM, Web e-commerce yang dibangun memiliki fungsi diantaranya mengijinkan kosumen untuk melihat berbagai
produk dari My Knitted Indonesia dan melakukan transaksi disana. Selanjutnya dalam konteks Analytical CRM, web
e-commerce yang dibangun memiliki fitur sebagai berikut: (1) Laporan bagi pihak My Knitted Indonesia yang berisi
rangkuman transaksi yang terjadi pada periode tertentu. (2) Fungsi rekomendasi kepada pihak My Knitted Indonesia
apakah suatu produk lebih tepat jika dijual secara pre-order, siap rakit (pre-assembly), atau ready stock berdasarkan
aktifitas dan kebiasan membeli konsumen di web e-commerce tersebut.
Perwujudan dari operational CRM berupa halaman web e-commerce yang menampilkan detil produk yang dijual
oleh My Knitted Indonesia yang berisi informasi terkait barang tersebut seperti detil gambar, informasi teknis, serta
video yang terkait dengan produk. Jika konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut, terdapat tombol "beli
produk" yang apabila ditekan akan memasukkan barang tersebut kedalam daftar belanja (shopping cart) dari
konsumen yang akan diakhiri dengan proses "check out" menuju ke pembayaran.
Selanjutnya perwujudan dari analytical CRM ditunjukan dengan tersedianya laporan pendapatan dari penjualan
barang berdasarkan produk yang terjual dalam kurun waktu tertentu. Pada laporan tersebut, My Knitted Indonesia bisa
melihat total penjualan dari produk tertentu maupun total pejualan secara keseluruhan. Implementasi dari analytical
CRM selanjutnya ditunjukkan melalui halaman rekomendasi status ketersediaan stock dari produk My Knitted
Indonesia yang dibagi kedalam dua kategori yaitu “pre-order” atau ”ready stock” berdasarkan kebutuhan dan proses
bisnis yang saat ini sudah berjalan di My Knitted Indonesia. Status “pre-order” memiliki arti bahwa produk dari My
10 Artista Bestari Putri / Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000

Knitted Indonesia tidak langsung tersedia sehingga jika ada konsumen yang membelinya maka harus menunggu
proses pembuatan produk tersebut dari awal. Sebagai contoh untuk produk tas wanita rajut, My Knitted Indonesia
harus merancang dan merajut sesuai dengan desain dan keinginan konsumen. Untuk status ”ready stock” memiliki
arti bahwa produk tersebut tersedia dan jika ada pesanan dari konsumen maka pihak My Knitted Indonesia bisa
mengirimkan langsung ke konsumen.
4.2. Pengimplementasian strategy e-business berdasarkan dimensi VCS
Tujuan dari dimensi VCS (Virtual Communication Space) adalah untuk mendukung komunikasi antara para
pelaku ekonomi melalui teknologi internet yang meliputi konsumen, calon konsumen, rekan kerja dan juga
kompetitor. Dikarenakan ruang lingkup usaha dari My Knitted Indonesia yang masih terbatas, maka penerapan strategi
e-business dari dimensi VCS lebih difokuskan kepada relasi dengan konsumen (B2C). Terkait dengan VCS, E-
commerce Communication Model (ECM) yang diusulkan oleh (Xue, Niu, & Yu, 2015). Model ECM (Gambar 4)
menjabarkan pola komunikasi didalam e-commerce kedalam tiga tahapan. Tahapan yang pertama mengacu kepada
bagaimana konsumen bisa mendapatkan informasi mengenai produk atau jasa dari sebuah unit usaha. Tahap pertama
ini menjadi sangat krusial karena disinilah alur komunikasi akan terbentuk. Tahapan pertama ini terbagi menjadi dua
buah bagian yaitu konsumen mendapatkan informasi mengenai produk atau jasa dari hasil mesin pencarian atau
langsung dari website, dan yang kedua, konsumen memperoleh informasi dari iklan (Xue, Niu, & Yu, 2015). Pada
tahapan ini banyak strategi yang bisa diterapkan untuk menarik perhatian dari konsumen seperti penggunaan search
engine optimization dan berbagai strategi marketing lainnya yang membutuhkan sumber daya yang tidak sedikit.
Terkait dengan hal itu, terdapat beberapa strategi yang cukup murah dan mudah untuk meraih perhatian dari calon
konsumen, yang terkait dengan penggunaan media sosial.

Figure 8. E-commerce communication model (Xue, Niu, & Yu, 2015)

Selanjutnya tahap kedua dari model ECM adalah page communication stage. Tahapan ini merupakan tahapan
yang paling krusial dari model komunikasi ini dikarenakan keputusan untuk membeli atau tidak ditentukan pada
tahapan ini (Xue, Niu, & Yu, 2015). Pada tahapan ini konsumen akan memperoleh semua informasi yang dibutuhkan
untuk mengambil keputusan di tahapan komunikasi selanjutnya yaitu transaction stage. Oleh karena itu semua
informasi yang ditampilkan harus mampu menghilangkan keraguan konsumen terhadap sebuah produk. Terkait
dengan hal tersebut, pada pengimplementasian web e-commerce untuk My Knitted Indonesia, data dan informasi
mengenai produk ditampilkan menggunakan tiga media yaitu dalam bentuk teks untuk menampilkan spesifikasi dari
produk, dalam gambar untuk menyampaikan tampilan produk secara visual. Tahapan yang terakhir dari model ECM
adalah transaction stage. Pada tahapan ini konsumen akan melakukan pemesanan dan melakukan pembayaran. Pada
tahapan ini strategi yang diajukan oleh (Xue, Niu, & Yu, 2015) adalah dengan menyediakan mekanisme pembayaran
dan pengiriman produk yang jelas dan terdapat kepastian mengenai layanan purnajual. Penerapan strategi pada
tahapan ketiga ini akan dibahas pada penerapan strategi dari dimensi VTS (Virtual Transaction Space) yang juga
mencakup strategi yang berhubungan dengan pengelolaan transaksi pembayaran.
4.3. Pengimplementasian strategy e-business berdasarkan dimensi VDS
Artista Bestari Putri/ Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000 11

Tujuan dari dimensi VDS (Virtual Distribution Space) adalah mendistribusikan produk dan jasa melalui internet
seefektif dan seefisien mungkin. Seperti telah dijelaskan di landasan teori bahwa produk dan jasa pada dimensi ini
dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu produk digital, layanan digital dan layanan tambahan yang terkait dengan
layanan tradisional. Terdapat berbagai macam bentuk strategi yang bisa diajukan pada dimensi ini salah satunya adalah
dengan menawarkan produk yang relevan dengan konsumen. Menurut (Qiu, Lin, & Li, 2015) mengajukan model
untuk memprediksi prilaku pembelian konsumen berdasarkan asosiasi antar produk yang diminati oleh konsumen dan
berdasarkan faktor-faktor eksternal seperti trend, kebutuhan ekonomi, kesukaan terhadap merk tertentu, harga dan
lainnya.
Pada pembangungan web e-commerce ini, strategi di atas diterapkan dalam bentuk penawaran produk alternatif
yang berasosiasi dengan produk yang sedang dilihat oleh konsumen. Pada setiap detil produk yang sedang dilihat oleh
konsumen, sistem secara otomatis akan menampilkan produk produk lainnya yang berasosiasi dengan produk tersebut.
Asosiasi antar produk tersebut diperoleh dari hasil query terhadap data kombinasi sebuah produk dengan produk
lainnya yang terdapat pada data transaksi yang dilakukan oleh konsumen lain sebelumnya.
4.4. Pengimplementasian strategy e-business berdasarkan dimensi VTS
Dimensi yang terakhir, VTS (Virtual Transaction Space) mengacu kepada pemanfaatan teknologi internet untuk
menangani transaksi bisnis seperti pemesanan, pembayaran, pencetakan nota dan layanan purnajual. Terkait dengan
dimensi ini, model e-payment ontology dari (Trappey, Trappey, & Hsu, 2016) dapat digunakan untuk menyusun
strategi e-business yang sesuai. Seperti ditunjukan pada Gambar 5, e-payment ontology terdiri dari tiga elemen yaitu
payment channel yang berhubungan dengan bagaimana konsumen akan melakukan pembayaran, payment security
yang berhubungan dengan keamanan data dan pencegahan penipuan, dan payment management yang berhubungan
dengan aktifitas sebelum dan sesudah tansaksi seperti penyediaan solusi jika terjadi kesalahan dalam transaksi dan
layanan purnajual lainnya.

Figure 9 E-payment ontology (Trappey, Trappey, & Hsu, 2016)

Terkait dengan element pertama dari e-payment ontology di atas, web e-commerce yang dikembangkan untuk
UMKM My Knitted Indonesia mencoba untuk mengimplementasikan strategi tersebut dengan menyesuaikan dengan
kondisi dari My Knitted Indonesia sendiri. Mengingat saat ini My Knitted Indonesia belum memiliki kemampuan
untuk membangun kerja sama dengan bank dalam hal pembayaran otomatis, maka semua proses pembayaran masih
harus dilakukan secara manual melalui transfer ke rekening yang dimiliki oleh My Knitted Indonesia. Untuk
mempermudah proses tersebut, maka web e-commerce yang dibangun, menyediakan mekanisme yang membantu
konsumen untuk melakukan konfirmasi pembayaran dengan mengupload bukti pembayaran berdasarkan kode
pemesanan. Nantinya konsumen bisa memeriksa status pesanannya pada halaman history transaksi. Pada halaman
tersebut konsumen bisa memperoleh informasi mengenai status transaksi apakah sedang dalam proses ataupun telah
dikirim.
Selanjutnya terkait dengan element payment ontology yang kedua, yaitu payment security, pihak My Knitted
Indonesia harus menjamin bahwa semua data transaksi yang diterima tidak disebarkan kepada pihak ketiga yang tidak
berkepentingan. Selain itu untuk memastikan keamanan datanya, web e-commerce harus dihosting ke penyedia jasa
web hosting yang dapat dipercaya. Untuk elemen yang ketiga yaitu payment management, pihak My Knitted Indonesia
harus bisa menyediakan data yang terkait dengan transaksi tertentu apabila ditemukan kemudian hari terdapat
permasalahan terhadap transaksi tersebut. Untuk itulah semua bukti transaksi yang meliputi nota pemesanan sampai
dengan bukti pembayaran harus disimpan dan masih bias diakses oleh pihak My Knitted Indonesia selaku
administrator dari web e-commerce.
12 Artista Bestari Putri / Procedia Computer Science 00 (2018) 000–000

5. Kesimpulan

Penerapan strategi e-business tidak dapat diimplementasikan begitu saja tanpa memperhatikan strategi bisnis dan
kondisi dari sebuah unit usaha, terutama untuk UMKM. Oleh sebab itu para pelaku UMKM perlu untuk memastikan
bahwa strategi e-business yang mereka pilih tepat dan bisa meningkatkan keunggulan kompetitif mereka. Dengan
tersedianya sebuah model atau kerangka kerja yang mampu mengevaluasi dan menuntun penyusunan strategi
ebusiness, peluang UMKM untuk meningkatkan dan mengembangkan proses bisnis dari usaha mereka menjadi lebih
besar.
UMKM My Knitted Indonesia telah menerapkan strategi e-business yang hanya melalui media social seperti
facebook, Instagram dan WA. Menurut hasil kajian literature yang dilakukan oleh peneliti menyarankan UMKM My
Knitted Indonesia menggunakan strategi e-business yaitu web e-commerce yang menerapkan konsep Customer
Relationship Management (CRM), guna dalam meningkatkan dan mengembangkan bisnis rajut yang dikelola oleh
UMKM My Knitted Indonesia dalam meraih keunggulan kompetitif.

References

Alter, S. (2002). Information Systems. New Jersey: Prentice Hall.


Angehrn, A. A. (1997). The ICDT model: towards a taxonomy of internet-related business. INSEAD, The European
Institute of Business Administration.
Changa, W., Park, J. E., & Chaiy, S. (2010). How does CRM technology transform into organizational
performance? A mediating role of marketing capability. Journal of Business Research, 849-855.
Chong, A. Y.-L., Ooi, K.-B., Bao, H., & Lin, B. (2014). . Can e-business adoption be influenced by knowledge
management? An empirical analysis of Malaysian SMEs. Journal of Knowledge Management, 121-136.
García-Crespo, Á., Colomo-Palacios, R., Gómez-Berbís, J. M., & Martín, F. P. (2012). Successful Customer
Relationship Management Programs and Technologies: Issues and Trends. 83.
Harisno, T. P. (2009). E-Business dan E-Commerce Sebagai Trend Taktik Baru Perusahaan. CommIT, 66-69.
Lua, Q., & Liu, N. (2015). Effects of e-commerce channel entry in a two-echelon supply chain: A comparative
analysis of single- and dual-channel distribution systems. International Journal of Production Economics,
100-111.
Qiu, J., Lin, Z., & Li, Y. (2015). Predicting customer purchase behavior in the e-commerce context. Electronic
commerce research, 427-452.
Rahayu, R., & Day, J. (2015). Determinant Factors of E-commerce Adoption by SMEs in Developing Country:
Evidence from Indonesia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 142-150.
Raisinghan, Maede, & Schkade. (2007). Strategic e-business decision analysis using the analytic network process.
IEEE transactions on Engineering Management, 673-686.
Raisinghani, M. S. (2001). A Balanced Analysis Approach to Strategic Electronic Commerce Decisions: A
Framework of the Evaluation Method. In Information technology, 185-197.
Tan, X., Yen, D. C., & Fang, X. (2002). Internet Integrated Customer Relationship Management a Key Success
Factor for Companies in the E-Commerce Arena. Journal of Computer Information System, 77-86.
Trappey, A. J., Trappey, C. V., & Hsu, A. P. (2016). MODELING TECHNOLOGY ROADMAPS OF E-
COMMERCE PAYMENT SYSTEMS BASED ON PATENT INFORMATICS. Trappey, Amy J. C.;
Trappey, Charles V.; Hsu, Abby P. T., 24-34.
Turban. (2010). Information Technology for Management: Transforming Organizations in the. New Jersey: John
Wiley & Sons.
Xue, J., Niu, Y., & Yu, W. (2015). Research on E-commerce Communication Model and driven strategies. In
Logistics, Informatics and Service Sciences (LISS) , 1-5.

Anda mungkin juga menyukai