Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH
Disusun Oleh:
Manajemen Dakwah
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah dakwah pada masa lampau memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa kita
abaikan begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang telah terjadi
pada zaman sebelum sekarang dan juga kita bisa mengerti bagaimana sejarah pada zaman
nabi sampai pada khulafaur rasyidin.
Pendidikan pertama yang dilakukan nabi adalah pembentukan pribadi muslim untuk
menjadi kader kader muslim yang bersemangat,memiliki jiwa dan mental kuat serta
tangguh dari segala cobaan,yang kelak diharapkan menjadi unsur bagi pembentukan
masyarakat islam dan pendidik yang baik serta menjadi teladan. A.Syalabi mengatakan
“dia adalah suatu tujuan yang nyata diantara tujuan tujuan yang telah dilaksnakan
islam,bahkan telah dilaksanakan dengan segera, ialah merubah orang arab menjadi seorang
muslim,sehingga seolah olah islam mencitakan orang itu sebagai makhluk baru.”1
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dan cakupan al-Khulafaur Rasyidin?
b. Bagaimana perkembangan dakwah pada masa Khulafaur Rasyidin?
c. Bagaimana metode dakwah Khulafaur Rasyidin?
1
Drs.H.Soekarno, Drs. Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Bandung; Penerbit Angkasa, 2001,
cetakan ketiga, h. 34.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Adhwa ‘al-Bayan,jilid 1, h. 49-50.
3
Syekh Harish Dimyathi, Khulashoh Tariikh Al-Khulafa’ Al-Rasyidiin, Attarmasi Press, h. 3.
3
bulan lebih 3 hari. Semenjak tanggal 23 Jumadil Akhir 13 Hijriyah hingga 26 Dzulhijjah
tahun 23 Hijriyah.
3. Utsman ibn ‘Affan
‘Utsman ibn ‘Affan adalah seorang saudagar atau pedagang, ia termasuk saudagar yang
sukses dan berhasil, beliau terkenal lembut, sabar, tekun dan pemurah. Beliau berasal dari
suku Umayyah ibn Abdu Syams ibn Abdu Manaf, dengan nama asli ‘Utsman ibn ‘Affan
ibn Abi al-Ash. Beliau masuk Islam sebelum Nabi SAW masuk ke Darul Arqam. Beliau
adalah seorang yang kaya. Beliau menjabat sebagai khalifah berdasarkan kesepakatan
ahlu syura. Beliau dilahirkan 5 tahun setelah tahun kelahiran Nabi SAW. Beliau terus
menjabat khalifah hingga terbunuh sebagai syahid pada bulan Dzulhijah tahun 35 hijriyah
dalam usia 90 tahun.4
4. Ali ibn Abi Thalib
Lahir 32 tahun setelah tahun kelahiran Nabi SAW, beliau merupakan putra dari paman
Nabi SAW yang mempunyai nama asli Ali ibn Abi Thalib ibn Abdul Mutholib ibn
Hasyim. Ali ibn Abi Thalib adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-
anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan kepadanya bendera jihad
pada saat perang Khaibar yang dengan perantara perjuangannyalah Allah memenangkan
umat Islam dalam pertempuran. Beliau dibai’at sebagai khalifah setelah khalifah ‘Utsman
terbunuh. Beliau menjadi khalifah secara syar’i hingga wafat dalam keadaan mati syahid
pada bulan Ramadhan tahun 40 hijriyah dalam usia 63 tahun. Kehalifahan Ali
berlangsung selama 4 tahun 9 bulan, sejak 19 Dzulhijah 12 hari.5
B. Perkembangan Dakwah pada Masa Khulafaur Rosyidin
1. Dakwah pada masa Abu Bakar
Di saat Abu Bakar memerintah tiba-tiba Madinah dikejutkan oleh gerakan yang
menggerogoti sistem Islam yang meluas hampir ke semenanjung Arabia. Bentuk gerakan
tersebut ialah: murtad dari agama Islam karena mengikuti nabi palsu yaitu Musailamah
al-Kadzab, Thulaihah al-Asad dan al-Aswad al-Anasi dari Yaman; keengganan
membayar zakat karena mengikuti Malik ibn Nawiroh dari Bani Tamim.
4
Ibid., h.51.
5
Ibid., h. 60.
4
Selain itu, Abu Bakar juga melakukan ekspansi wilayah keluar daerah hingga
mencapai Bashrah, Qatar, Kuwait, Iraq, bahkan hingga daerah kekuasaan kekaisaran
Romawi yang meliputi Mesir, Syiria dan Palestina.
Khalifah Abu Bakar melakukan pengumpulan Al Qur’an. Alasan utama
dikumpulkannya Al-Qur’an ialah rasa kekhawatiran seorang Umar ibn Khatthab terhadap
masa depan Islam jika kadar intinya yang menjaga Islam dengan Al Qur’an (Qurra dan
Huffadz) gugur satu per satu di medan perang.
2. Dakwah pada masa Umar ibn Khatthab
Khalifah kedua dari kalangan khulafaur Rasyidin. Ia merupakan satu diantara tokoh-
tokoh besar dalam sejarah Islam. Ia terkenal dengan tekad dan kehendaknya yang sangat
kuat, cekatan, dan karakternya yang berterus terang, Sebelum menjadi khalifah dikenal
sebagai pribadi yang keras dan tidak mengenal kompromi dan bahkan kejam. Di bawah
pemerintahannya imperium Islam meluas dengan kecepatan yang luar biasa.17 Dapat
dikatakan bahwa orang yang terbesar pengaruhnya setelah Nabi dalam membentuk
pemerintahan Islam dan menegaskan coraknya adalah Umar ibnu Khattab. Wilayah Islam
pada masa Umar meliputi Irak, Persia, Syam, Mesir, dan Barqah.
Umar dikenal sebagai sahabat Nabi, ijtihad Umar di kalangan ahli fiqih, misalnya,
mengusulkan penyelenggaraan salat tarawih berjamaah, penambahan kalimat as-salâtu
khairun minan-naum (salat lebih baik dari pada tidur) dalam azan subuh, ide tentang
perlunya pengumpulan ayat-ayat Alquran, dan penentuan kalender Hijrah.6 Dalam hal
pendidikan Umar membangun sekolah, juga menggaji guru-guru, imam, muazzin dari
dana baitul mal.
Di akhir hayatnya ia berkata, “kematian akan sangat buruk bagiku, seandainya aku
tidak menjadi seorang muslim”. Umar meninggal pada 23 H/644 M terbunuh oleh Abu
Lu’luah Firoz, seorang budak Persia, menikamnya ketika Umar sedang shalat subuh di
Masjid.7 Pada akhir hayatnya menunjuk majlis syura’ (lembaga permusyawaratan) untuk
menyelenggarakan pemilihan khalifah baru.
3. Dakwah pada masa ‘Utsman ibn ‘Affan
a. Perluasan wilayah
6
Ibid.
7
Cyril Glassê, Op. cit., h. 418
5
Pada masa khalifah ‘Utsman inilah pertama kali dibentuk angkatan laut untuk
menyerang daerah kepulauan yang terletak di laut tengah. Masa ini juga dibangun
kapal perang sehingga dapat menaklukkan wilayah hingga mencapai Asia dan Afrika,
seperti daerah Herat, Kabul, Ghazni, dan Asia Tengah, juga Armenia, Tunisia,
Cyprus, Rhodes dan sisa dari wilayah Persia.
b. Sosial budaya
Membangun bendungan besar untuk mencegah banjir dan mengatur pembagian air ke
kota. Membangun jalan, jembatan, masjid, rumah, penginapan para tamu dalam
berbagai bentuk serta memperluas Masjid Nabawi di Madinah. Namun pada
pertengahan kedua pemerintah ‘Utsman retak ditimpa perpecahan yang disebabkan
karena kebijakan ‘Utsman dalam mengganti para gubernur yang diangkat Umar yang
didominasi dari keluarga Bani Umayyah.
c. Penetapan Mushaf ‘Utsmani
Umat Islam pada masa khalifah ‘Utsman tinggal dalam wilayah yang sangat luas dan
terpencar-pencar, sehingga penduduk masing-masing daerah tersebut membaca ayat-
ayat Al Qur’an menurut bacaan yang mereka pelajari dari tokoh sahabat yang terkenal
dari wilayah mereka (di Syiria masyarakat mengacu pada bacaan Ubay ibn Ka’ab, di
Kufah masyarakat mengacu pada bacaan Abdullah ibn Mas’ud). Persoalan tersebut
menimbulkan perselisihan di kalangan umat Islam.
Untuk mengatasi hal tersebut khalifah ‘Utsman membentuk sebuah tim yang bertugas
untuk menyalin dan mengkodifikasikan ayat-ayat Al Qur’an ke dalam satu mushaf
resmi yang diketuai oleh Zaid ibn Tsabit. Mushaf tersebut dibuat lima buah, empat
buah dikirim ke wilayah Makkah, Syiria, Kufah, Bashrah dan satu tinggal di Madinah.
Mushaf hasil kerja dari tim kodifikasi Al Qur’an pada masa khalifah ‘Utsman yang
tinggal di Madinah disebut dengan Mushaf ‘Utsmani atau Mushaf Al-Imam yang
sampai sekarang masih kita gunakan, bahkan digunakan di seluruh penjuru dunia.
4. Dakwah pada masa Ali ibn Abi Thalib
Gerakan dakwah yang telah dilakukan oleh khalifah Ali secara garis besar dapat
diperinci sebagai berikut:
a. Merombak para pejabat teras, terutama pejabat yang didominasi oleh keluarga
Bani Umayyah.
6
b. Menyamakan kedudukan seseorang dimata hukum. Seperti ketika khalifah Ali
menuduh seorang Yahudi mengambil baju besi kepada hakim. Dipihak Ali
memiliki keyakinan bahwa si Yahudi tersebut mencuri baju besinya, sedangkan
di pihak Yahudi bersikukuh bahwa baju besi itu ia dapat dengan membelinya dari
orang lain. Hakim pun kemudian memutuskan bahwa yang berhak atas baju besi
itu adalah si Yahudi karena dari pihak Ali tidak dapat menghadirkan saksi bahwa
baju besi itu milik beliau. Hal inilah yang membuat si Yahudi terkesima dan
terkagum-kagum betapa adilnya hukum Islam, bahkan karena kejadian ini sampai
membuat si Yahudi bersyahadat dan menyatakan keIslamannya.
C. Metode Dakwah Khulafaur Rasyidin
Secara umum, metode pengembangan dakwah yang dilakukakan khulafa’urraasyidin
adalah118; pertama, konsolidasi dalam pembinaan dan peninggkatan kualitas sumber daya
kaum muslim. Hal ini dilakukan melalui pengiriman dan penyebaran para cendekiawan
sahabat (qurra huffadz dan fuqaha) dikalangan para sahabat besar (Akabir Ash-shahabah) ke
wilayah-wilayah kekuasan yang semakin luas.
Kedua, melalui upaya futuhat, yakni proses penyebaran, penghadiran dan penyampaian
risalah-risalah Islam ke daerah-daerah tertentu dengan tidak memaksa masyarakat (mad’u.).
Dengan demikian, banyak daerah yang mengakui dan memasuki Islam tanpa paksaan
melainkan atas dasar kebebasan, kesadaran, dan pilihan nuraninya.
Adapun secara khusus langkah-langkah metode pengembangan dakwah yang dijalankan oleh
khulafaur rasyidin, dapat dilihat dari spesifikasi kebijakan dan perjuangannya masing-masing:
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634)
Beberapa langkah strategis yang dilakukan Abu Bakar dalam upaya mengembangkan
dakwah islam, diantaranya adalah:
Menciptakan stabilitas melalui pembinaan, pembenahan, dan penyelesaian persoalan
intern dikalangan kaum muslimin, yakni menumpas dan meluruskan situasi anarkis
dalam negeri yang timbul akibat pemberontakan kaum munafik dan gerakan penentang
kewajiban zakat yang lahir dari fanatisme kesukuan, dan munculnya pengakuan nabi
palsu.
8
Asep M. & Agus A.S., Metode Pengembangan Dakwah, 2002, cet.I, hal.117
7
Mengalihkan perhatian pada upaya melakukan futuhat, ekspedisi ke Syiria demi
pengembangan wilayah Islam.
Merintis majelis Syura.
Upaya memelihara dan mengumpulkan ayat-ayat Al-qur’an sebagai rujukan dasar
dakwah.
2. Umar ibn Al-Khattab (13-24 H / 634-644 M)
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan Umar ibn Al-khattab.
Pembenahan manajemen dan admimistrasi kepemerintahan.
Pembenahan dan pembentukan pranata hukum dan sistem pengadilan.
Penetapan sistem kalender hijriah.
Memperkokoh majelis syura dan sistem konstitusi negara berdasarkan sistem teo
demokratis.
Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan dibangunnya beberapa sarana
umum, seperti irigasi pertanian, sistem keuangan negara, bait al-maal dan sebagainya.
Pembinaan masyarakat dan upaya futuhat ke berbagai wilayah strategis bagi
pengembangan dakwah.
3. Ustman ibn Affan (24-36 H / 644-656 M)
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh Khalifah Usman ibn Affan:
Mengadakan pembenahan dan menyelesaikan gerakan pembangkang, berupaya
memelihara stabilitas wilayah yang semakin luas.
Menyebarkan para cendekiawan ke wilayah-wilayah kekuasan Islam.
Upaya menyeragamkan naskah mushaf Al-Qur’an, semi keutuhan dan kepentingan
dakwah.
Mempertahankan dan memelihara sistem pemerintahan dengan memelihara majelis
syura’
Mengadakan pembinaan dan futuhat ke wilayah Timur dan Barat
4. Ali ibn Abi Thalib (36-41 H / 656-661)
Berikut adalah beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh Khalifah Ali ibn Abi
Thalib:
Berupaya menyelesaikan persoalan intern diantara laum muslimin.
8
Mengadakan kompromi politis dengan elit politisi.
Berusaha menjadikan mesjid sebagai tempat menyelesaikan persoalan (sentral
kegiatan).
Menampilkan sosok kepemimpinan yang tidak ambisius.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin dari setiap umat Islam sebagai pengganti setelah
wafatnya Nabi SAW. keempat khalifah ini adalah; Abu Bakar as-Siddiq, Amirul Mu’minin
Umar ibn Khattab, ‘Utsman bin Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Masing-masing dari
khalifah ini memiliki sifat yang berbeda dari satu sama lain, penunjukan mereka menjadi
khaalifah pun dilaksanakan dengan jalur yang berbeda.
10
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quraibi, Ibrahim. 2009. Tarikh Khulafa. Jakarta: Qisthi Press.
Aminah, Nina. 2015. Pola Pendidikan Islam Periode Khulafaur Rasyidin. UIN Sunan Gunung
Djati: Bandung. (JURNAL TARBIYA Volume: 1 No: 1)
11