Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOLOGI

SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA

Disusun oleh :

Nama : Muhammad Elvandro

Kelas : XI IPA 2

SMA NEGERI 1 CILEUNGSI

2019/2020
Kesehatan Alat Reproduksi

Ada beberapa cara dalam menjaga kesehatan alat reproduksi:

A. Menjaga kebersihan reproduksi

Menjaga kesehatan reproduksi merupakan salah satu cara menjaga kesehatan organ
reproduksi paling dasar. Seperti yang kita ketahui secara umum memang kebersihan sangat
terkait dengan kesehatan.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan organ reproduksi adalah seperti
berikut ini:

 Menjaga organ reproduksi agar tidak lembap. Pastikan untuk mengeringkan area kelamin
menggunakan handuk yang lembut, kering dan bersih setiap diperlukan.
 Rutin mengganti pakaian dalam paling tidak 2 kali sehari.
 Menggunakan pakaian dalam yang nyaman dan menyerap keringat.
 Perempuan disarankan untuk membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang untuk
mencegah kuman di anus masuk ke organ reproduksi.
 Laki-laki disarankan untuk khitan atau sunat untuk menurunkan risiko penularan penyakit
menular seksual.

B. Menghindari aktivitas seksual yang berisiko

Pemahaman tentang aktivitas seksual yang berisiko adalah hal yang penting. Aktivitas
seksual berisiko memiliki beragam bentuk mulai dari hubungan seksual tanpa kontrasepsi hingga
berganti-ganti pasangan. Kedua aktivitas ini sama-sama memiliki risiko tinggi menularkan
penyakit seksual.

C. Menjaga berat tubuh ideal


Menjaga berat badan ideal merupakan salah satu cara menjaga kesehatan organ reproduksi.
Berat badan ideal dapat diukur menggunakan kalkulator BMI. Berat badan ideal adalah berat
badan seseorang proporsional, tidak kurang dan tidak berlebihan.

Kelebihan dan kekurangan berat badan memang sering dikaitkan dengan masalah kesehatan,
termasuk juga masalah kesuburan dan kesehatan sistem reproduksi. Berat badan ideal dapat
menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh.

D. Asupan makanan gizi seimbang

Cara menjaga kesehatan organ reproduksi selanjutnya adalah dengan menjaga asupan
makanan. Makanan yang paling baik untuk kesehatan adalah makanan dengan gizi seimbang
yaitu dengan memenuhi nutrisi sesuai dengan takarannya.

E. Hindari rokok dan alkohol

Rokok dan minuman beralkohol adalah dua hal yang sebaiknya dihindari oleh pria
maupun wanita. Keduanya dapat memicu berbagai macam masalah kesehatan, termasuk
kesehatan reproduksi. Kebiasan merokok dan minum alkohol pada wanita dikaitkan dengan
gangguan ovulasi. Sedangkan pada pria, rokok dan alkohol dianggap dapat memengaruhi
kualitas sperma.

F. Istirahat cukup

Istirahat cukup adalah salah satu kunci dari hidup sehat. Cara ini juga merupakan salah satu
cara untuk menjaga kesehatan organ reproduksi. Kurangnya istirahat dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormon yang berpengaruh pada kesuburan.

G.Perhatikan produk yang digunakan

Menggunakan produk untuk area organ intim tidak bisa dilakukan sembarangan, karena area
ini merupakan area yang cukup sensitif. Wanita dihimbau untuk tidak menggunakan produk
pembersih organ kewanitaan secara rutin.
Produk pembersih tersebut ditakutkan akan membunuh semua bakteri baik pada area
kewanitaan. Padahal bakteri ini sangat penting untuk menjaga pH area tersebut. Jika bakteri baik
juga hilang, risiko infeksi justru akan lebih tinggi.

H. Memeriksakan diri secara rutin

Memeriksakan kesehatan organ reproduksi tidak harus menunggu munculnya gejala penyakit.
Sering kali suatu penyakit tidak menunjukkan gejala yang dapat kita sadari. Jika penyakit baru
terdeteksi ketika sudah parah, tentu akan lebih sulit untuk mengatasinya.

Pemeriksaan rutin adalah langkah untuk memastikan organ reproduksi Anda sehat dan
untuk deteksi dini penyakit agar penanganannya dapat lebih cepat. Pemeriksaan ini harus
dilakukan secara rutin baik bagi pria maupun wanita. Pada dasarnya cara menjaga kesehatan
organ reproduksi tidak jauh berbeda dengan cara menjaga kesehatan secara umum. Agar organ
reproduksi tetap sehat, Anda sebaiknya menerapkan pola hidup sehat secara keseluruhan.

Kesehatan Alat Reproduksi

Deretan Penyakit pada Sistem Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ luar dan dalam. Organ reproduksi wanita
bagian dalam meliputi vagina, rahim, saluran telur (tuba falopi), dan indung telur (ovarium).
Sementara organ reproduksi wanita bagian luar terdiri dari vulva, kelenjar Bartholin, dan klitoris.

Beberapa penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering terjadi adalah:

1. Endometriosis

Salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering kita dengar adalah
endometriosis. Penyakit ini terjadi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam dinding rahim
tumbuh di tempat lain di dalam tubuh.

Jaringan tersebut dapat tumbuh di ovarium, bagian belakang rahim, usus, atau bahkan di
kandung kemih. Jaringan yang salah tempat ini akan menyebabkan nyeri haid yang hebat,
perdarahan menstruasi yang deras, nyeri saat berhubungan seksual, serta sulit hamil.
2. Radang panggul

Penyakit kedua yang kerap terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah radang panggul.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri penyebab infeksi yang merambat masuk ke dalam panggul
melalui vagina atau leher rahim.

Salah satu penyebab radang panggul yang paling umum adalah penyakit menular seksual,
seperti klamidia dan gonore. Jika tidak diobati dengan baik, penyakit ini bisa menyebabkan nyeri
panggul jangka panjang, tersumbatnya saluran telur, infertilitas, dan kehamilan ektopik.

3. PCOS

PCOS atau sindrom ovarium polikistik adalah kondisi yang memengaruhi kadar hormon
wanita. Wanita yang menderita penyakit ini akan menghasilkan hormon seks androgen dalam
jumlah yang lebih banyak.

Akibatnya, penderita akan mengalami menstruasi yang tidak teratur, atau bahkan tidak
menstruasi sama sekali, serta sulit hamil.

4. Miom

Miom atau fibroid rahim adalah tumor jinak yang tumbuh di rahim. Tumor pada miom
terbentuk dari jaringan otot rahim. Penyakit pada sistem reproduksi wanita ini sering menyerang
wanita di usia produktif.

Gejalanya dapat berupa perdarahan dari vagina di luar masa haid, nyeri panggul, kram
atau nyeri pada perut, nyeri punggung, sering merasa ingin pipis, serta nyeri saat berhubungan
seksual.

5. Kanker pada organ reproduksi wanita

Kanker pada organ reproduksi wanita dikenal dengan istilah kanker ginekologi. Beberapa
jenis kanker ginekologi adalah kanker rahim, kanker mulut rahim, kanker ovarium, dan kanker
vagina.

Penyakit pada Sistem Reproduksi Pria

Pria juga memiliki sistem reproduksi yang berada di luar dan di dalam tubuh. Organ
reproduksi pria yang terletak di luar tubuh meliputi penis, skrotum (kantong zakar), dan testis.

Sedangkan organ reproduksi pria yang berada di dalam tubuh adalah epididimis, saluran
vas deferens, saluran kemih, vesikula seminalis (kantung air mani), kelenjar prostat, dan
kelenjarbulbourethral.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang bisa mengintai sistem reproduksi pria:

1. Epididimitis

Penyakit ini terjadi akibat adanya peradangan pada epididimis, yakni saluran di dalam
skrotum yang menempel pada testis. Saluran ini berperan untuk mengangkut serta menyimpan
sperma yang diproduksi oleh testis.

Epididimitis dapat menyebabkan buah zakar bengkak dan nyeri, air mani mengandung
darah, nyeri saat buang air kecil dan ejakulasi, serta gangguan kesuburan.

2. Orchitis

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit pada sistem reproduksi pria yang cukup
sering terjadi. Orchitis adalah peradangan pada testis, yang biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri atau virus. Orchitis bisa menyerang salah satu testis maupun keduanya sekaligus.

Sama seperti epididimitis, orchitis juga bisa menyebabkan buah zakar bengkak dan nyeri.
Bila tidak ditangani, penyakit ini bisa menyebabkan kemandulan dan penurunan produksi
hormon testosteron.

3. Gangguan prostat

Prostat adalah kelenjar pada sistem reproduksi pria yang membungkus saluran kemih
atau uretra. Kelenjar ini memproduksi cairan mani yang berfungsi untuk menyuburkan dan
melindungi sperma.

Gangguan pada prostat dapat berupa peradangan prostat (prostatitis), pembesaran prostat
(BPH), atau kanker prostat.

4. Hipogonadisme

Hipogonadisme pada pria terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan hormon testosteron
yang cukup. Pada pria dewasa, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan libido, gangguan
produksi sperma dan fungsi organ-organ reproduksi, serta infertilitas.

5. Masalah pada penis

Masalah pada penis tak jarang dikeluhkan oleh para pria. Beberapa penyakit yang bisa
menyerang organ reproduksi pria ini adalah disfungsi ereksi, kelainan bentuk penis, misalnya
hipospadia atau penis bengkok (penyakit Peyronie), dan kanker penis.

Selain beragam penyakit pada sistem reproduksi yang telah disebutkan di atas, pria dan
wanita juga bisa terkena penyakit menular seksual, seperti herpes genital, HIV/AIDS, sifilis, dan
gonorea. Penyakit ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual.
Teknologi Reproduksi
1. Kelahiran sesar, kelahiran yang dilakukan melalui tindakan operasi, dilakukan apabila
kelahiran normal tidak dapat dilakukan.
2. Bayi tabung, teknologi fertilisasi in-vitro atau terjadi di luar rahim ibu, dengan cara:
 Fertilisasi dilakukan di media kultur.
 Zigot yang telah membelah dimasukkan kembali ke dalam rahim ibu dan ibu menjalani
masa kehamilan seperti biasa.
3. Keluarga berencana (KB) menggunakan berbagai macam cara untuk mengatur kehamilan ibu.
 KB alami
Contoh: sistem kalender subur.
 KB hormon
Hormon yang digunakan antara lain progesteron (mencegah menstruasi), atau
progesteron dan estrogen (mencegah ovulasi dan menstruasi). Contoh: pil KB, suntik
KB, vaginal ring, Intra Uterine System (IUS).
 KB kontrasepsi (alat)
Contoh: kondom, cervical cap/diafragma, Intra Uterine Device (IUD)/spiral.
4. Sterilisasi, kontrasepsi permanen dengan menghambat saluran kelamin.
 Vasektomi, sterilisasi pada pria yang dilakukan dengan mengikat vas deferens.
 Tubektomi, sterilisasi pada wanita yang dilakukan dengan mengikat oviduk.

Alat Kontrasepsi
Alat kontrasepsi adalah metode atau perangkat yang digunakan untuk mencegah kehamilan
saat berhubungan seks.
1. Kondom
Jenis alat kontrasepsi ini efektif mencegah kehamilan hingga 98% asalkan dipasang dengan
benar dan tidak bocor. Bahkan, kondom merupakan satu-satunya alat kontrasepsi yang dapat
mencegah penyebaran infeksi menular seksual (IMS).
2. IUD
IUD adalah alat kecil berbentuk T yang dimasukkan ke dalam rahim guna mencegah terjadinya
pembuahan. IUD terdiri dari 2 jenis, yaitu:
IUD tembaga: tidak mengadung hormon dan kandungan tembaganya bertindak sebagai
spermisida untuk membunuh sperma yang masuk.
IUD hormonal: mengandung progestin, fungsinya untuk mencegah sperma membuahi sel telur.
3. Pil KB
Pil KB mengandung dua hormon, yaitu estrogen dan progestin, yang berfungsi untuk
menghambat pelepasan sel telur (ovulasi).
4. Suntik KB
Suntik KB mengandung hormon progesteron atau kombinasi progesteron dan estrogen dan
disuntikkan pada lengan bagian atas atau bagian bokong setiap 3 bulan guna melindungi wanita
dari kehamilan.
5. Tubektomi
Tubektomi adalah salah satu bentuk kontrasepsi mantap (kontap) dengan cara memotong tuba
falopii atau saluran tuba.
6. KB Implan
Alat kontrasepsi ini dimasukkan ke bawah kulit lengan atas dan cukup banyak diminati karena
pemasangannya cukup mudah, efektif, dan memberikan perlindungan yang cukup lama.

Hormon Reproduksi
1. Pria
 Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Dihasilkan hipofisis anterior, berfungsi menstimulasi spermatogenesis pada
tubulus seminiferus dan sel sertoli untuk menghasilkan hormon estrogen.
 Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)
Dihasilkan hipofisis anterior, berfungsi menstimulasi sel Leydig menghasilkan
testosteron.
 Estrogen
Dihasilkan sel sertoli, berfungsi merangsang spermiasi.
 Testosteron (androgen)
Dihasilkan sel Leydig, berfungsi memunculkan ciri-ciri kelamin sekunder pria,
mengatur spermatogenesis dan spermiasi.

2. Wanita
 Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Dihasilkan oleh hipofisis anterior, berfungsi mengatur perkembangan folikel
primer sampai menjadi folikel de Graaf (dewasa) pada ovarium.
 Luteinizing Hormone (LH)
Dihasilkan oleh hipofisis anterior, berfungsi mengubah folikel de Graaf menjadi
korpus luteum, dan menstimulasi ovulasi.
 Estrogen
Dihasilkan oleh folikel de Graaf, berfungsi memunculkan ciri kelamin sekunder
wanita, dan menebalkan endometrium.
 Progesteron
Dihasilkan oleh korpus luteum, berfungsi mempertahankan endometrium untuk
persiapan kehamilan.

Pembentukan hormon kelamin pada wanita mempengaruhi siklus menstruasi.


1. Masa pra-ovulasi (proliferase) – 7 hari
 FSH dan LH mulai dibentuk.
 FSH meningkat.
 FSH menstimulasi perkembangan folikel primer menjadi folikel de Graaf.
 Pembentukan hormon estrogen.
2. Masa ovulasi (subur) – 3 hari
 Estrogen meningkat, memicu peningkatan LH.
 LH menstimulasi ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
 Pelepasan oosit sekunder menuju oviduk.
 Oosit sekunder berkembang menjadi ovum. Saat yang tepat untuk terjadinya fertilisasi.
3. Masa pasca-ovulasi – 14 hari
 Progesteron mulai dibentuk.
 Estrogen dan progesteron meningkat, memicu penurunan FSH dan LH.
 Penebalan endometrium oleh estrogen dan persiapan kehamilan oleh progesteron.
4. Masa menstruasi – 7 hari
 Estrogen dan progesteron turun, memicu pembentukan FSH dan LH.
 Peluruhan endometrium dan ovum yang tidak dibuahi.

Fertilisasi

Fertilisasi adalah proses penyatuan


kedua sel gamet, yaitu sel telur dari pihak
perempuan dan sel sperma dari pihak laki-
laki. Proses fertilisasi sering juga disebut
sebagai proses pembuahan. Hasil dari
proses pembuahan di dalam fertilisasi akan
menghasilkan sebuah sel tunggal yaitu zigot.
Tempat terjadinya fertilisasi pada manusia adalah di dalam tuba fallopi wanita atau oviduk. fungsi utama
fertilisasi adalah menghasilkan keturunan.

Tahap yang diperlukan saat pembuahan :

1. Proses Pematangan Sel Gamet

a. Proses sel telur

Proses pematangan sel telur ada di dalam ovarium. Di dalam ovarium ada sekantung sel-
sel telur yang masih muda, yaitu folikel. Folikel yang ada di dalam ovarium akan
mengalami proses pematangan oleh sebuah hormon yaitu FSH atau Follicle Stimulating
Hormone (Hormon perangsang folikel). Hormon FSH akan merangsang folikel agar
tumbuh dan menjadi lebih besar yaitu sekitar 20 mm.

b. Proses sel sperma


Proses pematangan sel sperma akan terjadi di dalam epididimis. Selama proses
pematangan, sel-sel sperma akan mendapatkan ‘modal’ untuk bisa membuahi. Akan
tetapi, hanya ada satu sperma terunggul yang berhasil membuahi sel telur.

2. Ovulasi

Setelah kedua sel gamet sama-sama matang maka harus terjadi proses ovulasi terlebih dahulu.
Sel telur matang yang didapatkan akan dilepas dari ovarium ke tuba fallopi sekitar 24 hingga 36
jam setelah hormon LH diproduksi. Sel telur yang ditangkap oleh tuba fallopi akan tetap disitu
hingga muncul sel sperma dan membuahinya.

3. Ejakulasi

proses pembuahan terjadi secara alami yaitu dengan cara hubungan intim sehingga terjadi
ejakulasi dan jutaan sel sperma masuk ke dalam vagina. Setiap ejakulasi bisa terdapat sekitar
120 juta sel sperma per 1 mL cairan mani.

4. Kapasitasi Spermatozoa

Selama proses penyelaman sperma di dalam sistem organ kewanitaan, sperma akan
mengalami kapasitasi. Kapasitasi adalah proses penyesuaian sperma di dalam rahim dengan
cara melepas selubung glikoprotein. Dengan begitu, sperma akan tetap bertahan di dalam
rahim hingga bertemu dengan sel telur.

5. Perlekatan Spermatozoa

Setelah mengalami kapasitasi, sel sperma harus bisa melekat dulu dengan zona pelucida. Zona
pelucida adalah lapisan terluar dari sel telur. Fungsi dari perlekatan jumlah kromosom sperma
sama dengan jumlah kromosom sel telur.

6. Reaksi Akrosom

Reaksi akrosom adalah reaksi di mana sel sperma mengalami proses pelepasan enzim-enzim
hidrolitik untuk mencerna zona pelucida sehingga dapat ditembus.

7. Penetrasi Zona Pelucida

Zona pelucida yang telah diinduksi oleh reaksi akrosom dari sel sperma tertentu akan dapat
ditembus oleh sel sperma tersebut. Setelah itu, sel sperma pun akan melewati zona pelucida.

8. Peleburan Membran Sel Gamet

Sel sperma yang berhasil menembus zona pelucida akan masuk ke dalam sitoplasma sel telur
dengan melepaskan ekornya. Hanya kepala spermatozoa saja yang masuk karena di dalam itu
mengandung kromosom termasuk kromosom X atau Y (penentu kelamin).
9. Perlindungan Dari Sperma Lain

Kepala sel sperma yang akan masuk akan mengaktivasi sel telur untuk melanjutkan
pembelahan meiosis yang berguna untuk proses pembuahan. Selain itu, aktivasi sel telur juga
akan mencegah polispermia (mencegah masuknya sel sperma yang lain).

10. Difusi Sperma dan Ovum

Setelah sel telur teraktivasi maka dinding terdalam sel telur akan terbentengi dari sel sperma
yang lain. Setelah itu, akan terbentuk pronukleus jantan dari dalam kepala sel sperma dan
pronukleus betina dari sel telur. Pembentukan pronukleus jantan dan betina akan mengalami
syngami atau penyatuan keduanya. Penyatuan kedua pronukleus ini akan mengalami difusi
dan terjadilah fertilisasi atau proses pembuahan.

Hasil dari fertilisasi adalah zigot yang akan terus mengalami pembelahan mitosis hingga menjadi sebuah
embrio atau cikal bakal janin. Janin pun akan berkembang selama kurang lebih 9 bulan di dalam rahim
dan menunggu hari kelahirannya.

Laktasi
Laktasi adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu
ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan susu.

Manfaat ASI:

 Lemak jenuh ikatan panjang (DHA dan AA) untuk pertumbuhan sel otak dan
retina
 Kolesterol untuk mielinasi selubung sel saraf
 Taurin merupakan asam amino yang berperan sebagai neurotransmitter inhibitor
dan stabilisator membrane neuron
 Laktosa untuk pertumbuhan otak
 Kolin untuk meningkatkan memori
 100 macam enzim yang berperan dalam metabolism otak

Kehamilan dan Kelahiran


Kehamilan terbagi menjadi tiga trimester:

1. Trimester I (0-3 bulan), perkembangan terpusat pada organogenesis.


2. Trimester II (4-6 bulan), organ tubuh sudah lengkap, perkembangan terpusat pada anggota badan.

3. Trimester III (7-9 bulan), penyempurnaan organ dan pertumbuhan yang pesat.

Selama masa kehamilan, oogenesis dihentikan dan plasenta memproduksi


hormon-hormon:

1. Human Chorionic Gonadotropin Hormone (HCG). Menstimulasi produksi hormon


estrogen dapn progesterone ibu

2. Estrogen dan Progesteron, meningkatkan pekembangan fetus dan pertumbuhan


payudara ibu

3. Somatotrophic Hormone/ Growth Hormone (GH), meningkatkan pertumbuhan


organ fetus.

Kelahiran adalah sebuah proses pada hewan dan manusia di mana anak dikeluarkan dari badan ibunya.

Mekanisme kerja hormon saat masa kelahiran (persalinan):

 Hormon relaksin dibentuk ovarium dan plasenta yang berfungsi meregangkan pubis simfisis.
 Pembentukan relaksin memicu penurunan estrogen dan progesteron, dan pembentukan
hormon kortison bayi.
 Hormon kortison memicu pembentukan hormon prostaglandin oleh plasenta yang berfungsi
merangsang kontraksi uterus.

Kontraksi awal uterus memicu pembentukan oxytocin oleh hipofisis posterior ibu yang meningkatkan
kontraksi uterus.

Anda mungkin juga menyukai