Anda di halaman 1dari 8

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Bengkulu

Penuntun Praktikum
Modul Sel, Genetika, dan
Biologi Molekuler
Enzim dan Kromatografi
Sylvia Rianissa Putri

2020

Program Studi Kedokteran


FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM

1. Pengaruh Suhu terhadap Kerja Enzim


Tujuan:
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding
dengan kenaikan suhu. Reaksi enzimatik mempunyai suhu optimum.

Dasar:
Suhu yang sangat rendah akan menyebabkan terhentinya kerja enzim secara
reversible, karena dalam keadaan tersebut tidak terjadi benturan antara partikel E (enzim)
dan S (substrat). Akibatnya komplek E-S yang sangat penting dalam reaksi enzimatik tidak
terbentuk, sehingga P yang terbentuk makin banyak. Keadaan ini terjadi sampai suhu
tertentu, yaitu suhu optimum.
Suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum menyebabkan enzim terdenaturasi.
Akibatnya benturan E dengan S lebih gencar lagi, komplek ES tidak terbentuk karena
enzim terdenaturasi. Akibatnya pembentukan P berkurang. Denaturasi enzim dapat terjadi
irreversible terutama bila suhu lingkungan melampaui suhu optimum.

Bahan dan Pereaksi:


1. Liur, sebagai sumber amilase. Tampunglah 2 mL liur dalam gelas kimia atau tabung
reaksi yang bersih dan kering.
2. Larutan pati 0,4 mg/mL.
3. Larutan iodium.

Cara Kerja:
1. Encerkan liur 100x dengan air suling.
2. Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih.
a. pasangan pertama ditempatkan dalam bejana berisi es (0°C).
b. pasangan kedua ditempatkan dalam bejana berisi air, yang suhunya dipertahankan
tetap pada 25°C.
c. pasangan ketiga ditempatkan di rak tabung, pada suhu ruang.
d. pasangan keempat ditempatkan dalam penangas air yang suhunya dipertahankan
tetap pada 37°C.

1
e. pasangan kelima ditempatkan dalam penangas air yang suhunya dipertahankan
tetap pada 60°C.
f. pasangan keenam ditempatkan dalam penangas air mendidih (100°C)
Tiap pasangan tabung diberi tanda B untuk blanko dan U untuk uji.
Keram pasangan tabung pada setiap suhu selama paling sedikit 5 menit.
3. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung:

Larutan Tabung B Tabung U

Larutan pati 1 mL 1 mL

Keram pasangan tabung dari tiap suhu paling sedikit 5 menit

Liur (diencerkan 100x) - 200 μL

Campurkan baik- baik, keram tepat 1 menit

Larutan iodium (untuk suhu 60°C dan 100°C, penambahan 1 mL 1 mL


dilakukan di luar penangas)
Air suling 8 mL 8 mL

Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan (∆A) antara
tabung B (A pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap suhu.

4. Buatlah tabel berikut ini:


Suhu AB AU ∆A/ menit (v)

0°C

25°C

Suhu ruang

37°C

60°C

100°C

2
5. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi enzimatik (v =
∆A/menit) dengan suhu.

2. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim


Tujuan:
Membuktikan bahwa keasaman (pH) mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik.

Dasar:
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan menunjukkan kerja maksimum pada pH
optimum. Di luar pH optimum, aktivitas enzim dapat terganggu.

Bahan dan Pereaksi:


1. Liur sebagai sumber amilase. Tampunglah 2 mL dalam gelas kimia atau tabung
reaksi yang bersih dan kering.
2. Larutan pati 0,4 mg/mL dilarutkan dalam berbagai pH (1,3,5,7,9, dan 11).
3. Larutan iodium.

Cara Kerja:
1. Encerkan liur 100x dengan air suling.
2. Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih. Tiap pasangan tabung diberi tanda B
untuk blanko dan U untuk uji.
3. Pipetkan ke dalam tiap- tiap tabung:
Larutan Tabung B Tabung U

Larutan pati dalam berbagai pH 1 mL 1 mL

Keram pada suhu 37°C paling sedikit 5 menit

Liur (diencerkan 100x) - 200 μL

Campurkan baik- baik, keram tepat 1 menit

Larutan iodium 1 mL 1 mL

Air suling 8 mL 8 mL

4. Segera baca serapan (A) pada 680 nm. Hitung ∆A antara tabung B (A pada t = 0
menit) dengan tabung U.

3
5. Buatlah tabel berikut ini:

pH AB AU ∆A/menit (v)
1
3
5
7
9
11

6. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan kecepatan reaksi enzimatik (v = ∆A/


menit) dengan pH.

3. Pengaruh Kadar Enzim terhadap Aktivitas Enzim


Tujuan:
Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi
enzim.

Dasar:
Pada konsentrasi substrat tertentu, penambahan enzim dengan konsentrasi bertingkat
akan meningkatkan pembentukan kompleks enzim- substrat, sehingga jumlah produk
yang terbentuk akan meningkat.

Bahan dan Pereaksi:


1. Liur, sebagai sumber amilase. Tampunglah 2 mL liur dalam gelas kimia atau tabung
reaksi yang bersih dan kering.
2. Larutan pati 0,4 mg/mL.
3. Larutan iodium.

Cara Kerja:
1. Encerkan liur 100x, 200x, 300x, 400x, dan 500x dengan air suling.
2. Siapkan 5 pasang tabung reaksi yang bersih dan kering. Tiap pasangan tabung diberi
tanda B untuk blanko dan U untuk uji.

4
3. Pipetkan ke dalam tiap-tiap tabung:
Larutan Tabung B Tabung U

Larutan pati 1 mL 1 mL

Keram pada suhu 37°C paling sedikit 5 menit

Liur (diencerkan 100x - - 200 mL


500x)

Campurkan baik- baik, keram tepat 1 menit

Larutan iodium 1 mL 1 mL

Air suling 8 mL 8 mL

4. Segera baca serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm. Hitung selisih serapan
antara tabung B (A pada t = 0 menit) dengan tabung U dari tiap pengenceran enzim.
5. Buatlah tabel sebagai berikut:
Pengenceran Enzim AB AU ∆A/menit (v)

500x

400x

300x

200x

100x

6. Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan reaksi enzimatik (v =


∆A/ menit) dengan konsentrasi atau pengenceran enzim.

5
PEMISAHAN MOLEKUL BERDASARKAN PERBEDAAN KELARUTAN DENGAN
KROMATOGRAFI KERTAS

Tujuan:
1. Memahami prinsip dasar kromatografi kertas.
2. Melakukan pemisahan campuran menjadi komponennya dengan kromatografi kertas.

Dasar:
Kromatografi kertas merupakan kromatografi dasar terbaku yang merupakan salah
satu alat analisis yang sering digunakan untuk memisahkan dan meneliti komponen
dalam suatu campuran. Kromatografi kertas hanya menggunakan satu jenis fase diam
yaitu selulosa yang bersifat polar.
Kromatografi kertas dapat diubah polaritasnya dengan cara inpregnasi atau
pembaceman antara lain dengan asetilasi, fosforilasi, fomilasi, atau dengan senyawa
yang bersifat lipofilik seperti parafin, vaselin, undekana. Dengan cara tersebut,
kromatografi kertas dapat digunakan sebagai kromatografi fase terbalik.
Fase diam yang berupa kertas merupakan selulosa yang banyak mempunyai gugus
OH sehingga bersifat polar. Pemisahan dapat terjadi secara adsorbsi bila tanpa air, tetapi
bila ada air dan digunakan pelarut organik sebagai eluen terjadi peristiwa partisi pada
pemisahannya. Dengan demikian, kromatografi kertas dapat digunakan untuk
memisahkan senyawa polar.
Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf.
Nilai Rf didefinisikan dengan hubungan:
Rf = Jarak (cm) dari garis awal zona ke pusat zona _
Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut

Alat dan Bahan:


1. Kertas saring Whatman.
2. Gelas ukur.
3. Plastik.
4. Karet.
5. Akuades.
6. Alkohol 70%.
7. Etanol absolut.

6
8. Kloroform.
9. Spidol.
10. Pensil.

Cara Kerja:
1. Potong kertas saring seukuran 2 x 15 cm.
2. Tandai dengan menggunakan pensil dari tepi bawah (2 cm) dan tepi atas (1 cm).
3. Totolkan tinta pada garis tepi bawah.
4. Masukkan masing-masing cairan pada gelas ukur.
5. Masukkan kertas saring ke dalam gelas ukur dengan posisi totolan tinta berada di
bawah (totolan tinta jangan sampai masuk ke dalam cairan).
6. Biarkan sampai terjadi elusi.
7. Tandai bercak dengan menggunakan pensil.

Hasil:
Warna Rf akuades Rf alkohol Rf etanol Rf kloroform
70% absolut
Merah

Biru

dst

Kesimpulan:

Anda mungkin juga menyukai