Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penyakit surra atau trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit
darah trypanosoma evansi. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit ternak yang penting
dan dapat menular dari hewan satu ke hewan lainnya (Adiwinata & Dachlan. 1969). Penyakit
ini ditularkan memlalui gigitan lalat yang dimana hospes intermediet penyakit ini merupakan
lalat seperti Tabanus sp, Stomoxys calcitrans, dan Haematobia sp yang merupakan lalat
penghisap dan penjilat darah. Agen infeksi tersebut menyebar di daerah tropis dan non tropis
yang dimana telah ditemukan di daerah Asia tenggara, Afrika, dan Amerika selatan. Di
Amerika selatan trypanosomiasis ini biasanya menyerang pada kuda, di cina menyerang
kuda, kerbau dan kuda, di timur tengah dan afrika meyerang unta, sedangkan di daerah asia
tenggara menyerang sapi, kerbau dan kuda.  Penyakit SURRA merupakan penyakit yang
dapat bersifat akut ataupun kronis (Evans. 1880). Gejala yang dapat ditimbulkan dari
penyakit ini lesu, kurus, anemia, adanya odema di bagian dada dan bawah perut, ataupun
kelumpuhan yang berakibat kematian. Terkadang penyakit ini tidak menimbulkan gejala
klinis.
Saat ini penyakit surra ini digolongkan sebagai Penyakit Hewan Menular Strategis
(PHMS), yang dimana Mentri Pertanian Ir. H. Suswono, MMA telah mengeluarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 4026/Kpts./OT.140/04/2013. Pada tahun 2010 penyakit
ini ditemukan pada beberapa ternak besar di Wilayah Sumba Timur dan menyebar
disebanyak enam kecamatan yakni kecamatan Lewa, Lewa Tidas, Nggaha Ori Angu, Katala
Hamulingu, Tabundung, Wulla Waijelu dan kecamatan Ngadu Ngala, kejadian ini telah
ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa. Pada Mei 2013 kejadian surra ditemukan diwilayah
Banten yang meliputi Desa Pagelaran, Pandeglang, Desa Calung Bungur, dan Lebak. Pada
September 2013, terjadi di Desa Bojong Leles, Lebak, dan pada November 2013, kasus Surra
di Kabupaten Pandeglang menyebar semakin merambah ke beberapa desa diantaranya Jiput,
Pagelaran, Menes, dan Cimanuk. Di Kota Serang, Surra menuju Desa Curug Manis, dan
Pageragung. Sementara pada Maret-April 2014, kasus Surra terjadi di Desa Pagelaran, Desa
Abuan, Mones, Kabupaten Pandeglang.
Selain ditularkan oleh parasit lalat penyakit ini juga dapat ditularkan dengan melalui
daging yang dimana hewan carnivor dapat terinfeksi trypanosomiasis apabila memakan
daging yang mengandung trypanosoma. Penlaran melalui air susu dan selama masa
kebuntingan pernah pula dilaporkan (OIE,2009). Namun parasit ini tidak dapat bertahan
hidup diluar inang, maka resiko penularan memlalui produk asal hewan dapat di abaikan.
Mengingat pentingnya penyakit ini maka diperlukan pedoman untuk mengetahui secara
rinci dan jelas tentang siklus parasit penyebab penyakit tersebut sehingga memungkinkan
untuk melakukan pencegahan ataupun pengobatan. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
menyelesaikan permasalah tersebut.

1.2  Epidemiologi
Surra dari Marathi berarti nafas berat melalui lubang hidung merupakan penyakit
yang menyerang mamalia. Surra adalah sebuat penyakit yang bersifat akut dan kronis yang
umunya fatal jika tidak diobati. Penyakit surra ini desebabkan oleh parasit protozoa darah
trypanosoma evansi. Merupakan penyakit mamalia trypanosoma yang pertama dijelaskan di
dunia oleh Griffith Evans, 1880 pada darah kuda India dan unta. Awalnya penyakit ini
ditemukan pada unta tetapi perkembanganya merabah ke hospes lainnya seperti kuda, anjing
dan lainnya (Marc Desquesnes 2013).  Penyakit surra ini bersifat zoonosis (Powar et all
2013)
Trypanosoma evansi diduga berasal dari T. brucei (siklis ditularkan oleh lalat tsetse),
tetapi tidak lagi mampu menjalani siklus di Glossina karena hilangnya maxicircles dari
kinetoplastic DNA mitokondria. Ketika fenomena ini terjadi tidak diketahui, dan beberapa
penulis bahkan baru-baru ini menyarankan bahwa mungkin telah terjadi dalam beberapa
kasus  (Marc Desquesnes et all 2013).
Penyebaran awal T. evansi arah timur, analisis data historis menunjukkan bahwa surra
sudah hadir di India sejak zaman dahulu, setidaknya VIII abad SM, dan ternak yang harus
menderita dalam ketiadaan pengobatan. Hal ini hadir di iklim sub-Sahara dan Mediterania
tetapi dapat ditemukan di daerah beriklim serta gurun gersang dan stepa semi kering. (Marc
Desquesnes et all 2013).
BAB II
ISI

2.1 Metode Diagnosis


a. Metode non Imunoserologis
Dikarenakan gejala klinis infeksi T. evansi tidak bersifat khas (patognomonis), maka
pemeriksaan gejala klinis sebaiknya juga ditunjang dengan pengujian di laboratorium untuk
konfirmasi agen penyebab. Uji parasit, uji serologi dan uji molekuler merupakan teknik
pengujian yang digunakan untuk diagnosis konfirmatif di laboratorium. Uji parasit
diantaranya pemeriksaan haematologi (mikroskopik), microhematocrit centrifugation
technique (MHCT) dan mouse inoculation test (MIT).
Pemeriksaan haematologi dengan teknik ulas darah tipis terkadang mengalami
hambatan karena agen T. evansi hanya dapat dideteksi pada saat terjadi parasitemia yang
tinggi. Sedangkan pada kasus infeksi yang berjalan kronis, diperlukan pemeriksaan ulas
darah tebal, MHCT dan MIT.
Untuk kepentingan diagnostik terhadap trypanosomiasis, pengujian dengan teknik
CATT memiliki sensitifitas lebih tinggi dibandingkan teknik MIT dan MHCT. Disamping
itu, teknik CATT dapat digunakan untuk melakukan uji tapis (screening test) dan kemudian
dapat dilanjutkan dengan uji PCR untuk konfirmasi agen T. evansi.

b. Metode Imunoserologis

Uji serologi dapat dilakukan dengan metode card agglutination test for trypanosomes
(CATT) dan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), sedangkan uji molekuler
menggunakan polymerase chain reaction (PCR).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit surra merupakan penyakit yang disebabkan oleh trypanosome evansi dan
dapat menyerang hewan vertebrata jenis apapun. Penyakit ini tergolong PHMS atau penyakit
hewan menular strategis dan sangat berbahaya karena bersifat akut dan kronis, juga tidak
memiliki gejala yang spesifik. Penyebaran penyakit ini sendiri tergantung pada vector
penyebarannya. Epidemiologi dari penyakit ini telah meyebar mulai dari afrika, asia tengahm
selatan dan tenggara, dan juga amerika selatan. Morfologinya sendiri berbentuk runcing di
kedua ujungnya dengan ukuran 23 – 25 µm. ditengahnya terdapat karsioma yang terletak
hampir di sentral. Siklus hidupnya sendiri dapat beberapa fase leismania. Leptomonas,
kritidia dan trypanosome. Siklus penularannya terjadi karena 2 vektor yaitu vekto mekanik
yang melalui perantara lalat dan biologis melalui perantara daging dan darah.
Gejala klinis yang dapat ditimbulkan dari infeksi trypanosome evansi ini berbeda
beda setiap hospes tetapi tidak memiliki gejala yang amat spesifik. Umumnya gejalanya
berupa demam tinggi berulang yang diikuti dengan gejala sekunder berupa anorexsia,
kelemahan, aborsi, kekurusan dan penurunan produksi. Diagnose yang dapat dipakai untuk
mendeteksi adanya trypanosome ialah dengan melakukan uji serologi dapat dilakukan dengan
metode card agglutination test for trypanosomes (CATT). Pencegahan tentunya
mengendalikan factor lingkungan dan security kandang. Sedangkan pengobatan dapat
diberikan antrycide secara sub cutan, suramin secara intra vena, diminazeneacceturat secara
intra musculara, dan isometadium secara intra muscular.

3.1 Saran

Adapun saran kami ialah untuk selalu menjaga bio security dari kandang untuk
mengendalikan penyakit surra maupun penyakit lainnya mengingat sangat berbahayanya
peyakit surra ini. Karena kita tahu mencegah lebih baik dari mengobati.

Anda mungkin juga menyukai