BAB IV Profil Lokasi Penelitian PDF
BAB IV Profil Lokasi Penelitian PDF
BAB IV Profil Lokasi Penelitian PDF
No. Nama Desa, Nama Pulau Luas Pulau (ha) % Luas Kawasan Darat
A. KARIMUNJAWA 4.619,00 64,92
1 Karimunjawa 4.302,50 60,47
2 Menjangan Kecil 56,00 0,79
3 Menjangan Besar 46,00 0,65
4 Cemara Kecil 1,50 0,02
5 Cemara Besar 3,50 0,05
6 Menyawakan 21,00 0,30
7 Geleang 24,00 0,34
8 Burung 1,00 0,01
9 Batu 0,50 0,01
10 Genting*) 135,00 1,90
11 Seruni*) 20,00 0,28
12 Sambangan*) 8,00 0,11
B KEMUJAN 1.626.00 22,85
13 Cendekian*) 13,00 0,18
14 Gundul*) 4,50 0,06
15 Kemujan 1.501,50 21,10
16 Tengah 4,00 0,06
17 Cilik 2,00 0,03
18 Bengkoang 79,00 1,11
19 Mrico 1,00 0,01
20 Sintok 21,00 0,30
C PARANG 870,00 12,23
21 Parang 690,00 9,70
22 Nyamuk 125,00 1,76
23 Kumbang 12,50 0,18
24 Katang 7,50 0.11
25 Kembar 15,00 0,21
26 Krakal Kecil 10,00 0,14
27 Krakal Besar 10,00 0,14
4.1.2 Topografi
4.1.3 Iklim
cuaca buruk di laut terbuka untuk terjadi gelombang tinggi hingga mencapai 1,7
m. Angin bertiup cukup kencang dengan arah bervariasi dari barat dan barat laut
dengan kecepatan rata-rata 7-16 knot, dan dapat pula mencapai 21 knot. Setelah
musim penghujan kemudian dilanjutkan dengan musim pancaroba kedua yang
biasa terjadi antara April-Mei, arah angin lebih bervariasi dari barat dan timur silih
berganti dengan kecepatan rata-rata 4-10 knot.
1) Batimetri
Kedalaman perairan Kepulauan Karimunjawa dari hasil interpolasi titik-titik
kedalaman yang terdapat dalam peta batimetri Dishidros TNI-AL tahun 2003
berkisar 0-52 m. Pulau-pulau yang ada secara keseluruhan dikelilingi oleh
terumbu karang dengan kedalaman 0-20 meter. Pulau Karang Kapal, Karang
Katang, dan Karang Besi memiliki rataan terumbu yang sangat luas dan tumbuh
baik sampai kedalaman 14 meter (DKP Jateng 2006b). Peta batimetri
Kepulauan Karimunjawa disajikan pada Lampiran 3. Pada umumnya dasar
perairan mulai dari tepi sepanjang pulau-pulau yang terdapat di Kepulauan
Karimunjawa adalah pasir, kemudian ke tengah dikelilingi terumbu karang dari
kedalaman 0,5-15 m. Ada pula pulau-pulau yang sebaran terumbu karangnya
mencapai hingga kedalaman 20 m.
2) Arus
Arus musiman di Kepulauan Karimunjawa mengikuti pola arus di Laut Jawa
yang tergantung pada beda tinggi muka laut di Samudera Pasifik (yang selalu
lebih tinggi muka lautnya) dibanding dengan Samudera Hindia. Dishidros TNI-AL
menyatakan bahwa arus pasang surut yang mengarah ke timur lebih kuat
daripada arus pasang surut yang menuju ke barat. Arus tetap di perairan lebih
kuat pada musim barat daripada musim timur. Kuat arus saat musim barat dapat
mencapai 0,35 m/s, sedangkan musim timur berkisar 0,15 m/s (BTNKJ 2010).
Pada musim barat (Desember-Februari), menurut BTNKJ (2010), arus laut
di perairan Karimunjawa secara umum bergerak dari barat atau barat laut ke
arah timur atau tenggara dengan kecepatan 0,5-0,75 m/s. Pada musim peralihan
barat ke timur (Maret-Mei), arus laut di perairan Karimunjawa bergerak dari barat
laut ke Tenggara dengan kecepatan berkisar 0,3-0,5 m/s. Pada musim timur
(Juni-Agustus), arus laut secara umum bergerak dari timur ke barat atau barat
68
laut dengan kecepatan berkisar 0,3-0,5 m/s. Pada musim peralihan timur ke
barat (September-November), arus laut bergerak dari barat atau barat laut ke
arah timur atau tenggara dengan kecepatan berkisar 0,25-0,5 m/s.
Kecepatan arus permukaan berkisar 0,08-0,25 m/s. Arus yang cukup kuat
dijumpai di antara Pulau Karimunjawa dan Pulau Menjangan besar, sekitar Pulau
Kembar, sekitar Pulau Krakal Kecil dan Pulau Krakal Besar, bagian timur Pulau
Menyawakan, dan sekitar Pulau Bengkoang. Keadaan pasang surut berfluktuasi
mencapai 92 cm. Pada umumnya dasar perairan mulai tepi sepanjang pulau-
pulau yang terdapat di Kepulauan Karimunjawa adalah pasir, kemudian ke
tengah dikelilingi terumbu karang dari kedalaman 0,5-15 m. Kedalaman perairan
dengan perhitungan berpatokan pada jarak dari pantai antara 10-200 m berkisar
0,5-15 m (BTNKJ 2001). Pola arus di Karimujawa disajikan pada Lampiran 3.
Kondisi hidro-oseanografi Kepulauan Karimunjawa masuk dalam monsun
timur dan barat (Yusuf 2007). Perairan Karimunjawa sangat dipengaruhi oleh
musim, yaitu musim barat dan musim timur, serta dua musim pancaroba atau
peralihan. Musim-musim tersebut dipengaruhi oleh sifat-sifat perairan seperti
arus laut yang mengalir dari barat ke timur, yang dikenal dengan musim barat.
Musim barat di perairan Karimunjawa dicirikan dengan kondisi angin kencang,
gelombang laut besar, curah hujan tinggi, dan kadar garam relatif menurun atau
rendah. Saat musim pancaroba I (April-Juni), arah angin mulai sedikit membelok
ke arah selatan. Sebaliknya saat musim timur, terjadi arus laut yang mengalir
dari timur ke barat, yang memiliki ciri kondisi angin dan gelombang laut yang
relatif tidak besar, curah hujan rendah, dan kadar garam relatif tinggi. Saat
musim pancaroba II (September-November) arah arus sedikit membelok arah
menuju utara.
Gerakan arus laut dapat terjadi akibat fenomena angin yang berhembus di
atas permukaan lautan. Arus laut di Kepulauan Karimunjawa relatif sama
dengan gerakan arus di wilayah Laut Jawa, yakni dipengaruhi oleh perubahan
musim barat dan timur. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Yusuf (2007),
kecepatan arus laut dari timur ke barat berkisar 0,18-0,34 m/s dengan rata-rata
0,25 m/s. Kecepatan arus laut dari barat ke timur berkisar 0,22-0,45 m/s dengan
rata-rata 0,38 m/s. Kecepatan arus permukaa relatif kecil berkisar 0,01-0,04 m/s.
Arus yang cukup kuat dijumpai antara Pulau Karimunjawa dengan Pulau
Menjangan Besar, sekitar Pulau Kembar, sekitar Pulau Krakal Besar dan Pulau
Krakal Kecil, bagian timur Pulau Menyawakan, dan sekitar Pulau Bengkoang.
69
Kecepatan arus permukaan pada bulan Juni (awal musim timur) berkisar
0,2-0,3 m/s (Yusuf 2007). Kecepatan arus yang terjadi di perairan Karimunjawa
termasuk relatif rendah sampai sedang, karena belum melebihi 0,5 m/s (kuat).
Keberadaan terumbu karang yang mengelilingi sebagian besar pulau-pulau
diduga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya pembelokan
arus dan meredam kekuatan arus dan gelombang yang terjadi, terutama pada
sisi pulau yang terlindung pada saat berlangsungnya musim barat.
Arus di sekitar perairan Kepulauan Karimunjawa, menurut BTNKJ (2010)
sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan musim karena banyak pulau-pulau
besar dan kecil. Dari kondisi geografis perairan Karimunjawa dan kondisi pasang
surutnya, arus pasang surut mengalir ke arah timur pada saat air pasang dan
mengalir ke arah barat atau barat laut pada waktu air surut.
Jenis pasang surut yang terjadi di Karimunjawa adalah semi diurnal harian
ganda. Informasi dari Dishidros TNI-AL (BTNKJ 2010) menyebutkan arus
pasang surut yang menuju ke arah timur lebih kuat dari arus pasang surut yang
menuju ke arah barat. Arus tetap di perairan lebih kuat pada musim barat
daripada musim timur. Kuat arus di musim barat dapat mencapai 0,35 m/s,
sedangkan pada musim timur hanya berkisar pada 0,15 m/s.
3) Gelombang
Perairan Karimunjawa merupakan perairan dangkal, sehingga jika terdapat
pengaruh angin yang relatif kecil saja akan menimbulkan gelombang di
permukaan air laut. BTNKJ (2010) menyatakan, dalam periode angin barat laut
(Desember-Maret), perairan Karimunjawa sering mengalami gelombang yang
cukup besar dengan rata-rata berkisar 0,56-1,58 m. Periode musim angin
tenggara (Juli-September) ketinggian gelombang mencapai 0,27-0,6 m (di
Tanjung Seloka dapat mencapai 1,24 m). Pengaruh angin musim timur terhadap
pembangkit gelombang di perairan Karimunjawa lebih terbuka ke arah laut Jawa.
4) Salinitas dan pH
Keadaan salinitas TNKJ sebesar 28-35‰, kecuali di daerah Legon Lele di
Pulau Karimunjawa yang memiliki salinitas lebih rendah berkisar 24-30‰ akibat
adanya masukan air tawar dari daratan ke perairan (DKP Jateng 2006b). Derajat
keasaman (pH) di perairan Karimunjawa pada umumnya alkalis. Keasaman
tersebut disebabkan oleh tipe substrat dasar perairan yang merupakan paparan
70
Gambar 4 Jumlah penduduk (%) berdasarkan jenis kelamin dan desa (Sumber:
Kantor Kecamatan Karimunjawa 2010).
yang tidak tamat SD sebanyak 5.378 jiwa (52,57%) dan yang tamat SD sebanyak
3.266 jiwa (31,93%). Lainnya belum sekolah (512 jiwa), tamat SLTP (612 jiwa),
tamat SLTA (388 jiwa), dan tamat perguruan tinggi (74 jiwa) (Gambar 5).
1) Terumbu karang
2) Padang lamun
3) Mangrove
Jumlah alat tangkap ini berbeda dengan data dari DKP Jepara. Misal
selama lima tahun terakhir (2005-2009), dimana jumlah perahu motor tempel
sebanyak 125 unit, perahu motor 682 unit, dan perahu tanpa motor 3 unit. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah perahu di Karimunjawa tidak mengalami perubahan.
76
Tabel 9 Keadaan jumlah dan jenis alat tangkap di Karimunjawa tahun 2005-
2009
Penurunan jumlah alat tangkap yang terus terjadi sejak tahun 2006 (kecuali
2007) diduga disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan semakin berkurangnya
jumlah alat tangkap yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Karimunjawa.
Berdasarkan kondisi di lapangan, misalnya, jumlah alat tangkap muroami tinggal
satu unit (dengan tiga buah kapal dan 15-20 orang nelayan).
77
Jenis alat tangkap yang berkembang dan digunakan secara turun temurun
diantaranya pancing ulur, pancing tonda, jaring insang, bagan perahu, dan bubu.
Jenis alat tangkap muroami mulai masuk di Karimunjawa sejak tahun 2000-an.
Muroami awalnya dibawa oleh nelayan-nelayan pendatang dari Kepulauan
Seribu. Kemudian ada sebagian yang menetap di Karimunjawa, ada juga yang
memang hanya bekerja untuk juragan mereka di Karimunjawa. Jenis bubu juga
masih digunakan meskipun jumlahnya terus mengalami penurunan (Tabel 8).
Nelayan bubu umumnya melakukan penangkapan dengan bubu sepanjang
tahun (tidak memiliki alat tangkap jenis lain). Nelayan pancing tonda, umumnya
menggunakan pancing tonda selama enam bulan (Agustus-Januari), dan juga
menggunakan pancing ulur (Februari-Juli). Nelayan gillnet umumnya
menggunakan gillnet selama tiga bulan (Februari-April), kemudian juga
menggunakan ulur (Mei-Juli) dan tonda (Agustus-Januari). Nelayan bagan
perahu biasanya menggunakan bagan perahu selama tujuh bulan (April-
Oktober), dan setelah tidak musim ikan teri, dan beralih menggunakan pancing
ulur (November-Maret).
Kombinasi jenis alat tangkap yang beragam ini menunjukkan nelayan di
Karimunjawa telah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang modern dalam
memanfaatkan SDI. Nelayan tidak secara terus menerus melakukan eksploitasi
terhadap jenis ikan tertentu, tetapi berubah menurut musim dan keberadaan ikan.
Perubahan jenis ikan yang ditangkap juga menunjukkan perubahan daerah
penangkapan ikan (DPI). Hal tersebut menunjukkan nelayan telah memiliki
pengetahuan yang cukup baik dalam memanfaatkan SDI dan mencari DPI yang
sesuai dengan musim ikan. Kondisi tersebut juga menunjukkan nelayan dapat
terus melakukan kegiatan penangkapan sepanjang tahun.
Alat tangkap pancing (ulur dan tonda) biasa digunakan untuk menangkap
ikan-ikan pelagis, seperti tengiri dan tongkol yang merupakan ikan sasaran
utama dari pancing tonda, sedangkan bagan perahu biasa digunakan untuk
menangkap ikan teri. Nelayan-nelayan di Karimunjawa biasanya memiliki
berbagai jenis alat tangkap, hal ini dilakukan agar para nelayan dapat tetap
melakukan kegiatan penangkapan ikan sepanjang tahun, sehingga meskipun
terjadi pergantian musim, nelayan dapat tetap melakukan penangkapan ikan.
Muroami mulai ada dan beroperasi di Karimunjawa sejak tahun 2000-an.
Muroami yang ada di Karimunjawa merupakan alat tangkap yang di bawa oleh
nelayan pendatang dari Pulau Seribu dengan ukuran kapal > 70 PK. Biasanya
78
nelayan muroami berkelompok 10-14 orang dengan ikan sasaran ekor kuning.
Daerah operasi penangkapan ikan dengan muroami adalah daerah Karang
Kapal, perairan sebelah timur Karimunjawa, Pulau Kemujan, Krakal Besar,
Krakal Kecil, Nyamuk, Parang, Menyawakan, Bengkoang, Cemara, Cilik,
Geleang, Burung, dan seruni. Kegiatan muroami sering mengancam degradasi
sumber daya perikanan yang ada di kawasan TNKJ dan sering menimbulkan
konflik dengan nelayan tradisional, sehingga perlu adanya pengaturan dan
pengawasan dari instansi atau pihak terkait mengenai masalah ini, atau dengan
pemberian sanksi yang jelas dan berat terhadap penggunaan muroami serta
pengenalan aturan-aturan lokal (local wisdom) terhadap nelayan-nelayan
pendatang (Irnawati 2008).
Jenis ikan tertentu seperti ekor kuning, tengiri, tongkol, kerapu, kuwe, dan
teri (Tabel 10) mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejak 2005. Hal ini
diduga karena kegiatan penangkapan jenis ikan tersebut sangat intensif. Misal
untuk ekor kuning dengan alat tangkap muroami, kegiatan penangkapannya
dilakukan hampir sepanjang tahun (delapan bulan, dari bulan Agustus hingga
Maret). Meskipun saat penelitian ini dilakukan, masih tersisa satu unit muroami
yang masih beroperasi. Muroami merupakan alat tangkap yang dilarang
dioperasikan di dalam TNKJ, namun masih adanya muroami yang beroperasi
merupakan bukti bahwa penegakan hukum belum sepenuhnya dilakukan dan
pengawasan belum optimal.
4.2.4 Nelayan
pencaharian sebagai nelayan sebanyak 55,39% atau 5.658 orang (Gambar 6).
Hal ini diduga karena banyak warga yang berusia produktif (17-25 tahun),
bekerja sebagai nelayan, namun tidak terdata sebagai anggota KUD.