Anda di halaman 1dari 18

Faktor-Faktor Pencemaran Udara

TUGAS

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan pada jurusan
Pendidikan Kimia

Dosen Pembina :

Nurmala Hayati, M .SI., Ph.D.

Oleh :

M.Iqbal – 160208049

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN AR-RANIRY

2019
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................3
B.     Rumusan  Masalah......................................................................................................4
1. Faktor Pencemaran Udara Secara Alami ?...............................................................4
2. Faktor Pencemran Udara karena Manusia ?............................................................4
BAB II.....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
A. Faktor Pencemaran Udara Secara Alami.................................................................5
1. Erupsi Gunung Api...................................................................................................5
2. Kebakaran hutan yang terjadi secara alami..............................................................5
3. Sampah Organik.......................................................................................................7
B. Faktor Pencemaran Udara karena Manusia............................................................8
1. Kebakaran hutan.......................................................................................................8
2. Transportasi..............................................................................................................8
3. Industry....................................................................................................................9
4. Bahan radioaktif.....................................................................................................11
5. Kegiatan rumah tangga...........................................................................................12
6. Hujan asam.............................................................................................................12
7. Lubang ozon...........................................................................................................12
8. Logam Berat...........................................................................................................12
KESIMPULAN......................................................................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................................16

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan pikirannya.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 29 September 2019

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun
dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat – pusat industri,
kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini
kering dan kotor. Keadaan ini apabila tidak segera di tanggulangi dapat
membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan, serta tumbuhan.
Perubahan lingkungan udara disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya
zat pencemar (berbentuk gas – gas dan partikel kecil / aerosol) kedalam udara.
Zat pencemar masuk kedalam udara dapat secara alamiah (asap kebakaran
hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit, dan pancaran garam dari laut) dan
aktivitas manusia (transportasi, industri pembuangan sampah). Konsentrasi
pencemaran udara di beberapa kota besar dan daerah industri Indonesia
menyebabkan adanya gangguan pernafasan, iritasi pada mata dan telinga,
timbulnya penyakit tertentu serta gangguan jarak pandang. Pembahasan
dibawah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum tentang
udara dan permasalahanya serta mengetahui tentang upaya - upaya dalam
pengendalian pencemaran udara.
Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat penting
adalah akibat kendaraan bermotor di darat yang menghasilkan gas CO, Nox,
hidrokarbon, SO2 dan Tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah
yang ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan
nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Parameter penting
akibat aktivitas ini adalah CO, Partikulat, NOx, HC, Pb , dan SOx. Emisi
pencemaran udara oleh industri sangat tergantung dari jenis industri dan
prosesnya, peralatan industri dan utilitasnya. Berbagai industri dan pusat
pembangkit tenaga listrik menggunakan tenaga dan panas yang berasal dari
pembakaran arang dan bensin. Hasil sampingan dari pembakaran adalah SOx,
asap dan bahan pencemar lain. Proses pembakaran sampah walaupun skalanya
kecil sangat berperan dalam menambah jumlah zat pencemar diudara terutama
debu dan hidrokarbon. Hal penting yang perlu diperhitungkan dalam emisi
pencemaran udara oleh sampah adalah emisi partikulat akibat pembakaran,
sedangkan emisi dari proses dekomposisi yang perlu diperhatikan adalah
emisi HC dalam bentuk gas metana.(Dwidjoseputro, 1990)

3
B.     Rumusan  Masalah
1. Faktor Pencemaran Udara Secara Alami ?
2. Faktor Pencemran Udara karena Manusia ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Pencemaran Udara Secara Alami

1. Erupsi Gunung Api


Secara geologi Indonesia terletak pada daerah tentonik aktif dimana
terjadi pertemuan antara beberapa lempeng tentonik. Gunung api terbentuk
sebagai akibat dari tumbukan lempeng-lempeng tersebut. Sejak 1600 bencana
gunung api Indonesia telah menelan korban 160.000. dua letusan gunung api
yang terbesar yang pernah terjadi di Indonesia adalah gunung tambora pada
tahun 1815 dan gunung Krakatau pada tahun 1883, masing-masing
menimbulkan korban jiwa sebanyak 92.000 dan 36.000 orang.
Sebagai fenomena alam, erupsi gunung api merupakan bahaya
alam(natural hazard) yang tidak dapat dihindarkan keberadaan maupun
kejadiannya. Meskipun demikian, fenomena-fenomena yang mendahului
terjadi erupsi gunung api dapat dimanfaatkan untuk dapat mengantisipasi
bencana akibat gunung api. Kondisi tektonik Indonesia memposisikan
kehidupan manusia dan lingkungan di Indonesia menjadi rentan terhadap
bencana alam(natural disaster) akibat erupsi gunung api. Oleh karena itu,
diperlukan kajian dan tindakan yang dapat meminimkan dampak erupsi
gunung api(mitigasi).
Gunung api aktif menimbulkan berbagai jenis bahaya atau
bencana(hazard) bagi kehidupan manusia dan lingkungan. Secara garis besar
bahaya tersebut meliputi antara lain: aliran piroklastik, lava, lahar, longsor,
abu gunung api, gas vulkanik, gempa bumi, dan tsunami.(Majelis guru besar
ITB, 2009)
2. Kebakaran hutan yang terjadi secara alami
Kebakaran hutan dan lahan terjadi disebabkan oleh 2 (dua) faktor
utama yaitu faktor alami dan faktor kegiatan manusia yang tidak terkontrol.
Faktor alami antara lain oleh pengaruh El-Nino yang menyebabkan kemarau
berkepanjangan sehingga tanaman menjadi kering. Tanaman kering
merupakan bahan bakar potensial jika terkena percikan api yang berasal dari
batubara yang muncul dipermukaan ataupun dari pembakaran lainnya baik
disengaja maupun tidak disengaja. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
kebakaran bawah (ground fire) dan kebakaran permukaan (surface fire). Dua
tipe kebakaran tersebut merusak semak belukar dan tumbuhan bawah hingga

5
bahan organik yang berada di bawah lapisan serasah seperti humus, gambut,
akar pohon ataupun kayu yang melapuk. Apabila lambat ditangani kebakaran
dapat terjadi meluas sehingga menimbulkan kebakaran tajuk (crown fire)
dimana kebakaran ini merusak tajuk pohon. Akan tetapi tipe kebakaran
terakhir ini dapat terjadi juga karena adanya sembaran petir. (Fachmi Rasyid,
2014)
Semenjak kejadian pada era 1980 tersebut, fenomena kebakaran hutan
dan dampak kabut asap yang dikirimkan ke negara tetangga seakan – akan
telah menjadi agenda rutin pada setiap musim kemarau melanda Indonesia.
Kabut asap yang dihasilkan pun tidak hanya mengancam masyarakat pada
tingkat nasional semata, melainkan telah merambah pada wilayah negara –
negara tetangga dengan intensitas yang beragam dan memberikan dampak
bagi kelangsungan hidup warga negara dalam wilayah yurisdiksi negara lain.
Dampak dari kebakaran hutan Indonesia pun dapat dikatakan telah sampai
pada tingkat yang mengkhawatirkan. Pada tahun 1997 dan 1998. Negara
tetangga yang sering terkena dampak kabut asap dari kebakaran hutan di
Indonesia meliputi Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam bahkan
Thailand.misalnya, World Wide Fund for Nature (WWF) mencatat telah
terjadi kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang menghanguskan
lebih dari 2 juta hektar. Bahkan estimasi lain yang di dapat dari penglihatan
oleh satelit menunjukkan angka 3,5 juta sampai dengan 7,5 juta hektar dan
terus meluas setiap bulannya. Pada saat Kalimantan terjadi fenomena
kebakaran hutan pada tahun 1998, kabut asap yang dihasilkan yang diikuti
pula dengan badai El Nino pada saat itu melanda Indonesia bagian timur telah
menewaskan lebih dari 500 orang di sekitar Papua dengan gejala infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA).
Kebakaran hutan pun bahkan pada kelanjutannya tidak hanya melanda
Sumatera dan Kalimantan, di pulau Jawa bagian timur pun yang sebelumnya
luput dari bencana kebakaran hutan merasakan kejadian serupa yang
mengakibatkan gagal panen di lebih dari 12 juta ladang sawah petani dan
tanaman palawija lainnya. Sebagai suatu bentuk pencemaran yang bersifat
transnasional, terang saja bencana kebakaran hutan di Indonesia membawa
dampak berupa pencemaran kabut asap ke negara tetangga. Pada saat
terjadinya kebakaran hutan pada tahun 1998 di sekitar Sumatera dan
Kalimantan terdeteksi pada alat Pollution Standard Index (PSI) sebagai
parameter udara sehat yang terdapat di Malaysia seringkali melebihi nilai
ambang batas yang semestinya yaitu 300 PSI yang tergolong kondisi
membahayakan, bahkan di negara bagian Kuching, Malaysia Timur indeks
mencapai titik 839 PSI. Dari kejadian tersebut Pemerintah Malaysia mencatat

6
18 juta warganya atau 83,2 % dari jumlah penduduk yang ada mengalami
gangguan pernafasan akut sehingga perlu mendapatkan pertolongan yang
serius. (Deni Bram,2012)
3. Sampah Organik
Keterlambatan penanganan sampah menimbulkan pencemaran udara,
pencemaran air dan pencemaran tanah. Pencemaran udara diakibatkan oleh
bau terutama gas NH3, H2S, CH3S, (CH3)2 S2, asam-asam alifatik serta CO
(Rosenfeld dan Henry, 2000 dan Martin,1998). Pencemaran air dan
pencemaran tanah diakibatkan oleh air lindi. Sampah kota-kota besar di
Indonesia rata-rata mengandung 79.5% bahan organik, 4.1% kertas, plastik
3.7%, kaca 2.3%, logam 2.7%, kayu 2.79%, kain 1.1%, karet 0.8% lain-lain
2.9% dari survei Dinas Penyehatan Lingkungan Tahun 1994. Menurut Furedy
(1994) sampah dari kota-kota di Asia mengandung 60 – 90% bahan organik
dan debu. Sampah organik berpotensi dikomposkan dengan skala kecil atau
dengan skala lebih besar yang dipusatkan di satu kota. Pengomposan dapat
menurunkan jumlah sampah yang harus ditangani. (Furedy(1994)dalam
Yohanes Setiyo, 2007)

Gambar. 1.Sampah daun

Gambar. 2.Sampah batang pohon yang telah busuk

7
B. Faktor Pencemaran Udara karena Manusia

1. Kebakaran hutan karena manusia


Faktor kegiatan manusia yang menyebabkan kebakaran hutan dan
lahan antara lain adanya kegiatan pembuatan api unggun di dalam hutan,
namun bara bekas api unggun tersebut tidak dipadamkan. Adanya kegiatan
pembukaan lahan dengan teknik tebang-tebas-bakar yang tidak terkontrol,
biasa dilakukan oleh perusahaan HTI dan peladang berpindah ataupun
menetap. Pembakaran secara disengaja untuk mendapatkan lapangan
penggembalaan atau tempat berburu, membuang puntung rokok yang menyala
secara sembarangan serta akibat penggunaan peralatan/mesin yang
menyebabkan timbulnya api.( Fachmi Rasyid, 2014)
2. Transportasi
Pada kota-kota besar, terutama kota dengan lalu lintas padat dan
memiliki kegiatan industry lainnya, dapat dipastikan udara tercemar.
Pencemaran udarayang di keluarkan dari diatas yaitu berupa:

a. Karbon monoksida (CO)


b. Nitrogen oksida (NO)
c. Belerang oksida (SO)
d. Hidrokarbon
e. Partikel lain-lain.
Komponen pencemar udara tersebut diatas dapat mencemari udara secara
terpisah atau bersama-sama. Kuantitas komponen pencemar udara tergantung
sumber aktivitas manusia.
Transportasi pada saat ini kebanyakan menggunakan bahan bakar fosil yaitu
batu bara dan minyak bumi artinya, pemakaian bakar fosil merupakan sumber
pencemaran udara. Pemakaian bahan bakar fosil berarti juga ikut menaikkan
emisi rumah kaca.
Dampak dari pemakaian mobil pribadi sangat besar pengaruhnya
terhadap pencemaran udara lingkungan. Sudah barang tertentu hal ini juga
berpengaruh terhadap kenaikkan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu,
disadari atau tidak. Pemakaian mobil pribadi akan turut menambah
pemanasan global. Hal ini tentu akan semakin bertambah parah apabila
ditambah kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota-kota besar didunia.
(Wisnu Arya Wardhanata ,2010)
Percemaran udara oleh karbon monoksida. Hasil pembakaran
sempurna hidrokarbon atau derivate oksigen dari hidrokarbon itu adalah
karbon dioksida dan air. Pembakaran bensin yang kurang sempurna . beberapa

8
karbon monoksida terbentuk. Zat beracun ini sangat berbahaya karena mudah
bersenyawa dengan hemoglobin bergerak dalam darah dan karenanya
menghalangi pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan. Adanya
karbon monoksida tak dapat dideteksi dengan indera, karena gas itu tidak
Nampak, tak berbau dan tak bercitarasa. Meskipun standar kualitas udara
federal merekomendasikan hanya 9 bagian tiap juta, atau 9 ppm,sebagai
konsentrasi selama 8 jam, kadar karbon monoksida dapat melebihi 30 ppm
selama berjam-jam pada suatu ketika, di jalan di kota-kota maupun antar kota,
yang padat lalu lintasnya. Percemar lain, seperti aldehida-aldehida, keton-
keton, dan akena, juga merupakan hasil pembakaran tak pembakaran tak
sempurna, tetapi mungkin tak seberbahaya seperti karbon monoksida.
Telah diperkirakan bahwa selama selama beroperasi setahun, mobil
rata-rata memancarkan 1450 kg karbon monoksida. Untung bahwa secara
alamiah karbon monoksida perlahan lahan teroksidasi, kalau tidak kadarnya
akan meningkat terus-terus kekonsentrasi yang mematikan. Bakteri dalam
tanah,dan bukan oksigen udara, diduga meengubah CO menjadi CO 2. Namun
mereka berdiam dikota besar yang permukaan tanahnya di aspal atau dibeton,
tak dapat menggantungkan diri pada proses ini untuk membersihkan udara.
Dalam lokasi inilah pada jam-jam lalu lintas sibuk, konsentrasi gas itu
mencapai tingkatan yang sangat berbahaya. (Majelis guru besar ITB, 2009)
Hasil pembakaran sempurna hydrogen karbon atau derivate oksigen
dari hidrokarbon itu adalah karbon dioksida dan air. Beberapa factor karbon
monoksida terbentuk yaitu karena pembakaran yang tidak sempurna dari
mesin kendaraan. Zat beracun ini sangat bahaya karena mudah bersenyawa
deangan hemoglobin dalam darah dan karena menghalangi pengangkutan
oksigen dari paru-paru ke jaringan. Adanya karbon monoksida tidak dapat
dideteksi hanya dengan indera, karena gas tidak Nampak, tak berbau dan tak
bercitarasa. Meskipun standar kualitas udara Amerika Serikat merekomendasi
hanya 9 bagian tiap juta, atau 9 ppm, sebagai konsentrasi selama 8 jam, kadar
karbon monoksida dapat melibihi 30 ppm,sebagai konsentrasi selama selama
berjam-jam pada suatu ketika, dijalan di kota–kota maupun antar kota, yang
padat lalu lintas. Pencemar lain, seperti aldehida-aldehida,keton dan alkena,
juga merupakan hasil pembakaran yang tak sempurna, tetapi tak seberbahaya
karbon monoksida. (Charles W.Keenan terjemah Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka, 1980)
3. Industry
Sudah terbukti bahwa aktivitas industry dapat menaikan tingkat
kesejahteraan masyarakat karena aktivitas ini menyerap banyak tenaga kerja
sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Selain itu, aktivitas industry

9
juga telah ikut menaikan nilai tambah bahan (barang) menjadi bahan(barang)
jadi. Aktivitas industry berdampak sangat luas terhadap perekonomian suatu
Negara sehingga banyak Negara di dunia berusaha meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya melalui pengembangan industry, termasuk Indonesia.
Semua aktivitas industry yang melibatkan penggunaan bahan bakar
fosil(batubara, minyak bumi, dan gas bumi), terutama sebagai bahan bakar
pembangkit tenaga listrik yang diperlukan dalam industry, dapat dipastikan
akan ikut menambah emisi gas rumah kaca. Melalui pembakaran sempurna
maupun tak sempurna, bahan bakar fosil akan terbakar dan menghasilkan gas
CO2 yang merupakan gas rumah kaca.
Aktivitas industry yang melibatkan penggunaan bahan bakar
fosil(batubara, minyak bumi, dan gas bumi), terutama sebagai pembangkit
tenaga listrik yang diperlukan industry, dapat dipastikan ikut menambah emisi
rumah kaca. (Sandri Linna Sengkey,2011)
Akitivitas industri yang melibatkan penggunaan bahan bakar fosil
secara nyata memang telah ikut menaikkan gas karbon dioksida(CO 2) di
atmosfer bumi. Kenaikkan tersebut sudah ditengarai sejak revolusi melanda
eropa, ketika memakai bahan bakar fosil pada saat itu meningkat tajam. Pada
waktu itu para ahli memperkirakan koonsentrasi CO2 di udara 280 ppm. Saat
dunia mengalami krisis energi sekitar tahun 1970, para ahli menduga
konsentrasi gas CO2 akan turun. Akan tetapi kenyataaan yang ada
menunjukkan bahwa konsentrasi gas meningkat. Kenaikan konsentrasi gas
CO2 tidak hanya berasal dari Negara industri, tapi telah merata keseluruh
dunia. Selain yang tersebut diatas, aktivitas industry yang banyak melibatkan
penggunaan senyawa CFC (Kloro Flouro Carbon) juga berpotensi
menimbulkan efek rumah kaca. Aktivitas industry yang banyak melibatkan
senyawa CFC adalah industry “refrigerant”, freezer, kulkas, pendingin
ruangan / AC. Selain digunakan industry “refrigerant”, senyawa CFC juga
dipakai sebagai gas pendorong senyawa kimia yang disemprotkan tanpa
menggunkan pompa. Contoh penggunaan senyawa CFC sebagi gas pendorong
dpat dilihat pada penggunaan parfum, pewangi ruangan, penyemprot rambut
dan cat semprot.
Perlu kalian ketahui bahwa senyawa CFC tidak mudah terurai bila
terlepas ke atmosfer, sehingga bila sampai ke lapisa stratosfer, selain bersifat
sebagai gas rumah kaca, senyawa CFC juga bersifat merusak lapisan ozon
sehingga timbul lubang ozon atau ozone hole. Sinar ultraviolet akan
menerobos atmosfer dan terus sampai ke bumi. Akibatnya, bumi menjadi
panas. (Wisnu Arya Wardhanata ,2010)

10
Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan tergantung dari sumber
energi yang digunakan dan kemampuan pengendaliannya. Sebagai contoh,
cina merupakan konsumen terbesar pengguna batubaru local, sedangkan eropa
timur merupakan konsumen besar batu bara coklat. Cina dan beberapa Negara
eropa timur menggunakan bahan bakar fosil kualiatas rendah untuk
industrinya, dank arena kurangnya control terhadap pencemaran maka
kemudian menimbulkan masalah pencemaran udara yang cukup serius.
Tungku pembakaran yang besar dapat menghasilkan pembakaran
batubara yang lebih sempurna. Cerobong asap yang disertai dengan aliran gas
keluar yang lebih cepat pun dapat menurunkan kosentrasi polutan sehingga
mengurangi pengaruh pencemaran setempat tetapi secara keseluruhan tetap
menimbulkan asap hitam karena pembakaran yang tidak sempurna akan
mengakibatkan terbebaskannya partikel-partikel kecil di udara disekitar pabrik
tersebut. Walaupun debu yang timbul biasanya sudah dibersihkan dengan cara
presipitasi, namun partikel yang lembut dapat juga lepas ,misalnya cadmium,
molyben, arsen, dan air raksa. Logam ini dapat membahayakan kesehatan
sepertii yang terjadi di Cekoslovakia, dimana batu bara yang mengandung
arsen mengakibatkan terjadinya kontaminasi disekitar pabrik.
Timah di udara tetap merupakan masalah utama dibanyak kota. Timah
digunakan sebagai bahan adiktif pada bahan bakar bensin untuk meningkatkan
angka oktan. Dalam konsentrasi yang tinggi timah dapat mengkonfirmasi
tanah dan debu di kanan-kiri jalan yang padat lalu lintas.
Timah dapat berpengaruh terhadap perkembangan saraf anak. Hasil
studi WHO di meksiko menunjukkan bahwa timah yang dikandung dalam
darah anak-anak di meksiko lebih besar dibandingkan anak-anak
dibandingkan anak-anak dimana digunakan lebih sedikit timah yang
terkandung sedikit timah. Nampak bahwa pencermaran karena timah yang
terterdapat pada bahan bakar fosil salalah satu masalah lingkungan paling
serius dalam jangka waktu panjang yan harus dihadapi oleh masyarakat
perkotaan. Sebenarnya pencemaran timah merupakan masalah mudah
dipecahkan, paling tidak sebagian, yaitu dengan mengalakkan penggunaan
bakar yang tidak menggandung timah, dan hal ini telah banyak dilakukan di
beberapa Negara. Namun demikian timah merupakan bahan pencemaran yang
tetap tertahan.( Philip Kristanto, 2004)
4. Bahan radioaktif
Pada kondisi normal suatu cairan atau zat padat yang dapat dibakar,
terbakar dengan tenang karna oksigen dari udara hanya bersentuhan dengan
permukaan dan sedikit gas yang menguap dari dalam permukaan itu.
Sebaliknya, campuran udara dan gas bakar seperti hydrogen, dapat terbakar

11
dengan meledak. Sekali pembakaran itu dimulai,maka pembakaran itu dapat
menyala keseluh campuran gas hanya dalam waktu kurang dari satu detik.
Kenaikan temperatur begitu cepat,sehingga suatu pemuaian yang eksplosif
dari gas-gas panas terjadi, yang dapat memecah kaca jendela atau merobohkan
dinding. Campuran udara dengan hydrogen,gas alam, uap bensin, maupun
udara yang dicampur dengan debu, batubara atau kayu, merupakan contoh
campuran yang dapat menyebabkan ledakan yang berbahaya.(Philip Kristanto,
2004)
5. Kegiatan rumah tangga
Ruangan tertutup berpotensi meningkatkan kadar partikulat terutama
jika dalam ruangan terdapat sumber-sumber pembakaran seperti merokok,
memasak dan obat nyamuk. Udara yang terkurung Dalam ruang berpotensi
mengumpulkan partikulat sampai lebih besar dari kadar di udara luar jika
pertukaran udara kurang efektif menyingkirkan partikulat dari dalam.
Partikulat diruangan itu terdiri dari partikulat luar dan partikulat yang
dihasilkan dari sumber-sumber potensial dalam ruangan, sehingga berpotensi
meracuni manusia.(Rachmadi Purnomo, 2013)
6. Hujan asam
Pencemaran udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar,
terutama bahan bakar fosil, mengakibatkan terbentuknya asam sulfat dan
asam nitrat. Asam itu dapat diendapakan pada hutan, tanaman pertanian,
danau, dan gedung sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian organisme
hidup. Di eropa dan amerika serikat, kerugian oleh deposisi asam sangat
besar. Di eropa saja, 50 juta hektar hutan mengalami kerusakan serta beribu
danau tidak lagi dapat mendukung kehidupan. Kerusakan menjadi lebih parah
dengan terbentuk ozon yang beracun dari pencemar NOx fotokimia dengan
reaksi fotokimia. Asam dan ozon juga juga dicurgai mempunyai dampak
terhadap kesehatan
7. Lubang ozon
Penyebab utama lubang ozon adalah sekelompok zat kimia yang
dengan CloroFlouroCarbon (CFC). CFC adalah zat buatan manusia yang
sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, antara lain untuk aerosol, AC,
kulkas dan mesin pembeku, serta dalam industry. Walaupun demikian, karena
lubang ozon sangat berbahaya,kesepakatan internasional telah tercapai untuk
mengurangi produksi dan penggunaan CFC. (Harun M.Husein, 1995)
8. Logam Berat
a. Merkuri
Merkuri merupakan logam berat yang sangat yang mendominasi
pencemaran lingkungan. Meskipun telah banyak usaha yang dilakukan untuk

12
upaya penanggulangan, namun pencemaran yang disebabkan oleh logam
merkuri masih saja merupakan masalah yang serius.
Kadar Hg di udara ambien daerah yang tidak tercemar oleh Hg
berkisar antara 20-50 ng/m3. Dengan kadar Hg udara ambien sebesar 50
ng/m3, dalam waktu tiga hari banyaknya Hg yang terhisap oleh paru sebesar 1
μg/ hari. Gejala klinis yang timbul, tergantung pada banyaknya Hg yang
masuk kedalam tubuh, mulai gejala yang paling ringan yaitu parestia sampai
gejala yang lebih berat yaitu ataxia, dysarthria bahkan dapat memyebabkan
kematian.
Senyawa merkuri yang melarut dapat menyebabkan keracunan.
Merkuri (II) oksida berwarna kuning yang tidak larut, sejak dahulu digunakan
sebagai salah komponen salep mata. Sebaliknya Merkuri (II) nitrat yang
melarut digunakan pada manufaktur topi. Ditemukan banyak karyawan pabrik
yang menderita gigi ompong. Dalam jumlah sedikit dapat dikeluarkan dengan
urine,tetapi dalam jumlah banyak juga dapat berbahaya(Hiskia Achmad,1996)
b. Timbal
Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya antara
0,0001-0,001 μg//m3. Tumbuhan-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-
padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya
berkisar antara 0,1-1,0 μg/kg berat kering.
Dua sumber terbesar timbal masuk ke lingkungan adalah pada industry
cat yaitu penggunaan pigmen pada cat dan penggunaan bahan bakar yang
mengandung timbal.
Walaupun saat ini penggunaan timbal sudah dikurangi, namun timbal
puti(basa timbal karbonat,2PbCO3, Pb(OH)2,masih saja digunakan sebagai
pigmen cat selama bertahun-tahun, gedung-gedung tua masih menyisakan cat
yang mengandung timbal.( Arif Budiyono, 2010)
Ada beberapa cara timbal masuk kelingkungan dan Dallam tubuh
manusia. Sumber utamanya adalah TEL(tetraethyl lead) yang digunakan
dalam bensin sebagai anti knock. Akibat pembakaran bensin dalam bensin
kendaraan bermotor, timbal masuk ke atmosfer. Sumber timbal yang lain
yaitu cat dasar digunakan titanium (IV) oksida yang tak beracun. Dalam
tubuh, seperti halnya merkuri timbal reaksi dengan gugus- SH, dalam protein
enzim sehingga menghambat reaksi kimia. Selain daripada itu timbal dapat
mengganti kedudukan kalsium dalam tulang. Keracunan timbal jarang terjadi
pada orang dewasa, korban yang terbanyak adalah bayi dan anak-anak.( Surya
Lubis, 2007)

13
c. Cadmium
Cadmium terutama dalam bentuk oksida adalah logam yang toksisitas
tinggi. Sebagian besar kontaminasi oleh cadmium pada manusia melalui
makanan dan rokok. Waktu paruh cadmium kira-kira 10-30 tahun. Akumulasi
pada ginjal dan hati 10-100 kali konsentrasi pada jaringan lain.
Proporsi yang besar adalah absorpsi melalui pernapasan yaitu antara
10-40 % tergantung keadaan fisik wilayah. Uap cadmium sangat toksis
denngan lethal dose melalui pernapasan diperkirakan 10 menit terpapar
sampai dengan 190 mg/m3 atau sekitar 8 mg/m3 selama 240 menit akan dapat
menimbulkan kematian. Gejala umum keracunan Cd adalah sakit di dada,
nafas sesak, batuk-batuk dan lemah. (Hiskia Achmad,1996)

Gambar.4.pencemaran udara di Kab.Bireuen akibat kebakaran hutan

14
BAB III

KESIMPULAN

Sumber Pencemar Udara dapat merupakan kegiatan yang bersifat


alami dan kegiatan akibat ulah manusia. Contoh sumber alami adalah akibat
letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, spora
tumbuhan dan lain sebagainya. Pencemaran akibat kegiatan manusia secara
kuantitatif sering lebih besar . Segala sesuatu hasil ulah manusia bisa berupa
nonfisik seperti pencemaran moral, pencemaran kebudayaan dan lain-lain
nilai kemanusian. Baik yang non fisik, yang immaterial maupun yang
material. Pencemaran udara disebabkan oleh limbah dari rumah tangga,
pabrik, alat-alat transport yang digerakkan oleh mesin, pembakaran sampah,
percemaran dapat berupa gas C02, CO, SO2, NH3, H2S,partikel jelaga panas.
(R. D. Ratnani, 2008)

15
Daftar Pustaka
Charles W.Keenan, 1980, General College Chemistry,penerjemah Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka, Jakarta : Erlangga

Arif Budiyono, 2010,Percemaran Udara: dampak pencemaran udara pada lingkungan,


Berita Dirgantara, vol.2(1)

Deni Bram Fakultas,2012, KEJAHATAN KORPORASI DALAM PENCEMARAN


LINTAS BATAS NEGARA: STUDI PENCEMARAN KABUT ASAP
KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA,Hukum Universitas Pancasila, vol.9(3)

Dwidjoseputro, 1990, Ekologi Manusia dengan lingkungannya, Jakarta : PT. Glora


Akasara Pratama

Fachmi Rasyid, 2014, Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan, Widyaiswara


Pusdiklat Lingkungan Hidup, vol.1(4)

Harun M.Husein, 1995, Lingkungan Hidup,Masalah, Pengelolaan dan penegakan


Hukumnya, Jakarta : BUMI AKSARA

Hiskia Achmad,1996, Kimia Unsur dan Radiokimia, Bandung : PT. CITRA ADITYA
BAKTI

Majelis guru besar ITB, 2009, Mengelola Risiko Bencana Di Negara Maritim
INDONESIA, Jakarta : CV Mandiri Utama

Philip Kristanto, 2004, ekologi industry, Yogyakarta : ANDI

R. D. Ratnani, 2008 ,TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA


YANG DIAKIBATKAN OLEH PARTIKEL, Momentum, vol. 4(2)

Rachmadi Purnomo, 2013, Manajemen Kedarutatan Kesehatan Lingkungan dalam


Kejadian Bencana, Jakarta : Rajawali Pers

Sandri Linna Sengkey,2011,Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat Lalu Lintas


dengan Model Prediksi Polusi Udara Skala Mikro,Jurnal Ilmiah Engineering, vol .
1(2)

Surya Lubis, 2007, Kimia Anorganik, Banda Aceh : FMIPA Universitas Kuala

16
Wisnu Arya Wardhanata ,2010, Dampak Pemanasan Global, Yogyakarta : ANDI

Yohanes Setiyo, 2007, KAJIAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA OLEH GAS


NH3 DAN H2S PADA PROSES PENGOMPOSAN SECARA AEROB, Agrotekno
vol.13(1)

17

Anda mungkin juga menyukai