DRAFT LAPORAN
i
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
KATA PENGANTAR
Dokumen ini menjadi dasar bagi gerak strategis dan operasional BNN, sebagai
LPNK dalam menangani isu nasional dan sekaligus mewujudkan tujuan dan sasaran
pembangunan nasional dalam penanganan dan penanggulangan narkoba. Desain
rencana strategis harus dapat mendorong dan mengoptimalisasi sumber daya organisasi
menjadi energi penggerak pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi yang efektif dan
efisien. Selain itu, juga harus dapat menjadi pijakan operasional program kerja tahunan
yang berkesinambungan antar waktu yang bermuara pada perwujudan visi, misi dan
tujuan BNN 2020-2024. Rencana strategis BNN tahun 2020-2024 memiliki nilai strategis
bagi BNN dalam rangka memperkuat kapasitas dan infrastruktur organisasi serta
meningkatkan kemampuan BNN dalam menghadapi dinamika ancaman penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkoba dewasa ini.
Tim Penyusun
ii
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
1.2. Maksud Dan Tujuan ..................................................................................................................... 3
1.3. Metodologi................................................................................................................................... 3
1.4. Bentuk Dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ................................................................................ 5
BAB II EKOLOGI PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN
PEREDARAN GELAP NARKOBA ............................................................................................................... 6
2.1 Lingkungan Makro......................................................................................................................... 6
2.1.1 Posisi Penanganan Narkoba dalam Konsep Ketahanan Nasional ......................................... 6
2.2 Lingkungan Meso .......................................................................................................................... 9
2.2.1 Lingkungan Pendidikan ........................................................................................................ 10
2.2.2 Lingkungan Pertemanan ...................................................................................................... 11
2.2.3 Lingkungan Pekerjaan .......................................................................................................... 11
2.3 Lingkungan Mikro........................................................................................................................ 11
2.3.1 Lingkungan Keluarga ............................................................................................................ 12
2.3.2 Individu ................................................................................................................................ 13
2.4 Lingkungan Internal BNN ............................................................................................................ 14
2.4.1 Permasalahaan Kelembagaan dan Pengelolaan Organisasi ................................................ 14
2.4.2 Minimnya Kelengkapan Infrastruktur .................................................................................. 15
2.4.3 Belum Maksimalnya Sistem Pengawasan Internal .............................................................. 15
2.4.4 Belum Maksimalnya Pelayanan Publik ................................................................................ 16
2.4.5 Ekologi Internal BNN 2020-2024 yang mengacu pada Grand Desain BNN.......................... 16
BAB III ANALISIS SPASIAL P4GN : SEBUAH STUDI KASUS ......................................................... 31
3.2 FGD dan Konsultasi Publik di Nangroe Aceh Darussalam ........................................................... 31
3.3 FGD dan Konsultasi Publik di Provinsi Bali .................................................................................. 35
3.4 FGD dan Konsultasi Publik di Kalimantan Barat ......................................................................... 41
3.5 FGD dan Konsultasi Publik di BATAM.......................................................................................... 45
BAB IV CAPAIAN KINERJA DAN ISU STRATEGIS ............................................................................. 55
4.1 Capaian Kinerja dan Isu-isu Strategis P4GN ................................................................................ 55
4.2 Isu Strategis Spasial P4GN ........................................................................................................... 58
4.3 Isu Strategis BNN......................................................................................................................... 63
iii
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
iv
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dokumen ini menjadi dasar bagi gerak strategis dan operasional BNN, sebagai
LPNK dalam menangani isu nasional dan sekaligus mewujudkan tujuan dan sasaran
pembangunan nasional dalam penanganan dan penanggulangan narkoba. Desain
rencana strategis harus dapat mendorong dan mengoptimalisasi sumber daya organisasi
menjadi energi penggerak pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi yang efektif dan
efisien. Selain itu, juga harus dapat menjadi pijakan operasional program kerja tahunan
yang berkesinambungan antar waktu yang bermuara pada perwujudan visi, misi dan
tujuan BNN 2020-2024. Rencana strategis BNN tahun 2020-2024 memiliki nilai strategis
bagi BNN dalam rangka memperkuat kapasitas dan infrastruktur organisasi serta
meningkatkan kemampuan BNN dalam menghadapi dinamika ancaman penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkoba dewasa ini.
Pertama, isu tersebut memperoleh perhatian dari para elite pembuat kebijakan dan
sejumlah besar pemerintah, mencakup beberapa isu penting dan pemerintah terlibat di
dalam perdebatan publik mengenai isu tersebut. Kedua, isu tersebut memperoleh liputan
secara terus-menerus dalam pers dunia, dalam surat kabar dan majalah-majalah, siaran
radio, dan tayangan televisi. Ketiga, isu tersebut menjadi onjek dari studi, penelitian,
perdebatan secara serius dan terus menerus oleh kelompok-kelompok professional
scholars, scientists, technical experts diseluruh masyarakat internasional atau dunia.
Keempat, isu tersebut nampak dalam agenda atau perdebatan-perdebatan tentang
agenda organisasi-organisasi internasional.
1
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Drug trafficking mencakup tindakan kriminalitas yang bisa terjadi melintasi batas
negara ataupun kriminalitas yang berlevel internasional. Kejahatan transnasional
(transnational crime) pada dasarnya memiliki jaringan lintas negara, tanpa adanya
jaringan tersebut maka aktivitasnya akan sulit untuk dilakukan. Transnational crime juga
merupakan tindakan kriminal yang terjadi dalam ruang lingkup suatu negara namun
dampaknya turut dirasakan oleh negara lain. bila dilihat ruang lingkup peredaran
narkoba, merupakan kejahatan yang sangat luas dan melampaui batas suatu negara, bisa
bergerak ke semua lapisan sosial ekonomi masyarakat di dunia. Perdagangan narkoba
merupakan bentuk globalisasi organized crime.
Terkait dengan kebutuhan pokok-pokok pikiran dan desain rencana strategis BNN
tahun 2020-2024 yang kredible perlu dilakukan pengkajian latar belakang (Background
Study) secara akademis mengenai aspek-aspek yang terkait dengan kondisi internal
organisasi, dinamika ancaman Narkoba, ekspektasi publik terhadap kinerja BNN,
maupun hubungan kerja antar lembaga dalam upaya penanganan permasalahan
Narkoba. Background study ini pada dasarnya merupakan kegiatan penyiapan bahan-
bahan sebagai masukan bagi perumusan arah dan kebijakan di bidang P4GN dalam
RPJMN tahapan ke- 4 tahun 2020-2024. Hasil kajian inilah yang akan menjadi dasar
penyusunan Renstra BNN tahun 2020-2024.
2
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
1.3. Metodologi
Kegiatan background study ini merupakan kegiatan penyiapan bahan-bahan
sebagai masukan bagi perumusan arah dan kebijakan di bidang P4GN dalam RPJMN
tahap 4 tahun 2020-2024. Sebagai upaya persiapan pelaksanaan sistem perencanaan
pembangunan nasional, kegiatan background study ini juga berorientasi secara
metodologis pada kaidah, norma ataupun pendekatan perencanaan pembangunan
nasional. Salah satunya, yang secara normatif dituangkan dalam UU No 25 Tahun 2004
tentang sistem perencanaan pembangunan yang menyebutkan bahwa Perencanaan
Pembangunan Nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan
tanggap terhadap perubahan. Lebih detail, kaidah dan pendekatan yang dilakukan dalam
kajian ini adalah sebagai berikut :
a Deliberasi Teknokratis
kaidah ini menekankan pada :
1) Proses komunikasi, interaksi dialogis, dan partisipatif di mana proses ini
merupakan proses saling belajar dan berbagi antar pelaku, sehingga masing-
masing mendapatkan pengetahuan akan permasalahan yang dihadapi melalui
dialog yang terstruktur.
2) Dengan kaidah ini, kegiatan kajian untuk mengawali proses perencanaan
dipahami sebagai suatu proses menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia
menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk menganalisis
kondisi obyektif dengan mempertimbangkan beberapa skenario
pembangunan selama periode rencana berikutnya.
3
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
b Mix Scanning, yang dalam hal ini mendasarkan pada kekuatan integrasi kolaboratif
antara pendekatan Incremental dan Rational Comprehensive.
1) Holistik
Suatu cara pandang bahwa keseluruhan sebagai satu kesatuan lebih penting
daripada bagian-bagiannya, menekankan pentingnya keseluruhan dan saling
keterkaitan dari bagian-bagiannya. holistic memiliki makna bahwa pembangunan
pada dasarnya adalah membangun manusia secara utuh, baik fisik, mental, sosial
maupun spiritual yang mendapatkan perhatian seimbang, tertuang dimensi-
dimensi pembangunan
2) Tematik
Segala sesuatu yang berhubungan dengan tema (pokok permasalahan), suatu
sistem yang menyatukan unsur-unsur yang dikaitkan / terpusat pada satu pokok
permasalahan / tema. Kemampuan memahami bagian-bagian yang terpisah
sebagai sebuah konstruksi entitas tematik pembangunan.
3) Holistik tematik
Pendekatan yang menekankan pentingnya keseluruhan entitas total sebagai
sebuah tema pembangunan dengan terdapat kaitan antara bagian-bagiannya
untuk mencapai tujuan utama. Jadi, pendekatan ini mengutamakan kegiatan-
kegiatan yang mendukung prioritas nasional, identifikasi program-program dan
kegiatan sampai koordinasi multi kementerian dan antar OPD, yang bertujuan
untuk mencapai sasaran prioritas nasional yang didukung oleh Kementerian /
Lembaga dan antar OPD di tingkat provinsi/ kabupaten
4) Terintegrasi
Pendekatan integratif diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu
keutuhan yang padu, atau dapat juga diartikan sebagai pendekatan yang
menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Jika dihubungkan dengan
perencanaan pembangunan, maka pendekatan integratif lebih mengarah pada
kegiatan mengidentifikasi dan mengarahkan agar output dari kegiatan prioritas
yang terdapat pada suatu SKPD dapat saling terintegrasi dengan kegiatan
prioritas yang ada pada SKPD lainnya dalam mendukung satu kebijakan prioritas.
5) Spasial
Perencanaan dan penganggaran pembangunan mutlak memperhaikan dimensi
ruang-spasial pembangunan dalam penentuan lokasi-lokasi prioritas. pendekatan
spasial digunakan saat pembahasan guna menyepakati lokus dari suatu kegiatan
prioritas yang terdapat pada beberapa SKPD untuk diintegrasikan yang
selanjutnya akan diselaraskan dengan usulan dari kabupaten/ kota.
4
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
5
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
BAB II
EKOLOGI PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN
DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA
Untuk melakukan pemetaan ekologi permasalahan dari P4GN secara holistik dan
integratif, maka ekologi dibedakan berdasarkan lingkup permasalahan eksternal dan
internal. Lingkungan eksternal dianalisis untuk kemudian ,enghasilkan informasi
eksploratif tentang isu-isu strategis BNN secara makro, meso, mikro berikut tindakan
intervensi yang dibutuhkan untuk periode lima (5) tahun ke depan. Sementara lingkungan
internal lebih banyak membahas mengenai permasalahan di dalam internal organisasi
BNN sendiri. Berikut ini penjelasan dari masing-masing lingkup ekologi permasalahan
yang mewarnai bidang tugas dan fungsi BNN.
Dalam kajian-kajian tentang bisnis yang dilakukan melalui black market, dikenal
tiga jenis bisnis yang berpotensi mendatangkan keuntungan besar dan dalam tempo
relatif singkat, yaitu narkoba, senjata/amunisi dan judi. Masing-masing dari tiga jenis
bisnis tersebut biasanya saling terkait. Karena itu, penyalahgunaan narkoba biasanya
dilakukan dan dikendalikan oleh kelompok (biasa disebut sindikat, mafia, kartel) yang
sudah mapan secara organisasi, struktur dan pendanaan. Karena itu pula kegiatannya
disebut organized crime. Secara umum, penyalahgunaan narkoba (Narkotika,
Psikotropika dan Bahan berbahaya lainnya) melibatkan tiga kelompok pelaku utama:
pertama, produsen, baik jaringan nasional maupun internasional; kedua, pengedar yang
terdiri dari dua kategori pengedar yang berasal dari jaringan produsen, dan pengedar
lepas yang biasa disebut kurir; Ketiga, pengguna, yaitu masyarakat Indonesia dari semua
elemen. Tiga kelompok utama tersebut dapat menjadi satu mata rantai yang sulit
dipisahkan. Dengan kata lain, seorang pengguna bisa saja beralih menjadi pengedar, atau
sebaliknya. Dalam beberapa kasus, seorang pengedar beralih menjadi produsen. Dari tiga
pelaku utama penyalahgunan narkoba tersebut, hanya dua di antaranya (produsen dan
pengedar) yang kemungkinan terkait langsung dengan keamanan nasional. Sebab
kegiatan produksi dan pengedaran/distribusi merupakan bisnis yang melibatkan dana
besar, dan karena itu memerlukan pengamanan maksimal, sehingga sering dilakukan
dengan penggunaan senjata ilegal. Meskipun harus ditegaskan bahwa tidak semua lini
penyalahgunaan narkoba terkait dengan senjata ilegal serta menyangkut keamanan
nasional.
6
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Dalam tiga rumusan kebijakan pertahanan dan keamanan nasional sejak tahun
1995-2008, belum pernah disebut secara eksplisit bahwa narkoba adalah ancaman
keamanan nasional. Sebab narkoba dimasukkan sebagai bagian dari kejahatan lintas
Negara dan penyelundupan. Dalam Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008, misalnya
dijelaskan dua kategori ancaman: pertama, ancaman kemanan tradisional berupa invansi
atau agresi militer dari negara lain terhadap Indonesia diperkirakan kecil
kemungkinannya. Peran PBB dan reaksi dunia internasional diyakini mampu mencegah,
atau sekurang-kurangnya membatasi penggunaan kekuatan bersenjata oleh suatu negara
untuk memaksakan kehendaknya terhadap negara lain. Kedua, ancaman non tradisional,
yakni ancaman dari luar lebih besar kemungkinan bersumber dari kejahatan terorganisir
lintas negara yang dilakukan oleh aktor-aktor non-negara, dengan memanfaatkan
kondisi dalam negeri yang tidak kondusif. Perkiraan ancaman dan gangguan yang
dihadapi Indonesia ke depan, meliputi terorisme, gerakan separatisme, kejahatan lintas
negara (penyelundupan, penangkapan ikan ilegal), pencemaran dan perusakan
ekosistem, imigrasi gelap, pembajakan/ perampokan, aksi radikalisme, konflik komunal,
dan dampak bencana alam. Keterkaitan langsung antara narkoba dan keamanan nasional
adalah kasus penyelundupan berskala besar, dengan personil bersenjata. Penyelundupan
bersenjata mengindikasikan peningkatan kualitas penyelundupan. Perlunya
persenjataan, untuk memperkuat penegakan hukum dalam rangka pemberantasan
Narkoba. Selain itu, narkoba juga merupakan salah satu pemicu kriminalitas. Oleh karena
itu, narkoba patut untuk diperangi karena menimbulkan beberapa dampak negatif bagi
para penggunanya. Bisnis narkoba memutar uang dalam jumlah besar, sehingga
persaingan antar kelompok sering terjadi dalam memperebutkan pasar atau
mengamankan jalur pengederan dan penyelundupan. Keterkaitan antara narkoba dan
keamanan nasional juga dapat dilihat dari segi ekonomi melalui kasus pencucian uang.
7
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
8
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Sementara itu, Dampak di bidang politik adalah timbulnya apatisme atau sikap
tidak peduli terhadap apa yang sedang terjadi di lingkungannya dan adanya patron
(konsep dasar) politik yang kotor. Dampak di bidang ekonomi diantaranya adalah
timbulnya kemalasan untuk berusaha, menurunnya produktifitas kerja, meningkatnya
kriminalitas, dll. Serta dampak di bidang sosial budaya adalah timbulnya dekadensi moral
atau kemerosotan nilai moral pada masyarakat. Kesemua dampak yang terdapat di
seluruh bidang tersebut sangat tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila yang memiliki karakter ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan menjunjung keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka dapat disimpulkan bahwa proses narkoba
menghancurkan ketahanan suatu bangsa dimulai dari tingkat individu yang kemudian
akan berkembang ke tingkat yang lebih luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara yang diantaranya bidang pertahanan dan keamanan, ideologi,
politik, ekonomi, dan sosial budaya.
9
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
10
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
11
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
12
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Seseorang yang memiliki gaya hidup dan pola prilaku yang tidak baik dan tidak
sehat bisa menjadi salah satu faktor seseorang mulai mengkonsumsi narkoba.
Indikatornya adalah begadang, merokok, dan minum-miuman beralkohol.
2.3.2 Individu
Seorang individu juga terkadang terlibat dalam rantai produksi narkoba. Pada
tahap Produksi, masyarakat pedesaan & petani memiliki peluang untuk menanam dan
memasok tanaman bahan baku narkoba. Selanjutnya, pengusahan dibidang farmasi dan
kimia bisa menyalahgunakan ijin produksi untuk memproduksi dan mengedarkan
narkoba.
Tahap Distribusi, masyarakat pesisir & perbatasan rentan dalam melakukan
penyelundupan narkoba; begitu pula dengan perusahaan yang bergerak dalam bidang
transportasi & logistik. Dokter & apoteker juga memiliki peluang dalam
menyalahgunakan wewenang penulisan resep kepada pasien.
Tahap Konsumsi, pihak-pihak dalam masyarakat yang sering kali menggunakan
narkoba teridentifikasi seperti Masyarakat Perkotaan, Pekerja Seni & Dunia Hiburan,
Atlet/Olahragawan, Remaja & Mahasiswa, serta Anak usia sekolah. Setiap lapisan
masyarakat berpotensi menjadi bagian dari rantai nilai bisnis penyalahgunaan narkoba.
13
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Ekologi lingkungan internal BNN dijabarkan mengacu pada Peraturan Badan BNN
Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Grand Design BNN 2045. Pada lingkup ini dijelaskan
lingkungan internal meliputi kelembagaan dan pengelolaan organisasi, kelengkapan
infrasatruktur, sistem pengawasan internal hingga pelayanan publik oleh BNN.
14
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
rekrutmen SDM yang ideal dan transparan. Karenanya, dibutuhkan suatu sistem
manajemen kepegawaian yang meliputi analisis kebutuhan (need analysis),
perencanaan, rekrutmen, seleksi, peningkatan kompetensi, penggajian dan
pengawasan sehingga pengawai yang ditempatkan dalam satuan kerja dapat
bekerja secara efektif;
b. Belum idealnya struktur organisasi yang dimiliki. BNN perlu untuk menata ulang
agar struktur organisasi sesuai dengan proses bisnis dan dinamika kebutuhan
lembaga, termasuk di dalamnya dengan melengkapi perangkat organisasi BNN
dari pusat, provinsi hingga kabupaten/kota;
15
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Hal lain yang mendasar dan menjadi penyebab tidak maksimalnya pelayanan
publik diantaranya:
a. Kapasitas SDM yang belum sepenuhnya memenuhi dan sesuai dengan standar
kompetensi yang dibutuhkan, baik di pusat dan daerah;
b. Komunikasi layanan yang tidak cukup responsif;
c. Kualitas layanan yang tidak terstandart;
d. Kinerja layanan yang tidak diukur berdasarkan perspektif publik, sehingga
evaluasi tepat tidak dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan.
e. Tumpang tindihnya fungsi kehumasan yang dilakukan oleh satker-satker di
bawah BNN.
2.4.5 Ekologi Internal BNN 2020-2024 yang mengacu pada Grand Desain BNN
Ekologi lingkungan internal BNN dijabarkan mengacu pada Peraturan Badan
BNN Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Grand Design BNN 2045. Pada lingkup ini dijelaskan
lingkungan internal meliputi kelembagaan dan pengelolaan organisasi, kelengkapan
infrasatruktur, sistem pengawasan internal hingga pelayanan public oleh BNN.
BNN pada periode ini harus menghadapi berbagai tantangan baik secara eksternal
maupun internal. Tantangan secara eksternal adalah dinamika sosial masyarakat yang
terus berubah yang dipicu oleh banyak faktor, sistem hukum dan politik yang belum
ideal dalam pemberantasan kejahatan narkoba dan potensi gempuran dari organisasi
kejahatan internasional yang secara kontinyu terus mencari celah dalam
mengedarkan lebih banyak narkoba di masyarakat. Tantangan secara internal, BNN
harus melakukan penguatan di dalam organisasi dengan melakukan penataan
manajemen internal, hal ini menjadi keharusan agar lembaga dapat menjawab
tantangan baru yang akan terus bermunculan.
16
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Selain itu BNN juga harus menjadi organisasi yang dapat dipercaya oleh
stakeholder. Masyarakat harus merasa aman karena mendapatkan perlindungan dari
kejahatan narkoba yang terus mengancam. Karena itu perlu ada prinsip transparasi
dalam pengelolaan kinerja dan informasi, dimana masyarakat secara kontinyu dapat
terus memantau dan memberikan feedback kepada lembaga.
17
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Kerangka kebijakan grand desain juga menjadi ekologi internal yang harus
diperhatikan dalam menyusun Rencana Strategis BNN 2020-2024. Adapun
penjabaran mengenai arah kebijakan grand desain tersebut adalah sebagai
berikut:
18
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
➢ Penataan Regulasi
1. Penataan Regulasi agar tidak terjadi tumpang tindih tindakan antar K/L
Perlu adanya penataan ulang pada regulasi dalam menetapkan peran
dari masing-masing K/L dalam P4GN, yang selama ini masih simpang siur
dikarenakan regulasi yang tumpang tindih. Hal ini diperburuk dengan masih
munculnya ego sektoral sehingga pemerintah sebagai sebuah kesatuan belum
dapat memerangi kejahatan narkoba secara optimal.
Salah satu contoh dapat ditemui adalah kewenangan dalam melakukan
penyidikan kasus narkoba, dimana ada dua institusi yang berhak untuk
melakukannya adalah BNN dan POLRI. Wewenang polisi dalam penyidikan
kasus narkotika terikat dengan BNN. Keterikatan ini terjadi karena apa yang
dilakukan polisi terkait penyidikan harus diberitahukan kepada BNN.
Sebaliknya, jika BNN yang melakukan penyidikan, maka BNN harus memberi
laporan kepada Polisi.Pengaturan ini pada prinsipnya mengatur terkait
dengan koordinasi antara Polisi dan BNN dan bisa mencegah terjadinya
tumpang tindih kewenangan. Akan tetapi hal yang belum diatur dalam
ketentuan tersebut adalah bagaimana jika Polisi dan BNN sama-sama
menemukan tindak pidana narkotika dan sama-sama akan melakukan
penyidikan. Pada situasi tersebut, siapa yang lebih berhak atau bagaimana
pelaksanaannya tidak diatur secara jelas dan komprehensif.
Contoh lain adalah kewenangan dalam pengelolaan dan pengawasan
balai rehabilitasi narkoba, yang saat ini diemban oleh tiga K/L yaitu BNN,
Kemenkes dan Kemensos. Ketiganya berdasarkan regulasi memiliki hak yang
sama untuk melakukan hal tersebut. Menjadi janggal pada saat ketiganya
mengoperasikan balai rehabilitasi tetapi dengan standar yang berbeda. Hal ini
menjadi celah bagi pecandu jika mereka menginginkan hukuman dan proses
rehabilitasi yang ringan, dengan memilih balai dengan standar paling rendah.
2. Adanya kriteria penetapan penyalahguna atau pengedar/bandar
melalui revisi UU No. 35 Tahun 2009
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 masih menyimpan
permasalahan dan menciptakan celah-celah hukum. Utamanya adalah
intepretasi dalam menentukan apakah seorang tersangka kasus narkoba
adalah pecandu/korban penyalahguna atau sindikat pengedar narkotika.
Sistem double track memberikan bentuk hukuman yang berbeda kepada
keduanya. Yang menjadi masalah adalah kriteria dalam penentuan yang masih
belum jelas, sehingga selama ini terkesan abu-abu, dan tidak konsisten antara
satu kasus dengan yang lain. Karena itu menjadi penting untuk
menetapkan parameter yang terukur dan jelas dalam penentuan status
tersangka agar tidak rentan disalahgunakan.
3. Perlunya regulasi yang adatif dan fleksibel dalam mengatisipasi
perkembangan NPS
19
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Dikarenakan perkembangan NPS yang sangat cepat dan tidak akan ada
habisnya, maka diperlukan kebijakan dalam membuat daftar narkoba
berbasiskan struktur rangka kimia (farmakofor). Dengan melakukan hal
tersebut, regulasi menjadi lebih fleksibel dalam melingkupi daftar zat
terlarang, karena selama NPS baru merupakan turunan dari farmakofor yang
sudah dilarang, maka sudah tercakup didalamnya. Hal ini sudah ditetapkan
oleh banyak negara lainnya, termasuk diantaranya adalah Jepang dan
Thailand.
➢ Penataan Organisasi
1. Penataan kelembagaan dan manajemen yang bersih dari pengaruh
jaringan narkoba
Salah satu penghambat penegakkan hukum dalam kejahatan narkoba
adalah masih belum bersihnya lembaga penegakkan hukum dari aparatur
(Polisi, Bea Cukai, Jaksa, Hakim, TNI dan Politisi) yang dipengaruhi oleh
sindikat jaringan narkoba. Aparatur yang menjadi bagian dari jaringan akan
mencari celah dalam penegakkan hukum. Sehingga menjadi penting agar
dibentuk satgas atau unit kerja lintas sektor di bawah BNN untuk
menangani kasus keterlibatan aparatur KL dalam jaringan narkoba
20
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
tersebut. Selain itu menjadi kebutuhan bagi BNN untuk memperbanyak analis
tersebut dikarenakan proyeksi ke depan akan semakin banyak lagi variasi jenis
narkoba baru diciptakan oleh sindikat pengedar.
➢ Penguatan Fungsi di LN
Inisiasi pembentukan LO di negara-negara transit dan produsen narkoba
Dalam rangka memperkuat sistem intelijen dan interdiksi dalam pengawasan
perdagangan antar negara, maka menjadi strategis apabila BNN dapat
menempatkan Liason Officer di setiap KBRI di negara-negara yang dinilai
rawan sebagai jalur perdagangan narkoba di Indonesia.
21
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
22
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
➢ Penataan Ketatalaksanaan
1. Penyusunan standard operasional prosedur (SOP) penyelenggaraan tugas dan
fungsi manajerial dan teknis
2. Pembangunan sistem penataan tatalaksana organisasi (elektronisasi
dokumentasi)
23
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
24
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
25
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
26
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
27
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
28
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
rangka P4GN dapat dilakukan dalam berbagai disiplin ilmu, baik sains
maupun sosial.
29
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
30
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
BAB III
ANALISIS SPASIAL P4GN : SEBUAH STUDI KASUS
31
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Dari hasil eksplorasi lapangan dengan Majelis Adat Aceh, dikemukakan oleh Ketua
Majelis Adat Aceh (MAA) bahwa terkait dengan permasalahan narkoba pihaknya sudah
membuat fatwa sebelumnya, namun diakui fatwa tersebut memang kurang spesifik
menyebut pada perilaku konsumsi narkoba. Ke depan, fatwa ini akan diperbaiki, atau
membuat fatwa baru yang lebih spesifik. Pada prinsipnya, dalam tinjauan nilai lokal
masyarakat Aceh, baik yang bersumber dari nilai agama maupun nilai adat, segala hal
yang memabukkan, membuat lupa dan hilangnya kesadaran akal seseorang yang
kemudian berakibat memiliki banyak kemudharatan akan diharamkan.
Pasca penerapan keistimewaan khusus Aceh pada era reformasi, sistem tersebut
diupayakan untuk diperkuat kembali. Misalnya, dalam hal pemilihan kepala desa di Aceh
yang sudah bergeser nilai, mekanisme, dan persyaratannya. Syarat administrasi menjadi
kepala desa (Kecik), hanya administrasi ijazah bukan lagi kewibawaan, kharismatik,
penghargaan, penghormatan, dan menjadi tokoh desa. Berbeda dengan pada zaman
dahulu dengan sistim musyawarah dalam pemilihannya. Sistim musyawrah
dipikerucutkan pada orang yang memiliki pengaruh, kewibawaan, ketokohan di
masyarakat. Hal tersebut juga merembet pada sistim pendidikan umum menjauhi nilai
moral adat dan budaya tradisi mendaam khusus aceh. Pager Gampong tak lagi memiliki
dampak yang masif dalam penerapannya.
32
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
melakukan : (1) Fatwa hukum; (2) Rekomendasi tausyah; (3) Pengkaderan ulama untuk
sosialisasi.
Ada sosialisasi fatwa yang dilakukan rutin setiap bulan yang dapat dimanfaatkan
sebagai media edukasi, promosi atau kampanye dalam rangka pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Namun demikian, dipandang akan lebih
bagus jika ada Qanun yang spesifik yang mengatur pencegahan, penertiban dan
penindakan terkait permasalahan narkoba. Qanun nantinya diharapkan akan
memberikan pengaruh pada penerapan kebijakan ke beberapa instansi terkait, Polisi,
BNN atau bentukan kelompok satuan tugas lain. Dalam kaitan tersebut perlu diefektifkan
peran Waliyatul Hisbah (Aparat Penegak Syariah) untuk menegakkan peraturan daerah
syariah, tidak hanya menangkap masyarakat yang mengkonsumsi Khmer, melakukan
Khalwat dan pelanggaran perda syariah tetapi juga narkoba. Itu yang perlu dimasukkan
dalam perda syariah dan ditegaskan secara eksplisit.
Strategi penanganan masalah narkoba harus bersifat holistik dan integratif
terhadap persoalan-persoalan khas di daerah. Penanganan narkoba tidak dapat
dilepaskan dari upaya dan pendekatan berkaitan “Pengentasan kemiskinan, dengan
pemberdayaan masyarakat, peningkatan derajat ekonomi masyarakat”. Terutama juga
kelompok warga yang rentan dan miskin, orang-orang yang keluar setelah menjalani
proses penghukuman di penjara. Demikian juga dengan peran pesantren yang juga dapat
dimaksimalkan sebagai lembaga mitra strategis baik dalam kerangka edukasi dan
pencegahan terjadinya tindak penyalahgunaan dan peredaran maupun dalam kaitan
menerapkan sistem rehabilitasi.
Dengan demikian, penyusunan dan pelaksanaan tindakan strategis BNN dalam
lima (5) tahun ke depan (2020-2024), harus mengembangkan strategi implementasi
P4GN yang mengakomodasi dan mengadopsi beberapa mekanisme sosial budaya yang
sudah melekat dan menjadi bagian dari aktivitas keseharian masyarakat melalui
lembaga-lembaga lokal yang masih memiliki eksistensi. Beberapa institusi atau
kelembagaan lokal juga masih eksis, seperti Panglima Laot dan Ada Kejrun Blang,
kemudian diselesaikan secara Lembaga Mukim kedesaan.
Aktor penting lain yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi BNN dalam P4GN
adalah Kepolisian Perairan Laut (POLAIR). Wadir Polisi Air menyatakan bahwa sejauh ini
belum ada koordinasi langsung dengan polisi air. Namun demikian, POLAIR memiliki
pandangan yang sama bahwa operasional pengamanan wilayah perairan sendiri dalam
kaitannya dengan pencegahan kejahatan narkoba bukan masalah yang sederhana,
terutama karena kendala keterbatasan sarana prasarana. Keterbatasan peralatan
pendeteksi salah satunya. Keterbatasan sarana dan prasarana pada gilirannya
menyebabkan permasalahan keterbatasan informasi. Kejahatan ini bukan kejahatan
ringan karena terkait jaringan yang memiliki sistem yang berbahaya, yakni ancaman
mati, ancaman keluarga dan lain sebagainya kepada salah satu anggotanya ketika
tertangkap.
Hal yang menjadi ekspektasi POLAIR ke depan adalah meningkatnya kerjasama
sinergis dengan BNN maupun BNNP dan BNNK untuk terlibat bersama dalam
pengungkapan kejahatan narkoba yang terjadi di wilayah perairan non jalur-jalur masuk
33
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
resmi. Lebih lanjut, dari diskusi FGD diperoleh informasi bahwa rata-rata jaringan
pemasok yang paling dekat dan paling banyak beredar di Aceh adalah berasal dari
jaringan Malaysia. Ada pandangan yang cukup kuat bahwa dalam beberapa kasus pihak
oknum polisi malaysia mengetahui terkait dengan informasi waktu datangnya dan
keberadaan pasokan barang yang dibawa dari luar, namun mereka terkesan seperti
melakukan pembiaran dengan jaminan untuk tidak dipakai di Malaysia.
Harapan lainnya juga dilakukannya kerjasama operasi gabungan, gerakan
bersama atau patrol pengamanan bersama. Bentuk satuan tugas yang memiliki
kerjamasa keterkaitan antar instansi baik itu dari POLAIR, BNN-BNNP, Pemerintah
Daerah dan juga institusi-institusi lokal masyarakat baik yang berbasis adat maupun
syariah, seperti halnya panglima laot sebagai salah satu mitra kelembagaan masyarakat
yang potensial. Masyarakat juga penting untuk didorong berpartisipasi dalam
pengawasan bersama terkain peredaran narkoba, dan juga ini kelengkapan ada sarana
prasarana penunjang untuk pemberantasan narkoba
Selanjutnya, diksusi dan konsultasi publik dilakukan dengan BNNP Aceh. Kepala
BNNP Aceh menyatakan bahwa Aceh memang memiliki latar belakang terkait kejahatan
narkoba yang cukup memiliki potensi. Dengan latar belakang daerah istimewa, salah satu
bentuk penganggulangan permasalahan narkoba adalah dengan memperhatikan dan
memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal tersebut termasuk terkait kuatnya
adat budaya dan keagamaan. Implementasi P4GN semestinya mengadaptasikan dan
mengadopsi kearifan local yang bersumber dari nilai-nilai keagamaan, kebudayaan dan
adat tradisi, dan sosial historis. Bersama dengan masyarakat, kearifan local dapat
digunakan dasar melakukan pendekatan lewat ruang-ruang publik, pendekatan untuk
masuk melalui Pasar, Pesantren, ataupun Sekolah bahkan untuk menyasar pada
komunitas-komunitas sosial nof formal seperti misalnya tempat kedai kopi, masjid,
majlis ta’lim.
Komitmen besar untuk melaksanakan tindak pencegahan dan pemberantasan
kejahatan narkoba di BNN Provinsi Aceh masih dihadapkan pada kendala kelembagaan
yang menyangkut Jumlah BNNK di mana hanya 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh yang
memiliki BNNK, kendala SDM, dan sarana prasarana. Berkaitan dengan tata kelola kinerja
perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan, diakui oleh Kepala BNNP bahwa
BNNP memang masih memiliki keterbatasan dalam hal indikator keberhasilan yang
belum dirumuskan untuk mengukur keberhasilan capaian kinerja.
Oleh karena itu, dalam rangka implementasi P4GN di Aceh, dukungan yang
diharapkan dari pusat adalah dari segi stimulus dan fasilitasi pendanaan, sarana
prasarana, dan payung hukum sebagai dasar legitimasi, termasuk adanya instruksi
vertikal terkait peraturan-peraturan di level daerah sesuai dengan keistimewaan daerah
khusus (ada sistem yang jelas yang harus dirancang dalam pemberantasn narkoba,
seperti misalnya membuat sistem, prosedur sosialisasi, kegiatan, sop yang jelas yang juga
mengadaptasikan karakteristik persoalan lokal). Beberapa hal yang sifatnya teknis
operasional dalam rangka pencegahan yang telah diinisiasi oleh BNNP Aceh adalah MOU,
PKS, gerakan bersama, sinergi dan integritas pemberantasan narkoba. Hal yang harus
dipahami adalah daerah yang berbeda akan melibatkan pula perbedaan karakteristik dan
34
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
35
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Permasalahan penting lainnya yang juga harus menjadi fokus untuk dijawab dengan
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan lima tahunan adalah minimnya kuantitas
dan kualitas sarana rehabilitasi pengguna/pecandu narkoba yang ada di Lapas.
Permasalahan ini kemudian mengakibatkan kurang efektifnya upaya rehabilitasi kepada
pengguna/ pecandu narkoba, dan Banyak pengguna/ pecandu yang tidak bisa
direhabilitasi. Meskipun hal tersebut bukan menjadi wewenang tunggal BNN atau
menjadi wewenang bersama Kemenkumham (BNNP+Lapas+Kanwil Kumham), namun
demikian peran BNN sangat strategis dalam kerangka menginisiasi standarisasi proses
dan ketersediaan sarana prasarana pelaksanaan rehabilitasi dan juga dalam kerangka
supervisi atau pengawasan terhadap pelaksanaan rehabilitasi yang dilakukan.
Berikut disajikan dalam bentuk tabel hal-hal yang menjadi isu strategis dan arah
kebijakan yang diharapkan diambil sebagai langkah intervensi strategis ke depan.
36
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
37
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
38
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
39
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
40
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
41
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
42
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
dan pencegahan narkoba dengan program di pemda melalui Bappeda masih belum
maksimal. Tergantung dengan political will dari pimpinan daerah.
Sedangkan terkait dengan kategori tanaman-tanaman yang menjadi bahan dasar
ataupun menjadi bahan campuran pembuatan narkoba, diskusi dan konsultasi publik
yang diselenggarakan dengan Asosiasi Petani Kratom menghasilkan beberapa poin
penting pembahasan, yakni sebagai berikut :
1. Asalnya kratom digunakan untuk tanaman penyembuh luka (tanaman hutan)/
sebagai obat tradisional oleh suku Dayak.
2. Kratom yang dibudidayakan oleh asosiasi digunakan untuk ekspor berupa tepung
kratom yang telah melalui proses pengolahan. Asosiasi bertugas untuk
mengedukasi petani kratom pada proses produksi, rehabilitasi lahan yang semula
gambut diolah sehingga dapat ditanami kratom, hingga pasca panen kratom.
3. Tidak ada efek negatif dari kratom, karena kratom mulanya adalah sebagai
tanaman obat tradisional sehingga tidak menimbulkan efek negatif. Jika terdapat
ketakutan terkait efek negatif dari kratom karena kandungan mitrakinin. Untuk
mendapatkan ekstrak mitrakinin harus melalui proses laboratorium yang panjang
dan membutuhkan keahlian dan biaya yang tidak sedikit. Sehingga menurut Ketua
Asosiasi Petani Kratom, masyarakat biasa tidak akan mampu untuk
menyalahgunakan Kratom.
4. Tidak ada peraturan baik dari UU narkoba atau peraturan lain yang melarang
penggunaan kratom, tetapi peraturan kepala BPPOM Nomor
04.4.24.421.09.2016.170 melarang penggunaan kratom pada jamu tradisional.
5. Harga daun kratom jika dijual dalam bentuk basah 5000/kg, tepung 60000/kg,
selain daunnya yang dapat dimanfaatkan batang dari pohon kratom dapat
digunakan untuk bahan baku furniture. Sehingga memberikan keuntungan
ekonomis tinggi.
6. Perlu adanya pengawasan siapa importir dari luar (harus terjamin bahwa mereka
tidak menyalahgunakan kratom yang mereka impor), oleh karena itu atase
perdagangan harus mampu berkoordinasi/mengawasi importir.
7. 168 orang petani tersebar di Kalbar dan luar Kalbar
Sementara itu, dari sisi Aparat Keamanan TNI di titik perbatasan mengemukakan
bahwa memang terdapat beberapa kerawanan terkait dengan terjadinya kejahatan
narkoba. Hal ini tidak lepas dari kondisi medan secara fisik yang memberi tantangan dan
tingkat kesulitan tersendiri. Luas wilayah yang menjadi tanggung jawab Pengamanan
Perbatasan seluas 359 km dengan kekuatan personel sebanyak 350 orang yang dibagi
menjadi 30 pos yang tersebar di sepanjang wilayah dengan keadaan geografis yang sulit,
berupa hutan yang sulit ditembus, kemudian. Durasi patroli selama 1 minggu di
perbatasan. Dengan kondisi ini, menjadi tidak mengherankan jika daerah perbatasan
entikong dilirik untuk menjadi jalur peredaran. Hal ini masih diperparah dengan
keterbatasan sarana prasarana pendukung seperti cctv, lampu, metal detector, dll. Untuk
melakukan pemeriksanaan terhadap setiap pelintas batas yang ada pun tentu tidak
sesederhana yang dibayangkan. Pelintas batas ilegal sering ditemui saat patroli, biasanya
mereka membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari yang bisa dijual. TNI telah
sering melakukan patroli bersama dengan bea cukai. Temuan barang bukti narkoba oleh
TNI kemudian diserahkan ke BNN (ada SOP Penyerahan barang narkoba).
43
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
44
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
8. Masyarakat melihat fenomena kurir narkoba, pengedar, dan bandar lebih memilih
apriori atau cuek. Karena masyarakat berpendapat bahwa jika mereka aktif
melaporkan maka mereka menganggap akan mengalami kerepotan dalam
kehidupan mereka.
45
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Trend kenaikan pengungkapan kasus narkotika di tahun 2018 dijelaskan oleh pihak
Bea Cukai banyak dipengaruhi oleh efektivitas pemeriksaan di Bandara. Sementara itu,
kondisi di pelabuhan masih seperti semula. Efektivitas yang dimaksud lebih banyak
dipengaruhi oleh pemahaman petugas pemeriksaan dan kesadarannya tentang
penyelundupan Narkoba dengan berbagai modus operandi. Melalui berbagai
pembekalan kepada petugas membuka mindsetnya bahwa pemeriksanaan penumpang
pesawat tidak hanya terkait dengan barang bawaan berupa benda yang membahayakan
penerbangan yang dideteksi melalui alat metal detector sehingga pada waktu lalu belum
berorientasi pada Narkoba. Hasil pencegahan masuknya narkotika tersebut melalui
beberapa kegiatan berupa analisa intelijen, analisa image X-Ray, passenger profiling, K-9
Passenger, cargo and ship search, patroli laut, dan kerjasama antar instansi pemerintah
terkait.
Pengungkapan penumpang yang membawa Narkoba di Bandara di Batam
sebetulnya bukan barang masuk tetapi rencana pengedaran ke daerah lain di Indonesia,
seperti Jakarta, Jawa, dan Bali. Hal ini karena Bandara Batam bukan bandara
internasional sehingga tidak banyak pesawat LN yang masuk, terkecuali yang berfungsi
charteran. Dengan demikian, sulit untuk dikatakan bahwa Narkoba masuk melalui
penerbangan tetapi justru pengiriman ke daerah lain. Hasil pengungkapan tersebut
dilakukan secara efektif karena memaksimalkan kapasitas sumberdaya yang dimiliki,
terutama penggunaan K-9 atau anjing pelacak. Selain itu, hasil pengungkapan juga
disebabkan oleh efektivitas sinergi antar beberapa pihak. Penangkapan kasus narkoba
tersebut hasil kerja sama antar pihak terkait melalui operasi bersama, seperti BNN, AL
dan Kepolisian.
Keberadaan Narkoba di Kepulauan Riau bukan di produksi di daerahnya karena
sejauh ini belum ditemukan perusahaan yang memproduksinya. Sangat mungkin
Narkoba beredar di Batam berasal dari daerah atau negara lain melalui pelabuhan-
pelabuhan yang ada di daerah ini karena pintu masuknya cukup banyak. Sulit mendeteksi
kapal-kapal nelayan yang membawa ikan apakah tidak termasuk membawa Narkoba.
Inilah kondisi yang ada di Batam maupun keseluruhan di Kepulauan Riau.
Kemungkinannya masuk dari luar yang tidak bisa dideteksi. Sementara itu, peredaran
keluar cukup bisa dideteksi. Hasil penangkapan Narkoba yang cukup besar di tahun 2017
sebetulnya bukan menuju Batam tetapi karena hasil koordinasi dari berbagai pihak
keberadaan kapal yang membawa narkoba dapat ditangkap.
Peta kerawanan untuk masuknya narkoba di Kepulauan Riau dan Batam sangat
rawan karena semua wilayah berbatasan dengan negara lain, Singapura dan Malaysia.
Banyak pelabuhan di luar pelabuhan resmi, yang disebut dengan pelabuhan tikus.
Hampir semua wilayah di Batam adalah terbuka dan berbatasan laut. Ini yang menjadi
jalur peredaran narkoba yang cukup rapi dalam peredarannya. Bahkan beberapa kali
sudah dilakukan pengintaian, tapi kondisi kapal yang dimiliki TNI tidak mampu mengejar
karena kalah kecepatannya. Oleh karena itu para stakeholders pemerintah harus
memiliki kapal yang memadai. Beberapa kali dilakukan pengejaran tetapi lolos juga
karena kecepatan kapal yang berbeda.
46
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Daerah ini hanya memiliki sekitar 200 pelabuhan resmi tetapi pelabuhan tidak
resmi atau pelabuhan tikus jumlahnya ribuan. Itulah kesulitannya menjaga kerawan
wilayah yang terbuka. Kondisi tersebut harus ditopang oleh informasi yang memadai
terkait dengan upaya penyelundupan narkoba sehingga penangkapan bisa dilakukan
secara efektif. Maka keberadaan data intelijen harus dimaksimalkan. Sejauh ini
penangkapan yang dilakukan oleh Bakamla adalah kebetulan saja karena tidak didukung
oleh sumber informasi sebelumnya secara akurat. Jika ada sumber data yang lengkap
maka akan memudahkan dalam penangkapan. Sebagai contoh untuk menangkap
kontainer saja dibutuhkan waktu berbulan-bulan karena tidak ada sumber informasi
yang memadai. Mekanisme pemberian infromasi tidak melalui institusi tapi langsung ke
personal pimpinan untuk mengurangi tingkat kebocoran informasinya.
Mekanisme pemeriksaan penumpang dan crew di bandara telah dilakukan
melalui prosedur yang telah ditetapkan. Pemeriksaan dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu: Analisa intelijen, analisas Image X-Ray, Passenger Profiling, K-9
Passenger, Cargo and Ship Search, Patroli Laut, dan Kerjasama instansi terkait.
Mekanisme yang digunakan tersebut dinilai oleh aparat bea cukai sebagai mekanisme
yang efektif untuk mendeteksi keberdaan penumpang yang ada di bandara maupun di
pelabuhan yang membawa Narkoba. Kemampuan yang dimiliki sudah mendukungnya.
Selain itu, kerjasama dan sinergi antar instansi terkait juga dilakukan terutama untuk
melakukan patroli laut. Patroli laut terus dilakukan oleh pihak terkait, terutama
dilakukan dalam rangka pengamanan barang masuk dari LN, termasuk narkoba.
Kemampuan alat deteksi kapal yang memasuki wilayah laut Indonesia belum mampu
mendeteksi secara khusus apakah membawa Narkoba atau tidak. Kecuali tidak sengaja
dalam patroli ditemukan dalam pemeriksaannya ada Narkoba. Sejauh ini informasi dari
instansi terkait dan pihak LN yang menjadi dasar pemeriksaan secara khusus bagi kapal
yang membawa narkoba. Pihak bea Cukai punya alat yang dinamakan CSS (Coastal
Surveilant Sistem) yang digunakan untuk mendeteksi pergerakan kapal. Di samping itu
semua unit militer punya alat AIS (Automatic Information System) tetapi kendalanya
adalah ketika sebuah kapal dari LN masuk ke Indonesia AISnya dimatikan yang ada di
kapal tersebut. Sebagai contoh ketika kapal tersebt berada di perairan malaysia maupun
singapura terdeteksi, tetapi begitu masuk ke Indonesia dimatikan. Inilah yang menjadi
kendala untuk mengetahui ke mana pergerakan kapal tersebut, meskipun di dalam radar
juga terlihat tanda-tandanya. Titik-titik sebagai tanda dalam radar belum bisa menjadi
alat bukti karena tidak pasti apakah kapal nelayan atau kapal negara asing.
Intensitas patroli gabungan yang dilakukan oleh beberapa instansi terkait
dilakukan secara berkala antara bea cukai, TNI, dan Polair. Disamping itu, patroli juga
dilakukan oleh masing-masing instansi yang ada. Dalam rangka pencegahan di wilayah
pesisir juga mengandalkan keberadaan Babinsa di tingkat desa yang dapat mencakup
wilayah-wilayah rawan atau pelabuhan-pelabuhan informal. Meskipun tidak dilakukan
secara bersama-sama, hasil patroli yang dilakukan oleh instansi yang bersangkutan
infromasinya diberikan kepada pihak aparat yang lain. Forum berbagi informasi itulah
yang dilakukan selama ini walaupun dilakukan masing-masing. Bea Cukai sendiri secara
rutin melakukan patroli dengan menggunakan jenis kapal yang berbeda-beda sesuai
ukuran kapal yang digunakan dengan tingkat jelajah yang ditempuhnya.
47
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Secara umum, alat dan infrastuktur yang dimiliki oleh Bea Cukai belum lengkap
sehingga harus bekerjasama dengan pihak rumah sakit, termasuk rumah sakit swasta.
Ketidaklengkapan prasana yang dimiliki tidak sedikit menyebabkan complaint dari
penumpang karena tidak cukup selesai dilakukan pemeriksanaan di bandara. Meskipun
sudah ada juga peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui diklat atau
pembekalan lainnya tetapi karena ada keterbatasan prasarana menjadikan tidak efektif
pemeriksaannya. Selain itu, sejauh ini mindset dari petugas belum terbentuk untuk fokus
ke pencegahan narkoba. Petugas pengecekan penumpang masih terfokus pada barang
atau benda yang membahayakan penerbangan. Workshop juga sudah dilakukan dalam
rangka peningkatan pemahaman dan fokus ke peredaran narkoba melalui bandara.
Petugas di bandara juga sudah diberitahu jika warna warna tertentu yang
mengindikasikan ada narkoba harus dicurigai. Secara formal koordinasi juga sudah
dilakukan antar kepala instansi negara. Akan lebih baik lagi jika koordinasi diatur secara
sistematis yang dikoordinasikan oleh pihak BNN pusat, provinsi maupun
Kabupaten/kota.
Peran lembaga di luar pemerintah di daerah perbatasan: Ada bagian dari bea cukai
yang menangani bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat. Program tersebut tidak
hanya dalam rangka pencegahan narkoba, juga bidang fiscal, maka dimaksimalkan
penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat seperti program Goes to School.,
mengundang tokoh, media dan lain-lain meskipun tdak harus dalam bentuk penyuluhan
narkoba.
Mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh Bakamla meliputi seluruh aspek,
tidak hanya masalah narkoba. Pihak Bakamla akan dengan mudah melakukan
penangkapan jika mendapatkan informasi secara akurat yang sejauh ini belum ada.
Keterlibatan masyarakat dalam memberikan informasi tentang penyelundupan narkoba
belum ada sejauh ini. BNN dapat menjadi leading sector dengan mekanisme yang diatur
sedemikian rupa. Namun yang lebih penting adalah BNN memiliki anggaran yang
memadai untuk menanggung seluruh kebutuhan. Jika sudah informasi tentang peredaran
narkoba yang bersifat A1 maka BNN bisa mengerahkan sumber daya yang dimiliki untuk
melakukan penangkapan. Ini membutuhkan komitmen dan koordinasi antar pimpinan
lembaga. Peran BNN bisa dalam 2 level, secara aktif memberikan informasi A1 dan
terlibat dalam penangkapan atau hanya ikut dalam operasi.
48
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
49
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
50
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
51
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
52
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
ARAH KEBIJAKAN 1. pembangunan Kantor PLBN di 1. Peningkatan intensitas patroli Mainstreaming kebijakan P4GN
perbatasan yang belum terdapat keamanan gabungan di wilayah
kantor PLBN, kemudian adanya perairan
sinergi antar lembaga yang 2. Optimalisasi peran Badan
terkait dengan perbatasan Otoritas dalam P4GN
2. perjanjian bilateral antara 3. Mapping pelabuhan dengan
Indonesia dengan Malaysiauntuk menempatkan patroli, untuk
perluasan cakupan area pencegahan penyelundupan.
perjanjian 4. Mapping jalur, pelabuhan rakyat,
komoditi.
STRATEGI Sinergi dan Integrasi inklusif P4GN Sinergi dan Integrasi inklusif P4GN 1. Sinergi dan Integrasi inklusif 1. Sinergi dan Integrasi inklusif P4GN
ke dalam program lintas sektor ke dalam program lintas sektor P4GN ke dalam program lintas ke dalam program lintas sektor
pembangunan daerah pembangunan daerah sektor pembangunan daerah pembangunan daerah
2. Pengaturan sarana laut 2. membuat awig-awig; sebuah
dimungkinkan untuk mengatur peraturan dan/atau hukum adat
batas kecepatan maksimum kapal yang berlaku pada Banjar tertentu
yang berlayar di perairan batam di masi-masing Banjar (Desa)
53
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
54
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
BAB IV
CAPAIAN KINERJA DAN ISU STRATEGIS
55
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
56
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Jika dibandingkan capaian tahun 2016 (31 jaringan) dengan capaian tahun 2017
(33 jaringan) terjadi peningkatan capaian. Peningkatan capaian ini merupakan prestasi
yang perlu diapresiasi mengingat permasalahan pengungkapan jaringan merupakan
pekerjaan yang penuh resiko dan tantangan. Meskipun hal tersbut tidak mengindikasikan
bahwa ancaman sindikat peredaran narkoba menuru. Dari rangkaian kinerja
pemberantasan yang dilakukan, apabila dihubungkan dengan data gabungan sitaan
barang bukti dan aset, menunjukkan hasil sebagai berikut :
57
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Meski telah menghasilkan banyak capaian, dalam periode lima tahun ke depan,
tantangan kapasitas kelembagaan BNN dalam upaya pemulihan atau rehabilitasi tidak
menjadi lebih ringan. Hal ini dikarenakan kapasitas tersebut masih sangat jauh apabila
dibandingkan kebutuhan jangkauan dari mereka yang seharusnya menjadi prioritas
rehabilitasi di mana kapasitas rehabilitasi di Indonesia masih di bawah 5 %, sebagaimana
gambar berikut ini :
58
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
terakhir menjadi bukti bahwa Indonesia sedang berada dalam kondisi darurat narkoba.
Indonesia menjadi wilayah tujuan penyelundupan jaringan narkoba internasional
disebabkan karena permintaan konsumsi narkoba di negeri ini sangat tinggi. Data yang
dirilis BNN (2017) menyatakan bahwa keberhasilan aparat penegak hukum mengungkap
penyelundupan narkoba sejauh ini baru sekitar 10%. Karena itu, realitas
penyalahgunaan narkoba yang terjadi di Indonesia sebenarnya jauh lebih besar dari fakta
yang terungkap selama ini.
Indonesia menjadi target bagi para pengedar narkoba juga karena di Indonesia
para pengedar narkoba bisa menjual barang haram tersebut dengan mudah sebab masih
kurangnya pengawasan. Penyalahgunaan narkoba serta peredarannya yang telah
mencapai seluruh penjuru daerah dan tidak lagi mengenal strata sosial masyarakat.
Penyalahgunaan narkoba saat ini tidak hanya menjangkiti kalangan tertentu saja akan
tetapi telah menyebar di semua lapisan masyarakat bahkan sampai pada kalangan
berpendidikan. Faktor lemahnya pengawasan pemerintah terhadap peredaran narkoba
membuat pengedar narkoba semakin mudah untuk menjalankan transaksinya
Peredaran narkoba yang dilakukan dengan berbagai modus telah merambah
seluruh Indonesia. Dapat dikatakan terjadi perubahan modus dari para sindikat, dimana
khusus jenis psikotropika tidak lagi diimpor namun pengedarnya lebih memilih
membuat pabrik untuk memproduksi sendiri di nusantara. Pengadaan bahan baku,
peracikan, hingga perekrutan orang terkait pembagian tugas dalam memproduksi
narkoba benar-benar direncanakan dengan baik. Hal ini dapat dikatakan ketika melihat
tren kasus pabrik-pabrik narkotik yang terus bermunculan.
Disamping itu, tindak pidana narkotika telah bersifat transnasional yang
dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang beragam, teknologi yang canggih,
dana yang sangat besar, serta didukung oleh jaringan organisasi yang terorganisir
dengan sangat rapi. Indonesia yang pada mulanya hanya sebagai negara transit
perdagangan narkoba, kini sudah dijadikan daerah tujuan operasi oleh jaringan narkoba
internasional. Kondisi ini sudah banyak menimbulkan korban terutama di kalangan
generasi muda yang sangat merugikan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Sebagian besar pel;aku penyalahgunaan berada pada kelompok coba pakai terutama
pada kelompok pekerja. Alasan penggunaan narkoba karena pekerjaan yang berat,
kemampuan sosial ekonomi, dan tekanan lingkungan teman kerja merupakan faktor
pencetus terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kelompok pekerja. Narkoba
mempunyai dampak negatif yang sangat luas, baik secara fisik, psikis, ekonomi, sosial,
budaya, hankam, dan lain sebagainya. Bila penyalahgunaan narkoba tidak diantisipasi
dengan baik, maka akan rusak bangsa dan negara ini. Oleh karena itu, diperlukan kerja
sama yang baik dari seluruh komponen bangsa untuk penanggulangan penyalahgunaan
narkoba
Dalam konteks pemberantasan penyalahgunaan narkoba, kinerja dua aktor utama
yakni BNN dan Polri dalam memberantas peredaran Narkoba di Indonesia sebenarnya
tidak terlalu jelek. Terbukti dalam beberapa tahun terakhir pengungkapan yang
dilakukan oleh dua Lembaga Negara ini menunjukan prestasi yang luar biasa. Polri
sendiri berhasil menggagalkan pengiriman 1 (satu) ton sabu-sabu yang dilakukan oleh 5
(lima) orang warga negara asing dari Taiwan dengan modus mengangkut barang haram
tersebut menggunakan Kapal Wisata Berlabel Wanderlust di Anyer, Banten. Sementara
BNN juga berhasil mengungkap penyelundupan Narkoba jaringan internasional yang
melibatkan 4 (empat) orang Warga Negara Hongkong dan 1 (satu) orang Warga Negara
Malaysia, dimana dari kelima warga negara asing ini BNN berhasil menyita 840 kg sabu-
sabu asal Guangzhou, Tiongkok. Disamping itu, masih banyak lagi tangkapan-tangkapan
59
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
dengan eskalasi yang lebih kecil. Namun, sebagaimana disitir di atas, volume tangkapan
tersebut masih berkisar hanya sekitar 10% dari angka riil peredaran narkoba di teritorial
nusantara. Minimnya peredaran narkoba yang bisa ditangkap dan atau diungkap
tersebut sebagian besar adalah dikarenakan terbatasnya SDM serta minimnya sarana
prasarana yang dimiliki oleh BNN.
60
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Kondisi di atas diperparah oleh rendahnya daya dukung eksternal dari masyarakat dan
Pemerintah Daerah, yang antara lain:
a. Lemahnya perlindungan hukum bagi pelapor yang melaporkan adanya tindak
pidana yang terkait dengan narkoba
b. Daya tarik nilai ekonomi narkoba yang tinggi sehingga menarik masyarakat untuk
terus memperdagangkan narkoba walaupun resiko hukumnya sangat tinggi
c. Kurang dimanfaatkannya nilai dan budaya masyarakat lokal untuk mencegah dan
memberantas peredaran narkoba
d. Sikap dan perilaku tertutup dari masyarakat yang cenderung menutupi adanya
penyalahgunaan narkoba yang ada di masyarakat sekitar dan atau keluarganya
karena adanya perasaan malu dan takut
e. Minimnya dukungan dari Pemerintah Daerah dalam bentuk program dan alokasi
anggaran untuk pencegahan dan pemberantasan peredaran gelap narkoba
UU No. 35/2009 memberikan porsi besar bagi BNN. Salah satu kewenangan BNN
adalah mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran nakotika dan
prusukor narkotika. Selain itu BNN dapat memberdayakan masyarakat dengan cara
memantau, mengarahkan dan meningkatkan kapasitas mereka untuk melakukan
pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika dengan cara memberdayakan anggota
masyarakat. Dalam hal melakukan pemberantasan narkotika, BNN diberi kewenangan
untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap penyalahgunaan, peredaran
narkotika, dan prekusor narkotika beserta dengan kewenangan yang dimilki penyelidik
dan penyidik seperti penangkapan selama 3 x 24 jam dan dapat diperpanjang 3×24 jam
ditambah penyadapan.
61
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BNN terkendala oleh biaya operasional
penyelidikan yang besar dan sampai saat ini belum tercukupi. Alokasi dana yang minim
itu termasuk yang dialokasikan dalam pelaksanaan penanggulangan terutama dalam
kegiatan penyuluhan, sosialisasi dan upaya-upaya lainnya yang mendukung
terlaksananya upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Di samping itu, BNN
juga menghadapi kurangnya sarana prasarana seperti kurang memadainya fasilitas
laboratorium, alat tes urine, dan sarana penunjang lainnya. Dalam hal keterbatasan
sarana prasarana ini, BNN juga terkendala oleh persenjataan dan alat pemantau yang
kurang dan kalah dengan yang dimiliki oleh jaringan pengedar narkoba.
Di luar masalah keterbatasan anggaran dan sarana prasarana, BNN juga menghadapi
kurangnya personil di lapangan. Saat ini, jumlah personil BNN hanya mencapai 4.600-an
orang. Padahal jumlah ideal personil BNN yang harus dimiliki negara seluas Indonesia
harusnya mencapai 74.000 orang. Belum lagi BNN juga dihadapkan pada keterlibatan
oknum aparat penegak hukum yang dilapangan justru menghambat pemberantasan
peredaran narkoba.
Dalam perspektif lain, kendala BNN dalam menaggulangi penyalahgunaan narkotika
adalah kurangnya peran serta masyarakat. Sebagian besar masyarakat kurang
memahami tugas dari BNN. Di mata warga, pengguna narkoba masih dianggap tabu oleh
masyarat, kerena masyarakat merasa malu keluarganya tersangkut paut dengan narkoba
sehingga mereka cenderung menyembunyikan fenomena itu. Akibatnya, pengguna
narkoba tersebut seringkali tidak tersentuh oleh program rehabilitasi, baik yang
disediakan oleh BNN maupun instansi lain. Realitas ini terjadi karena kurangnya
penyuluhan, sosialisasi, dan kurangnya lembaga yang melayani pemulihan atau
rehabilitasi pecandu narkoba.
Secara substansi, UU Narkotika cenderung mengkriminalisasi penggunaan narkoba,
meski dalam jumlah kecil. Selain itu, BNN juga tak memiliki wewenang merehabilitasi
pecandu, sehingga kewenangan rehabilitasi harus disematkan via Peraturan Presiden. Ke
depan, akan lebih baik jika dilakukan revisi konsruktif terhadap UU tersebut sehingga
diharapkan dapat membuat aspek penegakan hukum narkotika lebih kreatif serta tidak
hanya represif. Selain itu juga perlu dipikirkan agar payung hukum pemberantasan
narkotika mampu memberantas korupsi yang melingkari peredaran narkoba di
Indonesia. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa tiap bisnis gelap tak pernah berdiri
sendiri tanpa kekuasaan yang melindunginya. Oleh sebab itu, diharapkan agar BNN dapat
bekerjasama dengan KPK untuk mengungkap oknum korup di lembaga penegak hukum
yang sering terlibat dalam pemberantasan narkotika, seperti BNN, Polri, Kejaksaan
Agung, Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM, TNI dan Bea Cukai.
62
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Keberadaan BNN di Indonesia yang hingga saat ini belum genap berusia dua dasa
warsa menyimpan banyak permasalahan internal yang antara lain:
1. Struktur organisasi yang belum efektif dan efisien
2. Pelayanan publik belum terintegrasi dan terpadu
3. Manajemen SDM belum berbasis kompetensi dan pengembangan pola karir
4. Sistem reward and punishment dalam pengukuran kinerja belum berjalan
dengan baik
5. Budaya organisasi BNN yang belum terbentuk
6. Pengembangan SOP belum berdasarkan proses bisnis organisasi
7. Pengawasan internal belum menerapkan SPIP dan APIP sebagai Quality
assurance
8. Menajamen kinereja belum terintegrasi secara holistic
9. Bangunan dan sarana prasarana penunjang yang dimiliki BNN belum ideal
63
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
institusi pemerintah ketimbang lembaga swasta dan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
adanya identitas dan sifat monopolistik pelayanan publik oleh negara yang secara
simultan diakibatkan oleh identity of public servant yang melekat pada hegemoni rezim
Negara. Selain itu, juga diakibatkan oleh belum berjalannya secara baik implementasi
penetapan Mekanisme Standar Pelayanan serta belum maksimalnya integrasi antara
Standar Pelayanan Minimal dengan ekspektasi masyarakat sebagai penerima dan
penikmat layanan publik.
64
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
perbedaan tanggung jawab beban kerja dan resiko pada setiap unit berbeda-beda. Oleh
sebab itu berbeda-beda pula tinggi rendahnya imbalan yang seharusnya diterima
pegawai di setiap unit.
Pelaksanaan reward dan punishment di lingkungan BNN belum banyak
berdampak pada karier pegawai serta tidak banyak memotivasi pegawai untuk lebih
produktif di dalam bekerja. Pemberian reward yang diberikan kepada pegawai
berprestasi selama ini hanya berupa plakat, sertifikat atau piagam. Pada sisi lain,
pelaksanaan punishment belum dapat secara maksimal membuat pegawai jera dan tidak
melakukan pelanggaran lagi, karena terbukti masih banyak pelanggaran yang dilakukan
oleh oknum pegawai BNN yang terlibat baik secara langsung maupun tidak dalam praktik
haram penyalahgunaan narkoba.
BNN secara simultan juga masih menghadapi kendala dalam hal budaya
organisasi. Menurut Robins (1999) budaya organisasi adalah sistem nilai bersama dalam
suatu organisasi yang menentukan tingkat bagaimana para karyawan melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan Peter F. Drucker menyatakan
bahwa budaya organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah ekternal dan
internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang
kemudian mewariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk
memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait sepeti di
atas.
Secara konseptual, karakeristik umum budaya organisasi meliputi (1) Inovasi dan
keberanian mengambil risiko, yakni sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap
inovatif dan berani mengambil risiko; (2) Perhatian pada hal-hal rinci, yaitu sejauh mana
karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail;
(3) Orientasi hasil, sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada
teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut; (4) Orientasi orang,
sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil
tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi; (5) Orientasi tim, sejauh mana
kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu; (6)
Keagresifan, sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai; dan
(7) Stabilitas, yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
Karakteristik umum budaya kerja sebagaimana terurai di atas belum sepenuhnya
terimplementasi di BNN. Salah satu kendalanya adalah silo thinking dan ego sektoral
masing-masing unit, yang membuat proses bisnis dalam institusi BNN tidak berjalan
secara ideal. Sebenarnya masing-masing unit dalam BNN sudah mempunyai SOP, namun
di praktiknya seringkali eksekusi pekerjaan dijalankan tidak sesuai dengan yang tertuang
dalam SOP. Hasilnya, kerap kali terjadi inkonsistensi antara pekerjaan di lapangan
dengan SOP yang dimiliki institusi BNN.
Permasalaha lain yang ada pada internal lembaga BNN adalah belum
terimplementasinya pengendalian intern sesuai standar SPIP (Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah). Pengendalian intern pada BNN sebagai lembaga pemerintah
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
65
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). SPI meliputi lima unsur pengendalian, yaitu :
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan
komunikasi, serta pemantauan. SPI dinyatakan efektif apabila mampu memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan entitas,
keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara, dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lingkungan pengendalian yang diciptakan
BNN seharusnya menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk menerapkan SPI yang
didesain untuk dapat mengenali apakah SPI telah memadai dan mampu mendeteksi
adanya kelemahan pada institusi BNN.
Selain sederet permasalahan internal yang dihadapi oleh BNN sebagaimana
terurai di atas, sangat kurangnya sarana dan prasarana juga menjadi kendala yang
dihadapi BNN. Problem ini meliputi keterbatasan yang dimiliki seperti belum adanya
pusat rehabilitasi yang representatif, minimnya tempat tahanan, kurangnya
persenjataan, termasuk keterbatasan personil yang mengoperasikan sarana prasarana
tersebut. Bahkan sejauh ini BNN belum memiliki gedung sendiri. Selama ini BNN
meminjam gedung milik Polri. Hal yang sama juga terjadi pada BNN tingkat provinsi
(BNNP) dan Kabupaten/Kota (BNNK). Kebanyakan mereka masih meminjam gedung
lembaga lain.
66
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
BAB V
PARADIGMA DAN KERANGKA KERJA LOGIS (LOGICAL FRAMEWORK) RENCANA
STRATEGIS BNN 2020-2024
Bab ini akan menguraikan kerangka intervensi strategis yang akan dilakukan BNN dalam
rangka pemecahan masalah dan sekaligus upaya strategis kelembagaan dalam
pencapaian tujuan yang menjadi bagian integral tujuan pembangunan nasional pada
periode 2020-2024. Intervensi strategis dimaksud merupakan sebuah kerangka kerja yang
bersifat logis, memiliki logika keterkaitan yang jelas, terstruktur, dan terukur yang
didasarkan pada dinamika kerangka berpikir atas perubahan dan tantangan lingkungan
di masa mendatang. Perubahan dan tantangan lingkungan dimaksud menjadi dasar
terjadinya reorientasi atau “ a paradigm shift” tindak intervensi BNN. Oleh karena itu,
uraian kerangkakerja logis Rencana Strategis BNN 2020-2024 akan didahului dengan
eksplanasi tuntutan perubahan paradigma dalam penanganan narkoba
67
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Disebutkan bahwa isu strategis dalam bidang Hankam yang dihadapi Indonesia,
salah satunya adalah adanya “ancaman dari aktor non negara, yakni narkoba”. Arah
kebijakan yang dikembangkan atas isu tersebut adalah fokus diarahkan pada “penguatan
kapasitas mengantisipasi ancaman narkoba.” Secara redaksional maupun substansi kata
“kapasitas mengantisipasi” menjadi core value sekaligus result orientation yang harus
diterjemahkan oleh BNN untuk menyelesaikan isu strategis nasional besarnya “ancaman”
narkoba. Hal ini berarti orientasi utama lebih diarahkan pada upaya dengan dimensi
pencegahan sebagai bagian dari kapasitas mengantisipasi. Sudah barang tentu, bukan
berarti upaya atau tindak pemberantasan menjadi tidak penting. Namun demikian, hal
yang ditekankan adalah bahwa tindak pemberantasan juga harus memberi kontribusi
dan dijalankan untuk memperkuat kapasitas pencegahan.
Berkaitan dengan hal tersebut, keberadaan BNN diberi mandat dan kewenangan
untuk menjadi leading sector pada tema atau isu Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba dengan indikator capaian kinerja berupa
angka prevalansi. Ranah tanggung jawab ini bersifat lintas sektor atau instansional dan
menjadi dasar penjabaran tindakan strategis kelembagaan dalam bentuk Rencana
Strategis 2020-2024. Namun demikian, core bussiness value dari BNN tetap pada
pencegahan dan pemberantasan
68
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
69
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
70
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
terdapat dua (2) core activity yang bersifat makro yakni (1) pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan; dan (2) pencegahan dan pemberantasan peredaran
gelap narkoba.
Perubahan paradigma penanganan kejahatan narkoba ini mendapatkan justifikasi
yang beralasan dengan memahami pemetaan secara tepat atas proses bisnis terjadinya
kejahatan narkoba. Proses ini bisa dipetakan atas tiga ranah atau fase kejahatan narkoba,
yakni (1) narcotics criminal pre-operation in Indonesia; (2) narcotics criminal operation
in Indonesia; dan (3) narcotics post operation in Indonesia. Ranah atau fase pertama dan
ranah ke-dua bisa bersifat sequential, namun ranah kedua sangat mungkin terjadi tanpa
harus didahului ranah pertama, apabila produksi narkoba dengan prekursor yang ada
dilakukan di dalam negeri. Sedangkan ranah ke-tiga merupakan rentetan sekuensial baik
dari fase pertama maupun fase ke-dua. Dengan kata lain, paradigma penanganan narkoba
dengan pendekatan proses bisnis yang berbasis hasil harus tetap mengakomodir adanya
kemungkinan berjalan secara sequential, tetapi mungkin berjalan tanpa relasi berurutan.
Pada titik ini, dengan paradigma yang baru, tindak pencegahan dan tindak
pemberantasan tidak dipisah melainkan dipahami sebagai satu kesatuan intervensi yang
kemudian disesuaikan dengan jenis kejahatan yang menjadi sasaran outcomenya, yakni
berkurangnya atau menurunnya penyalahgunaan dan peredaran sebagai tindak
kejahatan narkoba. Tindakan intervensi tidak lagi dipisah, melainkan diintegrasikan
sebagai holisme tindakan sesuai dengan karakteristik substansi proses bisnis
kejahatannya sehingga outcome yang dikehendaki dapat terwujud. Tindakan intervensi
Penanganan narkoba yang berupa tindak pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan disatukan atau direlasikan secara sistemiik.
71
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
terwujud. Tindakan intervensi Penanganan narkoba yang berupa tindak pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan disatukan atau direlasikan secara sistemiik antar unit
yang membidanginya.
72
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Intervensi strategis, dalam hal ini, juga didefinisikan sebagai sebuah kerangka kerja
yang bersifat logis, memiliki logika keterkaitan yang jelas, terstruktur, dan terukur yang
didasarkan pada dinamika kerangka berpikir atas perubahan dan tantangan lingkungan
di masa mendatang. Berkaitan dengan hal tersebut, kerangka kerja logis yang disusun
untuk periode 5 tahun ke depan, yakni tahun 2020-2024 harus menstrukturkan
perubahan paradigma penanganan narkoba untuk kemudian dikonversi menjadi
komponen-komponen penting rencana strategis, baik itu tujuan, sasaran, berikut
indikator-indikaator kinerja strategis, program, dan kegiatan-kegiatan.
73
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Pada kerangka kerja logis periode 2015-2019, kelembagaan BNN memiliki empat (4)
tujuan, tujuh (7) sasaran strategis, dengan total dua belas (12) indikator kinerja sasaran.
Pada level tujuan tidak melekat indikator capaian kinerja sehingga diasumsikan
pengukuran ketercapaian tujuan adalah sama dengan capaian sasaran.
Berdasarkan kajian naskah akademis ini, kritik terhadap kerangka kerja existing adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan tidak memiliki indikator capaian kinerja sehingga tidak dapat diukur
2. relasi antara tujuan dan sasaran tidak secara eksplisit memiliki kerangka kerja
yang terstruktur
3. penanganan dengan basisi pencegahan dan pemberantasan
4. terdapat indikator yang tidak sesuai leveling
5. terdapat indikator yang substansi tidak merepresentasikan hasil dari aktivitas
utamanya
Kondisi-kondisi sebagaimana menjadi catatan koreksi terhadap kerangka kerja logis
existing inilah yang kemudian menjadi fokus untuk dilakukan perubahan dan perbaikan
menunju kerangka kerja logis rencana strategis BNN yang lebih terstruktur, terintegrasi
dan terukur. Kerangka kerja logis dengan mendasarkan keterpaduan dan keterukuran
impact (atau dapat disebut sebagai ultimate outcome) pada level tujuan, intermediate
outcome pada level sasaran, dan outcome pada level program kedeputian (eselon 1).
Secara detail kerangka kerja logis yang diusulkan menjadi konstruksi ke depan (periode
2020-2024) dapat digambarkan sebagai berikut :
74
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
75
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
wilayah perbatasan laut dan lintas darat, komunitas ojeg online, TKI, dll). Sedangkan
upaya Rehabilitasi berfokus pada upaya pemulihan dan pencegahan kekambuhan para
penyalahguna narkoba.
Tindak Pemberantasan berfokus pada upaya pencegahan narkoba tidak masuk ke
wilayah NKRI dan tidak beredar di tengah-tengah masyarakat serta penyitaan asset TPPU
melalui tindakan penyelidikan/intelijen, pengawasan jalur edar narkotika, penindakan
dan penyidikan. Dalam hal penguatan “sistem pencegahan”, fungsi penguatan hukum dan
kerjasama berfokus pada upaya pencegahan melalui penguatan sistem hukum dan
regulasi. Fungsi Kerjasama berfokus pada penguatan jalinan interaksi/kerjasama luar
negeri untuk kemudahan akses komunikasi dan pengembangan data intelijen.
76
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
77
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
78
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
BAB VI
TUJUAN, SASARAN, ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI BNN 2020-2024
Bab ini menguraikan penjelasan secara sistematis mengenai rencana strategis
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba oleh BNN
dalam kurun waktu lima (5) tahun ke depan periode 2020-2024. Tindakan intervensi dalam
perencanaan strategis yang telah dikonstruksikan sebagai sebuah kerangkakerja logis
pada dasarnya meliputi tujuan dan sasaran strategis kelembagaan BNN, arah kebijakan,
strategi, program dan kegiatan beserta indikator-indikator pencapaian kinerja yang
melekat. Pada bab ini akan disajikan uraian tujuan hingga strategi, sedangkan untuk
program dan kegiatan akan disampaikan pada Bab Berikutnya. Berdasarkan berbagai
rangkaian hasil yang diperoleh mulai dari telaah isu empirik di lapangan, telaah dokumen
capaian kinerja, telaah dokumen perencanaan pembangunan nasional (RPJMN) lima (5)
tahun ke depan, dan analisis lingkungan ke depan dihasilkan tujuan, sasaran, arah
kebijakan, dan strategi sebagai berikut :
79
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Tujuan tersebut dirumuskan dengan dasar pemikiran bahwa hasil kinerja yang
bersifat impact atas tindakan pencegahan dan pemberantasan dengan demikian
adalah meningkatnya perlindungan dan penyelamatan terhadap masyarakat atas
kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Hal terpenting adalah
bagaimana masyarakat tetap terhindar dan terlindungi dari bentuk kejahatan dan
pelanggaran hukum narkoba (impact) dalam bentuk perwujudan ketahanan
masyarakat. Kondisi ini juga didasari pertimbangan atas daya rusak dari kejahatan
narkoba.
Tujuan ke-2
“Peningkatkan kualitas pelayanan publik melalui efektivitas tata kelola
kelembagaan”
Sebagai salah satu institusi publik, BNN memiliki mandat utama untuk
menyelenggarakan pelayanan publik. Bidang layanan publik inilah yang sebenarnya
secara esensial menjadi penghubung antara kelembagaan BNN dengan policy
problems dan public problems yang dirasakan masyarakat dan menjadi kewajiban
untuk dipenuhi. Hasil akhir, impact atau dapat disebut juga sebagai ultimate outcome
kinerja BNN adalah kualitas pelayanan publik BNN yang terus mengalami
peningkatan. Kondisi ini dapat diwujudkan dengan serangkaian tindakan intervensi
untuk melakukan tata kelola kelembagaan. Dengan kerangka berpikir ini, maka
tujuan ke-dua kelembagaan BNN 2020-2024 adalah meningkatkan kualitas
pelayanan publik melalu efektivitas tata kelola kelembagaan.
80
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Sasaran ke-2
“Terselenggaranya tata kelola kelembagaan dan manajemen pelayanan”
Sebagai sebuah organisasi publik, BNN juga mendapat mandat untuk
menjalankan agenda reformasi birokrasi (existing) diarahkan pada terwujudnya
birokrasi yang bersih akuntabel, efektif dan efisien, dan pelayanan yang
berkualitas. Reformasi Birokrasi dimaksud baik dari sisi pengungkit (upaya) dan
hasil. Dinilai dari hal-hal atau upaya pengungkit yang dilakukan dan dinilai dari
nilai persepsional masyarakat terhadap reformasi yang dilakukan. Namun
demikian diakui masih adanya persoalan dari hasil pengukuran ini bahwa
seringkali sesuatu yang mendapat penilaian baik atau sangat baik dari masyarakat
belum tentu sepenuhnya melalui proses penilaian tata kelola dan akuntabilitas
yang baik.
Sasaran ke-2 ini didasari dengan peletakkan domain tata kelola kelembagaan
BNN sebagai outcome sekaligus pre requisites yang bersifat cross cutting. Domain
ini juga memberi pemahaman organisasi dan kelembagaan yang dipahami dengan
bingkai reformasi sebagai prasyarat yang harus distrukturisasi ke dalam setiap
domain aktivitas strategis BNN. Di dalamnya, mencakup persoalan-persoalan
empirik dan normatif terkait organisasi BNN mulai dari substansi tentang desain,
81
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
struktur, size of growth, teknologi. Hal lain yang dicakup dalam tata kelola
kelembagaan adalah menunjuk pada aspek lembaganya sendiri (organisasi)
maupun aspek proses pelembagaannya (institutionalization), mulai dari sumber
daya manusia, proses strategis manajemen, pembentukkan dan penataan
organisasi (baik fungsi maupun strukturnya), mekanisme koordinasi, kerangka
regulasi, dan persoalan doktrin nilai atau value. Keseluruhan cakupan ini
dipahami dalam kerangka reformasi dan tata kelola kelembagaan BNN di mana
hal tersebut berimplikasi pada penempatannya pada dua (2) posisi penting, yakni
sebagai obyek reformasi dan juga sebagai hasil (outcome) dari tindak intervensi
reformasi yang dilakukan.
Sasaran ini juga mencakup pembangunan pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi yang secara kontekstual dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia saat ini diistilahkan dengan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik (SPBE). Sistem ini mendorong terjadinya transformasi
pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan baik dalam tata kelola internal BNN
maupun dalam menciptakan relasi transformasi layanan publik berkualitas.
Perwujudan sistem pemerintahan berbasis elektronik dapat menjadi input yang
memandu arah, koridor dan rumusan kualifikasi terhadap kebutuhan
pengembangan kompetensi sumber daya ASN.
Hampir tidak mungkin membangun sistem administrasi dan kelembagaan
pemerintah dengan meninggalkan pembangunan aspek manusianya itu sendiri.
Dalam kaitan tersebut, adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa
pembangunan ASN di Indonesia lima (5) ke depan adalah tantangan besar dengan
mencermati fakta empiris yang ada dan juga tuntutan strategis masa depan dalam
konteks kompetisi dan daya saing global. Kompetensi dan profesionalisme ASN
adalah isu strategis sekaligus agenda besar yang harus diinterensi untuk
terciptanya kelembagaan BNN yang memiliki kemampuan adaptif dan berdaya
saing global dalam menjalankan agenda-agenda strategis penanganan narkoba.
6.1.3 Indikator Tujuan dan Sasaran BNN 2020-2024
Perumusan tujuan dan sasaran strategis kelembagaan BNN untuk periode 2020-
2024 sebagaimana diuraikan sebelumnya pada dasarnya adalah untuk memenuhi atau
merespon urgensi perubahan paradigma penanganan narkoba yang menggeser orientasi
kelembagaan untuk lebih berbasis pada kinerja outcome (performance or result based).
Di mana, konsekuensi logis lebih lanjut adalah menjadikan setiap aktivitas atau
intervensi strategis BNN selalu berorientasi pada kinerja yang terukur capaiannya.
Berkaitan dengan tuntutan tersebut, maka baik pada level tujuan maupun pada level
sasaran kelembagaan BNN dirumuskan indikator-indikator kinerja yang mengacu pada
prinsip dan kaidah Spesific, Measureable, Attainable/Achievable, Relevant, dan Time
Bound, and Continuously Improve (SMART-C). Berkaitan dengan hal tersebut, untuk
capaian kinerja tujuan diformulasikan dalam indikator berupa indeks yang diistilahkan
secara definitif sebagai Indeks Keterlindungan Masyarakat. Indeks ini
82
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
83
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
dan di LAPAS, pengawasan tahanan, barang bukti, dan aset, penelusuran dan
perampasan aset TPPU kejahatan narkoba
2. Peningkatan kapasitas pengawasan titik masuk jalur peredaran dan kapasitas
Kerjasama Pencegahan dan pemberantasan peredaran gelap narkoba, kerjsama
bilateral dan pertukaran informasi penyelundupan narkoba Pengawasan
jalur/pintu masuk (interdiksi), penggalian informasi intelejen di negara pemasok
3. Peningkatan pemberdayaan, partisipasi, dan kedayatanggapan masyarakat
melalui pemanfaatan nilai-nilai kearifan dan kelembagaan lokal dalam
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba
Arah kebijakan ini meliputi antara lain : pengembangan metode pendidikan anti
narkoba (dengan melihat basis jenjang usia, keragaman background kelompok
sasaran atau segmentasi kelompok sasaran), pengembangan sistem pencegahan
penyalahgunaan berbasis masyarakat, diseminasi informasi melalui media massa,
deteksi dini penyalahgunaan narkoba, penguatan kapasitas tim assestment
terpadu (TAT), Penindakan penyalahgunaan narkoba, penyediaan saluran
laporan tindakan penyalahgunaan, operasi rutin di LAPAS, pengembangan
informasi penyalahguna.
4. Penerapan rehabilitasi berkelanjutan
Arah kebijakan ini mencakup perlindungan dan penyelamatan melalui tindakan
pemulihan atau rehabilitasi yang dimaksudkan agar penyalahguna benar-benar
pulih dan meminimalisasi kemungkinan untuk menggunakan narkoba kembali.
Cakupannya antara lain meliputi : pengembangan kapasitas tenaga rehabilitasi,
pengembangan kualitas program layanan rehabilitasi, peningkatan kapasitas
fasilitas rehabilitasi.
Arah Kebijakan untuk Sasaran 2
Untuk pencapaian sasaran ke-2 BNN, arah kebijakan yang dirumuskan
adalah “Penataan dan Penguatan kelembagaan BNN (tata kelola) untuk
Pelayanan Publik”.
Arah kebijakan ini memiliki cakupan antara lain Peningkatan tata kelola dan
regulasi, peningkatan pemanfaatan ICT, Peningkatan kapasitas dan profesionalisme
SDM Aparatur Sipil Negara (ASN), peningkatan pengawasan dan akuntabilitas,
hingga yang paling makro yakni peningkatan pelayanan publik oleh kelembagaan
BNN
84
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
85
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
86
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
BAB VII
PROGRAM DAN KEGIATAN
87
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
88
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
89
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Program dan kegiatan yang diuraikan sebelumnya adalah program dan kegiatan
yang bersifat teknis-substantif dan menjadi core bidang kedeputian. Selanjutnya, untuk
program dan kegiatan yang bersifat manajerial atau manajemen kelembagaan BNN,
diinisiasi beberapa kegiatan yang secara garis besar mengarah pada peningkatan tata
kelola dan regulasi, peningkatan pemanfaatan ICT, Peningkatan kapasitas dan
profesionalisme SDM Aparatur Sipil Negara (ASN), peningkatan pengawasan dan
akuntabilitas, hingga yang paling makro yakni peningkatan pelayanan publik oleh
kelembagaan BNN.
90
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Indikator Program Indeks Peredaran Gelap Narkoba BNN tahun 2020-2024 terdiri
dari komposit antara Indeks Penanganan Dini Peredaran Gelap Narkotika, Indeks
Pengungkapan Kejahatan Narkotika, Indeks Penyitaan Aset Pelaku Kejahatan Narkotika,
dan Indeks Penyitaan Barang Bukti Narkotika. Indikator-indikator tersebut tersusun
secara terstruktur dan sistematis untuk menggambarkan skala parameter ketercapaian
kinerja BNN dalam penanganan peredaran gelap narkoba. Hal ini semakin
menyempurnakan kaidah perencanaan yang mengharuskan setiap aspek perencanaan
secara holistik harus dapat terukur dengan spesifik dan rasionalisasi yang kuat.
91
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
92
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
93
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
INDIKATOR INDIKATOR
TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN
TUJUAN SASARAN
94
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
INDIKATOR INDIKATOR
TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN
TUJUAN SASARAN
% penurunan
kasus Pengawasan mata rantai distribusi
penyelundupan psikotropika dan precursor narkotika.
Meningkatnya
efektivitas dan
kualitas upaya
Pencegahan
pencegahan
Peredaran
penyalahgunaan
dan peredaran
narkoba pengawasan jalur potensial
penyelundupan/peredaran gelap
narkoba
95
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
INDIKATOR INDIKATOR
TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN
TUJUAN SASARAN
Penyelenggaraan Pemberdayaan
Alternatif
penyelenggaraan kegiatan community
policing
Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat
pembangunan sistem lingkungan
RT/RW siaga peredaran gelap narkoba
Pemusnahan lahan produksi tanaman
terlarang
Penyelenggaraan Daerah Tanggap
Ancaman Narkoba (Kab/Kota)
Penyelenggaraan pendidikan anti
narkoba (tingkat anak, remaja, dewasa)
Ketahanan diri terhadap
penyalahgunaan Narkoba
Penyelenggaraan sistem P4GN di
lingkungan tempat tinggal, pendidikan,
dan kerja.
Penyelenggaraan penjangkauan
penyalahguna
Penyelenggaraan layanan wajib lapor
penyalahguna (voulentary)
Penyelenggaraan layanan rehabilitasi
berkelanjutan
Penguatan Lembaga Rehabilitasi
Instansi Pemerintah
Penguatan Lembaga Rehabilitasi
Komponen Masyarakat
Pascarehabilitasi Penyalah guna
dan/atau Pecandu Narkoba
% peningkatan Pelaksanaan Rehabilitasi Penyalahguna
penyalahguna dan / atau Pecandu Narkoba Berupa
yang layanan Online/ Berbasis Aplikasi
direhabilitasi Peningkatan kapasitas pengawasan
Pencegahan
(Pecandu) fasilitas rehabilitasi milik BNN
Penyalahgunaan
Peningkatan kompetensi tenaga
rehabilitasi
Pelaksanaan Rehabilitasi Penyalah
Guna dan/atau Pecandu Narkoba
penyelenggaraan deteksi dini
penyalahgunaan narkoba di lingkungan
sekolah dan tempat kerja
Penyusunan kurikulum dan
pengintegrasian pendidikan anti
narkoba di kurikulum SD-SMA
pengintegrasian pendidikan anti
narkoba pada pesantren
Penyelenggaraan Pemeriksaan Urine
Secara Berkala di Lingkungan Sekolah
dan Tempat Kerja
Meningkatkan Penyelenggaraan Diseminasi Informasi
daya tangkal P4GN
sebagai bentuk Meningkatnya Penyelenggaraan Advokasi
ketahanan kapasitas dan
Indeks
masyarakat daya dukung Indeks
Ketahanan
terhadap masyarakat Ketahanan diri Pembangunan sistem lingkungan
diri
ancaman tindak terhadap upaya RT/RW responsif penyalahgunaan
kejahatan dan pencegahan narkoba
pelanggaran
hukum narkoba
Meningkatkan Penyelenggaran Penelitian, Data, dan
efektivitas dan Terselenggaranya Informasi P4GN
Indeks
kualitas tata tata kelola
Pelayanan Pelayanan Peningkatan Kerjasama Riset
kelola kelembagaan
Publik/IPP) Pembinaan dan Pelayanan
kelembagaan dan manajemen
Laboratorium Uji Narkoba
96
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
INDIKATOR INDIKATOR
TUJUAN SASARAN PROGRAM KEGIATAN
TUJUAN SASARAN
97
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
BAB VIII
PENUTUP
Laporan ini disusun sebagai hasil Background study atau naskah akademik dalam
rangka persiapan penyusunan dokumen Rencana Strategis BNN selaku leading sector
upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba tahun 2020-2024. Posisi dokumen renstra tidak lain mengurai dan menjabarkan
pembangunan lima (5) tahunan yang memasuki tahapan akhir RPJPN 2005-2025. Secara
prosedural dan substantif Background Study ini memuat hasil dari studi empirik yang
dilakukan di beberapa lokus daerah yang dipertimbangkan memiliki relevansi dan
kerawanan atas permasalahan narkoba. Selain itu, dalam kajian ini juga dilakukan telaah
terhadap capaian kinerja BNN dari periode lima tahunan berjalan, telaah dokumen
perencanaan pembangunan RPJMN 2020-2024 yang masih berupa draft Rancangan
Teknokratik, telaah Grand Design BNN 2017-2045, dan juga beberapa hasil future
environmental scanning.
Di dalam laporan ini disajikan konstruksi dan rekonstruksi pemikiran sebagai
sebuah inisiasi tentatif berdasarkan hasil kajian yang dilakukan. Di dalamnya memuat
arsitektur rencana strategis yang terdiri dari tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi,
program, dan kegiatan. Dengan konstruksi arsitektural rencana strategis yang ada
diharapkan kinerja BNN semakin kuat dan memberi kontribusi positif dalam pencapaian
tujuan dan sasaran makro pembangunan nasional 2020-2024.
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang dilakukan, beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah
sebagai berikut :
1. Isu besar dan strategis yang dihadapi BNN pada 2020-2024 adalah:
a meningkatnya ancaman dan potensi kerawanan masuknya narkoba dan masih
lemahnya pengawasan di titik-titik perbatasan;
b Belum kuatnya ketahanan sosial masyarakat (berbasis ketahanan diri dan
ketanggap siagaan spasial / daerah)
c Belum optimalnya penyelenggaraan layanan rehabilitasi dengan prinsip dan
orientasi berkelanjutan;
d Optimalisasi dan efektivitas yang perlu ditingkatkan dalam peningkatan tata
kelola kelembagaan
2. Isu strategis yang muncul diwarnai dengan diferensiasi dan keunikan isu spasial
kedaerahan sehingga untuk efektifnya tindakan intervensi pencegahan dan
pemberantasan terhadap tindak kejahatan penyalahgunaan dan perederan gelap
narkoba juga harus didasarkan pemahaman karakteristik wilayah atau spasial
dengan memanfaatkan kekuatan nilai-nilai lokal setempat.
3. Perumusan arah kebijakan strategis 5 tahun ke depan tidak lagi cukup didasarkan
pada dikotomisasi demarkasi pendekatan tindakan intervensi pencegahan dan
98
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
99
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
100
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
DAFTAR PUSTAKA
European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction. 2014. Regional strategies
across the world: a comparative analysis of intergovernmental policies and
approaches, EMCDDA Papers, Publications Office of the European Union,
Luxembourg
Grünig, Rudolf, Richard Kühn. 2011. Process-Based Strategic Planning. Sixth Edition .
Springer Heidelberg
Gyamfi, Gyamfi. 2015. Strategies for combating transnational organized crime in Africa:
The Ghanaian experience Article in International Journal of Economics and
Management. January 2015
Helviza, Ira, Zulihar Mukmin, dan Amirullah. 2016. Kendala-Kendala Badan Narkotika
Nasional (Bnn) Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Di Kota Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah
Nelson, Sandra. 2008. Strategic Planning For Results / Sandra Nelson For The Public
Library. Association. American Library Association
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor Tahun 2018
Tentang Grand Design BNN
Poate, Derek. 1997. Measuring And Managing Results: Lessons For Development
Cooperation. Published By UNDP/Oesp
Puslitdatin BNN. 2017. Hasil Survey Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Pada
Kelompok Pelajar Dan Mahasiswa Tahun 2016, Jurnal Data Puslitdatin BNN Tahun
2017
101
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
Wijaya, Hengki. 2017. Stop Narkoba: Suatu Upaya Penanggulangan Darurat Narkoba
Melalui Reformasi Regulasi Rehabilitasi Pecandu Narkoba dan Sosialisasi Anti
Narkoba Sekolah Tinggi Filsafat Jaffray Makassar
Wholey, Joseph S., Harry P. Hatry, dan Kathryn E. Newcomer.2010. Handbook Of Practical
Program Evaluation. Third Edition By John Wiley & Sons, Inc. Published By Jossey-
Bass. A Wiley Imprint 989 Market Street, San Francisco
102
Naskah Akademis Penyusunan Renstra BNN 2020-2024
TIM PENYUSUN
Tim BNN :
103