B. Prinsip Pengobatan TB :
Obat anti-tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan TB
merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari bakteri
penyebab TB. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
a. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resistensi
b. Diberikan dalam dosis yang tepat
c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (pengawas menelan obat) sampai
selesai masa pengobatan.
d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap
lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
*) Pasien berusia diatas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500-700 mg perhari, beberapa
pedoman merekomendasikan dosis 10 mg/kg BB pada pasien kelompok usia ini. Pasien dengan
berat badan di bawah 50 kg tidak dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg perhari.
Standar 8
• Semua pasien yang belum pernah diobati sebelumnya dan tidak memiliki faktor risiko untuk
resistensi obat harus mendapatkan pengobatan lini pertama yang sudah disetujui oleh WHO
dengan menggunakan obat yang terjamin kualitasnya.
• Fase intensif harus mencakup dua bulan pengobatan dengan menggunakan Isoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol*.
• Pada fase lanjutan harus diberikan Isoniazid dan Rifampisin selama 4 bulan. Dosis pengobatan
harus mengikuti rekomendasi WHO. Penggunaan obat kombinasi dosis tetap dapat
mempermudah pemberian obat.
• Etambutol dapat tidak diberikan pada anak dengan status HIV negatif dan memiliki TB tanpa
kavitas.
D. Paduan obat standar untuk pasien dengan kasus baru Pasien dengan kasus baru diasumsikan peka
terhadap OAT kecuali:
a. Pasien tinggal di daerah dengan prevalensi tinggi resisten isoniazid ATAU
b. Terdapat riwayat kontak dengan pasien TB resistan obat. Pasien kasus baru seperti ini cenderung
memiliki pola resistensi obat yang sama dengan kasus sumber. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan
uji kepekaan obat sejak awal pengobatan dan sementara menunggu hasil uji kepekaan obat maka
paduan obat yang berdasarkan uji kepekaan obat kasus sumber sebaiknya dimulai.
Tabel 2. Paduan obat standar pasien TB kasus baru (dengan asumsi atau diketahui peka OAT)
Fase Intensif Fase Lanjutan
RHZE 2 bulan RH 4 bulan
Berdasarkan hasil penelitian meta analisis WHO merekomendasikan paduan standar untuk
TB paru kasus baru adalah 2RHZE/4RH
Rekomendasi A
Jika tidak tersedia paduan dosis harian, dapat dipakai paduan 2RHZE/4R3H3 dengan syarat harus
disertai pengawasan yang lebih ketat secara langsung untuk setiap dosis obat (Rekomendasi B)
Pada akhir fase intensif, bila hasil apusan dahak tetap positif maka fase sisipan tidak lagi
direkomendasikan namun dievaluasi untuk TB-RO (uji kepekaan), sementara pengobatan
diteruskan sebagai fase lanjutan.
Rekomendasi A
Pasien TB paru sebaiknya mendapatkan paduan obat : 2RHZE/4HR, selama 6 bulan. Untuk
TB ekstra paru biasanya diperlukan durasi pengobatan yang lebih dari 6 bulan.
Semua pemberi layanan harus memastikan pemantauan pengobatan dan dukungan untuk
semua pasien TB agar dapat menjalankan pengobatan hingga selesai.
Semua pasien dengan riwayat pengobatan OAT harus diperiksa uji kepekaan OAT pada awal
pengobatan. Uji kepekaan dapat dilakukan dengan metode cepat atau rapid test (TCM, LPA lini 1 dan
2), dan metode konvensional baik metode padat (LJ), atau metode cair (MGIT) .
Bila terdapat laboratorium yang dapat melakukan uji kepekaan obat berdasarkan uji molekular cepat
dan mendapatkan hasil dalam 1-2 hari maka hasil ini digunakan untuk menentukan paduan OAT
pasien. Bila laboratorium hanya dapat melakukan uji kepekaan obat konvensional dengan media cair
atau padat yang baru dapat menunjukkan hasil dalam beberapa minggu atau bulan maka daerah
tersebut sebaiknya menggunakan paduan OAT kategori I sambil menunggu hasil uji kepekaan obat.
Pada daerah tanpa fasilitas biakan, maka pasien TB dengan riwayat pengobatan diberikan OAT
kategori 1 sambil dilakukan pengiriman bahan untuk biakan dan uji kepekaan.
Standar 11
• Penilaian untuk kemungkinan resistensi obat, berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya atau
pajanan dari kasus yang mungkin merupakan sumber penularan organisme resistan obat, dan
survei prevalensi resistensi obat di komunitas (jika diketahui), perlu dilakukan untuk semua
pasien.
• Uji kepekaan obat perlu dilakukan saat pengobatan dimulai untuk semua pasien dengan risiko
memiliki TB resistan obat. Pasien dengan BTA tetap positif setelah menyelesaikan tiga bulan
pengobatan, pasien dengan pengobatan yang gagal, dan pasien yang putus pengobatan atau
kambuh setelah menyelesaikan satu atau lebih pengobatan harus diperiksa untuk kemungkinan
resistensi obat. • Pada pasien yang diduga memiliki resistensi obat, pemeriksaan dengan TCM-
TB, MTB/RIF perlu dilakukan sebagai pemeriksaan diagnostik awal. Jika ditemukan resistensi
terhadap Rifampisin, biakan dan uji kepekaan terhadap Isoniazid, Fluorokuinolon, dan obat-
obatan suntik lini kedua harus segera dilakukan.
• Konseling dan edukasi pasien dan pengobatan empirik dengan paduan lini kedua harus segera
dimulai untuk meminimalisasi potensi penularan.
• Perlu dilaksanakan tindakan yang sesuai kondisi untuk pengendalian infeksi.
Bila hasil sputum BTA positif pada bulan kelima atau pada akhir pengobatan menandakan pengobatan
gagal dan perlu dilakukan diagnosis cepat TB MDR sesuai alur diagnosis TB MDR. Pada pencatatan,
kartu TB 01 ditutup dan hasil pengobatan dinyatakan “Gagal”. Pengobatan selanjutnya dinyatakan
sebagai tipe pasien “Pengobatan setelah gagal”. Bila seorang pasien didapatkan TB dengan galur
resistan obat maka pengobatan dinyatakan “Gagal” kapanpun waktunya.
Pada pasien dengan sputum BTA negatif di awal pengobatan dan tetap negatif pada akhir bulan kedua
pengobatan, maka tidak diperlukan lagi pemantauan dahak lebih lanjut. Pemantauan klinis dan berat
badan merupakan indikator yang sangat berguna.
Standar 13
Untuk semua pasien perlu dibuat catatan yang mudah diakses dan disusun secara sistematis
mengenai:
Obat-obatan yang diberikan,
Respons bakteriologik,
Hasil akhir pengobatan,
Efek samping
Pada pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya bila spesimen yang diperoleh pada akhir fase
intensif (bulan ketiga) adalah BTA positif maka biakan sputum dan uji kepekaan obat sebaiknya
dilakukan.
Rekomendasi A
F. Menilai respons OAT lini pertama pada pasien TB dengan riwayat pengobatan sebelumnya
Pada pasien dengan OAT kategori 2, bila BTA masih positif pada akhir fase intensif, maka dilakukan
pemeriksaan TCM, biakan dan uji kepekaan. Bila BTA sputum positif pada akhir bulan kelima dan
akhir pengobatan (bulan kedelapan), maka pengobatan dinyatakan gagal dan lakukan pemeriksaan
TCM, biakan dan uji kepekaan. Hasil pengobatan ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan pada akhir pengobatan, seperti pada Tabel 3
Hasil Definisi
Sembuh Pasien TB paru dengan konfirmasi bakteriologis positif pada awal
pengobatan dan BTA sputum negatif atau biakan negatif pada akhir
pengobatan dan memiliki hasil pemeriksaan negatif pada salah satu
pemeriksaan sebelumnya.
Pengobatan lengkap Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dantidak
memiliki bukti gagal pengobatan tetapi juga tidak memiliki hasil BTA
sputum atau biakan negatif pada akhir pengobatan dan satu pemeriksaan
sebelumnya, baik karena tidak dilakukan atau karena hasilnya tidak ada.
Pengobatan gagal Pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA sputum atau biakan positif pada
bulan kelima atau akhir pengobatan.
Meninggal Pasien TB yang meninggal dengan alasan apapunsebelum dan selama
pengobatan TB
Putus obat Pasien TB yang tidak memulai pengobatan setelah terdiagnosis TB atau
menghentikan pengobatan selama 2 bulan berturut-turut atau lebih
Tidak dievaluasi Pasien yang tidak memiliki hasil pengobatan pada saat akhir pelaporan
kohort pengobatan, termasuk pasien yang sudah pindah ke fasilitas
kesehatan lain dan tidak diketahui hasil pengobatannya oleh fasilitas yang
merujuk pada batas akhir pelaporan kohort pengobatan.
Keberhasilan Jumlah kasus dengan hasil pengobatan sembuh dan lengkap.
pengobatan
Catatan : Pasien TB sensitif OAT yang kemudian terbukti resistan obat dikeluarkan dari pelaporan
kohort hasil pengobatan.
Pemeriksaan sputum untuk biakan dan uji kepekaan sebaiknya dilakukan untuk semua pasien
dengan riwayat pengobatan TB sebelum atau sesaat sebelum pengobatan dimulai. Pemeriksaan uji
kepekaan minimal dilakukan INH dan Rifampisin.
Tabel 4. Pendekatan berdasarkan gejala untuk mengobati efek samping dari OAT
Efek Samping Kemungkinan obat penyebab Pengobatan
BERAT
Ruam kulit dengan Streptomisin, isoniazid, Hentikan OAT
atau tanpa gatal rifampisin, pirazinamid
Integrasi islam
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah : 183)
Ketika seseorang berpuasa maka daya tahan paru akan meningkat dan hal itu bisa menangkal infeksi dari
bakteri mycobacterium tuberculosis sehingga kita terhindar dari penyakit TB, selain itu ketika berpuasa
maka kita akan terhindar dari faktor resiko TB yaitu merokok.