Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL JOURNAL REVIEW

DOSEN PENGAMPU : Dra, Ratu Evina Dibyantini M.Si

REAKSI REAKSI ESTER ALIFATIK

DISUSUN OLEH :

NAMA : Salma Syauqi


NIM : 4192431003
KELAS: Kimia Dik A 2019

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
Jurnal 1
A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Indonesian Journal of Chemical Science
Judul : Reaksi Esterifikasi Butanol Dengan Asam Asetat Terkatalis Zr4+-Zeolit Beta
(Cocos nucifera)
Penulis : Avelisia Kusumawati, Kusoro Siadi dan Edy Cahyono
Vol/No/Halaman : 4/2/-
Tahun Terbit : 2015
ISSN : 2252-6951
Download : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs
Kata Kunci : butil etanoat Zr 4+-zeolit beta esterifikasi

B. Abstrak Jurnal
Reaksi esterifikasi pada umumnya menyebabkan korosi untuk menghambat maka
digunakan katalis Zr 4+-zeolit. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah
untuk mengetahui waktu optimum pada reaksi esterifikasi butanol dengan asam asetat.
Zeolit beta direndam dalam 25 mL ZrCl4 selama 24 jam dan diaduk dengan stirrer
kemudian campuran disaring dengan vakum dan dicuci dengan aquadest, setelah itu
filtrat dideteksi dengan larutan AgNO3 untuk menghilangkan Cl - kemudian dikeringkan
pada suhu 120°C dan dikalsinasi pada suhu 400°C selama 3 jam, katalis dikarakterisasi
dengan XRD, BET. Telah dipelajari pembuatan katalis dengan cara pengembanan logam
zirkonium kedalam zeolit beta dengan metode pertukaran ion. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui waktu optimum. Esterifikasi butanol direaksikan dengan asam asetat
menggunakan katalis Zr 4+-zeolit beta dengan pelarut diklorometana pada variasi waktu
4, 6, 8, 12 dan 24 jam dan temperatur 80°C. Selama reaksi berlangsung, diambil 20 mL
sampel pada waktu reaksi 4, 6, 8, 12 dan 24 jam. Kemudian dianalisis menggunakan GC,
GC-MS, FT-IR. Hasil butanol dengan asam asetat didapatkan produk butil etanoat. Hasil
esterifikasi pada waktu 4, 6, 8, 12 dan 24 jam berturut-turut 48, 49, 50, 51 dan 53%.

C. Ringkasan Jurnal
Ester asam lemak sering dimodifikasi baik untuk bahan makan maupun bahan surfaktan,
aditif, detergen. Esterifikasi juga dapat didefinisikan sebagai reaksi antara asam
karbosilat dan alcohol. Esterifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan katalis enzim
(lipase) dan asam anorganik (asam sulfat atau asam klorida), dengan berbagai variasi
alkohol biasanya metanol, etanol, 1-propanol, 1-butanol, amyl pentanol dan lain-lain.
Esterifikasi tanpa katalis dapat juga dilakukan dengan menggunakan satu molekul asam
karboksilat dan pereaksi secara berlebih. Pertambahan hasil juga dipengaruhi oleh
dehidrasi yang artinya mengeluarkan air yang terbentuk sebagai hasil samping air dapat
dipisahkan. Esterifikasi asam karboksilat dengan alkohol dengan katalis asam telah
menjadi subyek penelitian oleh beberapa penelitian. Garam amonium kuarterner telah
juga digunakan sebagai katalis dalam esterifikasi asam karboksilat.
Esterifikasi asam asetat dengan butanol telah dilakukan selama beberapa tahun sekarang
ini, salah satu studi sistematik awal adalah oleh Othmer dan rekan kerja yang menyelidiki
reaksi ini dengan adanya asam sulfat sebagai katalis. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: GC (Gas Chromatography) (Hewlett Packard 5890 series II), GC-
MS (Shimadzu QP 2010), FT-IR (Shimadzu FTIR8201 PC), XRD. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain: butanol, asam asetat, anhidrida asam asetat,
diklorometana dengan grade pro analyst buatan Merck serta aquadest. Preparasi katalis Zr
4+-zeolit beta. Zeolit beta sebanyak 4 g direndam dalam 25 mL ZrCl4 0,1 M selama 24
jam dan diaduk dengan stirer. Kemudian campuran disaring menggunakan vakum dan
dicuci dengan aquadest. Setelah itu filtrat dideteksi dengan larutan AgNO3 0,1 M untuk
mengetahui adanya ion Cl - dalam filtrat kemudian residu dikeringkan pada suhu 120°C
selama 3 jam dan dikalsinasi pada suhu 400°C selama 3 jam. Katalis dikarakterisasi
dengan XRD dan uji BET. Reaksi esterifikasi mengacu prosedur yang dilakukan oleh
Kantarli (2002) yang dimodifikasi. Dalam labu leher 3 yang dilengkapi dengan pendingin
balik, termometer, dan pengaduk magnet, dimasukkan 50 mL anhidrida asam asetat, 50
mL asam asetat, 30 mL butanol, ditambah 5 mL diklorometana, 1 g Zr 4+-zeolit beta
kemudian diaduk dengan suhu 80°C. Selama reaksi berlangsung diambil cuplikan 20 mL
sampel setelah 4, 6, 8, 12 dan 24 jam. Kemudian diekstraksi ditambah eter 5 mL dan
aquadest 5 mL, didapatkan fase air dan fase organik, kemudian ambil fase organik
ditaruh wadah sampel kemudian ditiup dengan gas N2 untuk menghilangkan pelarutnya,
hasil akhir dianalisis dengan GC untuk mengetahui produk yang terbentuk. Analisis
dilakukan dengan FT-IR untuk mengetahui struktur produk reaksi dan GC-MS. Hasil dan
Pembahasan Pengaruh pengembanan logam zirkonium pada kristalinitas zeolit beta
diamati melalui XRD. Difaktogram pola uji XRD disajikan dalam Gambar 1. Gambar 1.
menunjukkan perbandingan difraktogram antara Zr 4+-zeolit beta dan Hzeolit beta. Pola
difraksi dari H-zeolit beta dan Zr 4+-zeolit beta. Hasil menunjukkan perbedaan pada pola
difraksi H-zeolit beta dengan Zr 4+-zeolit beta. Untuk pola difraksi Zr 4+-zeolit beta
dengan Hzeolit beta terjadi pergeseran nilai 20 kearah yang lebih kecil dan puncak
difraksi yang dihasilkan lebar. Kristalisasi katalis dapat dilihat melalui difraktogram yang
menunjukkan puncak-puncak tajam dan intensitasnya tinggi, sebaliknya sifat
nonkristalin/amorf/fase anatase ditunjukkan pada puncak-puncak difraktogram yang
tumpul dengan intensitas rendah. Dari difragtogram Zr 4+-zeolit beta menunjukkan
puncak-puncak yang tajam dengan intensitas tinggi membentuk fase rutil, sehingga
katalis ini bersifat kristalin yang stabil.
Puncak tajam H-zeolit beta teramati pada 2= 7,68180° (d=11,49910Å), 2= 7,73914°
(d= 2,932033Å), 2= 21,4567° (d=4,13789Å) yang merupakan puncak karakteristik dari
zeolit beta sesuai dengan hasil JCPDS (joint commite of Powser Diffraction Standart).
Pada Zr 4+-zeolit beta puncak khas ditunjukkan pada 2=7,9400° (d=11,12601Å),
2=7,4600° (d=11,84079Å), 2=22,6214° (d=3,92751Å). Puncak yang muncul 2
menunjukkan terjadinya perubahan struktur padatan secara signifikan akibat perlakuan
dengan pertukaran ion ZrCl4 . Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kalsinasi pada
temperatur 400°C cukup efektif karena tidak merusak struktur awal H-zeolit beta. Hasil
ini juga menandakan bahwa H-zeolit beta mempunyai kestabilan struktur kerangka cukup
tinggi.
Zr 4+-zeolit beta mempunyai permukaan rongga yang sangat kecil sehingga menutupi
permukaan ronggarongga tersebut. Proses pertukaran ion akan mengakibatkan terjadinya
pengembangan ruang antar lembaran (jarak ruang antar basal) dan terbentuknya sistem
pori yang baik. Hal ini menyebabkan pori pada permukaan H-zeolit beta semakin tertutup
akibatnya luas permukaan spesifik pada Zr 4+-zeolit beta menurun. Penurunan luas
permukaan spesifik menyebabkan volume total juga menurun dan rerata jejari total pori
mengalami penurunan dari 16,200 Å menjadi 15,261 Å. Reaksi dilakukan dalam labu
leher tiga yang dilengkapi dengan pendingin balik, pengaduk magnet, termometer dan
pemanas. Pada penelitian ini telah dilakukan reaksi esterifikasi butanol dengan asam
asetat dan asam anhidrida asetat. Hasil reaksi diambil saat reaksi berjalan 4, 6, 8, 12, 24
jam. Hasil reaksi ditambahkan aquadest dan diklorometana dan disentrifuse untuk
memisahkan fase organik, fase air dan fase padat.
Intinya, pulan Produk utama esterifikasi butanol dengan asam asetat dan anhidrida asam
asetat adalah butil etanoat. Hasil produk butil etanoat pada waktu 4, 6, 8 12 dan 24 jam
berturut-turut sebesar 48, 49, 50, 51 dan 53%.
Jurnal 2
A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Teknik Kimia
Judul : Pembuatan Metil Ester Asam Lemak Dari CPO Off Grade Dengan Metode
Esterifikasi-Transesterifikasi.
Penulis : Susila Arita, Meta Berlian Dara, Jaya Irawan
Vol/No/Halaman : 15/2/34-43
Tahun Terbit : 2008
ISSN : -
Download : -
Kata Kunci : Metil esteri,esterifikasi, transesterifikasi, CPO Off Grade

B. Abstrak Jurnal
Metil ester lemak merupakan senyawa ester alkil yang berasal dari minyak nabati dengan
alkohol yang dihasilkan melalui proses esterifikasi/transesterifikasi dan mempunyai sifat
fisika mendekati minyak solar diesel. Secara umum, metil ester dibuat dari reaksi
transesterifikasi, yakni reaksi alkohol dengan trigliserida membentuk metil ester dan
gliserol dengan bantuan katalis basa. Namun, reaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh
kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam trigliserida. Reaksi esterifkasi
merupakan merupakan suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk
ester dengan bantuan katalis asam. Dalam penelitian ini, bahan baku CPO Off Grade
lapisan atas dengan kadar asam lemak bebas sebesar 5.838 %. Dan pengertian
esterifikasi diacu sebagai reaksi antara asam lemak bebas dengan alcohol membentuk
metil ester dan air dengan bantuan katalis asam. Untuk mendapatkan yield yang baik,
dalam laporan ini dilakukan metode reaksi bertahap, yakni reaksi esterifikasi, kemudian
diikuti dengan reaksi transesterifikasi. Penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan
200gr trigliserida dan metanol dengan bantuan katalis asam pada tahap esterifikasi dan
katalis basa pada tahap transesterifikasi. Metode yang digunakan pada tahap esterifikasi
adalah dengan memvariasikan komposisi metanol-asam sulfat dalam reaksi, yang
nantinya dari tiap sampel dapat dianalisis densitas, pH, FFA, dan API 60oF. Melalui
percobaan di dapat bahwa komposisi terbaik untuk mengkonversi asam lemak bebas
dalam trigliserida menjadi metil ester adalah komposisi pada sampel 2. Untuk
selanjutnya, digunakan sampel 2 sebagai bahan baku tahap transesterifikasi.. Metode
yang dilakukan pada tahap transeterifikasi adalah memvariasikan rasio
trigliseridametanol dengan rasio mol 1 : 2, 1 : 4, dan 1 : 6 dengan jumlah katalis KOH 0.8
%, 1%, dan 1.2 % pada masing-masing rasio yang nantinya dari tiap sampel dapat
dianalisis kadar air, FFA, pH, dan angka penyabunan. Melalui percobaan didapat yield
yang paling baik pada rasio 1 : 6 dengan jumlah KOH 1 %, yakni sebesar 81,94 % atau
163.88 gram.

C. Ringkasan Jurnal
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk
ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester asam
karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO 2 R dengan R dapat
berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik. Reaksi
esterifikasi mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di dalam trigliserida
menjadi metil ester. Namun, membentuk campuran metil ester dan trigliserida.
Reaksi esterifikasi berkatalis asam berjalan lebih lambat, namun metode ini lebih sesuai
untuk minyak atau lemak yang memiliki kandungan asam lemak bebas relatif tinggi dan
Karena, dari bentuk reaksi di atas, FFA yang terkandung di dalam trigliserida akan
bereaksi dengan methanol membentuk metil ester dan air. Jadi, semakin berkurang FFA,
methanol akan berekasi dengan trigliserida membentuk metil ester. esterifikasi berkatalis
asam dapat digunakan pada bahan baku minyak bermutu rendah atau memiliki
kandungan asam lemak bebas tinggi Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh
struktur molekul reaktan dan radikal yang terbentuk dalam senyawa. Data tentang
laju reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya,
sedangkan data tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta
kesetimbangan. Laju esterifikaasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik
dalam alkohol dan asam karboksilat. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya
mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentukan ester.
Secara umum laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut: 1. Alkohol primer
bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling lambat alkohol tersier. 2.
Ikatan rangkap memperlambat reaksi. 3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi
lambat, tetapi mempunyai batas konversi yang tinggi 4. Makin panjang rantai alkohol,
cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi.
Adapun Tahap Esterifikasi
1. Bahan baku CPO sebanyak 200 gram dimasukkan ke dalam labu leher tiga, kemudian
masukkan magnetik stirer.
2. Labu leher tiga dihubungkan dengan kondensor (rangkaian refluks kondensor),
kemudian dipanaskan di atas hot plate hingga mencapai temperatur 50 - 58 oC.
Kecepatan agitasi magnetik stirer diatur agar transfer panas di dalamnya berlangsung
lebih cepat.
3. Metanol dan asam sulfat dicampur dan diaduk rata ke dalam erlenmeyer dengan
komposisi terlampir.
4. Setelah temperatur 50 - 58 oC dicapai, campuran asam sulfat dan metanol
dicampurkan ke dalam labu leher tiga. Dengan cepat, labu leher tiga tersebut ditutup
rapat dengan gabus hingga didapat kondisi reaksi batch.
5. Suhu reaksi dijaga agar konstan pada suhu 50 - 58 oC selama 1 jam, dan kecepatan
agitasi magnetik stirer diatur agar transfer massa di dalamnya sempurna.
6. Setelah 1 jam, hasil reaksi di dalam labu leher tiga dimasukkan ke dalam corong
pemisah. Kemudian, didiamkan selama ± 1 jam.
7. Setelah proses settling selesai, produk air dan metil ester dipisahkan ke dalam wadah
yang berbeda.
8. Produk air dan lapisan atas yang terbentuk ditimbang di neraca analitis.
9. Hasil lapisan atas tadi dimasukkan kembali ke dalam corong pemisah untuk
melakukan proses pencucian.
10. Air bersih dipanaskan hingga 55 oC di atas hotplate.
11. Setelah dipanaskan, air tersebut dimasukkan ke dalam corong pemisah sebanyak 15
ml dan kemudian didiamkan sejenak hingga terbentuk lapisan air dibagian bawah.
12. Lapisan air tersebut dikeluarkan. Pencucian ini dilakukan sebanyak 5 kali atau lebih.
13. Hasil pencucian tersebut dikeluarkan ke dalam wadah breaker glass, kemudian
dikeringkan di dalam oven pada suhu 103 ± 2 oC selama 3 jam.
14. Setelah tiga jam, keluarkan hasil pencucian dari oven. Hasil pengeringan tersebut
didinginkan hingga suhu kamar.
15. Setelah dingin, hasil pengeringan tersebut ditimbang. Kemudian, dilakukan analisa
FFA dan pH.
16. Hasil lapisan atas tadi dimasukkan kembali ke dalam corong pemisah untuk
melakukan proses pencucian.
17. Air bersih dipanaskan hingga 55 oC di atas hotplate.
18. Setelah dipanaskan, air tersebut dimasukkan ke dalam corong pemisah sebanyak 15
ml dan kemudian didiamkan sejenak hingga terbentuk lapisan air dibagian bawah.
19. Lapisan air tersebut dikeluarkan. Pencucian ini dilakukan sebanyak 5 kali atau lebih.
20. Hasil pencucian tersebut dikeluarkan ke dalam wadah breaker glass, kemudian
dikeringkan di dalam oven pada suhu 103 ± 2 oC selama 3 jam.
21. Setelah tiga jam, keluarkan hasil pencucian dari oven. Hasil pengeringan tersebut
didinginkan hingga suhu kamar.
22. Setelah dingin, hasil pengeringan tersebut ditimbang. Kemudian, dilakukan analisa
FFA dan pH.
Pembahasan :
penurunan kadar asam lemak bebas terhadap variasi komposisi metanol-asam sulfat dari
komposisi sampel 1 hingga sampel 2, kemudian naik kembali pada sampel 3, dan turun
kembali pada sampel 4. Penambahan katalis asam dapat dengan cepat mengurangi kadar
asam lemak bebas, sehingga sering disebut sebagai pra-treatment untuk bahan baku yang
memiliki kadar asam lemak yang tinggi. sampel yang jumlah katalis asam sulfatnya
dikali dua memiliki kadar asam lemak bebas yang lebih rendah dari pada sampel yang
jumlah katalis asam sulfatnya tidak dikali dua. Kadar asam lemak bebas terrendah dari
hasil tahap esterifikasi di atas adalah pada sampel 2 yakni sebesar 4,21 %. Hal ini
disebabkan karena pada tahap esterifikasi, katalis asam dapat dengan cepat mengkonversi
asam lemak bebas menjadi metil ester dan air. Sehingga jumlah katalis asam sangat
mempengaruhi kadar asam lemak bebas yang bereaksi dengan methanol membentuk
metil ester dan air.
PH menjadi salah satu parameter dalam pembuatan metil ester (biodiesel) karena sangat
mempengaruhi kualitas mesin jika digunakan dalam jangka waktu panjang. Namun,
sebenarnya nilai pH dari suatu metil ester yang terbentuk juga sangat bergantung dari
kualitas pencucian dan kadar asam lemak bebas yang masih terkandung didalamnya.
pH yang paling memiliki kecendrungan mendekati pH 7 adalah pH pada sampel 2, yakni
5.8. Dengan mengasumsi kualitas pencucian pada masing-masing sampel adalah sama,
hal tersebut dapat saja terjadi karena pengaruh kadar asam lemak bebas yang terkandung
di dalamnya. Sifat asam dari asam lemak bebas yang terkandung di dalam lapisan atas
hasil tahap esterifikasi tersebut menimbulkan pH asam pada masing-masing sampel,
yakni pH di bawah 6.

Anda mungkin juga menyukai