Anda di halaman 1dari 20

MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH:

Aldy Wildani Daulay 5181151004

Dosen pengampu: Drs. Marsangkap Silitonga., M.Pd

KELAS : REGULER B
MATA KULIAH : Perencanaan Pembelajaran

PRODI PENDIDIKAN TIK


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan segala
rahmat bagi kita semua, hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan Makalah tentang
Model- Model Desian Pembelajaran mata kuliah Perencanaan Pembelajaran. Saya
sampaikan terima kasih pada Dosen mata kuliah Perencanaan Pembelajaran, Bapak Drs.
Marsangkap Silitonga., M.Pd.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini kearah yang positif.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi mahasiswa lainnya dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Februari 2020

Aldy Wildani

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 1

1.3. Tujuan....................................................................................... 1

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................. 2

2.1. Pengertian Desian Pembelajaran .............................................. 2

2.2. Model- Model Design Pembelajaran .......................................

BAB 3 PENUTUP....................................................................................... 16

3.1. Kesimpulan............................................................................... 16

3.2. Saran.......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Desain Pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Konsep desain pembelajaran pertama sekali dimanfaatkan pada
perang dunia II dan sesudahnya. Menurut Jerrold E. Kemp, pada waktu itu para
psikolog memperkenalkan teori baru tentang proses pembelajaranmanusia,
termasuk pentingnya merinci tugas yang akan dipelajari dan dilaksanakan, dan
kebutuhan siswa untuk berperan aktif agar mereka benar-benar belajar. Pada
waktu yang sama, ahli media audi visual menggunakan asas belajar yang
diketahui dalam merancang film dan media pengajaran lainnya. (Martinis Yamin,
2010: 10)

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu desiain pembelajaran?
2. Apa saja model desian pembelajaran dan kelebihan sdan kekurangan nya?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian desian pembelajaran
2. Mengetahui model desian pembelajaran dan kelebihan serta
kekurangannya

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Design Pembelajaran


Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.

2.2. Model-Model Design Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Dick dan Carey


Dick dan Carey (2009) memandang desain pembelajaran sebagai
sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang
sitematis. Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan
sebagai model pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dickdan Carey (2009),
bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem
pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD).
Jika berbicara masalah desain, maka masuk ke dalam proses, dan jika
menggunakan istilah instructional design (ID) mengacu kepada
instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain,
pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Komponen model Dick dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar,
materi, dan lingkungan. Demikian pula di lingkungan pendidikan
nonformal meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi,
dan lingkungan pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua

2
berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak
maka perlu mengembangkan format evaluasi (Dick dan Carey, 2001). Jika
dari hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan
maka komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Komponen model Dick dan Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning
hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada
tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi
behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan
secara eklektic (Dick dan Carey, 2001). Tiga proyek utama yang
dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996) yaitu 1) peristiwa pembeajaran
(instructional events); 2) jenis-jenis hasil belajar (types of learning
outcomes); dan 3) kondisi internal dan eksternal (internal conditions and
external conditions). Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam
memulai kegiatan desain pembelajaran.
Kelebihan dan Kukurangan
Kelebihan
a. Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti.
b. Teratur, efektif dan efisien dalam pelaksanaan.
c. Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci,
sehingga mudah diikuti.
d. Adanya revisi pada analisis pembelajaran, di mana hal tersebut
merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan
maka segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional
tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi
kesalahan pada komponen setelahnya.
e. Model Dick dan Carey sangat lengkap komponennya, hampir
mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan
pembelajaran.
Kelemahan
a. Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan.

3
b. Tidak cocok diterapkan dalam elearning skala besar.

2. Model Pembelajaran Assure


Model Assure adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa
membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi,
menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model
assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta
didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara
sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik.
(wordpress.com:2011)
Dalam mengembangkan model desian sistem pembelajaran ASSURE,
penulis Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda mendasari pemikirannya
pada pandangan-pandangan Robert M. Gagne (1985) tentang peristwa
pembelajaran atau ”Event of Instruction”. Menurut Gagne, desain
pembelajaran yang efektif harus dimulai dari upaya yang dapat memicu
atau memotivasi seseorang untuk belajar. Langkah ini perlu diikuti dengan
proses pembelajaran yang sistematik, penilaian hasil belajar, dan
pemberian umpan balik tentang pencapaian hasil belajar secara kontinyu.
(Benny, 2011: 109).
Model ASSURE lebih difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk
digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam kelas secara actual. Model
desain sistem pembelajaran ini terlihat lebih sederhana jika dibandingkan
dengan model desain sistem pembelajaran yang lain, seperti model Dick
dan Carey. Model yang dikemukakan oleh Dick dan Carey pada umumnya
diimplementasikan pada sistem pembelajaran dengan skala yang yang
lebih besar.
Dalam mengembangkan model desain sistem pembelajaran ASSURE,
penukis-Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda – mendasari
pemikirannya pada pandangan-pandangan Robert M. Gagne (1985)

4
tentang peristiwa pembelajaran atau “ Events of Instruction”. Menurut
Gagne, desain pembelajaran yang efektif harus dimulai dari upaya yang
dapat memicu atau memotivasi seseorang untuk belajar. Langkah ini perlu
diikuti dengan proses pembelajaran yang sistematik, pemberian umpan
balik tentang pencapaian hasil belajar secara kontinyu.
Penilaian hasil belajar perlu didesain agar dapat mengukur pemahaman
siswa terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang  telah
dipelajari. Setelah menempuh proses penilaian hasil belajar, siswa perlu
memperoleh uman balil atau feedback. Umpan balik, berua pengetahuan
tentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk melakukan proses
belajar secara lebih efektif dan efisien.
Langkah-langkah penting yang perlu dilakukan dalam model desain sistem
pembelajaran ASSURE meliputi beberapa aktifitas, yaitu:
a) Melakukan analisi karakteristik siswa/ analyze learners,
b) Menetapkan tujuan pembelajaran/ state objective,
c) Memilih media, metode pembelajaran/ require learners
participation, dan
d) Mengevaluasi dan merevisi program pembelajaran/ evaluate and
revise.

Untuk lebih memahami model ASSURE, berikut ini dikemukakan


deskripsi
dari setiap komonen yang terdapat dalam model  tersebut.
a) Analyze Learners
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan model ini
adalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan
aktifitas pembelajaran. Siapakah siswa yang akan melakukan
proses belajar? Pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa
akan sangat membantu siswa dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran. Analisis terhadap karakteristik siswa meliuti
beberapa aspek penting, yaitu karakteristik umum, kompetensi 

5
spesifik yang telah dimiliki sebelumnya, dan  gaya belajar atau
learning styie siswa.
b) State objectives
Langkah selanjutnya dari model desain sistem pembelajaran
ASSURE adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat
spesifik. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari silabus atau
kurikulum, informasi yang tercacat dalam buku teks, atau
dirumuskan sendiri oleh perancang atau instruktur. Tujuan
pembelajaran merupakan rumusan atau pernyataan yang
mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang diperoleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.
Setelah menggambarkan kompetensi yang perlu dikuasai oleh
siswa, rumusan tujuan pembelajaran juga mendeskripsikan kondisi
yang diperlukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang
telah dicapai dan tingkat penguasaan siswa atau degree terhadap
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
c) Select Methods, Media, and Material
Langkah berikutnya adalah memilih metode, media, dan bahan
ajar yang akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan penting
dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah
digariskan.
Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang tepat akan mampu
mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam memilih
metode, media, dan bahan ajar yang akan digunakan, ada beberapa
pilihan yang dapat dilakukan, yaitu memilih media dan bahan ajar
yang telah tersedia, dan memproduksi bahan ajar baru.
d) Utilize Materials
Setelah memillih metode, media, dan bahan ajar, langkah
selanjutnya adalah menggunakan ketiganya dalam kegiatan
pembelajaran. Sebelum menggunakan metode, media, dan bahan
ajar, instruktur atau perancang terlebih dahulu perlu melakukan uji

6
coba untuk memastikan bahwa ketiga komponen tersebut dapat
berfungsi efektif untuk digunakan dalam situasi atau setting yang
sebenarnya.
Langkah berikutnya adalah menyiapkan kelas dan sarana
pendukung yang diperlukan untuk dapat menggunakan metode,
media, dan bahan ajar yang dipilih. Setelah semuanya siap, ketiga
komponen tersebut dapat digunakan.
e) Requires Learner Participation
Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa secara
aktif dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari.
Pemberian latihan merupakan contoh cara melibatkan aktifitas
mental siswa dengan materi yang sedang dipelajari.
Siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran akan
dengan mudah memelajari materi pembelajaran. Setelah aktif
melakukan proses pembelajaran, pemberian umpan balik berupa
pengetahuan tentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk
mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
f) Evaluate and Revise
Setelah mendesain aktifitas pembelajaran maka langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi. Tahap evaluasi
dalam model ini dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran
dan juga hasil belajar siswa. Proses evaluasi terhadap semua
komponen pembelajaran perlu dilakukan agar dapat memperoleh
gambaran yang lengkap tentang kualitas sebuah program
pembelajaran.

Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan
a. Lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi
ajar. Komponen tersebut di anataranya analisis pebelajar, rumusan
tujuan pembelajar, strategi pembelajar, sistem penyampaian,
penilaian proses belajar dan penilaian belajar.

7
b. Sering di adakan pengulangan kegiatan dengan tujuan Evaluate and
Review. selain itu model ini mengedepankan pembelajar, ditinjau
dari proses belajar, tipe belajar, kemampuan prasyarat.
c. Turut mengutamakan partisipasi pembelajar dalam Poin Require
Learner Participation, sehingga di adakan pengelompokan-
pengelompokan kecil seperti pengelompokan pebelajar menjadi
belajar mandiri dan belajar tim dll. Serta penugasan yang bertujuan
untuk memicu keaktifitasan peserta didik.
d.  Menyiratkan untuk para guru untuk menyampaikan materi dan
mengelola kegiatan kelas
e. Pada poin Select methods Media and Materials serta Utilize Media
and Materials membuat guru atau pendidik aktif untuk
menemukan dan memanfaatkan, bahan dan media yang tepat dan
memanfaatkan secara optimal media yang telah ada model ini
dapat diterapkan sendiri oleh guru (Randa, 2011).
Kelemahan
a. Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu.
b. Walau komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen
desain pembelajaran termasuk di dalamnya (Randa, 2011).

3. Model Addie
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik
yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate).
ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan
Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam
membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif,
dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan lima tahap pengembangan yakni: a) Analysis
(analisa), b) Design (disain/perancangan), c) Development
(pengembangan), d) Implementation (implementasi/eksekusi), e)
Evaluation (evaluasi/umpan balik). Masing-masing langkah dideskripsikan
sebagai berikut:

8
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta didik, yaitu melakukan needs assessment (analisis
kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan
analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan dihasilkan
adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta didik, identifikasi
kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci
didasarkan atas kebutuhan.

Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint).
Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-
print) di atas kertas harus ada terlebih dahulu. Pada tahap desain ini
diperlukan: pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMART
(spesific, measurable, applicable, realistic, dan Times ). Selanjutnya
menyusun tes yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan tadi. Kemudian menentukan strategi pembelajaran yang tepat
harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada
banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat dipilih dan
tentukan yang paling relevan. Di samping itu, perlu dipertimbangkan pula
sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan,
lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu
tertuang dalam suatu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.

Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain yang
dibuat menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu
software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut
harus dikembangkan, misal diperlukan modul cetak, maka modul tersebut
perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain
yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan
dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah

9
uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang
merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih
tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki
sistem pembelajaran yang sedang dikembangkan.

Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem
pembelajaran yang dibuat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah
dikembangkan dipersiapkan sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa
diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka
software tersebut harus sudah diinstall. Jika penataan lingkungan harus
tertentu, maka lingkungan atau setting tertentu tersebut juga harus ditata.
Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.

Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang
sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak.
Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas.
Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan
evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada
tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi
formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan
yang sedang dibuat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba
dari produk yang dikembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok
kecil dan lain-lain.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
Kelebihan model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya
yang sistematis.
Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang
saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis yang artinya dari tahapan
yang pertama sampai tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya harus

10
secara sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak atau kita bisa memilih
mana yang menurut kita ingin di dahulukan. Karena kelima tahap/langkah
ini sudah sangat sederhana jika dibandingkan dengan model desain yang
lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur dengan sistematis maka
model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik.

Kekurangan
Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan
waktu yang lama.
Dalam tahap analisis ini pendesain/pendidik diharapkan mampu
menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi
analisis menjadi dua yaitu analisis kinerja dan alisis kebutuhan. Dua
komponen analisis ini yang nantinya akan mempengaruhi lamanya proses
menganalisis siswa sebelum tahap pembelajaran dilaksanakan. Dua
komponen ini merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi
tahap mendesain pembelajaran yang selanjutnya.

4. Model Smith dan Ragan


Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan (2003) mengemukakan sebuah
model desain sistem pembelajaran yang populer dikalangan mahasiswa
dan profesional yang memiliki kecenderungan terhadap implementasi teori
belajar kognitif. Hampir semua langkah dan prosedur dalam desain sistem
pembelajaran ini difokuskan pada rancangan tentang strategi
pembelajaran. Model yang desain yang di kemukan oleh smith dan ragan
terdiri dari beberapa langkah dan prosedur yaitu : (Benny, 2011: 109).
1. Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan
kebutuhan akan adanya proses pembelajaran dan lingkungan
tempat program pembelajaran akan di implementasikan. Tahap
analisis dalam model ini digunakan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran
2.      Analisis karakteristik siswa

11
Analisis karakter siswa meliputi aktifitas atau prosedur untuk
mengidentifikasi dan menentukan karakteristik siswa yang akan
menempuh program pembelajaran yang didesain. Karakter siswa
yang akan menempuh program pembelajaran meliputi kondisi
social ekonomi, penguasaan isi atau materi pelajaran dan gaya
belajar. Gaya belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi gaya
belajar auditori, gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik.
3.      Analisis tugas pembelajaran
Analisis tugas pembelajaran  perlu dilakukan untuk menetapkan
tujuan-tujuan pembelajaran spesifik yang perlu dimiliki oleh
pembelajar untuk mencapai tingkat kompetensi dalam melakukan
pekerjaan.
4.      Menulis butir tes
Menulis butir tes dilakukan untuk menilai apakah program
pembelajaran yang dirancang dapat membantu siswa dalam
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Butir-butir tes yang ditulis harus bersifat valid dan
reliable agar dapat digunakan untuk menilai kemampuan atau
kompetensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
5.      Menentukan strategi pembelajaran
Menentukan strategi pembelajaran dilakukan untuk mengelola
program pembelajaran yang didesain agar dapat membantu siswa
dalam melakukan proses pembelajaran yang bermakna. Strategi
pembelajaran dalam konteks ini dapat diartikan sebagai siasat yang
perlu dilakukan oleh instruktur agar dapat membantu siswa dalam
mencapai hasil belajar yang optimal
6.      Memproduksi program pembelajaran
Program pembelajaran merupakan output dari desain system
pembelajaran yang mencakup deskripsi tentang kompetensi atau
tujuan, metode, media, strategi dan isi atau materi pembelajaran,
serta evaluasi hasil belajar.
7.      Melaksankan evaluasi formatif

12
Dilakukan untuk menemukan kelamahan-kelemahan dari draf
bahan ajar yang telah dibuat agar segera direvisi
8.      Merevisi program pembelajaran
Dengan melakukan revisi untuk terhadap draf program
pembelajaran diharapkan program tersebut dapat menjadi program
pembelajaran yang berkualitas yaitu pembelajaran yang efektif,
efisien, dan menarik.
5. Model Design Pembelajaran Camp
Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2004), model desain sistem
pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang program
atau kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka teori dengan lebih
baik dan menerapakan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Desain pembelajaran model
Kemp dapat dijelaskan dengan sebuah bagan berikut:
Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah, yaitu:
a) Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum
untuk pembelajaran tiap topiknya;
b) Menganalisis karakteristik peserta didik, untuk siapa pembelajaran
tersebut didesain;
c) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat
dampaknya dapat dijadikan tolok ukur perilaku peserta didik;
d) Menentukan isi materi pelajar yang dapat mendukung tiap tujuan;
e) Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang
peserta didik dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
f) Memilih aktivitas dan sumber pembelajaran yang menyenangkan
atau menentukan strategi pembelajaran, jadi peserta didik akan mudah
menyelesaikan tujuan yang diharapkan;
g) Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang
meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk
melaksanakan rencana pembelajaran;
h) Mengevaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan

13
peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan
berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan

a. Dalam penyampaian materi akan bisa disesuaikan dengan


kemampuan siswa karena adanya pre test .
b. Segala kegiatan telah terpeinci

Kelemahan
Membutuhkan waktu yang lama dalam perencanaan1. Waktu untuk
penyampaian materi berkurang untuk pemberian pre test

6. Model Hannafin dan Peck


ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase
Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi
(Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan
perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain
pembelajaran berorientasi produk. Gambar di bawah ini menunjukkan tiga
fase utama dalam model Hannafin dan Peck (1988).

Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan.
Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhankebutuhan dalam
mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya
tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan
kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan
keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi
Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk menjalankan penilaian
terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.

Fasa yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di
dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk

14
dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran.
Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase desain bertujuan untuk
mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk
mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang
dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikut urutan
aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media
pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan. Seperti
halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini
sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.

Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan
implementasi. Hannafin dan Peck (1988) mengatakan aktivitas yang
dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta
penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan
dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu
proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media
yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian
dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini
akan digunakan dalam proses pengubahsuaian untuk mencapai kualitas
media yang dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan
proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses
pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase
secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988)
menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian
sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang
proses pengembangan media sedangkan penilaian.

15
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas terdapat berbagai model desain


pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya adalah model desain
pembelajaran Dick and Carrey, model desain pembelajaran Kemp, model desain
pembelajaran ADDIE, dan model desain pembelajaran Hannafin and Peck. Model
desain pembelajaran tersebut memiliki karakteristik dan langkah-langkah masing-
masing yang dapat diterapkan oleh pendidik dalam mendesain pembelajaran kimia
di sekolah.
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah, penulis mengalami kesulitan terutama dalam
mendapatkan referensi dan memahami bahasa buku referensi tersebut. Sehingga
informasi yang didapat kurang disampaikan secara maksimal dalam makalah ini.
Sebaiknya, pembaca juga mencari referensi lain untuk menambah wawasan yang
lebih banyak.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://mayalink.wordpress.com/2015/11/13/model-pembelajaran-7-model-
pembelajaran/

http://afrizaldaonk.blogspot.com/2011/01/model-model-desain-
pembelajaran.html?m=1

http://faizal-ahsan.blogspot.com/2014/09/analisis-model-desain-
pembelajaran.html

http://oemy21leaf.blogspot.com/2014/04/model-desain-pembelajaran.html

17

Anda mungkin juga menyukai