Anda di halaman 1dari 12

NAMA : MUTMAINNAH

NIM : 1712155

Mekanisme Pemotongan Dan Pemungutan PPH 21

Dalam mengelola suatu badan atau perusahaan, karyawan memiliki


peran penting untuk membantu memajukan bisnis yang Anda kelola. Oleh
karena itu semua hal terkait kesejahteraan karyawan mulai dari pendapatan,
tunjangan serta aspek perpajakannya wajib untuk Anda perhatikan. Salah satu
pajak yang mengatur tentang penghasilan karyawan adalah PPh Pasal 21. Di
bawah ini adalah beberapa hal penting yang harus Anda ketahui secara lengkap
mengenai PPh 21. Sistem pemungutan pajak diindonesia sesuai pemungutan
pajak yang menganut sistem withholding system.

Secara umum mekanisme pemotongan/pemungutan (withholding


system) adalah :

1. Pemotongan/pemungutan pajak atas pemberian penghasilan dari


suatu transaksi tertentu dan tariff yang ditentukan.
2. Pemotongan/pemungutan pajak menyetorkan dan melaporkan
pelaksanaanya dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP) dan
surat pemberitahuan SPT.
3. Bagi WP yang dipotong/dipungut pajaknya, nilai tersebut
merupakan cicilan pajak yang terutang (kredit pajak) pada akhir
tahun apabila atas penghasilannya dikenakan PPh dengan tariff
umum (pasal 17 UU PPh).
4. Untuk WP yang dikenakan

Pemotongan PPh pasal 21 adalah pungutan atas penghasilan yang diterima


dari suatu pekerjaan, jasa dan kegiatan. Itulah pengertian pemotongan PPh
pasal 21.Jadi, ketika seseorang memperoleh gaji, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan, yang
bersangkutan berpotensi menjadi subjek pajak PPh 21.Oleh karenanya, jika
Anda seorang karyawan, sangat mungkin mengalami potongan pajak ini setiap
bulannya.Aturan detail tentang pemotongan PPh pasal 21 dapat kita temukan
pada Peraturan Direktur Jenderal Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, penyetoran dan Pelaporan PPh 21.

Sistem pemungutan pajak diindonesia sesuai dengan asas pemungutan


pajak sistem self assessment dan withholding system. Secara umum
mekanisme pemotongan/pemungutan pajak with holding system adalah:

1. Pemotong/pemingut pajak atas pemberian penghasilan dan suatu


transksi tertentu dengan tariff yang ditentukan
2. Pemotong/pemungut pajak meyetorkan dan melaporkan pelaksanaanya
dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP) dan surat
pemberitahuan (SPT).
3. Bagi WP yang dipotong/sipungut, nilai tersebut merupakan cicilan
pajak terutang (kredit pajak) pada akhir tahun apabila atas
penghasilannya dikenakan PPh dengan tariff umum (pasal 17 UU PPh).
Tarif umum sesuai pasal 17 UU PPh :
 Sampai dengan Rp50.000.000 sebesar tarifnya 5%
 Diatas Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000
tarifnya 15%
 Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000 tarifnya 25%
 Diatas Rp500.000.000 tarifnya 30%.
4. Untuk WP yang atas penghasilannya dikenakan PPh yang bersift final,
nilai yang dipotong/dipungut oleh pihak lain yang merupakan pelinasan
PPh terutang. Dimana pajak final yaitu, PPh yang dikenakan baik
dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri merupakan pelunasan
langsung terhadap PPh terutang untuk penghasilan tersebut. Dengan
demikian yang dinekan PPh final ini tidak dihitung lagi nilai PPh nya di
SPT tahunan. PPh yang sudah dipotong atau dibayar tersebut juga
bukan merupakan kredit pajak SPT tahunan.

Dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan, Anda perlu


mengetahui siapa saja pemotong PPh Pasal 21 siapa saja penerima penghasilan
yang dipotong PPh Pasal 21, apa saja hak dan kewajiban pihak pemotong dan
yang dipotong PPh Pasal 21, bagaimana mekanisme pemotongan, dan cara
pelaporan PPh Pasal 21.

Pemotong PPh Pasal 21terdiri dari:

1. Pemberi kerja
Yaitu yang terdiri dari badan atau pribadi yang membayar gaji, tunjangan,
dan pembayaran lain sehubungan dengan pekrjaan dan jasa.
2. Bendahara dan pemegang kas pemerintah
Termasuk bendahara atau pemegang kas pada pemerintah pusat termasuk
instituis TNI/polri, PEMDA, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga
Negara lainnya dan kedutaan besar RI diluar negeri.
3. Dana pensiun
Badan penyelenggara jamsostek, dan badan lain yang membayar uang
pension dan tabungan dihari tua.
4. Orang pribadi pembayar honorarium
Sehubungan jasa dan atau kegiatan dilakukan oleh orang pribadi dengan
status subjek pajak.
5. Penyelenggarakegiatan
Termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan
internasional, perkumpulan, orang pribad sert lembagalainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada wajib pajak pribadi dalam
negeri kenaan dengan suatu kegiatan.
Adapun penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 terdiri dari:

1. Pegawai
Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja baik sebagai pegawai
tetap maupun pegawai tidak tetap, tenaga kerja lepas berdasarlan
perjanjian yang tertulis maupuntidak tertulis.
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya juga
merupakan wajib pajak PPh Pasal 21. 
3. Wajib pajak PPh 21 kategori bukan pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:
 Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai
dan aktuaris;
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang
film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto
model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat,
pelukis dan seniman lainnya;
 Olahragawan;
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;
 Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
 Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer
dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan;
 Agen iklan;
 Pengawas atau pengelola proyek;
 Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau yang
menjadi perantara;
 Petugas penjaja barang dagangan;
 Petugas dinas luar asuransi; dan/atau
 Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct
selling dan kegiatan sejenis lainnya
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama juga merupakan
Wajib Pajak PPh Pasal 21. Selain itu, kategori di bawah ini juga
termasuk Wajib Pajak PPh 21:
5. Mantan pegawai; dan/atau
6. Wajib Pajak PPh Pasal 21 kategori peserta kegiatan yang menerima
atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya
dalam suatu kegiatan, antara lain:
 Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain
perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan,
teknologi dan perlombaan lainnya;
 Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan
kerja;
 Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu;
 Peserta pendidikan dan pelatihan; atau
 Peserta kegiatan lainnya. 

Dalam hal Anda merupakan pemberi kerja yang memotong PPh Pasal 21,
hal-hal yang harus Anda lakukan adalah:

1. melakukan melakukan pemotongan PPh Pasal 21 sesuai dengan


ketentuan tarif PPh yang berlaku;
2. membuat bukti potong PPh Pasal 21 melalui aplikasi e-SPT PPh Pasal
21;
3. melakukan penyetoran PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut
dengan terlebih dahulu membuat kode billing (MAP-KJS 411121-100).
Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Misalnya: pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan pada bulan April 2019,
maka penyetoran PPh-nya adalah paling lambat dilakukan pada tanggal
15 bulan Mei 2019; dan
4. melakukan pelaporan PPh Pasal 21 dengan menggunakan aplikasi e-
SPT PPh melalui djponline.pajak.go.id atau ASP.

Jika Anda adalah orang pribadi penerima penghasilan dari pemberi kerja
yang bertindak sebagai pemotong PPh Pasal 21, Anda perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut:

1. Meminta dan mendapatkan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (1721-A1


dan 1721-A2) atas penghasilan yang diterima dan dipotong PPh Pasal
21 secara berkala.
2. Apabila Anda berstatus sebagai pegawai tetap dan penerima pensiun
yang PPh Pasal 21 nya dipotong oleh pemberi kerja maupun dana
pensiun, maka Anda berhak menerima bukti pemotongan setiap awal
tahun.
3. Apabila Anda berstatus sebagai penerima honorarium, bukan pegawai,
dan peserta kegiatan yang penghasilannya dipotong PPh Pasal 21-nya
oleh pemberi penghasilan, maka Anda berhak menerima bukti
pemotongan PPh Pasal 21 setelah penghasilan dibayarkan.
4. Apabila Anda menerima penghasilan dari pemberi kerja, namun PPh
Pasal 21-nya tidak dipotong, maka penghasilan tersebut wajib
diperhitungkan dan dilaporkan melalui SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi pada tahun pajak yang sama.
Tarif pajak dan penerapannya

Tarif pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut ketentuan dalam


pasal 21 Undang-undang pajak penghasilan sebagai berikut:

1. Tariff pajak berdasarkan pasal 12 UU PPh diterapkan berdasarlan PKP


dari:
a. Pegawai tetap
Besarnya PKP bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan
neto dikurangi PTKP. Sedangkan penghasilan netto dihityng
seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:
 Biaya jabatan
 Iuran
b. Penerima pensiun tetap yang dibayar secara bulanan
Bagi penerima pensiun berkala besarnya PKP adalah sebesar
penghasilan neto dikurangi dengan biaya pension.
c. Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas dibayar secara
bulanan.
Bagi pegawai yang tidak tetap yang penghasilannya secara
bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima
selama 1(satu) tahun telah melebihi RP4.500.000,00 besarnya
dihitung PKP sebesar penhasilan bruto dikurangi PTKP.
d. Bukan pegawai yang menerima imbalan bersifat
berkesinambungan.

Bagi pegawai tidak tetap yang dibayarkan secara bulanan

2. Atas penghasilan yang diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja
lepas berupa harian, upah mingguan, upah bulanan, upah borongan,
uang saku harian sepanjamg penghasilan tidakdibiarkab secara bulana,
tariff lapisan pertama pasal 17 UU PPh (5%) dtetgapkan adalah :
a. Jumlah penghasilan bruto seharian melebihi
Rp450.000,00 atau,
b. Jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan PTKP
sebenarnya penhasilan satu tahun bilan kalender telah
meleibihi Rp450.000,00
3. Tariff berdasarkan pasal 17 UU PPh diterapkan dalam jumlah kumulatif
dari:
a. PKP sebesar jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP bersufat
berkesinambungan yang memenuhi ketentuan:
 Mempunyai NPWP
 Hanya peroleh penghasilan dan hubungan kerja dengan
pemotongan PPh pasal 21
 Tidak memperoleh penghasilan lainnya
b. 50% dari jumlah penghasilan bruto yang diterima
Atau diperoleh tenaga ahli PPh pasal 21= (50% × penghasilan
bruto) × tariff pasal 17 UU PPh
c. Jumlah pengasilan bruto berupa honorarium atau imbalan
bersifat teratur . PPh pasal 21= penghasilan brutuo × tarif 17
UU PPh
d. Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, gratifikasi atau
imbalan lain yang berdifat tidak teratur yang diterima oleh
pegawai. PPh pasal 21= penghasilan brutuo × tarif 17 UU PPh
4. Tarif berdasarkan pasal 17 UU diterapkan atas jumlah penghasilan
bruto
5. Tarif PPh pasal 21 atas honorarium atau imbalan dengan nama apapun
yang menjadi beban APMN dan APBD adalah :
a. Sebesar 0% dari penghasilan bruto bagi PNS golongan I dan
golongan II , anggota TNI dan anggota POLRI golongan pangkat
tamtama dan Bintara dan pensiunnya.
b. Sebesar 5% dari pengasilan bruto bagi PNS golongan III, anggota
TNI dan anggota POLRI golongan pangkat perwira pertama
c. Sebesar 15% dari penghasilan bruto bagi pejabat Negara, PNS,
golongan IV< anggot TNI dan anggota POLRI pangkt menengah
dan tinggi.

Tarif pemotongan PPh 21 bagi penerima penghasilan yang tidak


mempunyai NPWP

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 yang tidak


memiliki NPWP , dikenakan pemotongan PPh pasal 21 dengan tariff ynag
lebih tinggi 20% dari pada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang
memiliki NPWP. Artinya PPh pasal 21 harus dipotong adalah 120% jumlah
PPh pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam dalam hal yang bersangkutan
memiliki NPWP. Dimana pemotongan PPh pasal 21 ini berlaku untuk
pemotongan PPh pasal 21 yang bersifat final.

Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Teratur

1. Bagi pegawai tetap


Untuk menghitung PPh pasal 21 atas pengasilan pegawai tetap terlebih
dahulu dihitung seluruh penghasilan bruto yang diterima selama
sebulan, meliputi gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur
lainnya termasuk lembur. Selanjutnya dihitung jumlah
Penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi
penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan, iuran pension, iuran
jaminan hari tua dan tunjangan hari tua yang dibayar sendiri oleh
pegawai yang bersangkutan melalui pemberian kerja para dana pension
yang disahkan oleh Menteri Keuangan atau BPJS ketenagakerjaan.

Apabila pajak terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas


penrima gaji sebulan, maka untuk perhitungan PPh pasal 21 jumlah
penghasilan trsebutterlebih dahulu dijasikan penghasilan bulanan dengan
menggunakan faktor perkalian:
a. Gajinuntuk masa seminggu di kali dengan 4
b. Gaji untuk masa sehari dikali dengan 26

Dan selanjutnya dihitung penhasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan


neto sebulan di kali 12.

2. Bagi penerima berkala


Perhitungan PPh pasal 21 atas utang pensiunbulanan diterima atau
diperoleh penerima pension pada tahun pertama aalah:
a. Hitung dahulu penghasilan neto sebulanyang diperoleh dengan cara
mengurfangi pernghasilan bruto dengan biaya pension, lalu kalikan
banyaknya bulan sejak pegawai menrima pension.
b. Penghasilan neto atas hurug a ditambah dengan penghasilan neto
dalam tahun bersangkutanyang diterima oleh pemberi kerja sebelum
pegawai pensiundengan tercantum dalam bukti pemotongan PPh
pasal 21 sbelum pension.
c. Untuk menghitung PKP, jumlah penghasilan pada huruf b kurangi
dengan PTKP dan dihitung PPh apsal 21 PKP tersebut
d. Yang ada di huruf c dengan PPH pasal 21 terutang dari pemberi
kerja sebelum pegawai pensiunsesuai dengan tercantum dalam bukti
pemotongan PPh pasal 21 sebelum pension.
e. PPh 21 atas utang pension sebesar PPh tersebut dalam huruf dibagi
dengan banyaknya bulan dalam maksud huruf a.

Perhitungan PPh pasal 21 tas penghasilan tidak teratur bagi pegawai


tetap.

Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa prosuksi gratifikasi,


bonus, premi, tunjangan hari raya dan penghasilan lain semacam itu yang
sifatnya tidak tetap dan biassanya dibayarkan sekali setahun maka, dipotong
dengan cara beriku :
a. Dihitung PPH pasal 21 atas pengasilan teratur yang setahun
ditambahkan dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa
produksi dan lainnya
b. Dihitung PPh pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa
tantiem, jasa produksi dan lainnya.
c. Selisih antara PPHpasal 21 menurut pehitungan huruf a dan b.

Pemotongan PPh pasal 21 orang pribadi dalam negeri bukan pegawai,


selain tenaga kerja ahli, atas imbalan yang bersifat berkesinambungan

Bagi yang telah memiliki NPWP dan hanya menerima pengasilan dari
pemotongan pajak yang nersangkutan PPh pasal 21 dihitung dengan
menerapkan tariff pasal 17 ayat (1) HURUF A UU PPh atas jumlah kumulatif
PKP. Besarnya PKP adalah sebesar penghasilan bruto dalsm satu periode.
Dan bagi yang tidak memiliki NPWP atau menrima penghasilan dari
selain pemotongan pajak yang bersangkutan PPh pasal 21 dibitung dengan
menerapkan trip pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah kumulatif
penghasilan laba bruto dalam satu periode.

Anda mungkin juga menyukai