Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Disusun oleh :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dian Nourmayanti
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Januari 2010
ABSTRAKSI
Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh
upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang
sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Gejala-gejala seseorang
mengalami kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata,
pandangan kabur, pandangan ganda, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata
perih, mata merah, mata berair, sakit kepala, dan pusing disertai mual. Penelitian
yang dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) didapatkan bahwa 91,6 %
operator komputer merasakan keluhan kelelahan mata. Berdasarkan penelitian
pendahuluan di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk, tahun 2009 diketahui bahwa dari 15 pekerja pengguna komputer
terdapat 13 pekerja yang mengalami keluhan kelelahan mata.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian
cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 pekerja customer service.
Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh
masing-masing pekerja untuk mengetahui keluhan kelelahan mata secara subjektif
dan karakteristik pekerja. Sedangkan kelainan refraksi, tingkat pencahayaan dan jarak
monitor diukur secara langsung dengan menggunakan snellen chart, luxmeter, dan
mistar. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran masing-masing
variabel, sedangkan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (usia, kelainan refraksi,
istirahat mata, jarak monitor dan tingkat pencahayaan) terhadap variabeldependen
(keluhan kelelahan mata).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja pengguna
komputer mengalami keluhan kelelahan mata. Selain itu terdapat hubungan antara
usia dan tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna
komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk tahun 2009 dengan Pvalue 0,023 dan variabel tingkat pencahayaan memiliki nilai
OR sebesar 30.00 sehingga dapat diketahui bahwa tingkat pencahayaan memiliki
risiko 30 kali terhadap kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna
komputer di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Faktor kelainan refraksi,
istirahat mata, dan jarak monitor ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan
dengan keluhan kelelaha mata.
Untuk mengurangi keluhan kelelahan mata pada pekerja, saran yang diajukan
bagi perusahaan adalah memberikan penerangan sesuai dengan standar yang
dianjurkan untuk ruangan kerja berkomputer yaitu sebesar 300 Lux dan melakukan
pemeriksaan mata secara berkala bagi pekerja. Bagi pekerja, hindari penggunaan
lensa kontak pada saat bekerja dengan komputer karena kelelahan mata akan lebih
cepat terasa. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pengukuran
kelelahan mata secara objektif dengan menggunakan alat ukur tingkat kelelahan mata
(reaction timer) dan meneliti variabel lain yang terkait dengan kelelahan mata dengan
menggunakan desain studi case control.
ABSTRACT
Ketua
Anggota I
Anggota II
PENDIDIKAN FORMAL
PENGALAMAN ORGANISASI
Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
hidayah, kasih sayang dan segala nikmat yang Ia berikan selama ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna
Komputer Di Corporate Customer Care Centre (C4) PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk Tahun 2009”.
1. Keluarga tercinta, Bapak Cepi, Mama Eti, Ade Sari, Wahyu, yang telah
memberikan doa, semangat, dan pengertian yang luar biasa kepada kaka.
Kepada Nyai tersayang..terimakasi untuk setiap aliran doa yang tiada henti
untuk keselamatan dan keberhasilan kaka, ”semoga nyai cepet sembuh, amin”.
Ce’ May beserta dua jagoan ciliknya Kiki dan Syahna yang selalu menghibur
disaat semangat kaka mulai berkurang, serta segenap keluarga besar Alm. H.
Abd. Manan yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada kaka.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Pak Bambang, Pak Daud, Pak Taufan serta seluruh staf dan karyawan
Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan skripsi di C4
Jakarta.
8. Sahabat-sahabat tersayang Lea, Fina, Juniar, Gita dan Arini yang selalu setia
setiap saat ;) aku ada karena kalian ada ^.^
9. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2005, Semangaaatttttt!!!!!!!!.
10. Sebuah kisah klasik untuk masa depan…Azelia, Barki, Syaichu, Akmal, Agus,
Indra….makasi untuk kebersamaannya selama ini dan selamanya.
11. Keluarga Pd. Ranggon, Depok, Kedaung, Pamulang, Bandung, Indramayu yang
selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan perjuangan ini.
12. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
telah membantu proses penyusunan laporan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN...........................................................................i
ABSTRAKSI..................................................................................................ii
ABSTRACT...................................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN...............................................................vi
DAFTAR PANITIA SIDANG.....................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................viii
KATA PENGANTAR...................................................................................ix
DAFTAR ISI..................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..........................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xvii
DAFTAR GRAFIK.....................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Pertanyaan Penelitian.................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian.......................................................................................7
1.4.1 Tujuan Umum...................................................................................7
1.4.2 Tujuan Khusus..................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................9
1.5.1 Bagi Perusahaan................................................................................9
1.5.2 Bagi Peneliti Lain.............................................................................9
1.5.3 Bagi Program Strata I K3 FKIK UIN...............................................9
1.6 Ruang Lingkup..........................................................................................9
BAB V HASIL...............................................................................................50
5.1 Profil Perusahaan......................................................................................50
5.1.1 Profil PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.......................................50
5.1.2 Visi dan Misi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk..........................52
5.1.3 Lima Pilar Bisnis PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk....................52
5.1.4 Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.................................................................................53
5.2 Gambaran Kondisi Lingkungan Kerja......................................................54
5.3 Analisis Univariat.....................................................................................55
5.3.1 Gambaran Keluahan Kelelahan Mata..............................................55
5.3.2 Gambaran Jenis Keluhan Kelelahan Mata......................................55
5.3.3 Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan
Kelelahan mata................................................................................57
5.4 Analisis Bivariat.......................................................................................59
5.4.1 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata................59
5.4.2 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan
Kelelahan Mata................................................................................60
5.4.3 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan
Kelelahan Mata................................................................................61
5.4.4 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluahan
Kelelahan Mata................................................................................61
5.4.5 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan
Kelelahan Mata................................................................................62
BAB VI PEMBAHASAN.............................................................................64
6.1 Keterbatasan Penelitian............................................................................64
6.2 Keluhan Kelelahan Mata..........................................................................64
6.3 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata.........................67
6.4 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan
Kelelahan Mata.........................................................................................68
6.5 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata..........70
6.6 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluahan Kelelahan Mata........72
DAFTAR PUSTAKA81
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Grafik 5.1 Distribusi Jenis Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4)
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 200956
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya
berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk
mata adalah suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara
berlebihan. Mata lelah, tegang atau pegal adalah gangguan yang dialami mata karena otot-
ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka
waktu lama. Otot mata sendiri terdiri dari tiga sel-sel otot eksternal yang mengatur gerakan
bola mata, otot ciliary yang berfungsi memfokuskan lensa mata dan otot iris yang mengatur
sinar yang masuk ke dalam mata. Semua aktifitas yang berhubungan dengan pemaksaan otot-
otot tersebut untuk bekerja keras bisa membuat mata lelah. Gejala mata terasa pegal biasanya
akan muncul setelah beberapa jam kerja. Pada saat otot mata menjadi letih, mata akan
menjadi tidak nyaman atau sakit. Sedangkan menurut Suma’mur (1991) dalam Henny (2001)
kelelahan mata mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap
otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina
Gejala kelelahan mata dibagi menjadi tiga yaitu gejala visual seperti penglihatan
rangkap, gejala okular seperti nyeri pada kedua mata, dan gejala referral seperti mual dan
sakit kepala (Trevino Pakasi, 1999). Kelelahan mata dapat menimbulkan gangguan fisik
seperti sakit kepala, penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya di waktu
malam, mata merah, radang pada selaput mata, berkurangnya ketajaman penglihatan, dan
berbagai masalah penglihatan lainnya. Dampak lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah
penglihatan (Taylor & Francis, 1997). Menurut Departemen Kesehatan kelelahan mata dapat
menyebabkan iritasi seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah, penglihatan
rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot, dan kekuatan konvergensi serta akomodasi
Kelelahan mata sering terjadi pada pekerja yang menggunakan komputer dalam
Vision Syndrome (CVS) yaitu suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara
lain mata lelah dan kering, sakit kepala, pandangan buram, dan sensitif terhadap cahaya
kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata, pandangan kabur,
pandangan ganda, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih, mata merah, mata
Faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata menurut Occupational Health and
Safety Unit Universitas Quessland adalah faktor perangkat kerja (ukuran objek pada layar dan
tampilan layar), lingkungan kerja (cahaya monitor, pencahayaan ruangan, suhu udara), desain
kerja (karakteristik dokumen, durasi kerja) dan karakteristik individu (riwayat penyakit).
Kelelahan mata menurut Trevino Pakasi (1999) dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi faktor okular dan sistemik.
Sedangkan untuk faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat pencahyaan dan distribusi
penyebaran cahaya di area kerja. Gejala visual menurut OSHA juga dapat diakibatkan dari
pencahayaan yang tidak sesuai, cahaya yang silau dari monitor, ukuran objek dari layar
monitor yang sulit dibaca, dan pola istirahat mata (OSHA, 1997). Usia pekerja menurut
Guyton (1991) juga memperngaruhi kelelahan mata. North (1993) menyebutkan bahwa
faktor yang mempengaruhi kinerja visual antara lain kemampuan individual itu sendiri, jarak
Dengan adanya komputer, pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat. Namun
dapat menimbulkan stress, seperti yang ditemukan NIOSH (The National Institute of
Occupational Safety and Health). NIOSH menemukan bahwa operator komputer memiliki
tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lain (Djunaedi, 2003)
Komputer Vision Syndrome (CVS) atau kelelahan mata ditemukan berkaitan dengan
penggunaan monitor atau Video Display Terminal (VDT) secara terus menerus. Data menurut
EyeCare Technology (1995) dalam Endit (2003) didapatkan bahwa terdapat 60 juta orang
yang menderita gangguan penglihatan karena menggunakan Video Display Terminal (VDT)
untuk penggunaan 3 jam atau lebih dalam sehari. Sedangkan menurut NIOSH, dilaporkan
bahwa 88% orang yang berinteraksi dengan komputer lebih dari 3 jam per hari akan
bergantung pada komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian
dari kategori resiko tertinggi kelelahan mata, beberapa studi mengindikasikan bahwa
35–48% dari pekerja kantor mederita problema tersebut (Robinson, 2003 dalam Hana
2008). Penelitian yang dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) juga
didapatkan bahwa proporsi keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator
ditemukan karena adanya interaksi mata secara terus menerus dengan penggunaan
komputer. Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit “X” pada tahun 2004
didapatkan angka prevalensi kelelahan mata pada pekerja komputer sebesar 95,8%
(Fauziah, 2004). Penggunaan komputer yang dilakukan secara lama akan membuat
mata lelah dan kering karena mata terus digunakan untuk melihat layar monitor.
Untuk mencegah hal tersebut kita perlu memperhatikan visual ergonomic dalam
ruangan serta posisi monitor terhadap mata agar pekerja mendapatkan kenyamanan
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara
untuk dalam negeri. Salah satu sub.divisinya adalah Corporate Customer Care
produk Telkom. Dalam melakukan penanganan gangguan yang terjadi pada layanan
Telkom, pekerja sangat bergantung pada komputer dengan pemakaian waktu yang
cukup lama dan terus menerus sehingga dapat menimbulkan konsekuensi negatif
pada kesehatan tubuh terutama kesehatan mata. Berdasarkan informasi dari kalangan
manajemen, hingga saat ini belum pernah dilakukan suatu kegiatan penelitian
mata, terutama kelelahan mata pada pengguna komputer. Untuk itu, peneliti tertarik
Berdasarkan teori dan data-data di atas, terdapat risiko gangguan kelelahan mata
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?
2. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat
mata) pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
3. Bagaimana gambaran faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor pada pekerja pengguna
komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
tahun 2009?
Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?
5. Apakah faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat mata)
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?
6. Apakah faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor berhubungan dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center
7. Apakah faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan berhubungan dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center
tahun 2009.
3. Diketahuinya gambaran faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor pada pekerja
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun
2009.
istirahat mata) dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer
tahun 2009.
aan mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja sehingga dapat dilakuka
Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan informasi
pekerja pengguna komputer ditinjau dari karakteristik pekerja, perangkat kerja dan
lingkungan kerja. Penelitian ini perlu dilakukan karena sebagian besar pekerja setiap
harinya bekerja dengan menggunakan alat bantu komputer sehingga pekerja tidak
lepas dari risiko terjadinya kelelahan mata. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun
2009. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Januari
2010. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross
sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
jarak monitor dan pengukuran tingkat pencahayaan. Sedangkan sumber data sekunder
yaitu data profil Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi
TINJAUAN PUSTAKA
Kelelahan mata atau astenopia menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang
diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi
(1999) kelelahan mata adalah suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh
dalam Henny (2001) kelelahan mata mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-
fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu
pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidak tepatan kontras.
Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi pada fungsi penglihatan.
Stress pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat
pada obyek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada
kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih
sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan
mata, stress pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam
penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya di waktu malam, mata
merah, radang pada selaput mata, berkurangnya ketajaman penglihatan, dan berbagai
masalah penglihatan lainnya. Terjadinya kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata
sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan
kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah,
sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan
lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah hilangnya produktivitas, meningkatnya
seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah, penglihatan rangkap, sakit
kepala, ketajaman mata merosot, dan kekuatan konvergensi dan akomodasi menurun
(Depkes, 1990).
Menurut Pheasant (1990) gejala-gejala seseorang mengalami kelelahan mata antara lain:
2. Pandangan kabur
3. Pandangan ganda
5. Mata perih
6. Mata merah
7. Mata berair
Tanda-tanda tersebut di atas terjadi bila iluminasi tempat kerja berkurang dan
pekerja yang bersangkutan menderita kelainan reflaksi mata yang tidak dikoreksi.
Bila persepsi visual mengalami stress yang hebat tanpa disertai efek lokal pada otot
akomodasi atau retina maka keadaan ini akan menimbulkan kelelahan saraf. General
Nervus Fatique ini terutama akan terjadi bila pekerjaan yang dilakukan seseorang
memerlukan konsentrasi, kontrol otot dan gerakan gerakan yang sangat tepat (Ilyas,
1991).
Pengguna komputer dalam waktu lama beresiko terkena astenopia atau lelah
mata. Menurut dr Edi Supiandi Affandi SpM dari Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUI
keluhan penderita astenopia antara lain mata tak nyaman, iritasi, panas, sakit, cepat
lelah, mengantuk, merah dan berair. Penglihatan mata terasa buram, ganda,
kemampuan melihat warna menurun. Gejala itu diikuti sakit kepala, bahu, punggung
dan pinggang, vertigo serta kembung (Fauzi, 2006). Pheasant (1991) menyebutkan
bahwa pekerja yang bekerja menggunakan komputer secara berulang-ulang dan terus
pekerja yang tidak menggunakan komputer yaitu hanya 45% yang mengalami
kelelahan mata.
terus-menerus lebih dari dua jam. Terutama di ruangan yang pencahayaannya kurang
dari 200 lux. Pada pengguna komputer astenopia terjadi karena kelelahan mata akibat
memusatkan pandangan pada komputer di mana obyek yang dilihat terlalu kecil,
kurang terang, bergerak dan bergetar. Mata yang berkonsentrasi kurang berkedip,
sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi kering (Fauzi, 2006).
Ada beberapa cara untuk mengurangi kelelahan mata, seperti perbaikan kontras, cara
ini paling mudah dan paling sederhana, serta dilakukan dengan memilih latar penglihatan
yang tepat. Cara berikutnya dengan meninggikan intensitas penerangan. Biasanya penerangan
harus sekurang-kurangnya dua kali dibesarkan. Dalam berbagai hal, masih perlu dipakai
lampu-lampu di daerah kerja untuk lebih memudahkan penglihatan. Cara terakhir adalah
pemindahan tenaga kerja dengan visus yang setinggi-tingginya. Kerja malam harus
dikerjakan oleh tenaga kerja berusia muda, yang apabila usianya bertambah, dapat
“3B” yaitu Blink, Breat, dan Break. Adapun penjelasan dari “3B” adalah sebagai
berikut :
1. Blink yaitu mengedipkan mata, dalam keadaan normal dalam satu menit mata
akan mengedip 12-15 kali. Frekuensi mengedip akan bertambah bila dalam
pekerjaan. Melihat tanpa berkedip akan melelahkan mata. Dengan berkedip mata
akan beristirahat walaupun hanya sesaat dan akan terjadi proses pembersihan
mata serta proses pembasahan ulang pada mata sehingga penglihatan akan tetap
jelas. Oleh karena proses mengedip ini merupakan proses yang otomatis maka
pada tahap awal harus tetap disadari bahwa mengedip adalah penting.
2. Breath yaitu benafas. Apabila dalam keadaan stress, ada tendensi untuk menahan
nafas. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot menjadi tegang tanpa disadari.
Bernafas secara benar dan teratur akan menyebabkan relaksasi otot termasuk otot
mata.
yang tinggi maka diperlukan adanya istirahat singkat untuk memberikan waktu
pemulihan.
cahaya dan sebaliknya benda disekitar kita dapat terlihat apabila memancarkan
cahaya, baik cahaya dari benda tersebut maupun dari cahaya pantulan yang datang
luminensi, kontras antar obyek sekitar dan lamanya waktu melihat. Pada ruang
kombinasi untuk dapat melihat dan mengenal benda-benda dengan jelas. Tidak semua
benda yang dapat dilihat akan sama jelasnya (equal visible). Suatu hal yang perlu
diperhatikan adalah ada yang bisa melihat dengan mudah dan cepat, ada yang
berusaha dengan keras, sedangkan yang lainnya tidak terlihat sama sekali (Ahmad
Sujudi, 1999).
Tabel 2.1
Derajat
Visibilitas
No. Perbandingan Ukuran (Size Ratio) Visibilitas
1. 2,5 atau lebih Melihat dengan mudah
2. 1 – 2,5 Perlu upaya kontinyu
3. Kurang dari 1 Tidak terlihat
Sumber : Suma’mur PK (1996)
1. Usia
(cembung) atau menipis (pipih) sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar
bayangan jatuh tepat di retina. Titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas oleh
mata dengan berakomodasi maksimum disebut titik dekat mata atau punctum
proximum. Titik terjauh yang dapat dilihat jelas oleh mata dengan tidak
diperbaiki dengan bantuan kacamata, tetapi gangguan ini akan berkembang lebih
luas lagi dengan adanya kacamata. Oleh karena itu, penting untuk menguji
penglihatan manusia yang bekerja karena penglihatan yang baik adalah hal yang
penting.
Dalam banyak hal dimana operator komputer yang telah mengeluh karena
diketahui bahwa ada cacat pada mata mereka. Hal ini ternyata juga sudah diduga
dan dari beberapa bukti menunjukkan bahwa penerimaan dari keadaan yang
buruk pada operator-operator tersebut sangat mungkin adalah suatu hasil dari
layar komputer. Kacamata tersebut dapat dipakai melihat jarak jauh dan jarak
dekat. Untuk mereka, kacamata itu akan lebih baik dipakai, dengan lensa
otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Daya akomodasi
menurun pada usia 45–50 tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin
2. Kelainan Refraksi
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada
retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu
titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.
daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal
penyebab kelelahan mata (astenopia) bila orang dengan kelainan refraksi tidak
dipakai, mata akan lebih rileks dan fokusnya tidak terlalu kuat, sehingga otot-otot
tersebut tidak bekerja terlalu keras untuk melihat layar komputer yang rata-rata
menentukan. Penggunaan komputer yang dianjurkan adalah tidak lebih dari empat
jam sehari. Bila lebih dari waktu tersebut, mata cenderung mengalami refraksi.
Seandainya penggunaan dalam tempo lebih dari empat jam itu tak bisa dihindari,
pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak
pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun
penggunaan lensa kontak atau kacamata saat bekerja di depan komputer. Jika
operator komputer menggunakan lensa kontak, kelelahan mata akan lebih cepat
terasa. Hal ini dapat terjadi karena mata yang dalam keadaan memfokuskan layar
monitor akan jarang berkedip, sehingga bola mata cepat menjadi kering. Bola
mata yang kering menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak
karena udara ruangan ber-AC akan kering, sehingga air mata akan ikut menguap.
oleh ahli masalah mata (Optometrist) Dr. Jay Schlanger mengatakan beberapa
perusahaan kini mulai membuat lensa yang bagian atasnya dirancang untuk
anti radiasi juga dapat membantu memberikan filter bagi radiasi yang masuk ke
kemanapun kita bekerja, kacamata ini tak hanya berguna saat kita bekerja di
depan monitor, namun juga melindungi mata dari cahaya lampu mobil, radiasi
sangat berguna bagi mata kita karena lapisan tersebut secara otomatis
mengurangi efek nyeri di mata akibat radiasi cahaya berlebih (Fauzi, 2006).
Pengguna lensa kontak juga punya solusi, yaitu dengan mengganti lensa
kontak generasi baru yang terbuat dari silikon hydrogel. Silikon jenis ini
memungkinkan daya transmisi oksigen yang lebih tinggi dibanding jenis lain.
3. Istirahat Mata
terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja termasuk beban kerja, waktu kerja
yang lama dan kurangnya istirahat. NIOSH juga menjelaskan bahwa keluhan
mata berkurang secara bermakna pada pekerja yang mengambil 5 menit istirahat
kerja. Beristirahatlah sekitar 2-3 menit setiap 15–20 menit bekerja di depan
istirahat untuk 1 jam berkutat dengan komputer dan seterusnya. Suma’mur (1999)
berpendapat bahwa istirahat yang pendek tetapi sering atau banyak adalah lebih
baik daripada satu kali istirahat dengan durasi yang panjang. Karena sebenarnya
pengaturan waktu istirahat yang tepat akan berpengaruh positif terhadap tingkat
produktivitas pekerja.
istirahat pendek namun sering dan teratur, selain itu juga disarankan pekerja atau
dan terfokus pada layar monitor. Ada tiga jenis istirahat bagi pengguna komputer
1. Micro break : istirahat 10 detik setiap 10 menit menit bekerja, yaitu dengan
cara melihat jauh (minimal 6 meter) diikuti dengan bernafas dan mengedipkan
2. Mini break : dilakukan setiap setengah jam selama lima menit dengan cara
berdiri dan meregangkan tubuh. Lakukan juga melihat jauh dengan objek
yang berbeda-beda
3. Maxi break : termasuk disini minum kopi atau the dan makan siang. Bangun
dan jalan-jalan.
Terminal untuk jangka waktu yang cukup lama atau secara terus menerus selama
satu jam atau lebih, maka pekerja tersebut harus melakukan istirahat mata dari
melihat VDT setidaknya setiap lima menit sekali setiap jamnya (Occupational
Salah satu contoh metode istirahat mata yang disarankan oleh beberapa
ahli yaitu dengan melihat suatu benda atau objek dengan fokus yang berbeda dan
disarankan dengan jarak yang jauh dibandingkan dengan jarak monitor ke mata.
Caranya yaitu jika bekerja selama 20 menit, lihatlah suatu objek dengan jarak
ngedipkan mata lalu memejamkan mata dalam-dalam dan buka mata secara
Durasi Kerja
dan lamanya seseorang bekerja sehari yang baik pada umumnya adalah 6-8 jam.
Memperpanjang waktu kerja lebih dari batasan tersebut umumnya tidak diikuti
(Suma’mur, 1996).
Secara umum, semakin panjang waktu kerja seseorang, maka makin besar
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau bersifat negatif. Hal
ini berkaitan dengan potensi bahaya atau risiko yang mungkin muncul dari
pekerjaan atau material yang pekerja hadapi saat bekerja, sehingga semakin lama
mereka terpapar bahan atau hazard tersebut maka semakin besar kemungkinan
1996)
tentunya juga akan mengalami suatu risiko karena mata operator komputer akan
selalu berinteraksi dan berhadapan dengan monitor dalam jangka waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu, pekerjaan mata yang selalu berulang atau terus
kelelahan pada mata. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rey dan Meyer (1980) terhadap pengguna monitor di sebuah industri
mengenai keluhan ataupun gangguan pada mata antara pengguna monitor yang
bekerja selama 6-9 jam per hari dengan mereka yang bekerja kurang dari 4 jam
Hal tersebut berkaitan dengan sifat atau fungsi mata yang tidak dibuat
untuk bekerja melihat dari jarak dekat dengan waktu yang lama, karena mata
akan bekerja keras untuk berakomodasi dan berkonvergensi agar mampu melihat
dan memfokuskan pandangan apabila digunakan untuk melihat jarak dekat. Hal
ini akan menyebabkan otot mata bekerja keras sehingga akan menyebabkan otot-
otot mata menjadi cepat lelah, keadaan seperti demikian ini sering dijumpai
terutama pada orang yang bekerja dengan jarak yang sangat dekat dengan
1. Jarak Monitor
Jarak mata terhadap monitor merupakan hal yang perlu mendapat
untuk melihat jarak dekat dalam waktu yang cukup lama sesuai tipikal kerja
20-40 inch atau 50-100 cm. Hal ini sesuai dengan alasan atau penyebab utama
terjadinya kelelahan mata yaitu jarak mata yang terlalu dekat dengan monitor,
sehingga mata dipaksa bekerja untuk melihat dari jarak yang cukup dekat dalam
jangka waktu yang cukup lama, sedangkan fungsi mata sendiri sebenarnya tidak
dari jarak dekat, maka mata dipaksa secara berat untuk melakukan proses
atau mengatur fokus untuk melihat sesuatu dari jarak tertentu sehingga benda
terjadinya iritasi mata akibat proses akomodasi dan konvergensi yang berlebihan
2. Ukuran Objek
Ukuran objek berkaitan dengan kemampuan penglihatan, semakin besar ukuran
suatu objek kerja maka semakin rendah kemampuan mata yang diperlukan untuk
melihat objek tersebut. Sedangkan untuk ukuran objek kerja yang kecil
diperlukan kemampuan mata yang lebih untuk dapat melihat dengan fokus,
3. Tampilan Monitor
untuk bekerja, maka tampilan dari layar yang meliputi tingkat kekontrasan layar
tampilan antara dua hal atau image, dalam hal ini yaitu antara warna karakter
(huruf) pada layar monitor dengan warna latar layar itu sendiri (background).
kemungkinan untuk timbulnya kelelahan mata pada pekerja. Secara ideal, tingkat
kontras dari tampilan monitor yang baik adalah tingkat kontrasnya tepat, yaitu
perpaduan antara warna teks dengan latar belakang tinggi. Dan dalam hal ini
yang paling ideal adalah teks atau karakter berwarna gelap dengan latar belakang
seperti huruf berwarna hitam dengan layar berwarna putih, karena tampilan
seperti inilah yang dapat dikatakan paling nyaman untuk mata pekerja yang
menggunakan komputer dalam jangka waktu yang cukup lama (Ankrum, 1996).
Pada pengguna komputer, menurut dr Edi Supiandi Affandi SpM dari
Bagian Ilmu penyakit Mata FKUI, kelelahan mata terjadi akibat memusatkan
pandangan pada komputer dimana obyek yang dilihat terlalu kecil, kurang
sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi kering. Untuk
ukuran teks, warna layar, ketajaman, dan lain-lain relatif berbeda antara satu
4. Document Holder
Posisi monitor dapat dilihat oleh operator komputer sesuai dengn level mata,
yaitu membentuk sudut 20o–50o. Dengan sudut pandang seperti itu, maka
melihat dokumen dan monitor tidak memerlukan pergerakan bola mata atau
kepala yang dapat mengakibatkan mata lebih cepat lelah dan nyeri pada bagian
1. Tingkat Pencahayaan
Pencahayaan yang cukup dan diatur dengan baik merupakan salah satu
faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman.
Dengan pencahayaan yang cukup, objek penglihatan akan terlihat jelas sehingga
dengan demikian akan membantu pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya
matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda. Hal ini akan membuat proses
akomodasi mata lebih dipaksa dan dapat menyebabkan penglihatan rangkap atau
yang besar sehingga kondisi ini akan menyebabkan kelelahan mata serta
tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
Tabel 2.2
Tingkat Pencahayaan Lingkungan
Kerja
1500
Pekerjaan amat halus
Tidak menimbulkan bayangan
3000
Pekerjaan terinci
Tidak menimbulkan bayangan pemrosesan teksti,
Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 pekerjaan mesin halus &
perakitan halus
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan
mesin dan perakitan yang
sangat halus
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus
akan membantu pekerja melihat objek pekerjaan secara cepat dan detil sesuai
kebutuhan tugasnya.
Untuk lingkungan kerja yang pekerjanya banyak menggunakan komputer,
kat pencahayaan ruangan harus diatur lebih rendah dibandingkan standar untuk ruang kantor, tingkat pencahayaan yang sesu
Tabel 2.3
Tingkat Pencahayaan
Keadaan Pekerja
(lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang 300
terbaca jelas
cahaya (misalnya lampu) yang salah, hal ini dapat mengakibatkan mata menjadi
silau. Kondisi yang baik adalah mata tidak langsung menerima cahaya dari
b. Kelelahan mental
e. Meningkatnya kecelakaan
Kelelahan mata sebagai akibat dari buruknya system pencahayaan ruangan ini umumnya
d. Sakit kepala
2. Suhu Udara
Seorang tenaga kerja akan bekerja secara efisien dan produktif bila tenaga kerja
berada dalam tempat yang nyaman (comfort) atau dapat dikatakan efisiensi kerja
yang optimal dalam daerah yang nikmat kerja, yaitu suhu yang sesuai, tidak
dingin dan tidak panas (Santoso, 1985). Bagi orang Indonesia suhu udara yang
dirasa nyaman adalah berada antara 24 °C – 26 °C serta toleransi 2-3 °C di atas
atau di bawah suhu nyaman. Untuk itu Menteri Tenaga Kerja, telah menetapkan
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja dengan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. KEP. 51/MEN/1999 tentang NAB cuaca kerja berdasarkan Indeks Suhu Bola Basah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Nilai Ambang Batas Cuaca Kerja
Suhu udara
ma menurunkan prestasi kerja fikir, penurunan sangat hebat terjadi sesudah 32°C. suhu lingkungan yang terlalu tinggi menyebabkan men
konsentrasi dan
menurunkan prestasi kerja. Dan juga dengan suhu yang terlalu tinggi dapat
3.
Gambar 2.1
Ergonomi Kerja dengan Komputer Desktop
2.5.1 Monitor
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih atau menggunakan
a. Pilih ukuran monitor yang sesuai (tidak terlalu kecil atau besar)
mata.
2.5.2 Kursi
Untuk kenyamanan kerja, maka kursi yang sesuai adalah sebagai berikut:
a. Tingginya harus mampu menyediakan ruang yang cukup di bawah meja dan sudut
c. Ketinggian kursi dapat disesuaikan ketika pengguna berada dalam kondisi duduk.
f. Mempunyai penyokong lengan tangan yang dapat diatur lebar dan ketinggiannya.
g. Bila perlu dilengkapi dengan pijakan kaki yang dapat diatur kemiringan antara 10-
20o dari depan ke belakang dan memiliki ketinggian yang cukup bagi kaki
Meja komputer yang baik untuk kerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Memiliki ruang yang cukup untuk lengan tangan sehingga tangan dapat bekerja
dengan leluasa.
b. Memiliki ketinggian yang sesuai sehingga keyboard dan mouse dapat diletakkan
dengan posisi yang sejajar dengan siku tangan serta monitor dapat diletakkan
a. Keyboard dan mouse diletakkan pada ketinggian tertentu sejajar lengan tangan
b. Keyboard dan mouse diletakkan saling berdekatan dan pada ketinggian yang
sama.
d. Tangan atau jari diletakkan lurus pada keyboard dan mouse bila perlu gunakan
Universitas Queseland, North, dan OSHA. Dalam teori yang mereka ungkapkan
kelelahan mata bisa terjadi karena berbagai faktor seperti karakteristik pekerja,
karakteristik pekerjaan, perangkat kerja, dan lingkungan kerja itu sendiri. Semua
faktor tersebut dapat berdampak terhadap kelelahan mata. Untuk lebih jelasnya dapat
Karakteristik Pekerja
Usia
Kelainan Refraksi
Istirahat mata
Karakteristik Pekerjaan
Keluhan
Durasi kerja Kelelahan mata
Perangkat Kerja
Jarak monitor
Ukuran objek
Tampilan monitor
Document holder
Lingkungan kerja
Gambar 2.2
Kerangka Teori
Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori yang diungkapkan oleh
beberapa sumber bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata antara lain
karakteristik individu seperti usia (Guyton, 1991), riwayat penyakit (OH&S Universitas
Quessland, 1992), dan istirahat mata (OSHA, 1997). Faktor perangkat kerja seperti ukuran
objek, tampilan monitor, document holder (OHSA, 1007)), dan jarak pandang (North, 2003).
Faktor lingkungan kerja seperti pencahayaan ruangan, suhu udara, pantulan cahaya (OH&S
Universitas Quessland, 1992. Namun pada penelitian ini variabel ukuran objek, tampilan
monitor dan document holder tidak dimasukkan karena untuk ukuran objek dan tampilan
monitor relatif berbeda antara satu pekerja dengan pekerja lain sehingga pengaturan tingkat
kenyamanan disesuaikan dengan mata pekerja yang bersangkutan, serta berdasarkan hasil
studi pendahuluan semua perangkat komputer yang digunakan oleh pekerja tidak
menggunakan document holder. Untuk durasi kerja, semua pekerja bekerja dengan
menggunakan komputer lebih dari 5 jam/hari dan suhu udara diatur secara sentral pada suhu
21oC.
Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel
independen terdiri dari karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat mata),
perangkat kerja (jarak monitor), dan lingkungan kerja (tingkat pencahayaan). Sedangkan
keluhan kelelahan mata ditetapkan sebagai variabel dependen. Hubungan antara beberapa
Karakteristik Pekerja
Usia
Kelainan Refraksi
Keluhan
Istirahat mata
Kelelahan mata
Perangkat Kerja
Jarak monitor
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
57
No. Variabel Dependen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala
1. Keluhan Kelelahan mata Suatu kondisi subjektif yang Kuesioner Menyebarkan 1. Mengeluh Ordinal
disebabkan oleh penggunaan kuesioner kepada 2. Tidak
otot mata secara berlebihan pekerja mengeluh
Keluhannya berupa :
tersebut (Pheasant,1991)
No. Variabel Independen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala
Karateristik Pekerja
2. Kelainan Refraksi Suatu ketidakseimbangan sistem Snellen Chart Melakukan 1. Ada kelainan Ordinal
penglihatan pada mata sehingga pemeriksaan mata 2. Tidak ada
menghasilkan bayangan yang pada pekerja kelainan
kabur.
No. Variabel Independen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala
Perangkat Kerja
4. Jarak monitor Jarak antara mata pekerja Mistar Pengukuran langsung 1. < 50 cm Ordinal
dengan layar monitor pada saat menggunakan mistar 2. ≥ 50 cm
bekerja menggunakan komputer diukur dari mata ke (OSHA, 1997)
bagian tengah layar
60
monitor
Lingkungan Kerja
5. Tingkat Pencahayaan Jumlah cahaya yang diterima di Lux meter Pengukuran 1. < 300 lux Ordinal
area titik dilakukannya langsung dengan 2. ≥ 300 lux
pengukuran dan dinyatakan direct reading (KEPMENKES
dengan lux, diukur sejajar meja instrument
No.1405)
atau tempat diletakkannya
monitor komputer
i
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna
2. Ada hubungan antara kelainan refraksi dengan keluhan kelelahan mata pada
3. Ada hubungan antara istirahat mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja
4. Ada hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja
5. Ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada
i
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di Corporate Customer
Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 yaitu 80 pekerja.
Sedangkan kriteria sampel yang diambil yaitu semua pekerja pengguna komputer bagian
customer service.
ii
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus jumlah sampel uji
hipotesis dua proporsi, dengan asumsi dari penelitian sebelumnya yaitu bahwa
pencahyaan ≥ 300 lux (P2) adalah 42,9% (Prayitno, 2008). Pada penelitian ini, peneliti menginginkan tingkat kepercayaan sebes
Keterangan :
P2 : proporsi yang memiliki proporsi yang memiliki kelelahan mata dengan dengan
iii
iv
n=
(0,889– 0,429) 2
n total = 23 X 2 = 46 Orang
Untuk menghindari drop out atau missing jawaban dari responden maka perlu
ditambahkan 10% dari jumlah sampel yang didapat sehingga jumlah sampel keseluruhan
sebesar 51 orang.
1. Luxmeter
(lx), lilin, lumen, lilin/m2. Prinsip kerja ; merupakan sebuah photocell yang bila
terkena cahaya akan menghasilkan arus listrik. Makin kuat intensitas cahaya makin
iv
v
Letakkan sensor sejajar dengan posisi permukaan titik sampling dan mengarah
intensitas cahaya pada levelmeter (display). Lanjutkan pengukuran pada titik ke-2, dan seterusnya, sampai sampai titik terakhir
star
ni digunakan untuk melakukan pengukuran langsung jarak monitor. Pengukuran dilakukan dari mata pekerja ke titik tengah lay
mengetahui karakteristik pekerja, perangkat kerja, lingkungan kerja, dan keluhan kelelahan mata dengan cara pengisian kuesio
1. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari pekerja di
menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Data primer yang akan diteliti antara lain:
v
Keluhan kelelahan mata diketahui dengan cara menanyakan beberapa tanda-
tanda terjadinya keluhan kelelahan mata, jika responden menjawab salah satu
kelelahan mata.
b. Usia
saat mereka dilahirkan. Penghitungan umur ini dilakukan sendiri oleh peneliti
dan pembulatan angkanya dihitung satu tahun apabila telah melebihi waktu 6
bulan.
c. Kelainan Refraksi
d. Istirahat Mata
Variabel ini juga diukur dengan satu pertanyaan yang terdapat pada kuesioner
mengenai pola istirahat mata setelah satu jam menatap layar monitor pada saat
e. Jarak Monitor
Variabel ini diukur dengan menggunakan mistar untuk dapat diketaui berapa
centimeter (cm) jarak pandang antara mata pekerja dengan monitor pada saat
f. Tingkat Pencahayaan
vi
Variabel ini diukur dengan menggunakan alat ukur cahaya yaitu luxmeter
aitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan, dan laporan dari perusahaan yang berhubungan, contohnya company profil,
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.Editing
Konsisten: Apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawaban konsisten
2. Coding
Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Kegiatan coding
ini dilakukan untuk mempermudah analisis data dan mempercepat entry data. Koding
vii
pada penelitian ini dilakukan pada saat pengisian kuesioner dan pada saat memasukkan
data ke komputer.
kukan pengkodingan, langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan meng-entry data d
4.Cleaning data
Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
viii
ix
1. Analisis Univariat
mendeskripsikan masing-masing
ahui gambaran distribusi frekuensi dan proporsi dari variabel dependen dan independen yang ada pada penelitian ini, yaitu variabel keluh
2. Analisis Bivariat
(0 – E)2
X2 = ∑
Keterangan :
X2 = Chi Square
ix
x
Metode (analisis) ini untuk mendapatkan probabilitas kejadiannya. Jika Pvalue >
g berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika Pvalue ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
x
BAB V
HASIL
bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Selama itu
sistem dan model operasi dan transformasi sumber daya manusia. Transformasi
tersebut resmi diluncurkan kepada pihak eksternal bersamaan dengan New Corporate
Identity TELKOM pada tanggal 23 Oktober 2009, pada hari ulang tahun TELKOM
yang ke 153. TELKOM juga memiliki tagline baru, The World in Your Hand.
dari tahun sebelumnya sebanyak 68,6 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan
telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,6 juta, pelanggan telepon tidak bergerak
xi
nirkabel sejumlah 12,7 juta pelanggan dan 65,3 juta pelanggan jasa telepon bergerak.
oleh TELKOM, baik dari dalam maupun luar negeri antara lain, Sertifikasi ISO
9001:2000 dan ISO 9004:2000 untuk Divisi Enterprise Service dari TUV Rheinland
(SMK3) dan Kecelakaan Nihil 2008 dari Wakil Presiden RI; The Best Corporate
Image category dalam ajang Most Admired Companies Awards ke 8 dari Frontier
Consulting Group; Juara Umum 2007 Annual Report Award dari Menteri Keuangan
RI; Juara Umum Anugerah Media Humas 2008 dari Bakorhumas CIO of The Year
2008 dalam Hitachi Data System IT Inspiration Awards; dan Penghargaan CEO dan
(52,47%) dan pemegang saham publik (47,53%). Saham TELKOM tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange
(LSE) dan Tokyo Stock Exchange, tanpa tercatat. Harga saham TELKOM di BEI
pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 6.900. Nilai kapitalisasi pasar saham
TELKOM pada akhir tahun 2008 mencapai Rp 139,104 miliar atau 12,92 % dari
xii
Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh TELKOM, penguasaan
pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan, serta potensi
Indonesia.
terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia
Pasifik.
Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop InfoCom Services
with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the
Best Managed Indonesian Corporation " dengan jaminan bahwa pelanggan akan
xiii
xiv
1) Personal Line
Corporate Line
Interconnection Services
5.1.4 Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
xiv
xv
yang dilakukan oleh C-4 adalah Customer Handling, Network Monitoring, Fault
Management. Ruang C-4 merupakan ruangan call center dan network monitoring
yang cukup terintegrasi. Petugas call center siap melayani panggilan masuk
atau email c4@telkom.co.id. Sementara petugas dilengkapi dengan monitor yang bisa
mengakses database nasional untuk melayani proses ini. Ada sejumlah 7 lokasi C-4
Ruang C-4 merupakan ruangan call center dan network monitoring yang
perangkat komputer dengan besar layar monitor 21 inci. Beberapa layar monitor
xv
raksasa juga di pajang di bagian depan, sehingga seluruh petugas dapat melihat
kondisi network terkini secara jelas. Sekat pada setiap ruangan berupa kaca besar dan
elelahan Mata
baran kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 d
lahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Gambaran Keluhan
Jumlah Prosentase (%)
Kelelahan Mata
Mengeluh 46 90,2
Tidak Mengeluh 5 9,8
Total 51 100
xvi
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa sebagian besar pekerja mengalami
keluhan kelelahan mata yaitu sebanyak 90,2%. Sedangkan pekerja yang tidak
Grafik 5.1
Distribusi Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2009
xvii
Berdasarkan grafik 5.1, diketahui jenis keluhan kelelahan mata yang banyak
dikeluhkan oleh pekerja berupa mata perih yaitu sebanyak 58,8% pekerja .
Sedangkan jenis keluhan kelelahan mata yang paling sedikit dikeluhkan oleh
pekerja berupa pusing disertai mual yaitu sebanyak 11,8% pekerja. Dari grafik
tersebut juga dapat diketahui tiga besar keluhan yang paling banyak dialami
Tbk yaitu mata perih (58,8%), nyeri di sekitar mata (43,1%), dan sakit kepala
tiga besar keluhan kelelahan mata tersebut, dan sebagian besar dari pekerja
yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer
di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.2 :
Tabel 5.2
xviii
xix
Total 51 100
2. Kelainan Refraksi Ada Kelainan 28 54,9
Tidak ada Kelainan 23 45,1
Total 51 100
3. Istirahat Mata Tidak 10 19,6
Ya 41 80,4
Total 51 100
4. Jarak Monitor < 50 cm 11 21,6
≥ 50 cm 40 78,4
Total 51 100
5. Tingkat Pencahayaan < 300 lux 48 94,1
≥ 300 lux 3 5,9
Total 51 100
pada tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar pekerja memiliki usia < 45 tahun yaitu sebanyak 94,1% pekerja. Sedangkan pekerja yang me
tabel 5.2 diketahui bahwa pekerja yang memiliki kelainan refraksi sebanyak 54,9% pekerja. Sedangkan pekerja yang tidak mem
3. Istirahat Mata
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 diketahui bahwa pekerja yang
4. Jarak Monitor
xix
xx
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 diketahui bahwa pekerja yang
78,4% pekerja.
5. Tingkat Pencahayaan
pencahayaan pada meja pekerja < 300 lux sebanyak 94,1% pekerja.
Sedangkan tingkat pencahayaan meja pekerja yang ≥ 300 lux hanya 5,9%
pekerja.
lingkungan kerja dengan kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna
dengan keluhan kelelahan mata maka dilakukan uji statistik Chi-Square dengan
menggunakan derajat kemaknaan 5%. Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis
Tabel 5.3
xx
Analisis Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja
Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4)
kemaknaan 5%, didapatkan Pvalue = 0,023 sehingga dapat diketahui bahwa usia
0,481), artinya pekerja yang berusia ≥ 45 tahun memiliki risiko 0,033 kali
xxi
untuk mengalami keluhan kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang
Tabel 5.4
Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Ce
Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009
Keluhan Kelelahan
Mata OR
Total
Kelainan Refraksi Tidak Pvalue
Mengeluh
Mengeluh 95% CI
n % N % n %
Ada Kelainan 24 85,7 4 14,3 28 100
0,273
Tidak ada Kelainan 22 95,7 1 4,3 23 100 0,362
0,028 – 2,630
Jumlah 46 90,2 5 9,8 51 100
arkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa baik pekerja yang memiliki
anrefraksimaupunyangtidakmemilikikelainanrefraksi
ami keluhan kelelahan mata. Pekerja yang memiliki kelainan refraksi dan mengeluh sebanyak 85,7% sedangkan pekerja yang tidak memi
dan mengeluh sebanyak 95,5%. Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui
kelainan refraksi tidak memiliki hubungan bermakna (α > 0,05) dengan keluhan
xxii
5.4.3 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata
Tabel 5.5
Analisis Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada
Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009
Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa pekerja yang tidak melakukan
Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui istirahat mata tidak
memiliki hubungan bermakna (α > 0,05) dengan keluhan kelelahan mata, Pvalue
= 0,569.
Tabel 5.6
Analisis Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada
Pengguna Komputer di di Corporate Customer Care Center (C4)
xxiii
xxiv
Monitor Tidak
Mengeluh
Mengeluh
n % N % n %
< 50 cm 9 81,8 2 18,2 11 100
0,365
≥ 50 cm 37 92,5 3 7,5 40 100 0,292
0,053– 02,518
Jumlah 46 90,2 5 9,8 51 100
Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa baik pekerja yang memiliki
jarak
= 0,292.
Tabel 5.7
Keluhan Kelelahan OR
Ting Mata Total
kat Ti
da
k
Pencahay Mengel Pva
uh Menge lue 95% CI
aan
n % N % luh n %
< 300 lux 45 93,8 3 6,3 48 100
30,00
≥ 300 lux 1 33,3 2 66,7 3 100 0,023
2,078 – 433, 129
Jumlah 46 90,2 5 xxiv 51
9,8 100
xxv
Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja bekerja dengan
tingkat pencahayaan < 300 lux dan sebagian besar pekerja tersebut juga mengeluh
kelelahan mata. Sebaliknya pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan ≥ 300 lux
juga terdapat pekerja yang mengeluh kelelahan mata yaitu hanya 1 pekerja. Berdasarkan
hasil uji statistik chi square pada derajat kemaknaan 5%, didapatkan Pvalue = 0,023 sehingga
dapat diketahui bahwa tingkat pencahayaan memiliki hubungan yang bermakna dengan
keluhan kelelahan mata. Berdasarkan perhitungan risk estimete diperoleh OR = 30,00 (95%
CI 2,078 – 433, 129), artinya pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan <300 lux
memiliki risiko 30 kali untuk mengalami kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja
xxv
BAB VI
PEMBAHASAN
Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 ini, penulis mengumpulkan data primer dengan menyebar kuesio
Menurut Trevino Pakasi (1999) kelelahan mata adalah suatu kondisi subjektif
yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara berlebihan. Kelelahan mata atau
astenopia menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya
berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk
karena kelelahan mata akibat memusatkan pandangan pada komputer di mana obyek
xxvi
yang dilihat terlalu kecil, kurang terang, bergerak dan bergetar. Mata yang
berkonsentrasi kurang berkedip, sehingga penguapan air mata meningkat dan mata
menjadi kering. Dampak lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah hilangnya
Hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan terhadap 51 pekerja yang
menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja mengalami keluhan kelelahan mata. Hal
ini dapat dilihat dari durasi pekerja yang menggunakan komputer bisa mencapai lebih
dari 5 jam/hari. Menurut data EyeCare Technology (1995) dalam Endit (2003)
karena menggunakan Video Display Terminal (VDT) untuk penggunaan 3 jam atau
lebih dalam sehari. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rey dan Meyer (1980) terhadap pengguna monitor di sebuah industri
mengenai keluhan ataupun gangguan pada mata antara pengguna monitor yang
bekerja selama 6-9 jam per hari dengan mereka yang bekerja kurang dari 4 jam per
semakin memburuk selama kita meneruskan bekerja dengan jam kerja panjang dan
bergantung pada komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian
xxvii
48% dari pekerja kantor mederita problema tersebut. (Robinson, 2003 dalam Hana
didapatkan juga proporsi keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator
Dalam penelitian ini diketahui bahwa pekerja yang berusia < 45 tahun
sebagian besar mengalami keluhan kelelahan mata. Pekerja yang memiliki kelainan
refraksi maupun yang tidak memiliki kelainan refraksi, pekerja dengan jarak monitor
Bagi pekerja yang tidak melakukan istirahat mata seluruhnya mengeluh dan pekerja
yang melakukan istirahat mata pun sebagian besar juga mengeluh kelelahan mata.
Untuk tingkat pencahayaan sebagian besar bekerja pada cahaya < 300 lux, dan
sebagian pekerja tersebut juga mengeluh kelelahan mata. Berdasarkan jenis keluhan
kelelahan mata yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah mata perih. Keluhan
ini timbul akibat frekuensi bekerja yang tinggi di depan monitor. Jika mata sedang
fokus terhadap suatu pekerjaan, maka mata terlalu lama terbuka tanpa berkedip
sehingga permukaan mata kita akan kering, karena air mata yang membasahi sudah
menguap. Permukaan mata yang kering terus menerus akan menyebabkan kondisi sel
(Anshel, 1996 dalam Swamardika 2001) menganjurkan untuk melakukan “3B” yaitu
Blink, Breat, dan Break. Blink yaitu mengedipkan mata, dalam keadaan normal dalam
satu menit mata akan mengedip 12-15 kali. Frekuensi mengedip akan bertambah bila
xxviii
xxix
berkurang bila sedang membaca, berfikir, dan sedang konsentrasi dalam pekerjaan.
Melihat tanpa berkedip akan melelahkan mata. Dengan berkedip mata akan
beristirahat walaupun hanya sesaat dan akan terjadi proses pembersihan mata serta
proses pembasahan ulang pada mata sehingga penglihatan akan tetap jelas. Oleh
karena proses mengedip ini merupakan proses yang otomatis maka pada tahap awal
harus tetap disadari bahwa mengedip adalah penting. Breath yaitu benafas. Apabila
dalam keadaan stress, ada tendensi untuk menahan nafas. Keadaan ini akan
menyebabkan otot-otot menjadi tegang tanpa disadari. Bernafas secara benar dan
teratur akan menyebabkan relaksasi otot termasuk otot mata. Break yaitu istirahat.
(cembung) atau menipis (pipih) sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar
bayangan jatuh tepat di retina. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan
sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Daya akomodasi menurun pada
usia 45 – 50 tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin berkurang
xxix
xxx
dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih
Dalam penelitian ini persentase pekerja yang memiliki usia < 45 tahun
lebih banyak daripada pekerja yang memiliki usia ≥ 45 tahun yaitu 94,1% dan
5,9%. Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan
keluhan kelelahan mata. Dari seluruh pekerja yang memiliki usia ≥ 45 tahun
sebagian mengalami keluhan kelelahan mata. Dari hasil analisis bivariat juga
diketahui nilai OR pada variabel usia yaitu sebesar 0,033, hal ini menyatakan
bahwa pekerja yang berusia ≥ 45 tahun memiliki risiko 0,033 kali untuk
mengalami keluhan kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang berusia <
45 tahun.
disimpulkan bahwa keluhan kelelahan mata yang terjadi pada pekerja dengan usia
< 45 tahun dapat dicegah jika postur maupun pola kerja dikelola dengan baik.
kelelahan mata bagi pengguna komputer terkait dengan usia adalah pemindahan
tenaga kerja dengan visus yang setinggi-tingginya. Kerja malam harus dikerjakan
oleh tenaga kerja berusia muda, yang apabila usianya bertambah, dapat
1995).
xxx
6.4 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina.
Kelelahan pada mata dengan kelainan refraksi terjadi karena akomodasi mata untuk dapat
melihat subyek lebih jelas (Roestijawati, 2007). Pada penelitian ini sebagian pekerja C4 PT
Telkom Tbk memiliki kelainan refraksi dan dari pekerja tersebut sebagian besar mengalami
keluhan kelelahan mata. Penderita kelainan refraksi biasanya mengalami keluhan sakit kepala
terutama di daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal
Dari 54,9% pekerja yang memiliki kelainan refraksi dan 45,1% pekerja yang
mata. Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel
kelainan refraksi dengan keluhan kelelahan mata. Hal tersebut mungkin saja terjadi
karena berdasarkan hasil observasi, sebagian pekerja yang memiliki kelainan refraksi
sudah mengoreksi dengan penggunaan lensa yang sesuai dengan gejala dan
kontak. Kelemahan pada penelitian ini juga karena tidak ditelitinya kapan pekerja
mulai mengalami kelainan refraksi sehingga tidak dapat dipastikan apakah kelainan
yang memiliki kelainan refrakasi tanpa dikoreksi bisa menimbulkan kelelahan mata,
sebaliknya seseorang yang menggunakan komputer lebih dari 4 jam sehari matanya
xxxi
Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya keluhan
kelelahan mata bagi seluruh pekerja adalah dengan cara melakukan pemeriksaan mata
secara berkala sehingga apabila terdapat kelainan pada mata dapat segera dilakukan
tindakan pengobatan atau terapi pada mata serta menggunakan kacamata khusus
komputer (anti-glare glasses) seperti pada gambar 6.1, kacamata ini berfungsi untuk
mengurangi rasa sakit terutama pada saraf mata akibat terlalu lama berkerja di depan
monitor. Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan bagi pekerja yang sudah memiliki
bagian atas lensa untuk melihat komputer dan bagian bawahnya untuk membaca serta
menghindari pengggunaan lensa kontak pada saat bekerja dengan komputer karena
kelelahan mata akan lebih cepat terasa. Hal ini dapat terjadi karena mata yang dalam
keadaan memfokuskan layar monitor akan jarang berkedip, sehingga bola mata cepat
menjadi kering. Bola mata yang kering menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa
dan kelopak mata. Ruang berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan
tersebut, karena udara ruangan ber-AC akan kering, sehingga air mata akan ikut
Gambar 6.1
Kacamata Khusus Komputer (Anti-glare glasses)
xxxii
6.5 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata
keselamatan dan kesehatan pekerja termasuk beban kerja, waktu kerja yang lama dan
kurangnya istirahat. Banyak pekerja hanya mengambil dua kali selama 15-menit
untuk istirahat dari komputer sepanjang hari kerja mereka. Menurut National Institute
bermakna pada pekerja yang mengambil 5 menit istirahat selama 4 kali sepanjang
setelah bekerja selama 30 menit,atau 10 menit istirahat untuk 1 jam berkutat dengan
teratur, selain itu juga disarankan pekerja atau operator tersebut tidak terus menerus
berhadapan dengan komputer tetapi diselingi dengan melakukan pekerjaan yang tidak
menggunakan komputer.
melakukan istirahat mata sebanyak 19,6% dan yang melakukan istirahat mata
sebanyak 80,4%. Pekerja yang tidak melakukan istirahat mata seluruhnya mengalami
keluhan kelelahan mata dan pekerja yang melakukan istirahat mata pun sebagian
besar mengalami keluhan kelelahan mata. Hasil analisis bivariat antara variabel
istirahat mata dengan kejadian keluhan kelelahan mata menunjukkan bahwa tidak
xxxiii
xxxiv
adanya hubungan yang bermakna diantara keduanya. Hal tersebut mungkin saja
terjadi karena terkait dengan variabel lain seperti pencahayaan yang kurang dan
adanya kelainan refraksi pada pekerja yang belum dikoreksi sehingga meskipun
sudah melakukan istirahat mata pekerja masih tetap mengalami keluhan kelelahan
mata. Faktor lain yang mungkin terjadi dilapangan adalah pekerja belum mengerti
bagaimana istirahat mata yang baik dilakukan disela-sela aktivitas kerjanya sehingga
kelelahan mata. Istirahat mata bagi seseorang operator komputer memang sangat
diperlukan, karena mengingat mata operator tersebut digunakan untuk melihat dalam
jarak yang cukup dekat sehingga mata mereka selalu berakomodasi dan terfokus pada
layar monitor. Menurut Josefina (1999) dalam Prasetyo (2006) lama istirahat yang
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kelelahan mata dapat
dilakukan dengan melihat suatu benda atau objek dengan fokus yang berbeda dan
disarankan dengan jarak yang jauh dibandingkan dengan jarak monitor ke mata.
Caranya yaitu dengan melihat suatu objek dengan jarak minimal 20 kaki (6 meter)
Sebagaimana organ tubuh lain, mata juga memiliki keterbatasan adaptasi dan sangat
peka terhadap pengaruh lingkungan sekitar. Tubuh biasanya akan menyesuaikan berapapun
xxxiv
xxxv
jarak yang dibutuhkan agar mata dapat melihat secara nyaman. Namun pada kasus-kasus
dimana mata lelah kerap terjadi, posisi monitor komputer merupakan hal patut diperhatikan
pertama sekali. Yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah jarak antara mata dengan
monitor komputer. Tidak ada batasan pasti tentang jarak ini, dan masih banyak faktor lain
yang mempengaruhinya seperti besar monitor, namun menurut OSHA disebutkan bahwa
jarak mata terhadap layar monitor saat pekerja bekerja menggunakan komputer sekurang-
kurangnya adalah 20-40 inch atau 50-100 cm. Ada pula sebagian ahli yang
menyimpulkannya dalam rumus yang didapat dengan mengkalikan lebar diagonal layar
dengan bilangan dua. Jarak mata terhadap monitor merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian karena turut menentukan kenyamanan pandang mata pekerja, terutama untu melihat
jarak dekat dalam waktu yang cukup lama sesuai tipikal kerja perkantoran. Hal ini sesuai
dengan alasan atau penyebab utama terjadinya kelelahan mata yaitu jarak mata yang terlalu
dekat dengan monitor, sehingga mata dipaksa bekerja untuk melihat dari jarak yang cukup
dekat dalam jangka waktu yang cukup lama, sedangkan fungsi mata sendiri sebenarnya tidak
Pada variabel jarak monitor, didapatkan hasil bahwa baik pekerja yang
bekerja dengan jarak monitor < 50 cm yaitu 21,6% maupun dengan jarak ≥ 50 cm
yaitu 78,4% sebagian besar mengalami keluhan kelelahan mata. Berdasarkan hasil
dengan jarak monitor 57 cm. Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara variabel jarak monitor dengan keluhan kelelaha
mata. Hal tersebut mungkin terjadi karena karena adanya faktor lain seperti
pencahayaan yang kurang sehingga baik pekerja dengan jarak monitor < 50 cm dan ≥
xxxv
50 cm tetap mengalami keluhan kelelahan mata. Besar layar monitor yang mencapai
21 inci juga menjadi faktor lain yang bisa menimbulkan keluhan kelelahan mata,
karena semakin besar layar monitor maka silau yang dihasilkan juga lebih besar.
Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang panas seperti warna
merah, kuning, ungu, oranye juga akan lebih mempercepat kelelahan pada mata.
Selain itu, pantulan cahaya (silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain
seperti jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan menambah beban mata.
Upaya yang dapat dilakukan agar bisa mencegah terjadinya keluhan kelelahan
mata adalah dengan memperhatikan jarak mata dengan objek yang dilihat karena
Ankrum (1996) mengatakan bahwa ketika mata digunakan untuk melihat dari jarak
dekat, maka mata dipaksa secara berat untuk melakukan proses akomodasi dan
konvergensi. Akomodasi adalah proses ketika mata mengubah atau mengatur fokus
untuk melihat sesuatu dari jarak tertentu sehingga benda yang dilihat dapat terfokus,
terjadinya penglihatan ganda (double vision). Sehingga semakin jauh jarak pandang
terhadap objek mata kemungkinan terjadinya iritasi mata akibat proses akomodasi
dan konvergensi yang berlebihan akan semakin kecil. Upaya lain terkait dengan
monitor itu sendiri adalah dengan meletakkan layar monitor sedemikian rupa
sehingga tidak ada pantulan cahaya dari sumber cahaya lain seperti lampu ruang kerja
dan jendela yang dapat menyebabkan kesilauan pada mata. Kemudian buatlah cahaya
latar layar komputer dengan warna yang dingin, misalnya putih keabu-abuan dengan
warna huruf yang kontras. Perlu dipasang kaca pelindung pada layar monitor
xxxvi
huruf yang terlalu kecil (kecuali terpaksa). Font huruf yang termasuk norrnal adalah
font 12, lebih kecil dari ini mengakibatkan mata akan cepat lelah membacanya.
Resolusi layar monitor sudah barang tentu sangat berpengaruh terhadap ketajaman
Pencahayaan yang cukup dan diatur dengan baik merupakan salah satu faktor
untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Dengan
pencahayaan yang cukup, objek penglihatan akan terlihat jelas sehingga dengan
Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002 minimal 100 lux. Tetapi standar pencahayaan
untuk ruang perkantoran administrasi dan ruang kerja yang menggunakan komputer
menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002 dan Granjean adalah
bivariat adalah sebagian besar pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan <
300 lux mengalami keluhan kelelahan mata. Dalam penelitian ini terdapat hubungan
yang bermakna antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata. Dari
hasil analisis bivariat ini juga diketahui bahwa responden yang bekerja dengan tingkat
pencahayaan <300 lux memiliki risiko 30 kali untuk mengalami keluhan kelelahan
xxxvii
300 lux. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
kelelahan mata secara sangat signifikan dengan (p = 0,002) dengan koefisien korelasi
(r) = 0,281.
yang memadai hanya terdapat pada bagian yang letaknya dekat dengan kaca jendela.
Sedangkan ruangan lainnya sebagian besar tidak memiliki akses cahaya matahari
langsung. Dari 51 meja kerja yang diukur tingkat pencahayaannya, hanya terdapat 3
demikian kondisi tersebut tentunya tidak sesuai dengan standar pencahayaan pada
ruang komputer dan konsep ergonomi yang berusaha meningkatkan kesehatan fisik
dan mental, menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat
berhubungan dengan kerja dan kelelahan (Manuaba, 1992 dalam Padmanaba 2006).
sebab pekerja akan lebih mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran
benda. Hal ini akan membuat proses akomodasi mata lebih dipaksa dan dapat
diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi
xxxviii
xxxix
2. Kelelahan mental
5. Meningkatnya kecelakaan
Upaya yang bisa dilakukan oleh pihak perusahaan untuk memperbaiki tingkat
pencahayaan yang dibawah standar tersebut agar pekerja tidak mengalami keluhan kelelahan
mata adalah dengan cara mengoptimalkan pencahayaan alami dengan cara menggabungkan
kerja, menambah watt pada lampu penerangan ditempat kerja serta mengatur posisi bola
Dari seluruh variabel yang diteliti, hanya variabel usia dan tingkat pencahayaan yang
memiliki hubungan bermakna dengan keluhan kelelahan mata. Hasil analisa yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan diduga sebagai faktor yang dominan
terhadap kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate
xxxix
xl
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009,
sebanyak 90,2% pekerja mengeluh kelelahan mata dan 9,8% pekerja tidak
2. Ada hubungan yang bermakna antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kelainan refraksi dengan keluhan
4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara istirahat mata dengan keluhan
xl
5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak monitor dengan keluhan
7.2 Saran
Bagi perusahaan :
ruang kerja berkomputer yaitu sebesar 300 Lux. Untuk meningkatkan kualitas
2. Perlu dipasang kaca pelindung pada layar monitor komputer untuk mengurangi
mata secara periodi sehingga penyakit akibat kerja khususnya kelainan pada mata
xli
4. Perlu diadakan penyuluhan bagi pekerja mengenai sikap-sikap yang baik dalam
Bagi Pekerja :
lensa kontak pada saat bekerja dengan komputer karena kelelahan mata akan lebih
cepat terasa.
dengan memandang jarak sejauh 20 kaki (6 meter) agar mata tidak cepat lelah
1. Melakukan pengukuran kelelahan mata secara objektif dengan menggunakan alat ukur
tingkat kelelahan mata (reaction timer) sehingga dapat diketahui tingkat kelelahan mata
secara akurat.
berhubungan dengan kelelahan mata yang tidak diteliti pada penelitian ini dengan
xlii
DAFTAR PUSTAKA
AC, Guyton. 1991. Fisiologi Kedokteran II. Jakarta: EGC Buku Kedokteran
Ankrum, R. Dennis, CIE.1996. Eyestrain and Komputer Monitor Viewing Distance. Nova
Solution, Inc
Budiyono, Hendarto. 1994. Intensitas Penerangan Pada Industri Otomotif. Majalah Higiene
Perusahaan dan Keselamatan Kerja Edisi Juli-September Tahun 1994.
Departemen Kesehatan RI. 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia.
Jakarta : Departemen Kesehatan.
Djunaedi, Endit. 2003. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Eyestrain Pada Operator
Komputer di Pertamina Unit Pemasaran III Jakarta Tahun 2003. Universitas
Indonesia. Depok.
F, Stephen. 1999. Eye Strain as a Result of Komputer Use. Austin State University.
Available from http://www.laurenscharff.com/courseinfo/SL99/eyefatigue.html
Fauzi, Ahmad. 2006. Penyakit akibat kerja karena penggunaan Komputer. Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Lampung. Available from
http://digilib.unila.ac.id/files/disk1/13/laptunilapp-gdl-jou-2007-afauzi-617-penyakit-
r.pdf
Goetsch, David L. 2002. Occupational Safety and Health for Technologists, Engineer and
Managers. Fourth Edition, Prentice Hell, New Jency.
xliii
xliv
Hana, Lilian. 2008. Tinjauan Tingkat Pencahayaan dan Keadaan Visual Display Terkait
Keluhan Subyektif Kelelahan Mata Pada Pekerja Yang Menggunakan Komputer Di
Ruang Kantor PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant Bulan Desember Tahun
2008. Universitas Indonesia. Depok
Ilyas, Sidarta. 1991. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Industrial Health. 2008. Effects of VDT Workstation Lighting Conditions on Operator Visual
Workload. Taiwan.
North, R.V. 1993. Work and the Eye. Oxford, England: Oxford University Press.
Occupational Health and Safety Unit. Visual Fatigue. The University of Quessland.
Available from http://www.uq.edu.au/ohs/pdfs/visualfatigue.pdf
xliv
xlv
OSHA. 1997. Working Safely with Video Display Terminals. U.S. Department of Labor
Occupational Safety and Health Administration.
Pakasi, Trevino. 1999. The Eye Problem of Public Transportation’s Drivers and Its
Prevention. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja Vol XXXII No. 1 hal 22-25.
Jakarta.
Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomic Work and Health. Aspen Publisher Inc, Maryland USA.
Prasetio, Tri Eko. 2006. Hubungan Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja Dengan Keluhan
Kelelahan Visual Pada Pekerja Di Area Produksi OBA & Chemicals PT. Clariant
Indonesia Tangerang Tahun 2006. Universitas Indonesia. Depok.
Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri Edisi II. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Roestijawati, Nendyah. 2007. Sindrom Dry Eye pada Pengguna Visual Display Terminal
(VDT). Cermin Dunia Kedokteran No.154. available from http://kalbe.co.id/?
mn=med&tipe=cdk&detail=printed&cat=det&det_id=176
Roger, Watson. 2002 Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: ECG
Santosa, Adi. 2006. Pencahayaan Pada Interior Rumah Sakit: Studi Kasus Ruang Rawat
Inap Utama Gedung Lukas, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Dimensi Interior,
Vol.4, No.2, Desember 2006: 49-56
xlv
Available from
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/int/article/viewArticle/16689
Suma’mur. 1995. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.. Jakarta: CV. Haji Masagung
Suma’mur. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung
Swamardika, Alit. I.B dkk. 2001. Penggunaan Filter Layar Monitor Menurunkan
Beban Kerja Dan Meningkatkan Produktivitas Operator Komputer. Jakarta:
Jurnal Ergonomi Indonesia Vol. 2 No. 1 Juni 2001 : 20 – 23.
Taylor & Francis. 1997. The Effects of Fatigue on Vision. Available from
http://www.engineering.wright.edu/bie/rehabengr/vision/visionfatigue.htm
Wardhana, Wisnu Arya dkk. 1997. Aspek Keselamatan Kerja pada Pemakaian
Komputer. Elektro Indonesia Edisi ke Tujuh, April 1997.
Available from http://www.elektroindonesia.com/elektro/komput6.html
Watson Roger. 2002 Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: ECG.
xlvi
Frequencies
Statistics
keluha
elainan n eri/tera nglihat
usia fraksi p padrdenyut nglihat ngkap/
tingkat elelaha pusing
spondespondeahat m aki cahayaata pondekitar ma kabur nda lit fokata per ta mer ta berkit kep ertai m
monn s
N Valid 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1.94 1.45 1.80 1.78 1.06 1.10 1.57 1.65 1.82 1.84 1.41 1.63 1.61 1.57 1.88
Std. Error of Mean .033 .070 .056 .058 .033 .042 .070 .068 .054 .051 .070 .068 .069 .070 .046
Median 2.00 1.00 2.00 2.00 1.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Mode 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2
Std. Deviation .238 .503 .401 .415 .238 .300 .500 .483 .385 .367 .497 .488 .493 .500 .325
Frequency Table
usia responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid >= 45 3 5.9 5.9 5.9
< 45 48 94.1 94.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada kelainan 28 54.9 54.9 54.9
tidak ada kelainan 23 45.1 45.1 100.0
Total 51 100.0 100.0
istirahat mata
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 10 19.6 19.6 19.6
ya 41 80.4 80.4 100.0
Total 51 100.0 100.0
xlvii
jarak monitor
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 50 11 21.6 21.6 21.6
>= 50 40 78.4 78.4 100.0
Total 51 100.0 100.0
tingkat pencahayaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 300 48 94.1 94.1 94.1
>= 300 3 5.9 5.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
penglihatan kabur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 18 35.3 35.3 35.3
tidak 33 64.7 64.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
xlviii
xlix
penglihatan rangkap/ganda
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 9 17.6 17.6 17.6
tidak 42 82.4 82.4 100.0
Total 51 100.0 100.0
sulit fokus
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 8 15.7 15.7 15.7
tidak 43 84.3 84.3 100.0
Total 51 100.0 100.0
mata perih
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 30 58.8 58.8 58.8
tidak 21 41.2 41.2 100.0
Total 51 100.0 100.0
mata merah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 19 37.3 37.3 37.3
tidak 32 62.7 62.7 100.0
Total 51 100.0 100.0
mata berair
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 20 39.2 39.2 39.2
tidak 31 60.8 60.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
xlix
l
sakit kepala
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 22 43.1 43.1 43.1
tidak 29 56.9 56.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Crosstabs
l
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia responden *
keluhan kelelahan 51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
mata pada responden
kelainan refraksi pd
responden * keluhan
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
kelelahan mata pada
responden
penggunaan alat bantu
penglihatan * keluhan
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
kelelahan mata pada
responden
istirahat mata *
keluhan kelelahan 51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
mata pada responden
jarak monitor * keluhan
kelelahan mata pada 51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
responden
tingkat pencahayaan *
keluhan kelelahan 51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
mata pada responden
Crosstab
keluhan kelelahan mata
pada responden
tidak
mengeluh mengeluh Total
usia responden >= 45 Count 1 2 3
% within usia responden 33.3% 66.7% 100.0%
< 45 Count 45 3 48
% within usia responden 93.8% 6.3% 100.0%
Total Count 46 5 51
% within usia responden 90.2% 9.8% 100.0%
li
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for usia
.033 .002 .481
responden (>= 45 / < 45)
For cohort keluhan
kelelahan mata pada .356 .072 1.765
responden = mengeluh
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
10.667 2.747 41.423
responden = tidak
mengeluh
N of Valid Cases 51
lii
kelainan refraksi pd responden * keluhan kelelahan mata
pada responden
Crosstab
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Exact Sig.
Value df (2-sided) Sig. (2- (1-sided)
sided)
Pearson Chi-Square 1.410b 1 .235
Continuity Correctiona .510 1 .475
Likelihood Ratio 1.523 1 .217
Fisher's Exact Test .362 .242
Linear-by-Linear
1.383 1 .240
Association
N of Valid Cases 51
Computed only for a 2x2 table
2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2. 25.
liii
liv
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for kelainan
refraksi pd responden .273 .028 2.630
(ya / tidak)
For cohort keluhan
kelelahan mata pada .896 .753 1.067
responden = mengeluh
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
3.286 .394 27.394
responden = tidak
mengeluh
N of Valid Cases 51
Crosstab
keluhan kelelahan mata
pada responden
tidak
mengeluh mengeluh Total
istirahat tidak Count 10 0 10
mata % within istirahat mata 100.0% .0% 100.0%
ya Count 36 5 41
% within istirahat mata 87.8% 12.2% 100.0%
Total Count 46 5 51
% within istirahat mata 90.2% 9.8% 100.0%
liv
lv
Chi-Square Tests
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
For cohort keluhan
kelelahan mata pada 1.139 1.016 1.277
responden = mengeluh
N of Valid Cases 51
lv
jarak monitor * keluhan kelelahan mata pada responden
Crosstab
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.113b 1 .291
Continuity Correctiona .233 1 .629
Likelihood Ratio .975 1 .323
Fisher's Exact Test .292 .292
Linear-by-Linear
1.091 1 .296
Association
N of Valid Cases 51
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for jarak
.365 .053 2.518
monitor (< 50 / >= 50)
For cohort keluhan
kelelahan mata pada .885 .660 1.185
responden = mengeluh
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
2.424 .461 12.751
responden = tidak
mengeluh
N of Valid Cases 51
lvi
tingkat pencahayaan * keluhan kelelahan mata pada
responden
Crosstab
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Exact Sig.
Value df (2-sided) Sig. (2- (1-sided)
sided)
Pearson Chi-Square 11.655b 1 .001
Continuity Correction a 5.824 1 .016
Likelihood Ratio 6.454 1 .011
Fisher's Exact Test .023 .023
Linear-by-Linear
11.427 1 .001
Association
N of Valid Cases 51
Computed only for a 2x2 table
3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is . 29.
lvii
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for tingkat
pencahayaan (< 300 / 30.000 2.078 433.129
>= 300)
For cohort keluhan
kelelahan mata pada 2.813 .567 13.958
responden = mengeluh
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
.094 .024 .364
responden = tidak
mengeluh
N of Valid Cases 51
lviii
lix
No Responden : …….
KUESIONER
AN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI CORPORATE CUSTOMER CARE CENTRE (C4) PT TELE
Petunjuk pengisian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang Anda pilih
Isilah pertanyaan sesuai dengan kondisi Anda saat ini
Karakteristik Pekerja
Nama :
TTL/Usia :
Jenis Kelamin :
Divisi :
Karakteristik Pekerja
1. Berapa lama anda bekerja menggunakan komputer dalam satu hari kerja?
………. Jam
lix
lx
Apakah setiap satu jam pemakaian komputer anda mengistirahatkan mata anda?
tidak
d. ya
Perangkat Kerja
Lingkungan Kerja
2. Jika “ya”, keluhan apa saja yang pernah anda rasakan? (boleh di ceck-list lebih
dari satu)
lx
5. Mata perih
6. Mata merah
7. Mata berair
8. Sakit kepala
9. Pusing disetai mual
TERIMAKASIH
lxi
KUESIONER
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan
Anda menjadi responden pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda
menjadi amal ibadah yang bernilai disisi-Nya.
lxii