Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN MATERNITAS 1

“KONSEP KEHAMILAN NORMAL”

TUGAS KELOMPOK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

AHMAD SAMUDI

DINA HUSNA

SRI MULYANI

YETRI MULIZA

DOSEN PENGAMPU : NS. DILGU MERI, S.KEP, M.KEP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES AL-INSYIRAH PEKANBARU

TA:2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini.Sebagaimana telah diketahui bahwa mata kuliah keperawatan
maternitas merupakan pendidikan yang sangat penting bagi seorang calon perawat yang profesional.
Hal yang akan kami diskusikan dalam makalah ini mengenai ”KONSEP KEHAMILAN NORMAL”.
Seperti yang kita tahu, Kehamilan merupakan rasa sakit dibagian bawah abdomen pada saat
menstruasi yang mengganggu aktivitas wanita. Di makalah ini, kami membahas gangguan
reproduksi wanita desminorea, penyebab dismenorea yang belum kita ketahui, serta asuhan
keperawatan dismenorea.

DAFTAR ISI

BAB I

A. Latar Belakang

ii
BAB I

PENDAHULUAN

iii
BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Kehamilan Normal

A. Anatomi dan Fisiologi Kehamilan


a. Definisi Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai


fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya berlangsung dalam
waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester yang masing-masing
berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu, trimester 2 selama 15 minggu
(minggu ke 13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama 13 minggu (minggu ke 28 sampai
minggu ke-40).

b. Anatomi dan fisiologi Kehamilan

c. Fisiologi Kehamilan

1
B. Perubahan Fisiologi Organ Reproduksi Ibu Hamil

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang
mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta
dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang
menyebabkan perubahan pada:

1. Rahim atau uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi
(janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk
bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam
beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram
dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang
mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume
totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram
(Prawirohardjo, 2008).

2. Vagina (liang senggama)

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-
otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal
dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan
ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

3. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda.
Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal
selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone
dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo, 2008).

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI


pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin (Prawirohardjo, 2008). 5. Sirkulasi
darah ibu Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

2
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter. c. Pengaruh
hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai
beberapa perubahan peredaran darah, yaitu:
a) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi),
dengan puncaknya pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan
bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur
hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil
beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil
dengan sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum
terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
b) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah
putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan
anemia maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka
normal.

5. Sistem respirasi

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi kebutuhan O2.
Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur hamil 32
minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil
akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya.

6. Sistem pencernaan

Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.

7. Traktus urinarius

3
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai
membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah
mulai turun ke pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

8. Perubahan pada kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan
kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama
striae gravidarum.

9. Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,


dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan
berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan
cairan ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh
kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Zinc (Zn) sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini
dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. (Prawirohardjo, 2008).

C. Tanda Tanda Kehamilan


a. Bukti Presumtif (tidak pasti)

Gejalanya :

 Mual dengan atau tanpa muntah.


 Gangguan berkemih.
 Fatigue atau rasa mudah lelah.
 Persepsi adanya gerakan janin.

Tanda :

 Terhentinya menstruasi.
 Perubahan pada payudara.
 Perubahan warna mukosa vagina.
 Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya striae pada abdomen.
b. Bukti kemungkinan kehamilan
 Pembesaran abdomen.

4
 Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus.
 Perubahan anatomis pada serviks.
 Kontraksi Braxton Hicks.
 Ballotement.
 Kontur fisik janin.
 Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.
c. Tanda Positif Kehamilan
 Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan tersendiri dari kerja jantung ibu.
 Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa.
 Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan USG atau
pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.
D. Adaptasi Fisiologi dan Psikososial Ibu Hamil
a. Psikologi Saat Persalinan
Perubahan psikologi dapat terjadi pada ibu dalam persalinan Kala I, terutama bagi ibu yang
pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan tersebut diantaranya:
a) Perasaan tidak enak
b) Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c) Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah persalinan
berjalan normal
d) Menganggap persalinan sebagai cobaan
e) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
f) Apakah bayinya normal atau tidak
g) Apakah ia sanggup merawat bayinya
h) Ibu merasa cemas (Sumarah et al, 2009).
Menurut Sukarni & Wahyu (2013) menyatakan bahwa pada kala I tidak jarang ibu akan
mengalami perubahan psikologi diantaranya, rasa takut, stress, ketidaknyamanan, cemas,
marah-marah dan lain-lain.
b.
E. Faktor Essensial Dalam Proses Persalinan

Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran. Faktor-
faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger (penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway
(jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu), dan psychologic respons (respon psikologis)
(Bobak, 2012).

a. Passanger (Penumpang)

5
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta
juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai bagian dari passenger
yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan
normal (Sumarah et al, 2009)
b. Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan
introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya
bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai
(Sumarah et al, 2009).
c. Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-oto perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam
persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai kekuatan
sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al.2011).
d. Position (Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Menurut Melzack, dkk
tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam persalinan yaitu posisi tegak
yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi tegak dapat memberikan
sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi
membantu penurunan janin, dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat, mengurangi
tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah serta posisi tegak
dapat membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim saat
ibu mengedan (Bobak, 2012).

Psychologic Respons (Psikologis)

Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan positif,

persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping (Sukarni &

Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai

dengan cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi

nyeri persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu

6
dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi

uterus dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011).

Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan psikologis

ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya;

Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al,

2011).

F. Nutrisi Ibu Hamil Dan Janin


a. Karbohidrat

Peran utama karbohidrat adalah menyediakan energi untuk sel-sel di dalam tubuh, terutama
otak dan sistem saraf pusat. Dalam kehamilan, janin menggunakan glukosa sebagai sumber utama
energinya.Perpindahan glukosa dari ibu ke janin diperkirakan sekitar 17-26 gram/hari, dan di akhir
kehamilan kebanyakan glukosa dipakai untuk perkembangan otak janin. (Shils et al, 2006).

Rekomendasi asupan harian atau Dietary Recommended Intake (DRI) menyarankan kebutuhan rata-
rata karbohidrat pada ibu hamil adalah 135-175 gram/hari. Jumlah ini cukup dan mampu
menyediakan kalori yang cukup, mencegah terjadinya ketosis, dan menjaga kadar glukosa dalam
darah yang sesuai dan normal selama kehamilan. (Mahan,Stump,2004).

b. Protein

Protein merupakan komponen struktural utama di dalam tubuh manusia. Protein juga dapat
berfungsi sebagai enzim dan hormon. Selama kehamilan terjadi peningkatan perombakan protein di
dalam tubuh dan sejumlah protein dapat terakumulasi sejalan dengan pertumbuhan janin, uterus,
volume darah, plasenta, cairan amnion (Shils et al, 2006).

Ibu hamil membutuhkan tambahan protein untuk mendukung sintesis jaringan tubuhnya dan jaringan
tubuh janin. Kebutuhan protein meningkat selama kehamilan dan mencapai puncak pada trimester
ketiga. Adapun rekomendasi asupan harian untuk protein sebesar 71 gram/hari (Mahan, Stump,
2004).

c. Lemak

Lemak merupakan sumber energi terbesar untuk tubuh manusia dan menjadi komponen
penting dalam penyerapan vitamin-vitamin larut lemak dan karotenoid (Shils et al, 2006). Jumlah

7
asupan lemak seharusnya bergantung kepada kebutuhan energi untuk penambahan berat badan yang
sesuai selama kehamilan. Jumlah anjuran lemak n-6 polyunsaturated atau lemak tak jenuh sebesar 13
gram/hari, sementara untuk lemak n-3 polyunsaturated sebesar 1,4 gram/hari.(Mahan, Stump, 2004)

d. Vitamin Larut Lemak

Vitamin A berperan penting dalam pengaturan eskpresi gen serta mendukung proliferasi dan
diferensiasi sel secara khusus untuk perkembangan tulang belakang, medula spinalis, anggota gerak,
jantung, mata dan telinga (Shils et al, 2006). Jumlah asupan vitamin A yang disarankan untuk ibu
hamil dengan usia kurang dari 18 tahun adalah sebesar 750 µg retinol atau 2800 IU, sedangkan untuk
ibu hamil dengan usia lebih dari 18 tahun sebesar 770 µg atau 3000 IU. Kelebihan asupan retinol
dapat menyebabkan efek teratogenik yakni kelainan neural crest (Mahan, Stump, 2004). Vitamin D
berfungsi untuk menjaga kadar serum kalsium dan konsentrasi fosfor dengan cara meningkatkan
penyerapan sistem gastrointestinal. Selain itu, Vitamin D juga merupakan antiproliferasi yang poten.
Dalam kehamilan, peningkatan asupan vitamin D meningkatkan konsentrasi 25(OH)D3 di sirkulasi.
Jumlah asupan vitamin D yang disarankan sebesar 5 µg (200 IU)/hari (Shils et al,2006). Defisiensi
vitamin D dalam kehamilan dapat berhubungan dengan terjadinya hipokalsemia pada neonates,
hipoplasia enamel gigi, serta mempengaruhi mineralisasi tulang janin. (Mahan, Stump, 2004).
Vitamin E berperan sebagai antioksidan di dalam tubuh. Vitamin E atau Tokoferol juga berfungsi
menghambat aktivitas protein kinase. Jumlah asupan vitamin E yang disarankan tidak berbeda untuk
wanita yang sedang hamil dan tidak hamil yakni sebesar 15 mg α tokoferol. (Shils et al, 2006).
Vitamin K berperan sebagai koenzim dalam sintesa protein tertentu yang berperan dalam koagulasi
dan metabolism tulang (Shils et al, 2006). Jumlah asupan vitamin K yang disarankan selama
kehamilan tidak berbeda baik untuk wanita hamil dan tidak hamil, yakni sebesar 90mg/hari untuk
wanita usia lebih dari 18 tahun dan 75mg/hari untuk wanita kurang dari 18 tahun
(Mahan,Stump,2004).

e. Vitamin Tidak Larut Lemak

Vitamin B1 atau thiamin berperan sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat dan asam
amino-rantai-bercabang. Peningkatan kebutuhan thiamin sebesar 30% dalam kehamilan didasarkan
pada peningkatan pertumbuhan baik untuk kompartemen maternal dan janin (Shils et al,2006).
Vitamin B2 atau riboflavin berperan sebagai koenzim dalam banyak reaksi oksidasi-reduksi di dalam
tubuh. Kebutuhan tambahan untuk riboflavin selama masa kehamilan didasarkan pada penambahan
kebutuhan energi dan pertumbuhan (Shils et al, 2006).

Vitamin B3 atau niacin dibutuhkan untuk pembentukan nicotinamide-adenine dinucleotide


yang berperan dalam proses oksidasi dan biosintesis asam lemak serta steroid (Shils et al, 2006).

8
Vitamin C atau asam askorbat yang dianjurkan selama masa kehamilan adalah 80-85 mg/hari
atau 20% lebih banyak dibanding yang wanita yang tidak hamil (Cunningham,Leveno,2005).

f. Air dan Elektrolit

Air merupakan pelarut dalam berbagai reaksi biokimia. Air berperan penting dalam
mempertahankan volume intravascular, mentranspor berbagai zat gizi dan membantu mengontrol
suhu tubuh. Konsumsi air yang disarankan untuk wanita adalah 2,7-3 L/hari. Total akumulasi air
sekitar 6-9 liter terjadi pada kehamilan dengan sekitar 1,8-2,5 liter berada di interstisial. Osmolalitas
plasma berkurang sekitar 8-10 mOsm/kg selama kehamilan dan tetap rendah hingga persalinan (Shils
et al, 2006)

Natrium dan klorida dibutuhkan untuk mempertahankan volume ekstraselular dan


osmolalitas serum. Natrium merupakan kation yang terpenting dalam kompartemen ekstraselular,
sedangkan klorida merupakan anion terpenting dalam kompartmen ekstraselular. Walaupun
perubahan substansi baik di intravaskular maupun ekstravaskular dapat terjadi selama kehamilan,
penambahan konsumsi natrium dan klorida tidak dianjurkan (Shils et al, 2006).

g. Asam Folat

Kebutuhan akan asam folat meningkat selama kehamilan. Asam folat berperan dalam
pembentukan sel darah merah ibu hamil atau maternal erythropoiesis, pertumbuhan plasenta, dan
yang terpentinguntuk mencegah terjadinya neural tube defect atau Spina Bifida (Mahan,Stump,2004).
Asupan asam folat yang disarankan selama kehamilan adalah 600 µg/hari. Defisiensi asam folat
ditandai dengan adanya pengurangan sintesis DNA atau deoxyribonucleic acid dan aktivitas mitosis
pada sel-sel individu. Anemia megaloblastik merupakan tahap lanjut yang banyak terjadi akibat
defisiensi folat. Gejala-gejalanya mungkin tidak terlalu terlihat hingga trimester ketiga, akan tetapi
perubahan morfologi sel-sel darah dan perubahan biokimia dapat terjadi sepanjang anemia
(Mahan,Stump,2004).

Centers for disease control and prevention (CDC) telah merekomendasikan seluruh wanita
yang sedang hamil untuk meningkatkan asupan asam folat dan konsumsi suplemen asam folat juga
seharusnya sudah dimulai sebelum konsepsi. Beberapa contoh makanan yang kaya akan asam folat
adalah roti, beras, dan pasta (Mahan,Stump,2004).

2.1.6 Faktor yang Memengaruhi Status Nutrisi

9
Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status nutrisi saat ibu hamil dan melahirkan. Status
nutrisi ibu hamil dipengaruhi oleh :

a. Keadaan sosial dan ekonomi ibu sebelum hamil

b. Keadaan kesehatan dan gizi ibu

c. Paritas

d. Usia kehamilan pertama

Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Status
ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan (keluarga prasejahtera),
berguna untuk pemastian apakah ibu berkemampuana membeli dan memilih makanan yang bernilai
gizi tinggi. Manfaat riwayat obstetrik ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi
karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh (Arisman, 2010).

2.1.8 Komplikasi Kehamilan Akibat Kekurangan Nutrisi

A. Gangguan Sistem Pencernaan

Mual dan muntah dan nyeri ulu hati merupakan masalah yang sering terjadi pada awal kehamilan.
Mual muntah di pagi hari atau morning sickness terjadi pada 50-70 % wanita hamil. Mual muntah ini
berhubungan dengan gangguan pada lambung serta perubahan hormonal yang menyebabkan
penurunan motilitas saluran pencernaan. Hal ini dapat dicegah dengan konsumsi makanan dalam
porsi kecil tetapi sering selama kehamilan (Shils et al, 2006).

Konstipasi juga sering terjadi pada masa kehamilan, hal ini dapat terjadi akibat penurunan motilitas
saluran pencernaan yang sering diakibatkan oleh konsumsi zat besi yang berlebihan, asupan serat
serta air yang tidak adekuat (Shils et al, 2006).

B. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Nutrisi masa kehamilan yang buruk merupakan salah satu penyebab terjadinya BBLR. Faktor-
faktor lain yang dapat memicu terjadinya kejadian BBLR adalah kebiasaan merokok, infeksi, serta
hipertensi (Shils et al, 2006).

Berbagai penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa separuh dari penyebab terjadinya
kasus BBLR adalah status nutrisi ibu, termasuk tinggi badan ibu, berat badan ibu sebelum kehamilan
serta penambahan berat badan ibu selama kehamilan (Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).

C. Diabetes Melitus Gestasional

10
Diabetes melitus tipe gestasional umumnya terjadi pada sekitar 4% dari keseluruhan ibu hamil.
Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe gestasional seperti
usia ibu hamil, berat badan sebelum dan selama kehamilan, serta riwayat diabetes melitus pada
keluarga. Diabetes melitus tipe gestasional dapat meningkatkan resiko makrosomia,
hiperbilirubinemia dan hipoglikemia pada bayi. Makrosomia yakni bayi dengan berat badan > 4000
gram merupakan komplikasi fetal terbanyak akibat diabetes melitus gestasional (Shils et al, 2006).

Konseling nutrisi dan diabetes, pemantauan pribadi terhadap kadar gula darah, serta terapi insulin
sangat efektif dalam menurunkan dampak negatif akibat diabetes melitus gestasional (Shils et al,
2006). Perubahan pola makan, pembatasan kalori, dan aktivitas fisik sedang dapat dilakukan untuk
mempertahankan berat badan dan kadar glukosa dalam darah (Mahan, Stump, 2004).

D. Hipertensi

Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi beberapa kategori yakni Hipertensi kronik,
preeklampsia, hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia, serta hipertensi gestasional.
Preeklampsia merupakan keadaan hipertensi yang disertai dengan proteinuria ( >300 mg/ 24 jam)
setelah 20 minggu kehamilan. Hipertensi gestasional merupakan keadaan hipertensi (tekanan darah
sistol > 140 mmHg dan tekanan darah diastol 90 mmHg) tanpa diikuti oleh proteinuria setelah 20
minggu kehamilan (Shils et al, 2006).

E. Neural Tube Defect

NTD merupakan penyakit malformasi kongenital yang banyak menyerang sistem saraf pusat dan
menyebabkan banyaknya gangguan dalam proses embriogenesis sistem saraf pusat. Selain
disebabkan oleh faktor herediter, kurangnya konsumsi asam folat telah diteliti dapat menyebabkan
terjadinya penyakit ini. Untuk mencegah penyakit ini, maka wanita sebelum konsepsi diharapkan
mengonsumsi asam folat sekitar 400 µg/hari (Mahan, Stump, 2004).

2.2 Pola Makan

2.2.1 Defenisi

Pola Makan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau
kelompok orang pada waktu tertentu (Yayuk Farida Baliwati, 2004).

2.2.2 Pola Makan Ibu Hamil

Pola makan pada wanita hamil dibutuhkan untuk mendukung peningkatan kebutuhan nutrisi sesuai
yang dianjurkan. Karena pentingnya peningkatan kebutuhan akan nutrisi, maka pilihan makanan
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi harus tepat dan adekuat. Kebutuhan nutrisi paling banyak

11
meningkat dalam kehamilan adalah zat besi yakni 50%, asam folat 50%, yodium 47%, vitamin B6
46%, zinc 38%, dan protein 38% lebih banyak dibanding pada saat tidak hamil. (Shils et al,2006)

Salah satu langkah untuk pola makan yang dapat mendukung kehamilan yang sehat dan berhasil
adalah dengan mengikuti pola makan berdasarkan Food Guide Pyramid. Adapun pola makan yang
disarankan sebagai berikut :

 6 sajian dari bahan dasar nasi, roti, sereal, dan pasta  3 sajian dari daging, ikan, kacang-
kacangan, dan telur

 3 sajian sayur-sayuran

 2 sajian buah-buahan

 2 sajian dari bahan susu, yoghurt, dan keju (Wardlaw,Hampl,2004).

Makanan-makanan tersebut akan menyuplai kebutuhan protein , karbohidrat dan zat gizi lainnya.
Sumber nutrisi harus diseimbangkan antara sumber hewani dan nabati. Sayuran dan buah-buahan
dapat menyuplai kebutuhan berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh selama kehamilan
(Wardlaw,Hampl,2004). Pola makan yang baik selama kehamilan sangatlah penting karena
pemilihan makanan dan minuman saat hamil akan menentukan kesehatan ibu dan anak di masa
mendatang (Queensland Dietition,2013). Kebutuhan zat gizi selama kehamilan dapat dipenuhi dengan
konsumsi makanan dan minuman baik dari sumber hewani maupun nabati.

Berikut ini beberapa zat gizi dan sumbernya

1. Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber zat tenaga. Sumber karbohidrat yang disarankan
untuk ibu hamil seperti beras, kentang, bihun, mie, roti, macaroni, krackers (Depkes, 2011).

2. Protein Protein berperan sebagai zat pembangun dalam tubuh. Contoh sumber protein yang
disarankan untuk ibu hamil adalah ayam, ikan, daging, telur, hati, keju, susu, kacang-kacangan, tahu,
dan tempe (Depkes, 2011).

3. Asam Folat Asam folat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Zat gizi ini sangat
diperlukan pada masa sebelum kehamilan sampai trimester pertama kehamilan. Sumber makanan
yang kaya akan asam folat bisa didapatkan dari sayur-sayuran hijau seperti bayam, brokoli, bok choy
dan salad. Selain itu juga bisa didapatkan dari buah-buahan dan sereal (Queensland Dietition,2013).

4. Zat Besi Sumber zat besi yang lebih baik adalah yang berasal dari sumber hewani karena zat besi
dari sumber hewani lebih mudah diabsorbsi dibanding zat besi dari sumber nabati. Zat besi banyak
ditemukan pada daging, sayur-sayuran hijau, kacang-kacangan. Selain itu konsumsi vitamin C juga
dapat meningkatkan absorpsi zat besi.(Queensland Dietition,2013). 5. Yodium Yodium diperlukan

12
untuk pertumbuhan dan perkembangan otak janin. Yodium bisa didapatkan dari sayur-sayuran, buah-
buahan, makanan laut, telur, serta garam beryodium. (Queensland Dietition, 2013)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pola makan :

 Makan makanan bergizi seimbang dan hindari bahan pengawet

 Pada ibu yang terlalu gemuk, disarankan untuk mengurangi porsi makanan sumber energi dan
disesuaikan dengan kebutuhan normal.

 Bila ibu terlalu kurus, disarankan untuk menambah makanan sumber energi dan protein.

 Usahakan konsumsi makanan secara teratur dengan porsi kecil dan frekuensi sering

 Buatlah menu makanan yang bervariasi agar tidak bosan (Depkes, 2011).

Hal-hal yang perlu dihindari dalam pola makan :

 Jangan melakukan diet selama kehamilan karena diet akan meningkatkan resiko kekurangan
vitamin, mineral, dan energi pada ibu hamil.

 Hindari merokok dan minuman beralkohol

 Hindari makanan cepat saji atau junk food serta makanan tinggi kalori

 Hindari makanan yang tinggi garam dan pengawet makanan (Siswosuharjo,Chakrawati,2010)

2.3. Pengetahuan

2.3.1 Defenisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu baik penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. (Notoatmodjo, 2010)

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat yang dicapai dalam domain
kognitif yaitu :

A. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan
dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

13
B. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar, mampu menjelaskan,
menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan sebagainya.

C. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya atau penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam
situasi lain.

D. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan menjabarkan materi kedalam komponen-komponen tapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dengan menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

E. Sintesis (Synthesis)

Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di


dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumus-rumus yang telah ada.

F. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukakn justifikasi suatu materi atau objek. Penilaian
berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo, 2010)

2.4 Hubungan Pengetahuan Tentang Nutrisi Masa Kehamilan dengan Pola Makan Ibu Hamil

Nutrisi masa kehamilan merupakan hal yang penting dalam kehamilan. Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi selama kehamilan, seorang ibu hamil harus dapat memilih dan menentukan pilihan
makanan yang dikonsumsi selama kehamilan (Sizer et al, 2007). Keberhasilan pemenuhan nutrisi
tentunya didukung oleh banyak faktor terutama pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi pada masa
kehamilan. Sesorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya zat gizi yang adekuat
dan seimbang akan cenderung merubah kebiasaan dan pola makannya menjadi lebih baik (Mirsanjari
et al,2012).

14
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan banyak faktor yang mempengaruhi pola makan pada
ibu hamil. Salah satunya pada penelitian di Boston, Amerika, ditemukan bahwa pengetahuan akan
nutrisi yang baik mempengaruhi asupan zat gizi pada ibu-ibu sebelum dan saat mengandung. Hal ini
terlihat dari nilai konsumsi protein yang adekuat mendukung kesehatan ibu dan janin. Kemudian,
penelitian di Toronto, Kanada, menunjukkan bahwa konseling serta pengetahuan tentang zat gizi dan
suplemen juga meningkatkan kesehatan ibu hamil dan bayi yang dilahirkan, serta menurunkan resiko
terjadinya komplikasi selama kehamilan hingga persalinan. Selain itu, penelitian di Inggris Raya
menunjukkan bahwa tingkat sosial ekonomi ibu hamil merupakan prediktor kuat untuk
perkembangan kesehatan kehamilan (Wardlaw, Hampl, 2004).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan pada ibu hamil adalah umur, penghasilan,
tingkat pendidikan ibu hamil, pengetahuan tentang nutrisi kehamilan, jumlah kehamilan dan
persalinan yang pernah dialami, serta jarak antara kehamilan. Tingkat pendidikan, penghasilan, dan
pengetahuan merupakan faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi perilaku dan pola makan pada
ibu hamil (Daba et al,2012)

Rendahnya status ekonomi dapat mempengaruhi pemenuhan nutrisi selama masa kehamilan.
Beberapa karakteristik seperti kemiskinan, pelayanan kesehatan yang tidak adekuat, serta rendahnya
pengetahuan merupakan masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu hamil. Selain itu, jarak
antara kehamilan yang satu dengan kehamilan yang lainnya juga mempengaruhi kesehatan ibu dan
janin. Umumnya, bayi yang dilahirkan dengan jarak kurang dari 1 tahun dengan saudaranya memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk lahir dengan berat badan yang rendah serta lahir prematur. Kurangnya
asuhan prenatal serta kebiasaan hidup yang buruk seperti merokok, alkohol, obat-obatan terlarang
juga dapat menyebabkan terjadinya defisiensi nutrisi selama kehamilan (Wardlaw,Hampl,2004).

2.1. Fisiologi Kehamilan

2.1.1. Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar
sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang
menyebabkan perubahan pada:

1. Rahim atau uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin,
plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk
bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam
beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram

15
dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang
mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume
totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram
(Prawirohardjo, 2008).

2. Vagina (liang senggama)

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di
perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda
Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan
hipertrofi dari sel-sel otot polos.

3. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu
korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7
minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah
yang relative minimal (Prawirohardjo, 2008).

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat
laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone saat kehamilan, yaitu
estrogen, progesterone, dan somatromatropin (Prawirohardjo, 2008). 5. Sirkulasi darah ibu Peredaran
darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim.

b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter. c. Pengaruh
hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa
perubahan peredaran darah, yaitu:

1) Volume darah

Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel
darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada hamil 32
minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah
sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai
tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk
hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan

16
sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi
dengan puncak hari ketiga sampai kelima.

2) Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan
janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan
mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin
tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka normal.

3) Sistem respirasi

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi kebutuhan O2.
Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur hamil 32
minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil
akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya.

4) Sistem pencernaan

Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.

5) Traktus urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar
sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila
uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu
panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

6) Perubahan pada kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-
kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae
gravidarum.

7) Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana
kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI. Diperkirakan
selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar penambahan berat badan
selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan
kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Zinc (Zn) sangat penting untuk

17
pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. (Prawirohardjo, 2008).

2.1.2. Pertumbuhan Janin Normal

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi, dan
maturasi jaringan sera organ yang ditentukan oleh kemampuan substrat oleh ibu, transfer substrat
melalui plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang dikendalinkan oleh genom (Cuningham dkk,
2005). Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang berurutan (Lin dan Forgas,
1998). Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah
sel secara cepat. Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi hiperplasia dan
hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertrofi sel
dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju pertumbuhan janin yang
setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari
pada minggu ke 24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34 minggu (Cuningham dkk, 2005). Meskipun
telah banyak faktor yang diduga terlibat pada proses pertumbuhan janin, mekanisme selular dan
molekular sebenarnya untuk pertumbuhan janin yang abnormal tidak diketahui dengan jelas. Pada
kehidupan awal janin penentu utama pertumbuhan adalah genom janin tersebut, tetapi pada kehamilan
lanjut, pengaruh lingkungan, gizi, dan hormonal menjadi semakin penting.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin

Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan, bentuk janin, diferensiasi dan fungsi
organ-organ yang dibentuk. Akan tetapi makanan yang disalurkan oleh ibunya melalui plasenta (ari-
ari) mempuyai peranan yang sangat penting untuk menunjang potensi keturunan ini (Pudjiadi, 1990).
Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda dapat menyebabkan
kematian atau cacat janin. Diferensiasi terjadi pada trimester pertama hidupnya janin, hingga
kekurangan zat tertentu yang sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi dapat menyebabkan tidak
terbentuknya suatu organ dengan sempurna, atau tidak dapat berlangsungnya kehidupan janin
tersebut. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir kehamilan ibu. Maka kekurangan
makanan dalam periode tersebut dapat menghambat pertumbuhannya, hingga bayi dilahirkan dengan
berat dan panjang yang kurang daripada seharusnya.

2.2. Berat Bayi Lahir

2.2.1. Definisi Berat Bayi Lahir

18
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung 37 – 41 minggu masa gestasi. Berat bayi lahir yang
normal rata-rata adalah antara 3000 - 4000 gram, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gram
dikatakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Menurut Prawirohardjo (2008), BBLR adalah neonatus
dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Dahulu bayi
ini diakatakan prematur kemudian disepakati disebut low birth weight infant atau Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR). Karena bayi tersebut tidak selamanya prematur atau kurang bulan tetapi dapat cukup
bulan maupun lebih bulan. Penelitian oleh gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga bayi berat lahir
rendah adalah bayi aterm. Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu
bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup
bulan adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari),
dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu (294 hari) atau lebih
(Prawirohardjo, 2008). Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas. 1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Penyebabnya berasal
dari berbagai faktor ibu, faktor janin maupun faktor lingkungan. 2. Dismaturitas atau Kecil untuk
masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk
masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK). Bayi berat lahir rendah merupakan
masalah penting dalam pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan
terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia.
Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu seperti
ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang
dapat di istilahkan dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan
angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup. Prevalensi bayi berat
lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan
lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah (WHO, 2004). Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. Riskedas 2007,
mendata berat badan bayi baru lahir 12 bulan terakhir. Tidak semua bayi diketahui berat badan hasil
penimbangan waktu baru lahir. Dari bayi yang diketahui berat badan hasil penimbangan waktu baru
lahir, 11,5 % lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram atau BBLR.

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir

19
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang
berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi
lahir adalah sebagai berikut (Manuaba, 1998):

1. Faktor Lingkungan Internal, yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin,
status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.

2. Faktor Lingkungan Eksternal, yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial
ekonomi ibu hamil.

3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau
antenatal care (ANC). Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara
lain sebagai berikut :

a. Usia Ibu hamil

Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan
kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang
cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi
fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada
saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering
terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin
ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga
tidak dianjurkan, sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti
hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada persendian tulang belakang dan
panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit
seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses persalinan sendiri,
kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering
timbul kelainan pada tulang panggul tengah. Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan
penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya
merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.

b. Jarak Kehamilan/Kelahiran

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak
kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan
seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Ini
merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko
proses reproduksi dapat ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.

20
c. Paritas

Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan, prematur/jumlah kelahiran, dan


abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang
dilahirkan. Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau lebih.
Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya
akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir
dan letak bayi sungsang ataupun melintang.

d. Kadar Hemoglobin (Hb)

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Seorang ibu
hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Hal ini jelas
menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat
bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah (Depkes RI, 2008). Keadaan ini disebabkan
karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi
plesenta terhadap janin.

e. Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin
yang sedang dikandung. Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka
pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah
satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering
digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama
kehamilan. Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari
kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan
yang rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan
BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari
berat badan sebelum hamil. Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat
menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi
Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5
cm berisiko melahirkan bayi BBLR (Depkes RI, 2008). Pengukuran LLA lebih praktis untuk
mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa kemana saja, dan
dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan yang ekstrim.

f. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama
kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi

21
dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan. Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar
kita dapat segera mengetahui apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang
dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2008).

g. Penyakit Saat Kehamilan

Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes
melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana
badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak
cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya
diantaranya adalah bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, kematian dalam
rahim, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar,
menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi (Manuaba, 1998). Penyakit infeksi TORCH adalah
suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes.

Keempat jenis penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang
dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia
(gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan
berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris mata, dan
beberapa jenis penyakit lainnya (Manuaba, 1998).

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung/ eksternal dapat dijelaskan
sebagai berikut :

1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan

lingkungan serta ketinggian tempat tinggal.

2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil.

2.3. Hemoglobin Ibu Hamil

Kehamilan memicu perubahan-perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis sejumlah


kelainan hematologis serta pengkajiannya. Hal ini terutama berlaku pada anemia. Salah satu
perubahan yang paling bermakna adalah ekspansi volume darah dengan peningkatan volume plasma
yang tidak sepadan sehingga hematokrit biasanya menuru (Cunningham dkk, 2005). Berdasarkan data
penelitian Scott (1967) dan Pritchard (1967), tentang konsentrasi hemoglobin pada 85 wanita sehat
yang terbukti memiliki cadangan besi, maka anemia pada wanita tidak hamil didefenisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa

22
nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan. Pada awal kehamilan dan
kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki
cadangan besi adalah 11 g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for Disease Control (1990)
mendefenisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan
ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Cunningham dkk, 2005).

Menurut Manuaba (1998), anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis
anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan
masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan social ekonomi masyarakat, dan
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia ibu hamil disebut
“potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini
kedepan. Kadar Hemoglobin (Hb) ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Ibu
hamil yang anemia karena Hbnya rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini disebabkan
karena kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi
placenta terhadap janin. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2008). Untuk
mengetahui apakah seseorang mengalami anemia atau tidak maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar
hemoglobin. Salah satu cara cara yang dapat digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin metode
Sahli, metode ini masih banyak digunakan di laboratorium dan paling sederhana.

Menurut Depkes RI (2008), batasan anemia adalah:

1. Laki-laki Dewasa > 13 gram %

2. Wanita Dewasa > 12 gram %

3. Anak-anak > 11 gram %

4. Ibu Hamil > 11 gram %

2.4. Ibu Hamil Trimester III

Menurut Cunningham (2005), kehamilan dibagi menjadi tiga trimester setara yang masing-masing
berlangsung selama 3 bulan kalender. Trimester ketiga mencakup minggu ke-29 sampai ke-42
kehamilan. Pada tahap trimester III terjadi petumbuhan janin yang sangat cepat dibanding trimester
sebelumnya. Maka kekurangan makanan dalam periode ini dapat menghambat pertumbuhannya

23
hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang kurang daripada seharusnya (Pudjiadi, 1990).
Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar Hb karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding
dengan massa sel darah merah. Penurunan ini terjadi mulai sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32
minggu. Selain itu anemia kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi
untuk kebutuhan janin (Pudjiadi, 1990).

24

Anda mungkin juga menyukai