ABSTRAK
Nyamuk Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue
penyebab penyakit demam berdarah. Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit
tersebut antara lain pemberantasan vector dengan insektisida kimia. Namun insektisida sering
menimbulkan masalah seperti resintensi nyamuk dan kerusakan lingkunga. Untuk itu perlu
larvasida alami yang salah satunya adalah bubuk buah lada. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh bubuk buah lada sebagai larvasida nyamuk Aedes aegypti.
Rancangan penelitian ini adalah post only control group design. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh larva nyamuk aedes aegypti yang dibiakkan dalam wadah plastik
hingga menjadi larva nyamuk Aedes aegypti. Sampel dalam penelitian ini adalah 72 ekor larva
nyamuk aedes aegypti Pada 4 unit perlakuan. Pada penelitian ini dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali.
Persentase bubuk buah lada sebagai larvasida nyamuk Aedes Aegypti dengan konsentrasi
8 gr/L sebesar 68%, 10 gr/L sebesar 82%, dan 12 gr/L sebesar 93%. . Hasil uji One Way
ANOVA diperoleh nilai p-value (0.000) < α (0.05), maka H0 ditolak. Artinya bahwa ada
pengaruh bubuk buah lada pada konsentrasi 8 gr/L, 10 gr/L dan 12 gr/L sebagai larvasida
nyamuk Aedes Aegypti.Hasil uji regresi linier yang mengukur derajat hubungan antara
konsentrasi larvasida dan kematian karva diperoleh nilai R2+ sebesar 0.979. Sehingga dapat
disimpulkan bubuk buah lada berpengaruh sangat kuat dalam mematikan jentik.
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan senyawa bioaktif yang paling toksik
sebagai larvasida nabati dengan cara melakukan pemisahan zat bioaktif yang terkandung dalam
buah lada
insektisida kimia. Strategi awal yang sebagai larvasida terhadap larva nyamuk yang
digunakan adalah dengan cara memberantas resisten piretroid dengan LC500,98 ppm
nyamuk dewasa melalui pengasapan, (Tawatsin et al., 2006). Kandungan piperin
kemudian startegi berikutnya diperluas dengan bersifat sebagai anti-inflamasi dan larvasida
penggunaan larvasida yang ditaburkan (Towaha dan Tjahjana, 2011). Sifat larvasida
ketempat penampungan air yang sulit piperin yang terdapat pada lada akibat efek
dibersihkan (kristina et al., dalam Alfidah, toksik terhadap larva yang mengakibatkan
2009). kematian (Park et al., 2002).
Menurut Nalim (2007), program Kandungan senyawa pada biji lada
pengendalian vektor kurang berhasil di adalah minyak atsiri mengandung felandren,
berbagai negara termasuk indonesia, karena dipenten, kariopilen, enthoksilin, limonen,
terlalu tergantung pada pengasapan (fogging). alkaloida piperina dan kavisina. yang mampu
Cara ini perlu biaya besar (5 miliar pertahun) di gunakan sebagai larvasida berdasarkan
(Baskoro et al., dalam Sayono, 2008), sifatnya yaitu flavanoid. Selain itu, penelitian
menimbulkan resistensi vektor akibat dosis tentang penggunaan isektisida nabati berupa
yang tidak tepat, dan tidak berdampak panjang biji lada belum banyak dilakukann di Indonesia
karena jantik nyamuk tidak mati (Boewono et terutama dikota Kendari.
al., dalam Sayono, 2008).
Upaya pegendalian vektor tidak METODE
selamanya menggunakan insektisida kimia
Penelitian ini merupakan eksperimen
karena masih ada metode lain yang memiliki
murni. Desain penelitian yang digunakan
dampak panjang dan tidak menimbulkan
dalam penelitian ini adalah Pos-Test Only
resistensi vektor. Penggunaan insektisida
Control Group Design. Populasi dalam
kimia berupa temefos (abate) dapat diganti
penelitian ini adalah seluruh larva nyamuk
dengan insektisida alrnatif yaitu insektisida
aedes aegypti yang dibiakkan dalam wadah
nabati salah satunya adalah buah lada.
plastik hingga menjadi larva nyamuk Aedes
Tawatsin et al., (2006) menggunakan minyak
aegypti.
atsiri dari lada sebagai repellent terhadap
Sampel dalam penelitian ini adalah 72 ekor
nyamuk Aedes aegypti, dan memberikan hasil
larva nyamuk aedes aegypti Pada 4 unit
daya penolakan 2-3 jam, dan penelitian lain
perlakuan. Pada penelitian ini dilakukan
membuktikan bahwa ekstrak lada bersifat
pengulangan sebanyak 3 kali.
Prosedur penelitian ini akan dilakukan diamati setelah 24 jam perlakuan. Adapun
dimulai dari Persiapan yang akan diteliti langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
meliputi persiapan Larva Nyamuk Aedes 1) Bubuk buah lada dengan konsentrasi 6gr/L,
aegypti : 1) Memasang ovitrap yang diletakkan 8 gr/L, 10 gr/L, 12 gr/Ldimasukan ke masing-
di RT 2 kelurahan Alolama, 2) Melakukan masing beker glass ukuran 1000 ml, 2) Larva
pengamatan pada ovitrap, apakah terdapat telur dipindahkan ke dalam beaker glass dengan
nyamuk Aedes aegyptipada paddle, jika ada menggunakan pipet larva dan tiap beaker glass
maka paddle dibawa ke laboratorium untuk di isi 24 ekor larva, 3) Larva diamati setelah 24
dikembang biakkan menjadi larva, 3) Telur jam perlakuan, 4) Hitung jumlah larva yang
Aedes aegypti, ditetaskan dalam wadah plastik mati pada kelompok kontrol dan kelompok
berisi air bersih ±1000cc. Larva - larva perlakuan dan lengkapi daftar isian hasil
tersebut dipelihara selama 4-6 hari. Setelah pengamatan, 5) Melakukan tabulasi data yang
menetas, larva tersebut digunakan untuk diperoleh dari hasil penelitian dan dianalisis
penelitian). menggunakan uji statistik.
Selanjutnya persiapan bubuk buah lada Analisis data hasil penelitian dilakukan
: 1) kg buah merica dicuci bersih kemudian dengan bantuan program komputer
dikeringkan dibawah sinar matahari selama 5 menggunakan Uji One Way ANOVA untuk
hari, 2) Lada di haluskan menggunakn blender melihat pengaruh perlakuan kelompok sebagai
hingga menjadi bubuk. Kemudian yang larvasida dalam mematikan larva dan regresi
terakhir adalah Pembagian kelompok linier untuk mengukuran derajat hubungan
eksperimen. Larutan yang telah dipersiapkan antara konsentrasi larvasida (X) dengan
berisi bubuklada, kemudian dipindahkan kematian larva (Y), yang dinyatakan dengan
kedalam beaker glass sebanyak 1000 ml yang nilai persentase r2 (sebagai koefisien korelasi).
telah dipersiapkan dan dibagi menjadi 3
kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol
secara merata.
Uji efektifitas bubuk buah lada
dilakukan untuk mengetahui berat efektif
bubuk merica terhadap kematian larva nyamuk
Aedes aegypti pada konsentrasi 6 g/L, 8 g/L,
10 g/L, 12 g/Ldengan 3 kali replikasi yang
Jumlah larva aedes aegypti yang mati pada pemberian bubuk buah lada berdasarkan konsentrasi
larvasida yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Dari tabel diatas dapat diketahui pengaruh bubuk buah lada pada konsentrasi
bahwa pada konsentrasi 8 gr/L telah dapat 8 gr/L, 10 gr/L dan 12 gr/L sebagai larvasida
mematikan larva sebesar 68% dari jumlah nyamuk Aedes Aegypti.
larva, pada konsentrasi 10 gr/L telah dapat Sementara hasil uji regresi linier
mematikan larva sebesar 82% dari jumlah yang mengukur derajat hubungan antara
larva dan pada konsentrasi 10 gr/L telah konsentrasi larvasida dan kematian karva
dapat mematikan larva sebesar 93% dari diperoleh nilai R2+ sebesar 0.979. artinya
jumlah larva. bahwa persamaan yang terbentuk dari kedua
Pengujian One Way ANOVA nilai koefisien akan memilki nilai korelasi
memiliki asumsi distribusi data yang harus sebesar 97% dan layak digunakan. Sehingga
normal dan varian data homogen. Hasil uji dapat disimpulkan bubuk buah lada
normalitas menggunakan Kolmogrov berpengaruh sangat kuat dalam mematikan
somirnov diperoleh nilai p-value (0.378) dan jentik.
uji homogenitas menggunakan Levene’s Test Rumus regresi linier untuk Larvasida
diperoleh nilai p-value (0.267), masing- nyamuk Aedes Aegypti adalah :
masing lebih besar dari α (0.05). dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi Y = 4x+10.33, dimana x adalah konsentrasi
terpenuhi sehinggal uji One Way ANOVA larvasida dan Y adalah jumlah kematian
dapat digunakan. Hasil uji One Way ANOVA larva.
diperoleh nilai p-value (0.000) < α (0.05),
maka H0 ditolak. Artinya bahwa ada
30
25 y = 7.1x - 4
R² = 0.8852
20
Jumlah Kematian
larva
15
10 Linear (Jumlah
Kematian larva)
5
0
0 gr/L 8 gr/L 10 gr/L 12 gr/L
Gambar 1. Grafik Analisis Regresi Linier Jumlah Kematian Larva Aedes Aegypti dengan
menggunakan Larvasida Bubuk Buah Lada
Hasil penelitian efektifitas bubuk yang dibuat dari ember hitam kecil dan
buah lada (Piper ningrum L.) sebagai kertas saring sebagai tempat peletakan telur
larvasida terhadap larva nyamuk Aedes nyamuk. Pengamatan awal dilakukan oleh
aegypti sp. telah dilakukan dengan instruktur laboratorium entomologi Stikes
menggunakan bubuk buah lada pada Mandala Waluya Kendari untuk memastikan
konsentrasi 8 gr/L, 10 gr/L dan 12 gr/L bahwa larva yang berasal dari ovitrap adalah
dengan 3 kali pengulangan yang diamati 24 larva Aedes aegypti sp.
jam setelah perlakuan dan diperoleh jumlah Berdasarkan hasil pengamatan yang
kematian larva nyamuk Aedes aegypti sp. telah dilkukan dan mencocokkan ciri-ciri
yang berbeda-beda. pada larva tersebut dengan ciri-ciri larva
Sebelum melakukan uji efektifitas Aedes sp., maka dapat disimpulkan bahwa
terlebih dahulu dilakukan identifikasi jenis larva yang berasal dari telur nyamuk yang
larva yang akan dijadikan sebagai sampel diambil dari ovitrap adalah larva Aedes
penelitian untuk memastikan bahwa larva aegypti sp. Pengamatan berikutnya
tersebut adalah larva Aedes aegypti sp. Satu dilakukan oleh peneliti dan dipandu oleh
ekor larva diambil dari wadah tempat instruktur laboratorium Entomologi Stikes
pengembang biakkan telur nyamuk untuk Mandala Waluya Kendari untuk memastikan
sebelumnya diambil dari ovitrap standar dan mencocockkan ciri-ciri larva Aedes
aegypti sp. yang diamati pada mikroskop dari permukaan air dengan cepat. Setelah 24
binokuler. jam perlakuan ditemukan adanya larva yang
Jumlah larva yang digunakan dalam mati dengan tubuh kaku, mengapung dan
uji efektifitas bubuk buah lada (Piper tidak bergerak saat disentuh spatula.
ningrum L.) berhubungan dengan Perolehan jumlah larva yang mati berbeda-
keakuratan data hasil penelitian, serta beda pada setiap konsentrasi perlakuan.
dengan tingkat persaingan hidup antar larva Secara umum dapat disimpulkan bahwa
nyamuk Aedes sp. pada saat holding selama tinggi rendahnya konsentrasi yang diberikan
24 jam. Jumlah larva sampel yang terlalu akan berpengaruh terhadap jumlah larva
sedikit akan menghasilkan presentase yang mati. MenurutDe Paula et al., (2006)
kematian larva yang tinggi sehingga bahwa senyawa amida dari lada
meningkatkan resiko terjadinya bias data hitammenyebabkan mortalitas larva uji
hasil penelitian, maka jumlah larva Aedes bervariasi dari 0 hingga 95% tergantung
sp. yang digunakan dalam setiap perlakuan spesies serangga dan konsentrasi uji.
adalah 24 ekor larva. Perolehan jumlah larva yang mati
Berdasarkan pada penelitian efektifitas meningkat secara signifikan pada
bubuk buah lada pada konsentrasi 0 gr/L konsentrasi 8 gr/L, 10 gr/L,12 yang
(kontrol) tidak terjadi kematian, sehingga menyebabkan jumlah larva mati berturut-
kelompok kontrol dalam penelitian ini turut 68%, 82% hingga pada konsentrasi
diabaikan karena jumlah larva mati rata-rata maksiaml 12 gr/L jumlah larva mati rata-rata
pada kelompok kontrol kurang dari 5%. mencapai 83 %. Hal ini terjadi karena
Berbeda dengan kelompok perlakuan yang adanya senyawa kimia yang terdapat pada
didapatkan adanya larva yang mati. Hal ini lada seperti piperin yang merupakan
menunjukkan bahwa kematian larva terjadi senyawa utama pada lada yang bersifat
akibat pemberian bubuk buah lada. toksik terhadap larva sehingga menyebabkan
Pengamatan yang telah dilakukan kematian. Menurut Sutoyodan Wiriadmojo
terhadap larva Aedes aegypti sp. pada (1997), semakin tinggi konsentrasi yang
kelompok perlakuan yakni pada konsentrasi digunakanmaka jumlah racun yang
8 gr/L, 10 gr/L dan 12 gr/L terlihat mulai mengenai kulit serangga semakin banyak,
menggulung badannya dan melakukan sehingga meningkatkan efektifitas dan dapat
gerakan teleskopik, yaitu gerakan turun naik menghambat pertumbuhan dan